KELOMPOK 1 :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia_Nya kami dapat
menyelesaikan tugas asuhan keperawatan jiwaPSIKOSOSIAL ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbingyang telah membantu
kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah menulis makalah ini. Atas
bimbingan yang telah berikan, kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang
sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan
untuk menyempurnakan makalah ini.
Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu
bagi diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Remaja merupakan salah satu periode kehidupan yang dimulai dengan
perubahan biologis pada masa pubertas dan diakhiri dengan masuknya seseorang ke
dalam tahap kedewasaan. Dua ratus tahun yang lalu, periode ini tidak dikenali.
Untuk waktu yang lama, remaja dimaknai sebagai masa transisi, tidak lebih
dari masa selintas menuju kedewasaan, masa yang ditandai dengan instabilitas dan
keresahan. Meskipun remaja bermasalah tidak bisa dianggap mewakili kelompok usia
remaja secara keseluruhan, pada saat yang bersamaan remaja dipandang sebagai
periode emosi yang tidak stabil dan terganggu, serta masa pemberontakan.
Saat ini, dengan pengetahuan ilmiah pada proses pengalaman remaja, masa
remaja secara luas dipandang sebagai periode pertumbuhan yang bersemangat, dan
kemajuan personal yang pesat. Pertumbuhan bukan secara murni terdiri dari aspek
biologis dan pubertas, tetapi juga perubahan mental dan sosial yang membantu
membentuk kepribadian masa dewasa.
Jiwa "pemberontakan" yang dilabelkan pada remaja harus dipandang sebagai
perspektif orang dewasa, dan bukan sepenuhnyua karakteristik dari kelompok usia ini.
Sesungguhnya, yang disebut "pemberontakan" tersebut tidak lebih dari upaya remaja
untuk mencari penegasan diri untuk menemukan bahwa dirinya berbeda, dan
merupakan proses yang penting dalam tahap-tahap pembentukan kepribadian.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi remaja
2. Untuk mengetahui dan memahami ciri-ciri masa remaja
3. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan psikososial remaja
4. Untuk mengetahui dan memahami tugas perkembangan remaja
5. Untuk mengetahui dan memahami pengembangan aspek psikososial remaja
6. Untuk mengetahui dan memahami dimensi remaja
7. Untuk mengetahui dan memahami kasus psikososial remaja
8. Untuk mengetahui dan memahami permasalahan remaja
9. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana menangani permasalahan yang
terjadi pada remaja
10. Untuk mengetahui dan memahami remaja dan perilaku hidup sehat
11. Untuk mengetahui dan memahami proses keperawatan jiwa pada
perkembangan psikososial remaja
BAB II
PEMBAHASAN
ASKEP JIWA BERDASARKAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA REMAJA
A. DEFENISI
Menurut (Stanley Hall, 1991)
Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan
stress (Storm and Stress).Karena mereka mereka telah memiliki keinginan bebas
untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik maka ia akan menjadi
seorang individu yang memiliki rasa tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing
maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan /dengan baik.
Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 1998) usia remaja antara 12 sampai
usia 23 tahun.
Menurut Erikson masa remaja adalah masa yang akan melalui krisis dimana
remaja berusaha untuk mencari identitas diri (Search for self -Identity) (Dariyo, 2004)
Remaja : masa transisi/ peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa
yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik,psikis & psikososial.
Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
(Konopka, 1973 dalam Pikunas, 1976; Ingersoll 1989):
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang
dewasa.
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi
perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan
yang terjadi selama masa remaja.
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang
dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini
merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa
remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa
remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa
ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka
diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih
mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan
terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir
yang duduk di awal-awal masa kuliah.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan
kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik
perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi
maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh
sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain.
Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa
kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini
juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja,
maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-
hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain.
Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang
sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak
menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
Erikson (1968, dalam Papalia, Olds & Feldman, 2001) mengatakan bahwa tugas
utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis
ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini
bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa yang
unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds
& Feldman, 2001).
Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa
dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang
pada akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan
menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya.
F. DIMENSI REMAJA
1. Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja
putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas
menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua
jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan
dengan pertumbuhan, yaitu:
a. Follicle-Stimulating Hormone (FSH)
b. Luteinizing Hormone (LH).
Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan
estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki,
Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone
(ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone.
Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubahsistem
biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi,sebagai
pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi jugaperubahan
fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulaimemperlihatkan
perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungandengan
tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubahsecara cepat
sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
2. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations).
Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam
usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan
berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan
mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta
kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak
mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti
ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka
akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran
mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan
sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk
masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu
mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih
sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya
mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih
tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit,
dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu
melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem
pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajarmengajar
satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir
anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang
cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak
memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia
dan mentalnya.
Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran
abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis
dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
3. Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai
berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi
pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para
remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah
populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik,
kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil
pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama
ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada
dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan
lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-
hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para
remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini
diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam
melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi
lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam
suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja
berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan
ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang
ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi
pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali
mendasari sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang
selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak
diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik.
Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya
membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai
baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik
nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan
menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya.
Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan
oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika
orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi
jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif
jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua
yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja
itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu
memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang
remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran
orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan
baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang
diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.
4. Dimensi Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood
(suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago
olehMihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa
remajarata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang
luarbiasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa
jamuntuk hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja
iniseringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau
kegiatansehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah
dengancepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami
perubahanyang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka
sangatrentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa
orang lainsangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka
mengagumi ataumengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja
sangatmemperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image).
Remajacenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan
percayakeunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja
putriakan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan
melirikdan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan
membayangkandirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”.
Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang
dengansendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu,
Remajaakan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan
tidakselalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan
remajabahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak
berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan
tantanganuntuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan.
Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu,
sehinggaseringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan
mereka.Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar
danbelum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka
panjang.Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan
perbuatanmereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati,
lebihpercaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan
rasatanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan
jatidiripositif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada
dirisendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang
yanglebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana
menghadapimasalah itu sebagai “seseorang yang baru”; berbagai nasihat dan
berbagai caraakan dicari untuk dicobanya. Remaja akan membayangkan apa yang
akandilakukan oleh para “idola”nya untuk menyelesaikan masalah seperti
itu.Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja.
Dari beberapa dimensi perubahan yang terjadi pada remaja seperti yangtelah
dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan – kemungkinan perilaku yangbisa terjadi pada
masa ini. Diantaranya adalah perilaku yang mengundang resikodan berdampak negative pada
remaja. Perilaku yang mengundang resiko padamasa remaja misalnya seperti penggunaan
alcohol, tembakau dan zat lainnya;aktivitas social yang berganti – ganti pasangan dan
perilaku menentang bahayaseperti balapan, selancar udara, dan layang gantung (Kaplan dan
Sadock, 1997).Alasan perilaku yang mengundang resiko adalah bermacam – macam
danBerhubungan dengan dinamika fobia balik ( conterphobic dynamic ), rasa takutdianggap
tidak cakap, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamikakelompok seperti
tekanan teman sebaya.
H. PERMASALAHAN REMAJA
1. Remaja dan rokok
Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat
tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si
perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok
sendiri maupun orang – orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat
di dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya. Beberapa
motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah untuk mendapat
pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing
beliefs), dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma
( permissive beliefs/ fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan
merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain,
terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada
kelompok sebayanyaatau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya.
Penyebab Remaja Merokok
a. Pengaruh Orangtua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang
berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu
memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah
untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah
tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294).
b. Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka
semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian
sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi
terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan temanteman remaja tersebut dipengaruhi
oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja
perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang
perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991)
c. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri
dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat
kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah
konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial
lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang
rendah (Atkinson,N1999).
d. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa
perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remajaNseringkali terpicu
untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti, Buletin
RSKO, tahun IX,1991).
2. Penyimpangan seks pada remaja
Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar
mereka tidak "kuper" dan "jomblo" yang biasanya jadi anak mama. "Banyak
teman maka banyak pengetahuan". Namun tidak semua teman kita sejalan dengan
apa yang kita inginkan. Mungkin mereka suka hura-hura, suka dengan yang
berbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap terpuji benar agar kita tidak
terjerumus ke pergaulan bebas yang menyesatkan.
Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan
manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja
ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa
remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang
dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks.
Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksipun mengalami
perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan. Kematangan
organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai
lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun non elektronik
akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remaja tersebut.
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal
kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan yang terjadi
pada remaja diluar pernikahan. Apalagi apabila Kehamilan tersebut terjadi pada
usia sekolah. Siswi yang mengalami kehamilan biasanya mendapatkan respon dari
dua pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada
siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah meresponya dengan sangat
buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah. Kedua
yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal, lingkungan akan cenderung
mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut. Hal tersebut terjadi jika karena
masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita.
Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian pemerintah.
Karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani remaja sebagai
individu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi secara luas pada seluruh
strata di masyarakat dan juga membebani sumber-sumber kesejahteraan. Namun,
alasan-alasannya tidak sepenuhnya dimengerti. Beberapa sebab kehamilan
termasuk rendahnya pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budaya
yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja akan
ketidakamanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang
sangat untuk mendapatkan kebebasan.
Selain masalah kehamilan pada remaja masalah yang juga sangat
menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remaja
adalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS.
Beberapa penyebab rentannya remaja terhadap HIV/AIDS adalah
a. Kurangnya informasi yang benar mengenai perilaku seks yang aman dan upaya
pencegahan yang bisa dilakukan oleh remaja dan kaum muda. Kurangnya
informasi ini disebabkan adanya nilai-nilai agama, budaya, moralitas dan lainlain,
sehingga remaja seringkali tidak memperoleh informasi maupun pelayanan
kesehatan reproduksi yang sesungguhnya dapat membantu remaja terlindung dari
berbagai resiko, termasuk penularan HIV/AIDS.
b. Perubahan fisik dan emosional pada remaja yang mempengaruhi dorongan
seksual. Kondisi ini mendorong remaja untuk mencari tahu dan mencoba-coba
sesuatu yang baru, termasuk melakukan hubungan seks dan penggunaan narkoba.
c. Adanya informasi yang menyuguhkan kenikmatan hidup yang diperoleh melalui
seks, alkohol, narkoba, dan sebagainya yang disampaikan melalui berbagai media
cetak atau elektronik.
d. Adanya tekanan dari teman sebaya untuk melakukan hubungan seks, misalnya
untuk membuktikan bahwa mereka adalah jantan.
e. Resiko HIV/AIDS sukar dimengerti oleh remaja, karena HIV/AIDS mempunyai
periode inkubasi yang panjang, gejala awalnya tidak segera terlihat
f. Informasi mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS rupanya juga belum
cukup menyebar di kalangan remaja. Banyak remaja masih mempunyai
pandangan yang salah mengenai HIV/AIDS.
g. Remaja pada umumnya kurang mempunyai akses ke tempat pelayanan kesehatan
reproduksi dibanding orang dewasa. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya
remaja yang terkena HIV/AIDS tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi,
kemudian menyebar ke remaja lain, sehingga sulit dikontrol
3. Remaja dan penyalahgunaan minuman keras dan narkoba
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN),jumlah kasus
penyalahgunaan Narkoba di Indonesia dari tahun 1998 - 2003 adalah 20.301
orang, di mana 70% diantaranya berusia antara 15 -19 tahun
Dampak Penyalahgunaan Narkoba
Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah
ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan
gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP)
dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal.
Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis
narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum,
dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.
a. Dampak Fisik:
1) Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi,
gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
2) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut
otot jantung, gangguan peredaran darah
3) Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim
4) Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan,
kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
5) Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan sulit tidur
6) Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti:
penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta
gangguan fungsi seksual
7) Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan
periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
8) Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik
secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV
yang hingga saat ini belum ada obatnya
9) Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi
narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa
menyebabkan kematian
b. Dampak Psikis:
1) Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
2) Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
3) Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
4) Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
5) Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
c. Dampak Sosiai:
1) Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
2) Merepotkan dan menjadi beban keluarga
3) Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan
mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak
mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat
untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejata fisik dan psikologis ini juga berkaitan
dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah,
manipulatif, dll.
BAB III
1. Pengkajian
Perkembangan psikososial remaja adalah kemampuan remaja untuk mencapai
identitas dirinya yang meliputi peran, tujuan pribadi, dan keunikan atau cirri khas diri.
