1 UV Vis PDF
1 UV Vis PDF
Spektroskopi Spektroskopi
Elektroanalisis
Molekuler Atomik
1
Ʋ= = 2000 cm-1
5,00 µm x 10-4 cm/µm
Daya Radiasi dan Intensitas
C C
Ʋ= Maka : E=h
λ λ
1
Ʋ= E=hCƲ
λ
1 1
Ʋ= = = 2000 cm-1
λ 5,00 x 10 -4 cm
E=hCƲ
hC
E=
λn
C 3,0 x 10 8 m/det
Kecepatan (V) = = = 2,256 x 108 m/det
n 1,329
Frekuensi λƲ =
C (λ = 443 nm = 443 x 10-9 m)
n
3,0 x 108
(443 x 10-9 m) Ʋ = Ʋ = 5,09 x 1014 HZ
1,329
Energi : E=hƲ
1
Periode : T=
Ʋ
1
= = 1,96 x 10-15 det
5,09 x 1014 det-1
1Å = 10-10 m = 10-8 cm
1 nm = 10-9 m = 10-7 cm = 10Å
1 µm = 10-6 m = 10-4 cm
Jenis Spektroskopi λ Ʋ cm-1 Jenis transisi kuantum
Foton
Sumber
Materi /
radiasi
spesi kimia
Transisi elektron
M + hƲ M*
Pada periode tertentu M* akan kembali ke keadaan dasarnya (relaksasi)
dengan menstransfer kelebihan energi ke atom lain dalam medium,
menyebabkan kenaikkan suhu disekelilingnya
M* M + panas
It = I0 e -kl
It = I0 e-kc C = konsentrasi
I0
Log = a b c
It
Intensitas radiasi sinar datang tidak terlalu besar karena akan terjadi
efek saturasi.
Konsentrasi analit dalam medium tidak terlalu besar (Absorbansi pada
pengukuran terbaik = 0,2 – 0,8).
Pengukuran absorbansi dilakukan pada panjang gelombang serapan
maksimum.
Sumber
Monokro Sel Detektor Pencatat
cahaya
mator serapan
λ1
λ2
Sumber
sinar
Celah Lensa Lensa Celah
masuk kolimator pemusat keluar
Sel
Prisma
Blanko
Cermin Cermin
Mengganggu pengukuran
Sumber cahaya sesatan :
Pantulan sinar dari permukaan alat-alat optik pada spektrofotometer
- Dinding monokromator
- Butiran debu dalam ruang hampa udara akan
menghamburkan sinar
Diatasi dengan :
Memasang penghalang sinar pada tempat-tempat tertentu
Mewarnai bagian dalam dengan warna hitam tidak mengkilat
Memasang filter setelah monokromator
Memasang monokromator kedua setelah monokromator pertama
Detektor
Radiasi
+ - R Penguat Pencatat
Jenis Transisi Elektron dan
Energinya
Contoh Spektum
Pengaruh pelarut
• Transisi п п*
Dalam pelarut polar, keadaan terekesitasi akan
terstabilkan dengan demikian energi transisi
akan lebih kecil akibat adadanya interaksi dipol-
dipol dengan molekul pelarut.
Contoh: larutan etanol memberikanλ maks yang
lebih besar (10-20 nm) daripada heksana
• Transisi nп*
Pengaruh pelarut akan menyebabkan penurunan kemampuan
pelarut untuk membentuk ikatan hidrogen dengan unsur yang
memiliki elektron sunyi pada keadaan tereksitasi.
