Anda di halaman 1dari 4

Suci Aulia Riska/1502115865

15.2. TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES) ASET TAK BERWUJUD

Tujuan pemeriksaan aset takberwujud adalah sebagai berikut.

1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aset

takberwujud.

2.Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan dan penghapusan aset

takberwujud, didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap serta diotorisasi

oleh pejabat perusahaan yang berwenang.

3. Untuk memeriksa apakah aset takberwujud yang dimiliki perusahaan masih mempunyai kegunaan di
masa yang akan datang (manfaatnya lebih dari satu tahun).

4. Untuk memeriksa apakah amortisasi aset takberwujud dilakukan sesuai dengan standar akuntansi
keuangan ETAP/PSAK/IFRS.

5.Untuk memeriksa apakah hasil/ pendapatan yang diperoleh dari aset takberwujud sudah dicatat dan
diterima oleh perusahaan.

6. Untuk memeriksa apakah penyajian aset takberwujud dalam laporan keuangan sudah dilakukan sesuai
dengan standar akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFRS.

Penjelasan atas tujuan pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aset takberwujud.

Dalam hal ini auditor cukup menggunakan internal control questionnaires

Beberapa ciri internal control yang baik atas aset takberwujud adalah:

a. adanya sistem otorisasi dalam penambahan dan penghapusa takberwujud;

b. adanya internal auditor yang memeriksa kelengkapan bukti pendukung dari perolehan dan
penambahan aset takberwujud, serta otorisasinya.

2. Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan, dan penghapusan aset takberwujud, didukung
oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap serta diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.

Misalnya, untuk memperoleh Franchise apakah ada perjanjian franchisenya, serta apakah sudah
diotorisasi oleh direksi.
3. Untuk memeriksa apakah aset takberwuj ud yang dimiliki perusahaan masih mempunyai kegunaan di
masa yang akan datang.

Untuk menaksir masa manfaat aset takberwujud harus dipertimbangkan antara lain:

a. ketentuan hukum, peraturan, perjanjian yang membatasi masa manfaat maksimum;

b. kemungkinan untuk memperbarui atau memperpanjang batas masa manfaat yang telah ditentukan;

c. pengaruh keusangan, permintaan, persaingan, dan faktor perubahan ekonomi dan teknologi yang
memengaruhi masa manfaat.

4. Untuk memeriksa apakah amortisasi aset takberwujud yang di perusahaan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan ETAP/PSAK/

Menurut SAK ETAP (IAI, 2009) 80

Entitas harus mengalokasikan jumlah yang dapat disusutkan dari aset tidak berwujud secara sistematis
selama umur manfaatnya. Beban amortisasi untuk setiap periode harus diakui sebagai beban.

Amortisasi dimulai ketika aset siap digunakan, yaitu aset tersebut berada di alokasi dan kondisi yang
dibutuhkan untuk mampu beroperasi sesuai dengan keinginan manajemen. Amortisasi dihentikan ketika
aset dihentikan-pengakuannya. Entitas harus memilih metode amortisasi yang mencerminkan pola
pemanfaatan aset di masa mendatang. Jika entitas tidak dapat menetapkan pola yang andal, maka
entitas harus menggunakan metode garis lurus.

Entitas harus mengukur aset tidak berwujud pada biaya perolehan dikurangi akumulasi amortisasi dan
akumulasi rugi penurunan nilai. Semua aset tidak berwujud dianggap mempunyai umur manfaat yang
terbatas. Umur manfaat aset tidak berwujud yang berasal dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya
tidak boleh melebihi periode hak kontraktual atau hak hukum tersebut tetapi mungkin lebih pendek
tergantung pada lamanya periode ekspektasi penggunaan aset tersebut. Jika hak konraktual atau hak
hukum lainnya untuk masa yang terbatas dapat diperbarui, maka umur manfaat aset tidak berwujud
harus termasuk periode yang diperbarui hanya jika terdapat bukti yang mendukung pembaruan oleh
entitas tanpa biaya yang signifikan.

Jika entitas tidak mampu mengestimasi umur manfaat suatu aset tidak berwujud, maka umur
manfaatnya dianggap 10 tahun.

Menurut PSAK No. 19 (Revisi 2015) 19.34


※ Jumlah tersusutkan aset takberwujud dengan umur manfaat terbatas dialokasikan secara sitematis
selama umur manfaatnya. Amortisasi dimulai ketika aset tersedia untuk digunakan, yakni ketika aset
berada pada lokasi dan dalam kondisi untuk beroperasi sesuai dengan cara yang dimaksudkan oleh
manajemen. Amortisasi dihentikan pada waktu mana yang lebih dulu antara ketika aset tersebut
digolongkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual (atau termasuk dalam kelompok aset lepasan yang
dikelompokkan dalam aset yang dimiliki untuk dijual) sesuai dengan PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak
Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan dan Tanggal ketika Aset Dihentikan
Pengakuannya. Metode amortisasi yang digunakan menggambarkan pola konsumsi entitas atas manfaat
ekonomi masa depan diharapkan. Jika pola tersebut tidak dapat ditentukan secara andal, maka
digunakan metode garis lurus. Amortisasi yang dibebankan untuk setiap periode diakui dalam laporan
laba rugi kecuali Pernyataan ini atau PSAK lain mengizinkan atau mensyaratkan amortisasi tersebut
dimasukkan dalam jumlah tecatat aset lain.

※ Terdapat berbagai metode amortisasi untuk mengalokasikan jumlah tersusutkan aset atas dasar yang
sistematis selama umur manfaatnya. Metode tersebut mencakup metode garis lurus, metode saldo
menurun dan metode unit produksi. Metode yang digunakan dipilih berdasarkan pada pola konsumsi
manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dan diterapkan secara konsisten dari periode ke periode,
kecuali terdapat perubahan dalam perkiraan pola konsumsi tersebut. °Nilai residu aset takberwujud
dengan umur manfaat tidak terbatas diasumsikan sama dengan nol, kecuali:

● ada komitmen dari pihak ketiga untuk membeli aset takberwujud tersebut pada akhir umur
manfaatnya; atau

● ada pasar aktif bagi aset takberwujud tersebut, dan:

°nilai residu aset takberwujud dapat ditentukan dengan mengacu pada harga yang berlaku di pasar
tersebut; dan

°terdapat kemungkinan besar bahwa pasar akan tetap tersedia sampai akhir umur manfaat aset
tersebut.

5. Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari aset takberwujud sudah dicatat dan
diterima oleh perusahaan.

Contohnya, perusahaan mempunyai hak paten, copy right atau franchise dan memberikan/ menjual aset
takberwujud tersebut kepada pihak ketiga, maka auditor harus yakin bahwa pendapatan berupa royalti
betul-betul sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai