Ivan
Adri Handira Ishaq
Dean Rizky
Fadhil Nurshiam
Roland Budiarto
Ryan Nabili
Farid Hanafi
Bintang Rocesar
Aditia Adi Putra
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kebijakan perdagangan internasional adalah berbagai tindakan dan peraturan yang
dijalankan suatu negara, baik secara lansung maupun tidak langsung, yang akan
mempengaruhi struktur, komposisi, dan arah perdagangan internasional negara
tersebut. Kebijakan perdagangan internasional dilaksanakan dengan tujuan untuk
melindungi kepentingan ekonomi nasional, industri dalam negeri, dan lapangan kerja
serta menjaga stabilitas ekonomi nasional. Akan tetapi, dalam praktek perdagangan
internasional saat ini, kebanyakan pemerintah melakukan campur tangan dalam
kegiatan perdagangan internasional menggunakan kebijakan lainnya yang lebih rumit,
yaitu Kebijakan Nontarif Barrier (NTB).
Hal ini dilakukan negara tersebut untuk menyembunyikan motif proteksi atau sekedar
mengecoh negara lainnya. Oleh karena itu, sampai saat ini masih banyak negara yang
memberlakukan kebijakan nontarif barrier walaupun beberapa ahli beranggapan bahwa
kebijakan nontarif barrier dapat menjadi penghalang untuk tercapainya keterbukaan
dalam perdagangan internasional.
B. Rumusan masalah
Dalam makalah ini, rumusan masalah yangdapat penulis sampaikan adalah
1. Apakah pengertian hambatan perdagangan non tarif itu?
2. Apa saja hambatan non tarif?
3. Cara suatu negara menerapkan hambatan non tarif
4. Apa tujuan suatu negara menggunakan hambatan non tarif?
C. Tujuan penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk
1. Agar kita mengetahui pengertian hambatan perdagangan non tarif
2. Agar kita mengetahui apa saja hambatan non tarif
3. Agar kita mengetahui bagaimana cara suatu negara menerapkan hambatan non tarif
4. Agar kita mengetahui tujuan suatu negara menerapkan hambatan non tarif
Contoh Indonesia
Kebijakan Non Tarif Lebih Efektif
Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan perdagangan bebas antar negara kini
menjadi tren kerja sama di bidang perekonomian. Indonesia tak perlu mengisolir atau
menarik diri tetapi saat terjun ke dalamnyapun harus hati-hati.
“Saya ingin kita ikut main dalam tren itu karena hampir semua negara ikut game itu.
Namun, kita juga harus bisa memproteksi diri,” tuturnya, di Jakarta, Rabu (20/8).
Indonesia harus tetap tegas dalam memberikan perlindungan terhadap sektor tertentu yang
dinilai harus diproteksi. Tanpa ini maka daya saing industri dalam negeri akan tergerus
bahkan laju investasi bisa jadi melambat.
“Dalam perdagangan bebas, impor akan menjadi lebih murah karena tarif 0%. [Peningkatan
impor] membuat industri kita tidak tumbuh, sehingga investasi berpotensi tertekan,” ucap
Hidayat.
KEMASAN
Untuk kemasan juga bisa saja diberlakukan labeling tertentu bagi barang impor yang
hendak masuk RI. Selain itu, perlu pewajiban menggunakan bahasa Indonesia untuk
tenaga kerja maupun investor yang berbisnis di Tanah Air.
“Ketika terjadi liberalisasi, Indonesia harus tetap bisa bermasin dengan baik agar tidak
mengisolir diri tetapi juga dengan memproteksi pasar kita yang sedang tumbuh,” ucap
Hidayat.
Kerja sama seperti Masyarakat Ekonomi Asean pada 2015 membuat arus barang dan jasa
dari dan menuju Indonesia bebas. (Dini Hariyanti)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hambatan non-tarif (non-tarif barrier) adalah berbagai kebijakan perdagangan
selain bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi
manfaat perdagangan internasional (Dr. Hamdy Hady).
4. Import charges
a. Import deposits
b. Supplementary duties
c. Variable levies
Struktur Pasar:
Pasar merupakan tempat terjadinya transaksi antara penjual dan pembeli. Pasar
memiliki struktur tersendiri yang membuat dirinya khas dan berbeda dibandingkan
dengan pasar lainnya. Hal ini menjadi pembatas yang cukup nyata terhadap produk luar
yang akan masuk ke dalam negeri.
