Anda di halaman 1dari 36

PSIKOSOSISAL

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA REMAJA

KELOMPOK 1 :

1. ANNISHA ALLAMA NOPTIKA


2. AFANNY SEPTI LEGY
3. CHINTYA DWI RIZAL
4. FADHILLAH ELKHUSNA
5. KING PERSON HERNANDO
6. MIA YUNITA
7. MONICA AULIANDA
8. RESSY RAHMADANI
9. REZA SOVIA
10. SAFADILLA UMMIA YOLANDA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN AJARAN 2016/2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia_Nya kami dapat
menyelesaikan tugas asuhan keperawatan jiwaPSIKOSOSIAL ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbingyang telah membantu
kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah menulis makalah ini. Atas
bimbingan yang telah berikan, kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang
sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan
untuk menyempurnakan makalah ini.

Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu
bagi diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.

Padang, 29 Maret 2018

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Remaja merupakan salah satu periode kehidupan yang dimulai dengan
perubahan biologis pada masa pubertas dan diakhiri dengan masuknya seseorang ke
dalam tahap kedewasaan. Dua ratus tahun yang lalu, periode ini tidak dikenali.
Untuk waktu yang lama, remaja dimaknai sebagai masa transisi, tidak lebih
dari masa selintas menuju kedewasaan, masa yang ditandai dengan instabilitas dan
keresahan. Meskipun remaja bermasalah tidak bisa dianggap mewakili kelompok usia
remaja secara keseluruhan, pada saat yang bersamaan remaja dipandang sebagai
periode emosi yang tidak stabil dan terganggu, serta masa pemberontakan.
Saat ini, dengan pengetahuan ilmiah pada proses pengalaman remaja, masa
remaja secara luas dipandang sebagai periode pertumbuhan yang bersemangat, dan
kemajuan personal yang pesat. Pertumbuhan bukan secara murni terdiri dari aspek
biologis dan pubertas, tetapi juga perubahan mental dan sosial yang membantu
membentuk kepribadian masa dewasa.
Jiwa "pemberontakan" yang dilabelkan pada remaja harus dipandang sebagai
perspektif orang dewasa, dan bukan sepenuhnyua karakteristik dari kelompok usia ini.
Sesungguhnya, yang disebut "pemberontakan" tersebut tidak lebih dari upaya remaja
untuk mencari penegasan diri untuk menemukan bahwa dirinya berbeda, dan
merupakan proses yang penting dalam tahap-tahap pembentukan kepribadian.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi remaja
2. Untuk mengetahui dan memahami ciri-ciri masa remaja
3. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan psikososial remaja
4. Untuk mengetahui dan memahami tugas perkembangan remaja
5. Untuk mengetahui dan memahami pengembangan aspek psikososial remaja
6. Untuk mengetahui dan memahami dimensi remaja
7. Untuk mengetahui dan memahami kasus psikososial remaja
8. Untuk mengetahui dan memahami permasalahan remaja
9. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana menangani permasalahan yang
terjadi pada remaja
10. Untuk mengetahui dan memahami remaja dan perilaku hidup sehat
11. Untuk mengetahui dan memahami proses keperawatan jiwa pada
perkembangan psikososial remaja
BAB II
PEMBAHASAN
ASKEP JIWA BERDASARKAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA REMAJA
A. DEFENISI
Menurut (Stanley Hall, 1991)
Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan
stress (Storm and Stress).Karena mereka mereka telah memiliki keinginan bebas
untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik maka ia akan menjadi
seorang individu yang memiliki rasa tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing
maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan /dengan baik.
Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 1998) usia remaja antara 12 sampai
usia 23 tahun.
Menurut Erikson masa remaja adalah masa yang akan melalui krisis dimana
remaja berusaha untuk mencari identitas diri (Search for self -Identity) (Dariyo, 2004)
Remaja : masa transisi/ peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa
yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik,psikis & psikososial.
Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
(Konopka, 1973 dalam Pikunas, 1976; Ingersoll 1989):

1. Masa remaja awal (12-15 tahun)

Pada masa ini individu memulai meninggalkan peran sebagai individu


yang unik dan tidak tergantung pada orang tua.

2. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang baru.

3. Masa remaja akhir (19-22 tahun)

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang
dewasa.

B. CIRI-CIRI MASA REMAJA

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi
perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan
yang terjadi selama masa remaja.
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang
dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini
merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa
remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa
remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa
ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka
diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih
mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan
terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir
yang duduk di awal-awal masa kuliah.

2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan
kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik
perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi
maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh
sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.

3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain.
Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa
kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini
juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja,
maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-
hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain.
Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang
sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.

4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak
menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.

5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang


terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka
takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan
kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.

C. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL REMAJA


1. Perkembangan Psikososial Remaja Awal ( 10 – 14 Tahun )
a. Tahap Perkembangan
 Cemas terhadap pemampilan Badan /fisik
 Perubahan Hormonal
 Menyatakan kebebasan dan merasa sebagai seorang individu, tidak hanya
sebagai seorang anggota keluarga
 Perilaku memberontak dan melawan,
 Kawan menjadi lebih penting
 Perasaan memiliki terhadap teman sebaya Anak Laki-laki : membentuk
gang, kelompok, anak perempuan : mempunyai sahabat.
 Sangat menuntut keadilan, tapi cenderung melihat sesuatu sebagai hitam
putih serta dari sisi pandang mereka sendiri
b. Dampak Terhadap Anak
 Kesadaran diri meningkat (self consciousness)
 Pemarah, anak laki0laki yang tadinya baik dapat menjadi lebih
agresif,mungkin pula timbul jerawat baik pada anak laki-laki maupun.
Perempuan .Bereksprerimen dengan cara berpakaian, berbicara dan cara
penampilan dirim sebagai suatu usaha untuk mendapatkan identitas baru
 Kasar
 Menuntut memperoleh kebebasan
 Ingin tampak sama dengan teman yaitu dalam cara berpakaian, gaya
rambut, mendengarkan musik dan lain-lain
 Pengaruh teman dan orang–tua teman menjadi sangat besar.
 Remaja tidak mau berbeda dari teman sebaya
 Mungkin tampak tidak toleransi dan sulit berkompromi, Mungkin pula
timbul iri hati terhadap saudara kandung dan seringkali ribut dengan
mereka.
c. Efek Terhadap Orang-Tua
 Orang-tua mungkin menganggap anak “ ter fokus pada dirinya “.
 Orang tua mungkin menenmukan kesulitan dalam hubungan dengan
remaja
 Orang tua merasa ditolak dan sulit menerima keinginan anak yang berbeda
dari mereka
 Orang-tua perlu menangani anak secara hati-hati, bila ingin
mempertahankan hubung baik.
 Orang–tua merasa tidak mudah membuat keseimbangan antara “permisif “
dan” over protective “
 Orang tua mungkin terganggu oleh tuntutan finansial dan gaya hidup anak
 Orang–tua merasa kurang enak karena dikritik oleh anaknya sendiri.
Kadang-kadang terjadi bentrok dengan peraturan keluarga.
 Orang tua harus meninjau sikapnya untuk mengatasi perasaan “ tidak adil