Kemampuan ini tercapai. Melalui serangkaian tugas perkembangan yang harus
diselesaikan oleh remaja. Jka tidak dapat mencapai kemampuan tersebut, remaja akan
mengalami kebingungan peran yang berdampak pada rapuhnya kepribadian sehingga
terjadi gangguan konsep diri.
Tabel 1-12 menguraikan perilaku remaja yang menunjukkan pembentukan identitas
diri dan bingung peran.
3. TINDAKAN KEPERAWATAN
ORIENTASI
“Selamat siang ,Buk. Saya perawat R dari Stikes Mercubaktijaya. Nama ibuk siapa?
biasa nya dipanggil apa?bagaimana perasaan ibuk saat ini?Saya ingin bertemu
dengan Adik F dan mendiskusikan perkembangan psikososial adik F yang sudah
remaja. Bagaimana F kalau kita berbincang-bincang sebentar tentang
perkembangan remaja?Dimana kita kan bicara,F?Di ruangan ini?baiklah F kita akan
berdiskusi selama kurang lebih 30 menit”.
KERJA
“Saya bawakan leaflet tentang perkembangan remaja. Silahkan F membacanya. Di
situ tertulis ciri perkembangan remaja yang normal dan menyimpang. Apakah
menurut F , perilaku F sudah sesuai dengan yang tertulis disitu? Baiklah, saya akan
menjelaskan cirinya. Tugas utama remaja adalah mencapai identitas atau mengenal
jati diri, seperti kelebihan, kekurangan, tujuan hidup, peran di keluarga, sekolah,
kelompok, dan lingkungannya. Mari kita diskusikan (bahas satu-satu yang telah
dimiliki dan belum dimiliki)”jika remaja tidak dapat mencapai tugas tersebut, remaja
akan mengalami kebingungan dan sulit mengenal kelebihan dan kekurangan diri.
Nah, coba ditelaah lagi. Apakah sudah dapat dipahami?Ada yang ingin F tanyakan
atau diskusikan lebih lanjut?”
“Bagaimana kita lanjutkan tentang kemampuan dan cita-cita F ?Bagaimana
sekolahnya F?Menurut F, apa kelebihan yang F punya dari segi fisik, prestasi di
sekolah, dan kegiatan olahraga atau seni? Bagaimana dengan kekurangan yang F
rasakan, dengan kelebihan dan kekurangan itu, bagaimana pendapat F tentang diri F
sendiri? Menurut F apa yang sudah F lakukan selama ini untuk keluarga? Bagaimana
kalau kita diskusikan dengan orang tua, apa harapan mereka terhadap F dan apa
yang membuat mereka bangga terhadap F. Sekarang F sudah mengenal kelebihan
dan kekurangan sendiri. Apa cita-cita F? Apa upaya yang F lakukan untuk
mencapainya?Apa alternatif kedua jika cita-cita itu tidak tercapai?Bagus sekali.
“Mari sama-sama kita baca kembali materi ini mengenai cara agar berkembang
sebagai remaja sehat. Caranya yaitu F harus bergaul dengan teman sebaya F atau
orang lain yang mempunyai kegiatan positif, mengikuti kegiatan di sekolah dan di
luar sekolah, seperti bela diri, seni atau kegiatan olahraga, dan punya teman yang
bisa diajak curhat”.
“Bagaimana kalau kita lakukan latihan kegiatan yang dapat F lakukan di rumah
seperti merapikan tempat tidur atau kegiatan lain di rumah?Bagus sekali!
Bagaimana kalau kegiatan ini kita masukkan dalam rencana kegiatan F setiap hari?”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan F setelah kita berbincang-bincang atau latihan? Apakah F
masih ingat ciri-ciri remaja yang sudah kita bicarakan tadi?Betul sekali. Saya akan
tinggalkan materi ini silahkan F membacanya. Coba lakukan untuk mencapainya.
Minggu depan, saya datang lagi dan kita akan mendiskusikan cara lain yang dapat F
lakukan untuk mencapai perkembangan psikososial remaja yang normal. Baiklah, ibu
F saya pamit dulu. Sampai jumpa.”
