Analisis Investasi Perusahaan
Analisis Investasi Perusahaan
Pendahuluan
Investasi merupakan suatu pengeluaran modal saat ini untuk
megharapkan pengembalian atau hasil pada masa yang akan datang.
Keputusan atas suatu investasi pada umumnya didasarkan pada
pertimbangan investor terhadap besarnya return (pengembalian) yang
diharapkan serta risiko yang diperkirakan akan dihadapi. Hubungan
antara risiko dengan return bersifat positif artinya apabila risiko
tinggi maka return yang diharapkan juga akan tinggi. Sebagai ilustrasi,
apabila seorang detektif memiliki misi untuk membongkar suatu sindikat
perampokan maka besarnya bayaran yang ditawarkan bergantung besarnya
risiko yang akan dihadapi dalam menjalankan tugas.
Analisis investasi (investment analysis) dimaksudkan sebagai upaya
untuk memperkirakan prospek suatu investasi di masa yang akan datang.
Analisis ini sangat diperlukan dengan pertimbangan bahwa kondisi
investasi masa yang akan datang bersifat tidak pasti (uncertainty).
Hasil analisis investasi ini akan menjadi pertimbangan bagi para
investor dalam mengambil keputusan atas investasinya. Analisis
investasi meliputi analisis fundamental, analisis teknikal, model-model
valuasi investasi, serta model-model keseimbangan dalam menilai
investasi. Pada pembahasan analisis investasi ini, penulis lebih banyak
mengungkapkan teori hasil kompilasi dari beberapa pakar serta hasil
penelitian, baik yang dilaksanakan di dalam negeri (Indonesia) maupun
di luar negeri.
Kerangka Pembahasan
Analisis Investasi: Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan salah satu pendekatan yang
dapat digunakan dalam menganalisis suatu sekuritas. Menurut
Jones (2007) bahwa “Fundamental analysis at the company
level involves analyzing basic financial variables in order
to estimate the company’s intrinsic value”. Selanjutnya,
Jones (2007) menyatakan bahwa “The end result of
fundamental analysis at the company level is good
understanding of the company’s financial variables and an
assessment of the estimated value and potential of the
company”. Selanjutnya, Reilly dan Brown (2006) mengemukakan
bahwa “Fundamental analysts believe that, at any time there
is a basic intrinsic value for the aggregate stock market,
various industries, or individual securities and that these
values depend on underlying economic factors”.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa analisis fundamental
dilakukan untuk menentukan nilai intrinsik (nilai yang
sebenarnya) suatu sekuritas, misalnya saham yang didasarkan
pada faktor-faktor fundamental, seperti faktor-faktor
ekonomi, industri, dan faktor-faktor finansial perusahaan.
Keterangan:
Rit = Return individual realisasi pada periode t
Pt = Harga saham pada periode t
Pt-1 = Return individual realisasi pada periode t-1
Dt = Dividen pada periode t
Tabel 10.1. Harga pasar saham, pembayaran dividen, dan return saham PT United
Tractors Tbk
Pembayaran
Harga Capital Dividend Return
Tahun dividen*)
pasar (Rp) gain (%) yield (%) saham (%)
(Rp)
2005 5.400 0
2006 7.550 0 39,81 0 39,81
2007 10.900 0 44,37 0 44,37
2008 4.400 0 (59,63) 0 (59,63)
2009 15.500 0 252,27 0 252,27
Sumber: Fact book Bursa Efek Indonesia
Keterangan *) Asumsi penulis
2. Risiko investasi
Risiko dapat diartikan sebagai variabilitas return
terhadap return yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Jones (2007) bahwa “Risk is defined here as the
chance that the actual return on an investment will be
different from its expected return”. Apa yang menyebabkan
timbulnya risiko bagi aktiva finansial? Menurut Jones
(2007) terdapat delapan faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya risiko bagi suatu aktiva finansial, yaitu: (1)
risiko tingkat suku bunga, (2) risiko pasar, (3) risiko
inflasi, (4) risiko bisnis, (5) risiko finansial, (6)
risiko likuiditas, (7) risiko nilai tukar, (8) risiko
Negara.
Tabel 10.2. Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia
Tahun IHSG Return Pasar (%)
2001 392
2002 425 8,39
2003 679 59,86
2004 1.000 47,24
2005 1.163 16,24
2006 1.806 55,34
2007 2.746 52,05
2008 1.355 -50,66
2009 2.534 87,01
Sumber: Bank Indonesia
Keterangan:
sM2 = varians pasar (tingkat risiko pasar)
si2 = Varians saham individual (risiko saham individual)
sei2 = Varians residual saham individual
bi2 = Beta kuadrat
5. Beta Saham
Risiko yang relevan dalam permasalahan investasi saham adalah risiko
yang tidak dapat dihilangkan sama sekali atau risiko sistematisnya,
sehingga dalam hal ini risiko yang diperhitungkan adalah risiko
sistematis yang diukur dengan beta. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Jogiyanto (2008) bahwa beta adalah pengukur risiko
sistematis dari suatu saham atau portofolio relatif terhadap risiko
pasar. Menurut Elton, gruber, Brown, dan Goetzmann (2007) bahwa “Beta
is risk measure that arises from the relationship between the return on
a stock, and the return on the market”.