2. Perkembangan Psikososial Remaja Pertengahan ( 15 – 16 Tahun )
a. Tahap Perkembangan
 Lebih mampu untuk berkompromi
 Belajar berpikir secara independen dan membuat keputusan sendiri
 Terus menerus bereksperimen untuk mendapatkan cira diri yang dirasakan
nyaman bagi mareka
 Merasa perlu mengumpulkan pengalaman baru, mengujinya walaupun
berisiko
 Tidak lagi terfokus pada diri sendiri
 Membangun nilai/norma dan mengembangkan moralitas
 Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan rasa setia kawan
 Mulai membina hubungan dengan lawan jenis
 Intelektual lebih berkembang dan igni tahu tentang banyak hal. Mampu
berpikir secara abstrak, mulai berurusan dengan hipotesa
 Berkembangnya ketrampilan intelektual khusus misalnya, kemampuan
matematika, bahasa dan ilmu pengetahuan lainnya
 Mengembangkan minat yang besar dalam bidang seni dan olah raga
seperti musik, seni lukis, tari, basket dan lain-lain
 Senang bertualangan, ingin berpegian secara mandiri mengikuti kegiatan
seperti memanjat tebing, naik gunung dan lain-lain
b. Dampak Terhadap Anak
 Lebih tenang, sabar dan lebih toleransi.
 Dapat menerima pendapat orang lain, meskipun berbeda dengan
pendapatnya sendiri
 Menolak campur tangan orang tua untuk mengendalikannya kurang dapat
dipengaruhi dan teman tidak lagi berpengaruh besar
 Baju , gaya rambut,Sikap dan pendapat mereka sering berubah-ubah
 Mulai bereksperiman dengan rokok , alkohol dan kadang-kadang Napza.
 Lebih bersosialisasi dan tidak lagi pemalu
 Mempertanyakan ide dan nilai/ norma yang diterima dari keluarga
 Ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan teman dari pada dengan
keluarga
 Mulai berpacaran ,tapi hubungan belum serius.
 Mulai mempertanyakan sesuatu yang sebelumnya tak berkesan . Ingin
mengikuti diskusi atau debat
 Mungkin tidak mendapat kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan
ini
 Mungkin mengabaikan pekerjaan sekolah karena adanya minat yang baru
ini
 Remaja merasa dirinya mampu sehingga mereka tidak mengikuti upaya
penyelamatan diri yang dianjurkan
c. Efek Terhadap Orang Tua
 Orang –tua secara bertahap merasakan semakin mudah berhubungan
dengan anaknya
 Orang-tua harus untuk memberikan kepercayaan kepada anak dan tidak
terlalu mengendalikannya
 Oang-tua mungkin menanggapi sikap remaja secara serius dan kuatir akan
jadi menetap
 Cemas terhadap risiko ini sehingga orang-tua cenderung membatasi dan
menetapkan aturan.
 Orang-tua melihat bahwa remaja siap untuk membina hubungan dekat.
 Dapat menjadi masalah bila remaja menolak sikap yang mempunyai nilai
tinggi bagi orang-tua
 Orang-tua cemas akan pengaruh teman
 Orang-tua cemas dan mungkin pula terlalu ikut campur.
 Orang tua mempunyai kesempatan untuk lebih mengetahui anaknya
 Orang tua perlu menunggu sampai tahap remaja pertengahan sebelum
menyimpulkan tentang keampuan intelektual anak
 Orang tua perlu mengenali bahwa anaknya memiliki kemampuan yang
mungkin lebih dari dugaannya
3. Perkembangan Psikososial Remaja Akhir ( 17 – 19 Tahun )
a. Tahap Perkembangan
 Ideal
 Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar keluarga
 Harus belajar untuk mencapai kemandirian baik dalam bidang finansial
maupun emosional
 Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis
 Merasa sebagai orang dewasa yang setara dengan anggota keluarga
lainnya
 Hampir siap untuk menjadi orang dewasa yang mandiri
b. Dampak Terhadap Anak
 Cenderung menggeluti masalah sosial/politik. Dapat pula menggeluti
nilai-nilai keagamaan dan bahkan pindah agama
 Mulai belajar mengatasi stres yang dihadapinya, mungkin lebih senang
pergi dengan teman daripada berlibur dengan keluarganya
 Kecemasan dan ketidak pastian masa depan dapat merusak harga diri dan
keyakinan diri
 Mempunyai pasangan yang lebih serius dan banyak menghabiskan
waktunya dengan mereka
 Cenderung merasa pengalamannya berbeda dengan orang-tuanya
 Mungkin ingin meninggalkan rumah dan hidup sendiri
c. Efek Terhadap Orang-Tua
 Orang tua menjadi tegang dan distres karena penolakan anak terhadap
agama dan kepercayaannya sendiri
 Keinginan orang-tua untuk melindungi anaknya dapat menimbulkan
bentrokan
 Orang-tua mungkin masih memberikan dukungan financial terhadap
remaja yang secara emosional tidak lagi tergantung kepada mereka, Hal ini
dapat membuat hubungan menjadi tidak mudah
 Orang-tua cenderung cemas terhadap hubungan yang terlalu serius dan
terlalu dini. mereka takut sekolah atau pekerjaan akan terabaikan
 Orang-tua mungkin berkecil hati menghadapi keadaan ini. Orang-tua perlu
menyesuaikan bila akhirnya anak meninggalkan rumah.

D. TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA

Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa (1991)


antara lain :

1. Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa


dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan

2. Memperoleh peranan social

3. Menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif

4. Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya

5. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri

6. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan

7. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga

8. Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup

Erikson (1968, dalam Papalia, Olds & Feldman, 2001) mengatakan bahwa tugas
utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis
ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini
bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa yang
unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds
& Feldman, 2001).

Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa
dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang
pada akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan
menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya.

E. PENGEMBANGAN ASPEK PSIKOSOSIAL REMAJA


Dalam pengembangan aspek psikososial remaja, maka delapan aspek yang
menuntut ketrampilan sosial remaja harus dapat dikembangkan sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan kondisi yang kondusif. Di bawah ini adalah beberapa
saran yang mungkin berguna bagi pengembangan aspek psikososial remaja:
1. Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam
mendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam keluarga
akan sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-
anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis atau broken
home dimana anak tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup maka anak
akan sulit mengembangkan ketrampilan sosialnya. Hal ini dapat terlihat dari:
a. Kurang adanya saling pengertian (low mutual understanding)
b. Kurang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan orangtua dan
saudara
c. Kurang mampu berkomunikasi secara sehat
d. Kurang mampu mandiri
e. Kurang mampu memberi dan menerima sesama saudara
f. Kurang mampu bekerjasama
g. Kurang mampu mengadakan hubungan yang baik
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka amatlah penting bagi
orangtua untuk menjaga agar keluarga tetap harmonis. Kehramonisan dalam hal
ini tidaklah selalu identik dengan adanya orangtua utuh (Ayah dan Ibu), sebab
dalam banyak kasus orangtua single terbukti dapat berfungsi efektif dalam
membantu perkembangan psikososial anak. Hal yang paling penting diperhatikan
oleh orangtua adalah menciptakan suasana yang demokratis di dalam keluarga
sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orangtua maupun
saudara-saudaranya. Dengan adanya komunikasi timbal balik antara anak dan
orang tua maka segala konflik yang timbul akan mudah diatasi. Sebaliknya
komunikasi yang kaku, dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas, dsb. hanya
akan memunculkan berbagai konflik yang berkepanjangan sehingga suasana
menjadi tegang, panas, emosional, sehingga dapat menyebabkan hubungan sosial
antara satu sama lain menjadi rusak.
2. Lingkungan
Sejak dini anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan.
Lingkungan dalam batasan ini meliputi lingkungan fisik (rumah, pekarangan) dan
lingkungan sosial (tetangga), lingkungan juga meliputi lingkungan
keluarga(keluarga primer & sekunder), lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat luas. Dengan pengenalan lingkungan maka sejak dini anak sudah
mengetahui bahwa dia memiliki lingkungan sosial yang luas, tidak hanya terdiri
dari orangtua, saudara, atau kakek dan nenek saja.
3. Kepribadian
Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari
kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak
selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya).
Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang
berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak
menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua memberikan
penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa
mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.
4. Rekreasi
Rekreasi merupakan kebutuhan sekunder yang sebaiknya dapat terpenuhi.
Dengan rekreasi seseorang akan merasa mendapatkesegaran baik fisik maupun
psikis, sehingga terlepas dari rasa capai, bosan, monoton serta mendapatkan
semangat baru.
5. Pergaulan dengan Lawan Jenis
Untuk dapat menjalankan peran menurut jenis kelamin, maka anak dan
remaja seyogyanya tidak dibatasi pergaulannya hanya dengan teman-teman yang
memiliki jenis kelamin yang sama. Pergaulan dengan lawan jenis akan
memudahkan anak dalam mengidentifikasi sex role behavior yang menjadi sangat
penting dalam persiapan berkeluarga maupun berkeluarga.
6. Pendidikan
Pada dasarkan sekolah mengajarkan berbagai ketrampilan kepada anak.
Salahsatu ketrampilan tersebut adalah ketrampilan-ketrampilan sosial yang
dikaitkan dengan cara-cara belajar yang efisien dan berbagai teknik belajar sesuai
dengan jenis pelajarannya. Dalam hal ini peran orangtua adalah menjaga agar
ketrampilan-ketrampilan tersebut tetap dimiliki oleh anak atau remaja dan
dikembangkan terus-menerus sesuai tahap perkembangannya.
7. Persahabatan dan Solidaritas Kelompok
Pada masa remaja peran kelompok dan teman-teman amatlah besar.
Seringkali remaja bahkan lebih mementingkan urusan kelompok dibandingkan
urusan dengan keluarganya. Hal tersebut merupakan suatu yang normal sejauh
kegiatan yang dilakukan remaja dan kelompoknya bertujuan positif dan tidak
merugikan orang lain. Dalam hal ini orangtua perlu memberikan dukungan
sekaligus pengawasan agar remaja dapat memiliki pergaulan yang luas dan
bermanfaat bagi perkembangan psikososialnya.
8. Lapangan Kerja
Cepat atau lambat, setiap orang pasti akan menghadapi dunia
kerja. Keterampilan sosial untuk memilih lapangan kerja sebenarnya telah
disiapkan sejak anak masuk sekolah dasar. Melalui berbagai pelajaran disekolah
mereka telah mengenal berbagai lapangan pekerjaan yang ada dalam masyarakat.
Setelah masuk SMU mereka mendapat bimbingan karier untuk mengarahkan
karier masa depan. Dengan memahami lapangan kerja dan ketrampilan-
ketrampilan sosial yang dibutuhkan maka remaja yang terpaksa tidak dapat
melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi akan dapat menyiapkan untuk bekerja.
9. Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri.
Untuk membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri, maka sejak
awal anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri (kelebihan dan
kekurangannya) agar ia mampu mengendalikan dirinya sehingga dapat bereaksi
secara wajar dan normatif. Agar anak dan remaja mudah menyesuaikanan diri
dengan kelompok, maka tugas orang tua/pendidik adalah membekali diri anak
dengan membiasakannya untuk menerima dirinya, menerima orang lain, tahu dan
mau mengakui kesalahannya, dsb. Dengan cara ini, remaja tidak akan terkejut
menerima kritik atau umpan balik dari orang lain/kelompok, mudah membaur
dalam kelompok dan memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima
oleh orang lain/kelompok.
Selain itu anak harus diajarkan sejak dini untuk dapat memilih prioritas
tugas-tugas yang harus segera diatasi, bukan menunda atau mengalihkan
perhatian pada tugas yang lain. Karena itu sejak awal sebaiknya orang tua atau
pendidik telah memberikan bekal agar anak dapat memilih mana yang penting
dan mana yang kurang penting melalui pendidikan disiplin, tata tertib dan etika.

