1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aset
takberwujud.
takberwujud, didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap serta diotorisasi
3. Untuk memeriksa apakah aset takberwujud yang dimiliki perusahaan masih mempunyai kegunaan di
masa yang akan datang (manfaatnya lebih dari satu tahun).
4. Untuk memeriksa apakah amortisasi aset takberwujud dilakukan sesuai dengan standar akuntansi
keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
5.Untuk memeriksa apakah hasil/ pendapatan yang diperoleh dari aset takberwujud sudah dicatat dan
diterima oleh perusahaan.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian aset takberwujud dalam laporan keuangan sudah dilakukan sesuai
dengan standar akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aset takberwujud.
Beberapa ciri internal control yang baik atas aset takberwujud adalah:
b. adanya internal auditor yang memeriksa kelengkapan bukti pendukung dari perolehan dan
penambahan aset takberwujud, serta otorisasinya.
2. Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan, dan penghapusan aset takberwujud, didukung
oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap serta diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
Misalnya, untuk memperoleh Franchise apakah ada perjanjian franchisenya, serta apakah sudah
diotorisasi oleh direksi.
3. Untuk memeriksa apakah aset takberwuj ud yang dimiliki perusahaan masih mempunyai kegunaan di
masa yang akan datang.
Untuk menaksir masa manfaat aset takberwujud harus dipertimbangkan antara lain:
b. kemungkinan untuk memperbarui atau memperpanjang batas masa manfaat yang telah ditentukan;
c. pengaruh keusangan, permintaan, persaingan, dan faktor perubahan ekonomi dan teknologi yang
memengaruhi masa manfaat.
4. Untuk memeriksa apakah amortisasi aset takberwujud yang di perusahaan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan ETAP/PSAK/
Entitas harus mengalokasikan jumlah yang dapat disusutkan dari aset tidak berwujud secara sistematis
selama umur manfaatnya. Beban amortisasi untuk setiap periode harus diakui sebagai beban.
Amortisasi dimulai ketika aset siap digunakan, yaitu aset tersebut berada di alokasi dan kondisi yang
dibutuhkan untuk mampu beroperasi sesuai dengan keinginan manajemen. Amortisasi dihentikan ketika
aset dihentikan-pengakuannya. Entitas harus memilih metode amortisasi yang mencerminkan pola
pemanfaatan aset di masa mendatang. Jika entitas tidak dapat menetapkan pola yang andal, maka
entitas harus menggunakan metode garis lurus.
Entitas harus mengukur aset tidak berwujud pada biaya perolehan dikurangi akumulasi amortisasi dan
akumulasi rugi penurunan nilai. Semua aset tidak berwujud dianggap mempunyai umur manfaat yang
terbatas. Umur manfaat aset tidak berwujud yang berasal dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya
tidak boleh melebihi periode hak kontraktual atau hak hukum tersebut tetapi mungkin lebih pendek
tergantung pada lamanya periode ekspektasi penggunaan aset tersebut. Jika hak konraktual atau hak
hukum lainnya untuk masa yang terbatas dapat diperbarui, maka umur manfaat aset tidak berwujud
harus termasuk periode yang diperbarui hanya jika terdapat bukti yang mendukung pembaruan oleh
entitas tanpa biaya yang signifikan.
Jika entitas tidak mampu mengestimasi umur manfaat suatu aset tidak berwujud, maka umur
manfaatnya dianggap 10 tahun.
※ Terdapat berbagai metode amortisasi untuk mengalokasikan jumlah tersusutkan aset atas dasar yang
sistematis selama umur manfaatnya. Metode tersebut mencakup metode garis lurus, metode saldo
menurun dan metode unit produksi. Metode yang digunakan dipilih berdasarkan pada pola konsumsi
manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dan diterapkan secara konsisten dari periode ke periode,
kecuali terdapat perubahan dalam perkiraan pola konsumsi tersebut. °Nilai residu aset takberwujud
dengan umur manfaat tidak terbatas diasumsikan sama dengan nol, kecuali:
● ada komitmen dari pihak ketiga untuk membeli aset takberwujud tersebut pada akhir umur
manfaatnya; atau
°nilai residu aset takberwujud dapat ditentukan dengan mengacu pada harga yang berlaku di pasar
tersebut; dan
°terdapat kemungkinan besar bahwa pasar akan tetap tersedia sampai akhir umur manfaat aset
tersebut.
5. Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari aset takberwujud sudah dicatat dan
diterima oleh perusahaan.
Contohnya, perusahaan mempunyai hak paten, copy right atau franchise dan memberikan/ menjual aset
takberwujud tersebut kepada pihak ketiga, maka auditor harus yakin bahwa pendapatan berupa royalti
betul-betul sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.