Keterangan:
bi = Beta saham
sim = Covarians antara return saham i dengan return pasar
sm2 = Varians pasar
Rm = Return pasar pada periode t
Ri = Return saham i pada periode t.
4) Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional (national income) merupakan salah
satu indikator kinerja perekonomian yang dicapai oleh suatu
Negara. Pendapatan nasional dapat memberikan pengaruh
terhadap iklim berinvestasi, termasuk iklim berinvestasi di
pasar modal. Salah satu konsep pengukuran pendapatan
nasional adalah Produk Domestik Bruto (gross domestic
product).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel PDB
merupakan salah satu indikator perekonomian suatu negara. Apabila PDB
suatu negara mengalami peningkatan maka perekonomian negara tersebut
mengalami kemajuan. PDB berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.
Semakin tinggi PDB suatu negara maka semakin tinggi pula daya beli
(purchasing power) masyarakat. Daya beli masyarakat akan berpengaruh
terhadap permintaan (demand) barang dan jasa yang dihasilkan oleh
produsen sebagai emiten. Semakin tinggi daya beli masyarakat maka
semakin tinggi pula permintaan barang dan jasa. Permintaan akan
berpengaruh terhadap pendapatan produsen. Artinya semakin tinggi
permintaan suatu produsen maka akan semakin tinggi pula pendapatan
produsen tersebut. Dan pada akhirnya apabila pendapatan meningkat maka
cenderung diikuti pula peningkatan laba. Selanjutnya, para investor
akan merespon kondisi tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap nilai
suatu sekuritas. Apabila para investor merespon positif terhadap
kinerja emiten maka nilai sekuritas yang diterbitkan emiten tersebut
cenderung meningkat. Demikian pula sebaliknya, apabila para investor
merespon negatif maka nilai sekuritas yang diterbitkan emiten tersebut
cenderung menurun.
6) Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran (balance of payment) merupakan salah
satu indikator makroekonomi yang menunjukkan perimbangan
antara arus dana masuk dari luar negeri ke dalam negeri
dengan arus dana keluar dari dalam negeri ke luar negeri.
Neraca pembayaran dapat mempengaruhi aktivitas perekonomian
suatu Negara karena akan menentukan cadangan devisa.
Komponen utama dari neraca pembayaran adalah transaksi
berjalan (neraca perdagangan) yang merupakan perimbangan
ekspor dan impor. Apabila neraca perdagangan dalam kondisi
defisit maka neraca pembayaran juga akan cenderung defisit
kecuali dapat ditutupi oleh transaksi modal. Hal ini yang
akan mempengaruhi kegiatan perekonomian sehingga akan
berpengaruh terhadap iklim investasi, baik pada sektor riil
maupun sektor keuangan.
8) Pengangguran
Pengangguran (unemployment) merupakan suatu keadaan
dimana angkatan kerja tidak mendapatkan pekerjaan.
Pengangguran juga merupakan salah satu indikator
perekonomian suatu negara. Pengangguran akan mengakibatkan
pendapatan masyarakat berkurang serta cenderung terjadi
ketidakstabilan keamanan dalam suatu negara. Apabila
Tingkat Pengangguran dalam suatu negara mengalami
peningkatan maka perekonomian negara tersebut mengalami
penurunan. Pengangguran berpengaruh terhadap daya beli
masyarakat. Semakin tinggi Tingkat Pengangguran dalam suatu
negara maka semakin rendah pula daya beli (purchasing
power) masyarakat. Daya beli masyarakat akan berpengaruh
terhadap permintaan (demand) barang dan jasa yang
dihasilkan oleh produsen sebagai emiten. Semakin rendah
daya beli masyarakat maka semakin rendah pula permintaan
barang dan jasa. Permintaan akan berpengaruh terhadap
pendapatan produsen. Artinya semakin rendah permintaan
suatu produsen maka akan semakin rendah pula pendapatan
produsen tersebut. Dan pada akhirnya apabila pendapatan
menurun maka cenderung diikuti pula penurunan laba.
Selanjutnya, para investor akan merespon kondisi tersebut
sehingga akan berpengaruh terhadap nilai suatu sekuritas.
Apabila para investor merespon negatif terhadap kinerja
emiten maka nilai sekuritas yang diterbitkan emiten
tersebut cenderung menurun. Demikian pula sebaliknya,
apabila para investor merespon positif maka nilai sekuritas
yang diterbitkan emiten tersebut cenderung meningkat.