F. DIMENSI REMAJA
1. Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja
putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas
menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua
jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan
dengan pertumbuhan, yaitu:
a. Follicle-Stimulating Hormone (FSH)
b. Luteinizing Hormone (LH).
Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan
estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki,
Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone
(ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone.
Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubahsistem
biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi,sebagai
pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi jugaperubahan
fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulaimemperlihatkan
perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungandengan
tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubahsecara cepat
sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
2. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations).
Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam
usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan
berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan
mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta
kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak
mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti
ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka
akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran
mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan
sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk
masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu
mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih
sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya
mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih
tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit,
dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu
melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem
pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajarmengajar
satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir
anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang
cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak
memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia
dan mentalnya.
Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran
abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis
dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
3. Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai
berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi
pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para
remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah
populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik,
kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil
pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama
ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada
dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan
lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-
hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para
remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini
diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam
melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi
lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam
suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja
berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan
ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang
ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi
pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali
mendasari sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang
selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak
diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik.
Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya
membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai
baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik
nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan
menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya.
Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan
oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika
orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi
jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif
jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua
yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja
itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu
memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang
remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran
orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan
baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang
diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.
4. Dimensi Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood
(suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago
olehMihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa
remajarata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang
luarbiasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa
jamuntuk hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja
iniseringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau
kegiatansehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah
dengancepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami
perubahanyang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka
sangatrentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa
orang lainsangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka
mengagumi ataumengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja
sangatmemperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image).
Remajacenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan
percayakeunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja
putriakan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan
melirikdan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan
membayangkandirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”.
Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang
dengansendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu,
Remajaakan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan
tidakselalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan
remajabahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak
berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan
tantanganuntuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan.
Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu,
sehinggaseringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan
mereka.Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar
danbelum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka
panjang.Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan
perbuatanmereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati,
lebihpercaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan
rasatanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan
jatidiripositif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada
dirisendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang
yanglebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana
menghadapimasalah itu sebagai “seseorang yang baru”; berbagai nasihat dan
berbagai caraakan dicari untuk dicobanya. Remaja akan membayangkan apa yang
akandilakukan oleh para “idola”nya untuk menyelesaikan masalah seperti
itu.Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja.

Dari beberapa dimensi perubahan yang terjadi pada remaja seperti yangtelah
dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan – kemungkinan perilaku yangbisa terjadi pada
masa ini. Diantaranya adalah perilaku yang mengundang resikodan berdampak negative pada
remaja. Perilaku yang mengundang resiko padamasa remaja misalnya seperti penggunaan
alcohol, tembakau dan zat lainnya;aktivitas social yang berganti – ganti pasangan dan
perilaku menentang bahayaseperti balapan, selancar udara, dan layang gantung (Kaplan dan
Sadock, 1997).Alasan perilaku yang mengundang resiko adalah bermacam – macam
danBerhubungan dengan dinamika fobia balik ( conterphobic dynamic ), rasa takutdianggap
tidak cakap, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamikakelompok seperti
tekanan teman sebaya.

G. KASUS PSIKOSOSIAL REMAJA


Terdapat 5 kasus dari psikososial yaitu:
1. Identity (Mengemukakan Dan Mengerti Dari Sebagai Individu)
Pada masa remaja terjadi perubahan yang sangat penting pada identitas diri
(Harter, 1990). Pada masa remaja sangsi akan identitas dirinya dan tidak hanya
sangsi akan personal sense dirinya tapi juga untuk pengakuan dari orang lain dan
dari lingkungan bahwa dirinya merupakan indiviodu yang unik dan khusus.
2. Autonomy (Menetapkan Rasa Yang Nyaman Dalam Ketidaktergantungan)
Remaja berusaha membentuk dirinya menjadi tidak tergantung tetapi
berusaha untuk menemukan dirinya dengan kaca mata dirinya sendiri dan orang
lain. Hal ini merupakan suatu proses yang sulit, tidak hanya bagi remaja tetapi
juga bagi orang lain di sekitarnya.
Terdapat tiga perkembangan penting dari autonomy, yaitu:
 Mengurangi ikatan emosional dengan orang tua.
 Mampu untuk mengambil keputusan secara mandiri.
 Membentuk “tanda personalnya” dari nilai dan moral
3. Intimacy (Membentuk Relasi Yang Tertutup Dan Dekat Dengan Orang Lain)
Selama masa remaja perubahan penting lainnya adalah kemampuan
individu untuk menjalin kedekatan dengan orang lain, khususnya dengan sebaya.
Pertemuan muncul pertama kali pada masa remaja melibatkan keterbukaan,
kejujuran, loyaliyas dan saling percaya, juda berbagi kegiatan dan minat “dating”,
menjadi penting dan sebagai konsekuensinya kemampuan untuk menjalin
hubungan melalui kepercayaan dan cinta.
4. Sexuality (Mengekspresikan Perasaan-Perasaan Dan Merasa Senang Jika Ada
Kontak Fisik Dengan Orang Lain)
Kegiatan seksual secara umum dimulai pada masa remaja, kebutuhan
untuk memecahkan masalah nilai-nilai sosial dan moral terjadi pada masa ini
(Kart Chadorin, 1990).
5. Achivement (Mendapatkan Keberhasilan Dan Memiliki Kemampuan Sebagai
Anggota Masyarakat)
Pengembalian keputusan yang penting terjadi pada masa remaja dan
membawa konsueksi yang panjang tentang sekolah dan karir Umumnya
pengembalian keputusan bergantung pada evaluasi diri remaja mengenai
kecakapan dan kemampuan dari aspirasi dan harapannya dimasa mendatang, dan
dari masukan-masukan yang diterima oleh remaja dari tugas guru dan teman.