3 Kartel-kartel Internasional
Kartel internasional adalah sebuah organisasi produsen komoditi tertentu dari berbagai
negara. Mereka sepakat untuk membatasi outputnya dan juga mengendalikan ekspor
komoditi tersebut dengan tujuan memaksimalkan dan meningkatkan total keuntungan
mereka. Berpengaruh tidaknya suatu kartel ditentukan oleh hal-hal berikut:
a. Sebuah kartel internasional berpeluang lebih besar untuk berhasil dalam menentukan
harga jika komoditi yang mereka kuasai tidak memiliki subtitusi;
b. Peluang tersebut akan semakin besar apabila jumlah produsen, negara, atau pihak
yang terhimpun dalam kartel relatif sedikit
4. Dumping
Dumping adalah ekspor dari suatu komoditi dengan harga jauh di bawah pasaran, atau
penjualan komoditi ke luar negeri dengan harga jauh lebih murah dibandingkan dengan
harga penjualan domestiknya. Dumping diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Dumping terus-menerus atau international price discrimination adalah
kecenderungan terus-menerus dari suatu perusahaan monopolis domestik untuk
memaksimalkan keuntungannya dengan menjual suatu komoditi dengan harga yang
lebih tinggi di pasaran domestik, sedangkan harga yang dipasangnya di pasar luar
negeri sengaja dibuat lebih murah;
b. Dumping harga yang bersifat predator atau predatory dumping praktek penjualan
komoditi di bawah harga yang jauh lebih murah ketimbang harga domestiknya. Proses
dumping ini pada umumnya berlansung sementara, namun diskriminasi harganya
sangat tajam sehingga dapat mematikan produk pesaing dalam waktu singkat;
c. Dumping sporadis atau sporadic dumping adalah suatu komoditi di bawah harga atau
penjualan komoditi itu ke luar negeri dengan harga yang sedikit lebih murah daripada
produk domestik, namun hanya terjadi saat ingin mengatasi surplus komoditi yang
sesekali terjadi tanpa menurunkan harga domestik.
5. Subsidi Ekspor
Subsidi ekspor adalah pembayaran lansung atau pemberian keringanan pajak dan
bantuan subsidi pada para eksportir atau calon eksportir nasional, dan atau pemberian
pinjaman berbunga rendah kepada para pengimpor asing dalam rangka memacu
ekspor suatu negara. Analisis subsidi ekspor disajikan secara grafis pada grafik berikut
ini:
Dalam kondisi perdagangan bebas, harga yang berlaku adalah Px=$3,5. Dalam kondisi
tersebut, negara 2 yang merupakan sebuah negara kecil akan memproduksi komoditi X
sebanyak 35 unit (A’C’), sebagian di antaranya yakni sebanyak 20 unit akan dikonsumsi
sendiri (A’B’), sedangkan sisanya 15 unit akan diekspor (B’C’). namun setelah
pemerintah negara 2 memberikan subsidi ekspor sebesar $0,5 untuk setiap unit
komoditi X yang diekspor, maka Px meningkat menjadi $4/unit bagi para produsen dan
konsumen domestik. Sementara itu harga yang dihadapi oleh produsen dan konsumen
luar negeri tetap. Berdasarkan tingkat harga baru Px=$4 tersebut, para produsen di
negara 2 akan meningkatkan produksi komoditi X hingga (G’J’). sementara itu para
konsumen yang menghadapi harga yang lebih mahal akan menurunkan konsumsinya
menjadi 10 unit (G’H’), sehingga jumlah komoditi X yang diekspor juga meningkat
menjadi 30 unit (H’J’). kondisi ini mengakibatkan kerugian bagi konsumen domestik
sebesar $7,5 (luas bidang a’+b’), sedangkan produsen memperoleh keuntungan
tambahan sebesar $18,75 (luas bidang a’+b’+c’). selain itu, pemerintah yang
memberikan subsidi akan memikul kerugian sebesar $15 (B’+C’+D’). secara
keseluruhan kerugian yang dialami negara 2 (negara proteksi) mencapai $3,75 yang
setara dengan penjumlahan luas segitiga B’H’N’ = b’ = $2,5 dan C’J’M’ = d’ = $1,25.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan yang telah disampaikan oleh penulis dapat diambil kesimpulan bahwa
kebijakan non tarif barrier adalah salah satu kebijakan perdagangan internasional
yang dilakukan oleh suatu negara dengan tujuan untuk melindungi kepentingan
ekonomi nasional, industri dalam negeri, dan lapangan kerja serta menjaga
stabilitas ekonomi nasional negara tersebut.