Anda di halaman 1dari 4

Plica Vocalis (Pita Suara)

Plica vocalis merupakan sebuah lipatan yang mudah bergerak pada masing-masing sisi
larynx danberperan pada pembentukan suara. Masing-masing dibentuk oleh membrana mucosa
yang menutupi ligamentum vocale, tidak mengandung pembuluh darah, dan berwarna putih.
Plica vocalis bergerak pada respirasi, warna putihnya mudah dikenali jika diperiksa dengan
laryngoscope.
Celah di antara kedua plica vocalis disebut rima glottidis atau gloftis. Glottis dibatasi di
depan oleh plica vocalis dan di belakang oleh permukaan medial cartilago arytenoidea. Glottis
merupakan bagian yang paling sempit dari larynx dan berukuran sekitar 2.5 cm dari depan ke
belakang pada pria dewasa, dan lebih kecil pada wanita. Pada anak-anak, bagian bawah larynx di
dalam cartilago cricoidea merupakanbagian yang paling sempit.
Sumber : Snell, Richard S.2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Alih bahasa, Liliana
Sugiharto, editor edisi bahasa indonesia Ardy Suwahyo, Yohanes Antoni Liestyawan.
Jakarta : EGC

Reflek Bersin
Bersin merupakan reflex protektif sistem respirasi yang terjadi akibat stimulasi traktus
respiratorius atas, khususnya cavum nasi. Aktivasi sistem saraf pusat dan perifer memiliki peran
penting dalam patofisiologi proses bersin ini. Saraf sensori sistem aferen trigeminus meliputi
serat-Aδ termielinasi dan tipis dan serat-C yang tidak termielinasi mucosa nasal yang
mentransmisikan sinyal-sinyal yang menghasilkan sensasi, meliputi gatal dan reflex motoric,
seperti bersin. Saraf-saraf ini dapat distimulasi oleh berbagai alasan. Reflex bersin sering
menyertai rhinitis alergi atau nonalergi. Bersin juga dapat timbul akibat cahaya terang atau
matahari (sindrom ACHOO), stimulasi fisik nervus trigeminus, fisiogenik atau patologi sistem
saraf pusat, dan bahkan karena perut yang penuh (snatiation reflex).
Sumber: Songu M, Onrci M. Physiology and Pathophysiology of Sneezing and
Itching: Mechanisms of the Symptoms in Nasal Physiology and Pathophysiology of Nasal
Disorders. Berlin: Springer; 2013.
Tonsilitis
1. Etiologi.

Tonsilitis bakterialis supuratif akut paling sering disebabkan oleh streplokokus beta hemolitikus
grup A, meskipun pneumokokus, stafilokokus, dan Haemophilus influenzae juga virus patogen
dapat dilibatkan.
2. Gejala-gejala.
Penderita mengeluh sakit tenggorokan dan beberapa derajat disfagia dan, pada kasus
yang berat, penderita dapat menolak untuk minum atau makan melalui mulut. Penderita tampak
sakit akut dan pasti mengalami malaise. Suhu biasanya tinggi, kadang-kadang meneapai 104 F.
Napasnya bau. Mungkin terdapat otalgia dalam bentuk nyeri alih. Kadang-kadang otitis nredia
merupakan komplikasi peradangan pada tenggorokan. Seringkali terdapat adenopati servikalis
disertai nyeri tekan.
Tonsila membesar dan meradang. Tonsila biasanya berbercak-bercak dan kadang-kadang diliputi
oleh eksudat. Eksudat ini mungkin keabu-abuan atau kekuningan. Eksuilat ini dapat berkumpul
dan membentuk membran, dan pada beberapa kasus dapat terjadi nekrosis jaringan lokal.
3. Pengobatan.

Pada umumnya, penderita dengan tonsilitis akut serta demam sebaiknya tirah baring,
pemberian cairan adekuat, dan diet ringan. Aplikasi lokal seperti obat tenggorokan, dianggap
mempunyai arti yang relatif kecil. Analgesik oral efektif dalam mengendalikan rasa tidak enak.
OBAT KUMUR, efektivitas obat kumur masih dipertanyakan. Apakah benar bahwa
kegiatan berkumur tidak membawa banyak cairan berkontak dengan dinding faring, karena
dalarn beberapa hal cairan ini tidak mengenai lebih dari tonsila palatina. Walaupun, pengalanran
klinis menunjukkan bahwa berkumur yang dilakukan dengan rutin menambah rasa nyaman pada
penderita dan mungkin mempengaruhi beberapa tingkat perjalanan penyakit.
Sumber : Boies. Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Jakarta: EGC; 2012
Konseling dan Edukasi
Memberitahu individu dan keluarga untuk:
1. Menghindari pencetus, termasuk makanan dan minuman yang mengiritasi
2. Melakukan pengobatan yang adekuat karena risiko kekambuhan cukup tinggi.
3. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur.
4. Berhenti merokok.
5. Selalu menjaga kebersihan mulut.
6. Mencuci tangan secara teratur.
Sumber : Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan primer, Jakarta:2014

Laringitis
Konseling dan Edukasi
Memberitahu pasien dan keluarga untuk:
1. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur.
2. Menghentikan merokok.
3. Mengistirahatkan pasien berbicara dan bersuara atau tidak bersuara berlebiha
Sumber : Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan primer, Jakarta:2014
Faringitis
1. Gejala dan Tanda.
Pada awitan penyakit, penderita mengeluh rasa kering atau galal pada tenggorokan.
Malaise dan sakit kepala adalah keluhan biasa. Biasanya terdapat suhu yang sedikit meningkat.
Eksudat pada faring menebal. Eksudat ini sulit untuk dikeluarkan, dengan suara parau, usaha
megeluarkan dahak dari kerongkongan dan batuk. Keparauan terjadi jika proses peradangan
mengenai laring. Pada beberapa kasus, mungkin terulama terdapat disfagia sebagai akibat dari
nyeri, nyeri alih ke telinga, adenopati servikal, dan nyeri tekan. Dinding faring kemerahan dan
menjadi kering, gambaran seperti kaca dan dilapisi oleh sekresi mukus. Jaringan limfoid
biasanya tarnpak merah dan membengkak.
2. Diagnosis.
Diagnosis biasanya dibuat tanpa kesulitan, terutama terdapatnya gejala dan tanda seperti
yang baru dijelaskan. Biakan tenggorokan membantu dalam menentukan organisme.
3. Pengobatan.

Penggunaan antirnikroba telah merubah pengobatan rutin faringitis bakteri akut dalam
tahun-tahun terakhir. Sebagai akibatnya, perjalanan penyakit rnenjadi lebih pendek dan insidens
komplikasi menurun. Antibiotik sebaiknya diberikan dalam dosis terapeutik. Penggunaan irigasi
hangat pada tenggorokan, perawatan penunjang yaitu pemberian cairan yang adekuat, diet
ringan, dan aspirin jika diperlukan masih penting dalam mempereepat penyenbuhan, walaupun
kenyataan bahwa perbaikan terjadi setelah pemberian antibiotik
Sumber : Boies. Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Jakarta: EGC; 2012

Kenapa dahak sulit keluar???


Pada faringitis, eksudat yang dihasilkan mula-mula serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk
mukus, dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Hal
inilah yang menyebabkan dahak menjadi sulit untuk dikeluarkan.
Sumber :Boies. Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Jakarta: EGC; 2012

Anda mungkin juga menyukai