H. PERMASALAHAN REMAJA
1. Remaja dan rokok
Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat
tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si
perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok
sendiri maupun orang – orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat
di dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya. Beberapa
motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah untuk mendapat
pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing
beliefs), dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma
( permissive beliefs/ fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan
merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain,
terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada
kelompok sebayanyaatau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya.
Penyebab Remaja Merokok
a. Pengaruh Orangtua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang
berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu
memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah
untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah
tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294).
b. Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka
semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian
sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi
terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan temanteman remaja tersebut dipengaruhi
oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja
perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang
perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991)
c. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri
dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat
kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah
konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial
lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang
rendah (Atkinson,N1999).
d. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa
perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remajaNseringkali terpicu
untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti, Buletin
RSKO, tahun IX,1991).
2. Penyimpangan seks pada remaja
Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar
mereka tidak "kuper" dan "jomblo" yang biasanya jadi anak mama. "Banyak
teman maka banyak pengetahuan". Namun tidak semua teman kita sejalan dengan
apa yang kita inginkan. Mungkin mereka suka hura-hura, suka dengan yang
berbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap terpuji benar agar kita tidak
terjerumus ke pergaulan bebas yang menyesatkan.
Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan
manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja
ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa
remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang
dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks.
Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksipun mengalami
perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan. Kematangan
organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai
lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun non elektronik
akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remaja tersebut.
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal
kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan yang terjadi
pada remaja diluar pernikahan. Apalagi apabila Kehamilan tersebut terjadi pada
usia sekolah. Siswi yang mengalami kehamilan biasanya mendapatkan respon dari
dua pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada
siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah meresponya dengan sangat
buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah. Kedua
yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal, lingkungan akan cenderung
mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut. Hal tersebut terjadi jika karena
masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita.
Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian pemerintah.
Karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani remaja sebagai
individu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi secara luas pada seluruh
strata di masyarakat dan juga membebani sumber-sumber kesejahteraan. Namun,
alasan-alasannya tidak sepenuhnya dimengerti. Beberapa sebab kehamilan
termasuk rendahnya pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budaya
yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja akan
ketidakamanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang
sangat untuk mendapatkan kebebasan.
Selain masalah kehamilan pada remaja masalah yang juga sangat
menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remaja
adalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS.
Beberapa penyebab rentannya remaja terhadap HIV/AIDS adalah
a. Kurangnya informasi yang benar mengenai perilaku seks yang aman dan upaya
pencegahan yang bisa dilakukan oleh remaja dan kaum muda. Kurangnya
informasi ini disebabkan adanya nilai-nilai agama, budaya, moralitas dan lainlain,
sehingga remaja seringkali tidak memperoleh informasi maupun pelayanan
kesehatan reproduksi yang sesungguhnya dapat membantu remaja terlindung dari
berbagai resiko, termasuk penularan HIV/AIDS.
b. Perubahan fisik dan emosional pada remaja yang mempengaruhi dorongan
seksual. Kondisi ini mendorong remaja untuk mencari tahu dan mencoba-coba
sesuatu yang baru, termasuk melakukan hubungan seks dan penggunaan narkoba.
c. Adanya informasi yang menyuguhkan kenikmatan hidup yang diperoleh melalui
seks, alkohol, narkoba, dan sebagainya yang disampaikan melalui berbagai media
cetak atau elektronik.
d. Adanya tekanan dari teman sebaya untuk melakukan hubungan seks, misalnya
untuk membuktikan bahwa mereka adalah jantan.
e. Resiko HIV/AIDS sukar dimengerti oleh remaja, karena HIV/AIDS mempunyai
periode inkubasi yang panjang, gejala awalnya tidak segera terlihat
f. Informasi mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS rupanya juga belum
cukup menyebar di kalangan remaja. Banyak remaja masih mempunyai
pandangan yang salah mengenai HIV/AIDS.
g. Remaja pada umumnya kurang mempunyai akses ke tempat pelayanan kesehatan
reproduksi dibanding orang dewasa. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya
remaja yang terkena HIV/AIDS tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi,
kemudian menyebar ke remaja lain, sehingga sulit dikontrol
3. Remaja dan penyalahgunaan minuman keras dan narkoba
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN),jumlah kasus
penyalahgunaan Narkoba di Indonesia dari tahun 1998 - 2003 adalah 20.301
orang, di mana 70% diantaranya berusia antara 15 -19 tahun
Dampak Penyalahgunaan Narkoba
Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah
ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan
gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP)
dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal.
Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis
narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum,
dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.
a. Dampak Fisik:
1) Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi,
gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
2) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut
otot jantung, gangguan peredaran darah
3) Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim
4) Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan,
kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
5) Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan sulit tidur
6) Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti:
penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta
gangguan fungsi seksual
7) Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan
periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
8) Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik
secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV
yang hingga saat ini belum ada obatnya
9) Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi
narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa
menyebabkan kematian
b. Dampak Psikis:
1) Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
2) Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
3) Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
4) Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
5) Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
c. Dampak Sosiai:
1) Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
2) Merepotkan dan menjadi beban keluarga
3) Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan
mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak
mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat
untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejata fisik dan psikologis ini juga berkaitan
dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah,
manipulatif, dll.