ORIENTASI
“Selamat siang ,Buk. Bagaimana perasaan ibuk saat ini?Sesuai dengan perjanjian
kita minggu lalu, hari ini saya datang mendiskusikan tentang perkembangan
psikosial remaja dan cara mencapainya agar perkembangan F lebih optimal. Dimana
kita akan bicara ,Buk?Diteras ini saja?Baiklah, kita akan berbicara selama lebih
kurang 30 menit ya. Saya telah berbicara dengan F”.
KERJA
“Tadi saya dan F sudah berbicara tentang perkembangan paikososial remaja dan
cara mencapainya. Saya jelaskan cirinya. Tugas utama remaja adalah mencapai
identitas atau mengenal jati diri, seperti kelebihan, kekurangan, tujuan hidup, peran
di keluarga, sekolah, kelompok, dan lingkungannya. Jika remaja tidak dapat
mencapai tugas tersebut, remaja akan mengalami kebingungan dan sulit mengenal
kelebihan dan kekurangan diri. Apakah sudah dapat dipahami?Ada yang ingin ibu
tanyakan atau diskusikan lebih lanjut?”
“Bu saya akan jelaskan cara yang dapat ibu lakukan untuk memfasilitasi
perkembangan F yaitu fasilitasi remaja untuk berinteraksi dengan kelompok sebaya,
anjurkan remaja untuk bergaul dengan orang lain yang membuatnya nyaman
mencurahkan perasaan, perhatian, dan kekhawatiran, anjurkan remaja untuk
mengikuti organisasi yang mempunyai kegiatan positif(olahraga, seni,bela diri,
pramuka, pengajian) berperan sebagai teman curhat bagi remaja dan sebagai
contoh peran bagi remaja dalam melakukan interkasi sosial yang baik, berikan
lingkungan yang nyaman bagi remaja untuk melakukan aktivitas bersama
kelompoknya.”
“Menurut ibu apa yang sudah F lakukan selama ini untuk keluarga dan prestasinya di
sekolah? Coba ungkapkan pada F. Mari kita panggil F dan sampaikan kepadanya
mengenai hal yang ibuk banggakan padanya. “(percakapan orang tua dengan F
tentang hal yang dibanggakan)”Sekatang F tahu apa yang dibanggakan dan
diharapkan orang tua. Bagaimana perasaan F?”
“Tadi ibuk sudah melihat bagaimana membantu F mengenal dirinya. Ibuk dapat
meneruskan dengan memfasilitasi kegiatan lainnya supaya F lebih merasa percaya
diri. Selain itu, ibu juga harus berperan sebagai contoh dalam berinteraksi dan
memfasilitasi lingkungan yang nyaman bagi F untuk dapat beraktivitas dengan
teman-temannya. Apakah menurut ibuk ini dapat dilakukan? Bagaimana bu, ada
yang ingin ditanyakan lagi?”
TERMINASI
“ Nah bu dan F kita sudah selesai mendiskusikan ciri perkembangan psikososial
remaja dan cara untuk mencapainya baik yang harus dilakukan ibu maupun F. Ibu
dan F dapat meneruskan kegiatan lainnya untuk F. Minggu depan saya akan datang
lagi untuk mendiskusikan rencana kegiatan lain yang dapatn dilakukan F dan
keluarga. Apakah ada hal lain yang ingin ibu tanyakan atau F ketahui? Sudah cukup?
Saya pamit dulu bu, F. Sampai jumpa.”
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anak remaja anda mungkin berbeda sedikit dari remaja lainnya. Setiap
generasi memiliki kadar motif, gaya hidup, harapan dan mimpi yang berbeda. Tapi
lingkungan sekolah dan pergaulan remaja sekarang sangatlah berbeda dari apa yang
remaja dulu alami.
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju
masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik
maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh
berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula
orang dewasa. Pada periode ini pula remaja berubah secara kognitif dan mulai mampu
berfikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan
diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang
baru sebagai orang dewasa.
B. SARAN
Diharapkan teman-teman dari mahasiswa mau membaca makalah ini, karena
sangat berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan. “jangan katakan tidak
mampu sebelum mencoba”. Kita sama-sama di berikan akal fikiran oleh Allah SWT,
jadi jangan di sia-siakan, manfaatkan fasilitas yang ada seefisien dan sebaik mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Anna Keliat, Budi dkk. 2011. Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan
Jiwa : CMHN (Intermediate Course). Jakarta : EGC.