Pada pelarut polar, elektron sunyi pada keadaan dasar lebih
terstabilkan daripada keadaan tereksitasinya dengan ddemikian
energi transisi lebih besar, panjang gelombang serapan akan lebih
pendek
Contoh aseton dalam heksan-λ 279 nm
aseton dalam air - λ 264,5 nm
Pelarut ideal
• Tidak memiliki sistem terkonjugasi
• Tidak memberikan pengaruh pada pita
serapan struktur sebenrnya yang dicari
(nonpolar tanpa ikatan hidrogen lebih
bagus dibandingkan pelarut polar dengan
ikatan hidrogen)
• Tidak memberikan pengaruh pada
panjang gelombang yang diserap
Kromofor
• Kromofor adalah suatu gugus kovalen tak
jenuh yang bertanggung jawab terhadap
absorpsi elektronik.
• Kromofor memiliki ikatan rangkap
terkojugasi(gugus tak jenuh yang
mengalami transisi nп* dan п п*
Contoh: etilen, etuna, benzenoid,
aromatik, azo, nitro dan karbonil
Ausokrom
• Ausokrom adalah suatu gugus jenuh
dengan elektron sunyi yang tidak
menyerap pada daerah ultraviolet-tampak
tetapi jika terikat pada kromofor akan
mengubah panjang gelombang dan
intensitas serapan kromofor (gugus fungsi
yang tidak mengalami transisi п п*
melainkan transisi n σ* )
• Contoh :-OH, -OR,-NH2, NHR, -NR2, -X
Batokromik
Hipsokromik
Kalibrasi dalam metode instrumen
Kurva kalibrasi
Kurva kalibrasi dibuat dengan mengukur respon instrumen untuk beberapa
(larutan) standar yang mengandung sejumlah analit yang kuantitasnya
diketahui dengan pasti. Umumnya respon tersebut harus terkoreksi oleh
respon blanko yang idealnya balnko tsb. mengandung semua komponen
yang terkandung dalam sampel kecuali analit. Dari data hasi ukur dibuat
grafik antara konsentrasi/jumlah analit terhadap respon terkoreksi
menghasilkan suatu kurva kalibrasi. Pengolahan engan menggunakan
program Excel mempermudah pekerjaan tsb.
55
Penggunaan kurva kalibrasi pada analisis kuantitatif
1,2
A
1,0
0,8
0,6
0,4
0,0
10 20 30 40 50 60
Mg/L
Konsentrasi
sampel
Adisi standar
Apabila sampel mengandung matriks yang kompleks dan sulit dihilangkan, atau analisis
melalui suatu proses yang panjang ( penyaringan, pengendapan dll) metode adisi
standar merupakan cara yang paling efektif untuk menghasilkan analisis yang lebih baik.
Pengaruh matriks:
Cara yang umum dilakukan ialah dengan menambahkan jumlah-jumlah tertentu standar
analit ke dalam sampel dan dijaga agar komposisi kimia matriks sama dalam sampel
dan sampel yang telah ditambah standar. Caranya?
Pengaruh proses: Penamabahn standar dilakukan terhadap sample yang akan diproses.
Contoh: Sejumlah tertentu (Vx ) sampel dimasukkan ke beberapa dalam labu ukur (Vt),
tambahkan sejumlah tertentu standar (Vs) dengan konsetrasi Cs, Setlah penambahan
pereaksi, dll kemudian diencerkan sampai tanda batas (Vt), Apabila respon alat (S)
sebanding dengan konsentrasi analit (linier?) maka berlaku pula kepada metode adisi
standar, sehingga respon untuk satu harga dapat dirumuskan:
S = (kVsCs)/Vt + (kVxCx)/Vt
1 y = 0,0382x + 0,2415
R2 = 0,9999
0,8
S, absorbans
0,6
0,4
0,2
0
-10,0 -5,0 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0
Vs, ml
Kalibrasi adisi standar linier S = mVs + b. Konsentrasi analit dalam sampel dapat dihitung dari
harga koefisien arah, m, dan titik potong Vs = 0, atau diektrpolasi dari grafik, untuk S = 0 Vs = -
6,31ml
58
Kurva adisi standar
0,5
A
0,4
0,3
0,2
0,1
Vs,A=0
0,0
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10