I. MENANGANI MASALAH YANG TERJADI PADA REMAJA


Selain ketiga masalah psikososial yang sering terjadi pada remaja seperti yang
disebutkan dan dibahas diatas terdapat pula masalah masalah lain pada remaja seperti
tawuran, kenakalan remaja, kecemasan, menarik diri, kesulitan belajar, depresi dll.
Semua masalah tersebut perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak
mengingat remaja merupakan calon penerus generasi bangsa. Ditangan remaja lah
masa depan bangsa ini digantungkan.
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah
semakin meningkatnya masalah yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain :
1. Peran Orangtua :
a. Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
b. Membekali anak dengan dasar moral dan agama
c. Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak
d. Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
e. Menjai tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal
menjaga lingkungan yang sehat
f. Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak
g. Hindarkan anak dari NAPZA
2. Peran Guru :
a. Bersahabat dengan siswa
b. Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
c. Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan
ekstrakurikuler
d. Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga
e. Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP
f. Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas
g. Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
h. Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek
setempat
i. Mewaspadai adanya provokator
j. Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
k. Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang
secara sehat dalah hal fisik, mental, spiritual dan sosial
l. Meningkatkan deteksi dini penyalahgunaan NAPZA
3. Peran Pemerintah dan masyarakat :
a. Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti
b. Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak
melalui olahraga dan bermain
c. Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas
d. Memberikan keteladanan
e. Menanggulangi NAPZA, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya
secara tegas
f. Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan
4. Peran Media :
a. Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)
b. Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
c. Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas
biaya khusus untuk remaja

J. REMAJA DAN PERILAKU HIDUP SEHAT


Remaja yang bersikap hidup sehat adalah remaja:
1. Mengerti tujuan hidup
2. Memahami faktor penghambat maupun pendukung perkembangan
kematangannya.
3. Bergaul dengan bijaksana
4. Terus menerus memperbaiki diri
Dengan demikian remaja dapat diharapkan menjaga remaja yang handal dan
sehat. Remaja harus mengetahui dirinya memiliki kekhawatiran dan harapan, dengan
kata lain remaja harus mengerti dirinya sendiri. Faktor yang berkembang pada setiap
remaja antara lain fisik, intelektual, emosional, spiritual. Kecepatan perkembangan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fisik 35%
2. Intelektual 20%
3. Emosional 30%
4. Spiritual 15%
Faktor fisik berkembang secara tepat sedangkan faktor lainnya berkembang tidak
sama besar. Perkembangan yang tidak seimbang inilah yang menimbulkan
kejanggalan dan berpengaruh terhadap perilaku remaja.
Bagaimana seseorang remaja melihat dirinya sendiri, orang lain serta
hubungannya dengan orang lain termasuk orang tua dan pembina? Kadangkadang ia
ingin dianggap sebagai anak-anak, orang dewasa, orang lain dianggap sebagai orang
tua, teman.
Hubungan dirinya dengan orang lain dianggap bersifat:
1. Otoriter ------- demokratis
2. Tertutup ------- terbuka
3. Formal ------- informal
Semua tersebut di atas dalam keadaan "dalam perjalanan menuju" Sehingga dapat
dilihat segalanya masih dalam proses dan tidak berada dalam kutub atau masa anak-
anak ataupun kutub atau masa dewasa. "Dalam perjalanan menuju" ini yang menonjol
adalah:
1. Fisik yang kuat
2. Emosi yang cepat tersinggung
3. Sering mengambil keputusan tanpa berfikir panjang
4. Pertimbangan agama, falsafah, ataupun tatakrama hanya kadang-kadang saja
dipakai
Dan "Dalam perjalanan menuju" yang paling penting diketahui oleh remaja
adalahbagaimana remaja dapat berproses :
1. Menuju fisik yang ideal
2. Menuju emosi kelakian ataupun kewanitaan yang utuh
3. Menuju cara berfikir dewasa
4. Menuju mempercayai hal-hal yang agamais, bersifat falsafah dan bersifat tata
krama

BAB III

PROSES KEPERAWATAN JIWA PADA PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL


REMAJA

1. Pengkajian
Perkembangan psikososial remaja adalah kemampuan remaja untuk mencapai
identitas dirinya yang meliputi peran, tujuan pribadi, dan keunikan atau cirri khas diri.
Kemampuan ini tercapai. Melalui serangkaian tugas perkembangan yang harus
diselesaikan oleh remaja. Jka tidak dapat mencapai kemampuan tersebut, remaja akan
mengalami kebingungan peran yang berdampak pada rapuhnya kepribadian sehingga
terjadi gangguan konsep diri.
Tabel 1-12 menguraikan perilaku remaja yang menunjukkan pembentukan identitas
diri dan bingung peran.

TABEL 1-12 karakteristik perilaku remaja

TUGAS PERKEMBANGAN PERILAKU REMAJA


Perkembangan yang normal:  Menilai diri secara objektif
Pembentukan identitas diri  Merancanakan masa depannya
 Dapat mengambil keputusan
 Menyukai dirinya
 Berinteraksi dengan lingkungannya
 Bertanggung jawab
 Mulai memperlihatkan kemandirian
dalam keluarga
 Menyelesaikan masalah dengan
meminta bantuan orang lain yang
menurutnya mampu
Penyimpangan perkembangan: bingung  Tidak menemukan cirri khas
peran (kekuatan dan kelemahan ) dirinya
 Merasa bingung, bimbang
 Tidak mempunyai rencana untuk
msa sepan
 Tidak mampu berinteraksi dengan
lingkungannya
 Memiliki perilaku antisosial
 Tidak menyukai dirinya
 Sulit mengambil keputusan
 Tidak mempunyai minat
 Tidak mandiri
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
 Potensial (normal): Kesiapan Peningkatan Perkembangan Psikososial Pada Remaja
 Risiko (penyimpangan): risiko bingung peran.

3. TINDAKAN KEPERAWATAN

Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial remaja bertujuan :

a. Remaja mampu menyebutkan karakteristik perkembangan psikososial yang


normal dan menyimpang.
b. Remaja mampu menjelaskan cara mencapai perkembangan psikososial yang
normal
c. Remaja mampu melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan psikososial
yang normal.

TABEL 1-13 Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial remaja

TUGAS PERKEMBANGAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Perkembangan yang normal :  Diskusikan perkembangan psikososial
Pembentukan identitas diri remaja yang normal dan menyimpang
 Diskusikan cara untuk mencapai
perkembangan psikososial yang
normal
o Anjurkan remaja untuk
berinteraksi dengan orang lain
yang membuatnya nyaman
mencurahkan perasaan,
perhatian, kekhawatiran.
o Anjurkan remaja untuk
mengikuti organisasi yang
mempunyai kegiatan positif
(olahraga,seni,bela
diri,pramuka,keagamaan.
o Anjurkan remaja untuk
melalkukan kegiatan dirumah
sesuai dengan perannya.
 Bimbing dan motivasi remaja dalam
membuat rencana kegiatan dan
melaksanakan rencana yang telah
dibuatya.

Penyimpangan perkembangan :  Diskusikan aspek positif/kelebihan


bingung peran yang dimiliki remaja.
 Bantu mengidentifikasi berbagai peran
yang dapat ditampilkan remaja dan
kehidupannya.
 Diskusikan penampilan peran yang
terbaik untuk remaja
 Bantu remaja mengidentifikasi
perannya di keluarga.

Tindakan keperawatan untuk keluarga bertujuan:

1. Keluarga mampu memahami perilaku yang menggambarkan perkembangan


remaja yang normal dan menyimpang.
2. Keluarga mampu memahami cara menstimulasi perkembangan remaja.
3. Keluarga mampu mendemonstrasikan tindakan untuk menstimulasi
perkembangan remaja.
4. Keluarga mampu merancanakan tindakan untuk mengembangkan kemampuan
psikososial remaja.

Tindakan keperawatan untuk keluarga, adalah sebagai berikut :

1. Jelaskan ciri perkembangan remaja yang normal dan menyimpang.


2. Jelaskan cara yang dapat dilakukan keluarga untuk memfasilitasi perkembangan
remaja yang normal.
a. Fasilitas remaja untuk berinteraksi dengan kelompok sebaya.
b. Anjurkan remaja untuk bergaul dengan orang lain yang membuatnya
nyaman mencurahkan perasaan, perhatian,dan kekhawatiran.
c. Anjurkan remaja untuk mengikuti organisasi yang mempunyai kegiatan
positif ( olahraga,seni,bela diri, pramuka, pengajian).
d. Berperan sebagai teman curhat bagi remaja.
e. Berperan sebagai contoh bagi remaja dalam melakukan interaksi social
yang baik.
f. Beri lingkungan yang nyaman bagi remaja untuk melakukan aktivitas
bersama kelompoknya.
3. Diskusikan dan demonstrasikan tindakan untuk membantu remaja memperoleh
identitas diri.
4. Diskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan keluarga untuk memfasilitasi
remaja memperoleh dentitas diri.

SP 1 REMAJA: Membina hubungan saling percaya dengan remaja, Menjelaskan ciri


perkembangan psikososial remaja yang normal dan menyimpang

SP 2 REMAJA : Mendemonstrasikan dan melatih cara mencapai perkembangan


remaja yang normal, Menyusun rencana tindakan untuk mencapai perkembangan
psikososial remaja yang normal

ORIENTASI

“Selamat siang ,Buk. Saya perawat R dari Stikes Mercubaktijaya. Nama ibuk siapa?
biasa nya dipanggil apa?bagaimana perasaan ibuk saat ini?Saya ingin bertemu
dengan Adik F dan mendiskusikan perkembangan psikososial adik F yang sudah
remaja. Bagaimana F kalau kita berbincang-bincang sebentar tentang
perkembangan remaja?Dimana kita kan bicara,F?Di ruangan ini?baiklah F kita akan
berdiskusi selama kurang lebih 30 menit”.

KERJA
“Saya bawakan leaflet tentang perkembangan remaja. Silahkan F membacanya. Di
situ tertulis ciri perkembangan remaja yang normal dan menyimpang. Apakah
menurut F , perilaku F sudah sesuai dengan yang tertulis disitu? Baiklah, saya akan
menjelaskan cirinya. Tugas utama remaja adalah mencapai identitas atau mengenal
jati diri, seperti kelebihan, kekurangan, tujuan hidup, peran di keluarga, sekolah,
kelompok, dan lingkungannya. Mari kita diskusikan (bahas satu-satu yang telah
dimiliki dan belum dimiliki)”jika remaja tidak dapat mencapai tugas tersebut, remaja
akan mengalami kebingungan dan sulit mengenal kelebihan dan kekurangan diri.
Nah, coba ditelaah lagi. Apakah sudah dapat dipahami?Ada yang ingin F tanyakan
atau diskusikan lebih lanjut?”
“Bagaimana kita lanjutkan tentang kemampuan dan cita-cita F ?Bagaimana
sekolahnya F?Menurut F, apa kelebihan yang F punya dari segi fisik, prestasi di
sekolah, dan kegiatan olahraga atau seni? Bagaimana dengan kekurangan yang F
rasakan, dengan kelebihan dan kekurangan itu, bagaimana pendapat F tentang diri F
sendiri? Menurut F apa yang sudah F lakukan selama ini untuk keluarga? Bagaimana
kalau kita diskusikan dengan orang tua, apa harapan mereka terhadap F dan apa
yang membuat mereka bangga terhadap F. Sekarang F sudah mengenal kelebihan
dan kekurangan sendiri. Apa cita-cita F? Apa upaya yang F lakukan untuk
mencapainya?Apa alternatif kedua jika cita-cita itu tidak tercapai?Bagus sekali.
“Mari sama-sama kita baca kembali materi ini mengenai cara agar berkembang
sebagai remaja sehat. Caranya yaitu F harus bergaul dengan teman sebaya F atau
orang lain yang mempunyai kegiatan positif, mengikuti kegiatan di sekolah dan di
luar sekolah, seperti bela diri, seni atau kegiatan olahraga, dan punya teman yang
bisa diajak curhat”.
“Bagaimana kalau kita lakukan latihan kegiatan yang dapat F lakukan di rumah
seperti merapikan tempat tidur atau kegiatan lain di rumah?Bagus sekali!
Bagaimana kalau kegiatan ini kita masukkan dalam rencana kegiatan F setiap hari?”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan F setelah kita berbincang-bincang atau latihan? Apakah F
masih ingat ciri-ciri remaja yang sudah kita bicarakan tadi?Betul sekali. Saya akan
tinggalkan materi ini silahkan F membacanya. Coba lakukan untuk mencapainya.
Minggu depan, saya datang lagi dan kita akan mendiskusikan cara lain yang dapat F
lakukan untuk mencapai perkembangan psikososial remaja yang normal. Baiklah, ibu
F saya pamit dulu. Sampai jumpa.”

SP 1 KELUARGA: Membina hubungan saling percaya dengan keluarga, Menjelaskan


ciri perkembangan psikososial remaja yang normal dan menyimpang

SP 2 KELUARGA : Mendemonstrasikan dan melatih cara mencapai perkembangan


remaja yang normal, Menyusun rencana tindakan untuk mencapai perkembangan
psikososial remaja yang normal

ORIENTASI

“Selamat siang ,Buk. Bagaimana perasaan ibuk saat ini?Sesuai dengan perjanjian
kita minggu lalu, hari ini saya datang mendiskusikan tentang perkembangan
psikosial remaja dan cara mencapainya agar perkembangan F lebih optimal. Dimana
kita akan bicara ,Buk?Diteras ini saja?Baiklah, kita akan berbicara selama lebih
kurang 30 menit ya. Saya telah berbicara dengan F”.
KERJA
“Tadi saya dan F sudah berbicara tentang perkembangan paikososial remaja dan
cara mencapainya. Saya jelaskan cirinya. Tugas utama remaja adalah mencapai
identitas atau mengenal jati diri, seperti kelebihan, kekurangan, tujuan hidup, peran
di keluarga, sekolah, kelompok, dan lingkungannya. Jika remaja tidak dapat
mencapai tugas tersebut, remaja akan mengalami kebingungan dan sulit mengenal
kelebihan dan kekurangan diri. Apakah sudah dapat dipahami?Ada yang ingin ibu
tanyakan atau diskusikan lebih lanjut?”
“Bu saya akan jelaskan cara yang dapat ibu lakukan untuk memfasilitasi
perkembangan F yaitu fasilitasi remaja untuk berinteraksi dengan kelompok sebaya,
anjurkan remaja untuk bergaul dengan orang lain yang membuatnya nyaman
mencurahkan perasaan, perhatian, dan kekhawatiran, anjurkan remaja untuk
mengikuti organisasi yang mempunyai kegiatan positif(olahraga, seni,bela diri,
pramuka, pengajian) berperan sebagai teman curhat bagi remaja dan sebagai
contoh peran bagi remaja dalam melakukan interkasi sosial yang baik, berikan
lingkungan yang nyaman bagi remaja untuk melakukan aktivitas bersama
kelompoknya.”
“Menurut ibu apa yang sudah F lakukan selama ini untuk keluarga dan prestasinya di
sekolah? Coba ungkapkan pada F. Mari kita panggil F dan sampaikan kepadanya
mengenai hal yang ibuk banggakan padanya. “(percakapan orang tua dengan F
tentang hal yang dibanggakan)”Sekatang F tahu apa yang dibanggakan dan
diharapkan orang tua. Bagaimana perasaan F?”
“Tadi ibuk sudah melihat bagaimana membantu F mengenal dirinya. Ibuk dapat
meneruskan dengan memfasilitasi kegiatan lainnya supaya F lebih merasa percaya
diri. Selain itu, ibu juga harus berperan sebagai contoh dalam berinteraksi dan
memfasilitasi lingkungan yang nyaman bagi F untuk dapat beraktivitas dengan
teman-temannya. Apakah menurut ibuk ini dapat dilakukan? Bagaimana bu, ada
yang ingin ditanyakan lagi?”
TERMINASI
“ Nah bu dan F kita sudah selesai mendiskusikan ciri perkembangan psikososial
remaja dan cara untuk mencapainya baik yang harus dilakukan ibu maupun F. Ibu
dan F dapat meneruskan kegiatan lainnya untuk F. Minggu depan saya akan datang
lagi untuk mendiskusikan rencana kegiatan lain yang dapatn dilakukan F dan
keluarga. Apakah ada hal lain yang ingin ibu tanyakan atau F ketahui? Sudah cukup?
Saya pamit dulu bu, F. Sampai jumpa.”

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Anak remaja anda mungkin berbeda sedikit dari remaja lainnya. Setiap
generasi memiliki kadar motif, gaya hidup, harapan dan mimpi yang berbeda. Tapi
lingkungan sekolah dan pergaulan remaja sekarang sangatlah berbeda dari apa yang
remaja dulu alami.
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju
masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik
maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh
berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula
orang dewasa. Pada periode ini pula remaja berubah secara kognitif dan mulai mampu
berfikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan
diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang
baru sebagai orang dewasa.
B. SARAN
Diharapkan teman-teman dari mahasiswa mau membaca makalah ini, karena
sangat berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan. “jangan katakan tidak
mampu sebelum mencoba”. Kita sama-sama di berikan akal fikiran oleh Allah SWT,
jadi jangan di sia-siakan, manfaatkan fasilitas yang ada seefisien dan sebaik mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Anna Keliat, Budi dkk. 2011. Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan
Jiwa : CMHN (Intermediate Course). Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai