Anda di halaman 1dari 22

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Pengertian Bahan Berbahaya dan Beracun,dan jenis macam B3,dalam kehidupan sehari-
hari, disadari atau tidak, kita sering bersinggungan dengan berbagai bahan berbahaya dan
beracun. Tanpa kita mengenal pengertian, jenis dan cara pengelolaannya dengan benar, akan
memberikan dampak yang berkepanjangan dan beruntun terhadap manusia dan lingkungan.
Pengertian B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun menurut OSHA (Occupational Safety
and Health of the United State Government) adalah bahan yang karena sifat kimia maupun
kondisi fisiknya berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia, kerusakan
properti dan atau lingkungan.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun, B3 didefinisikan sebagai bahan yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Mengingat penting dan dampaknya Bahan Berbahaya dan Beracun bagi manusia,
lingkungan, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya, pemerintah
melakukan pengaturan ketat. Pengaturan pengelolaan B3 ini meliputi pembuatan,
pendistribusian, penyimpanan, penggunaan, hingga pembuangan limbah B3.

Simbol Bahan Berbahaya dan Beracun


Jenis dan Penggolongan Bahan Berbahaya dan Beracun
Pemerintah Indonesia telah menerbitkan beberapa peraturan terkait pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun. Peraturan-peraturan tersebut berisikan bagaimana pengelolaan B3 dan
tentunya jenis-jenis dan pengelompokkan (penggolongan) Bahan Berbahaya dan Beracun.
Salah satu peraturan yang mengatur pengelolaan B3 adalah Peraturan Pemerintah Nomor
74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. Dalam PP ini, B3
diklasifikasikan menjadi :
Mudah meledak (explosive), yaitu bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25 0C,
760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan di sekitarnya.
1. Pengoksidasi (oxidizing), yaitu bahan yang memiliki waktu pembakaran sama atau lebih
pendek dari waktu pembakaran senyawa standar.
2. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable), yaitu B3 padatan dan cairan
yang memiliki titik nyala di bawah 0 derajat C dan titik didih lebih rendah atau sama
dengan 35 0C.
3. Sangat mudah menyala (highly flammable), yaitu bahan yang memiliki titik nyala 0-
210C.
4. Mudah menyala (flammable).
5. Amat sangat beracun (extremely toxic);
6. Sangat beracun (highly toxic);
7. Beracun (moderately toxic), yaitu bahan yang bersifat racun bagi manusia dan akan
menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui
pernafasan, kulit atau mulut.
8. Berbahaya (harmful), yaitu bahan baik padatan maupun cairan ataupun gas yang jika
terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan sampai tingkat tertentu.
9. Korosif (corrosive), yaitu bahan yang menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan
proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan laju korosi lebih besar dari 6,35
mm/tahun, atau mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam dan sama
atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
10. Bersifat iritasi (irritant), yaitu bahan padat atau cair yang jika terjadi kontak secara
langsung, dan apabila kontak tersebut terus menerus dengan kulit atau selaput lendir
dapat menyebabkan peradangan.
11. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment), yaitu bahaya yang
ditimbulkan oleh suatu bahan seperti merusak lapisan ozon (misalnya CFC), persisten di
lingkungan (misalnya PCBs), atau bahan tersebut dapat merusak lingkungan.
12. Karsinogenik (carcinogenic), yaitu bahan yang dapat menyebabkan sel kanker.
13. Teratogenik (teratogenic), yaitu bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio.
14. Mutagenik (mutagenic), yaitu bahan yang menyebabkan perubahan kromosom
(merubah genetika).
Jenis dan klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun juga diuraikan dalam Keputusan
Menteri Kesehatan No. 453/Menkes/Per/XI/1983. Dalam Kepmenkes ini B3 dikelompokkan
dalam 4 klasifikasi yaitu :
1. Klasifikasi I, meliputi :
1. Bahan kimia atau sesuatu yang telah terbukti atau diduga keras dapat
menimbulkan bahaya yang fatal dan luas, secara langsung atau tidak langsung,
karena sangat sulit penanganan dan pengamanannya;
2. Bahan kimia atau sesuatu yang baru yang belum dikenal dan patut diduga
menimbulkan bahaya.
2. Klasifikasi II, meliputi :
1. Bahan radiasi;
2. Bahan yang mudah meledak karena gangguan mekanik;
3. Bahan beracun atau bahan lainnya yang mudah menguap dengan LD50 (rat)
kurang dari 500 mg/kg atau yang setara, mudah diabsorpsi kulit atau selaput
lendir;
4. Bahan etilogik/biomedik;
5. Gas atau cairan beracun atau mudah menyala yang dimampatkan;
6. Gas atau cairan atau campurannya yang bertitik nyala kurang dari 350C;
7. Bahan padat yang mempunyai sifat dapat menyala sendiri.
3. Klasifikasi III, meliputi :
1. Bahan yang dapat meledak karena sebab-sebab lain, tetapi tidak mudah meledak
karena sebab-sebab seperti bahan klasifikasi II;
2. Bahan beracun dengan LD50 (rat) kurang dari 500 mg/kg atau setara tetapi tidak
mempunyai sifat seperti bahan beracun klasifikasi II;
3. Bahan atau uapnya yang dapat menimbulkan iritasi atau sensitisasi, luka dan
nyeri;
4. Gas atau cairan atau campurannya dengan bahan padat yang bertitik nyala
350Csampai 600C;
5. Bahan pengoksidasi organik;
6. Bahan pengoksidasi kuat;
7. Bahan atau uapnya yang bersifat karsinogenik, tetratogenik dan mutagenik;
8. Alat atau barang-barang elektronika yang menimbulkan radiasi atau bahaya
lainnya.
4. Klasifikasi IV, yaitu :
1. Bahan beracun dengan LD50 (rat) diatas 500 mg/kg atau yang setara;
2. Bahan pengoksid sedang;
3. Bahan korosif sedang dan lemah;
4. Bahan yang mudah terbakar.

Selain itu penggolongan bahan berbahaya dan beracun dapat dilihat juga pada SK
Menteri Perindustrian No. 148/M/SK/4/1985 dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
187/1999.Untuk mengenali masing-masing jenis Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut
biasanya disertakan gambar atau logo pada kemasannya. Pemberian simbol Bahan Berbahaya
dan Beracun ini, yang terbaru, diatur oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 Tahun
2013 tentang Simbol dan Label Limbah B3. Setelah kita tahu tentang definisi dan klasifikasi dari
B3 dan limbah B3, kita tidak perlu takut untuk bekerja dengan bahan-bahan tersebut. Selagi kita
memperlakukan bahan-bahan tersebut sesuai aturan yang berlaku selama itu pulalah kita bisa
menghilangkan kemungkinan terburuk yang akan muncul.
Adapun tata cara yang benar dalam memperlakukan B3 maupun limbah B3 yang benar
adalah sbagai berikut :
1 Kenali dengan apa kita bekerja atau apa yang kita hasilkan dari pekerjaan kita untuk
memastikan kita memperlakukannya dengan benar
2. gunakan alat pelindung diri yang dibutuhkan
3. pasang indentitas (simbol dan label) pada bahan-bahan tersebut untuk menghilangkan
salah penggunaan
4. tempatkan bahan/limbah tersebut pada tempat yang seharusnya
5. buang sisa ataupun kemasan bahan tersebut sesuai aturan yang berlaku
6. jangan pernah melakukan pencampuran bahan-bahan tersebut secara serampangan
7. khusus untuk pengelolaan limbah B3 terdapat hal tambahan yang harus diperhatikan yaitu
a. Limbah B3 yang dihasilkan hanya boleh diolah oleh pihak yang memang sudah
mendapatkan ijin dari KLH
b. Melaporkan kinerja pengelolaan limbah B3 minimal setiap 3 bulan ke instansi yang
ditunjuk
c. Melakukan penyimpanan limbah B3 maksimal 90 hari di tempat penyimpanan
sementara yang berijin
cara penyimpanan bahan kimia berbahaya
Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya

Mengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya mutlak diperlukan,


sehingga tempat/ruangan yang ada dapat di manfaatkan sebaik-baiknya dan aman. Mengabaikan
sifat-sifat fisik dan kimia dari bahan yang disimpan akan mengandung bahaya seperti kebakaran,
peledakan, mengeluarkan gas/uap/debu beracun, dan berbagai kombinasi dari pengaruh tersebut.
Penyimpanan bahan kimia berbahaya sebagai berikut :
1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam kondisi
kedua-duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya. Bahan beracun harus
disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat yang ada peredaran hawa, jauh dari bahaya
kebakaran dan bahan yang inkompatibel (tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu
sama lainnya.
Jika panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut maka tempat penyimpanan
harus sejuk dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung dan jauh dari
sumber panas.
2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi dahsyat dengan
uap air. Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan struktur dan peralatan selain itu beracun
untuk tenaga manusia. Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran
hawa yang cukup untuk mencegah terjadinya pengumpulan uap. Wadah/kemasan dari bahan ini
harus ditangani dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup dan dipasang label. Semua logam
disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan diperiksa akan adanya kerusakan yang
disebabkan oleh korosi.
Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai yang tahan
terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan untuk tumpahan, dan
memiliki ventilasi yang baik. Pada tempat penyimpanan harus tersedia pancaran air untuk
pertolongan pertama bagi pekerja yang terkena bahan tersebut[9].
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam bentuk uapnya atau
beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api dari bahan padat berkembang secara pelan,
sedangkan api dari cairan menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti meledak. Dalam
penyimpanannya harus diperhatikan sebagai berikut :
a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja pada
waktu ada uap dari bahan bakar dan udara
b. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran uap akan
diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api
c. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannya
d. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi
panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun
menjadi panas
e. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai
f. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan
g. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok
h. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi asap
atau api otomatis dan diperiksa secara periodik
4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)[10]
Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak tempat penyimpanan
harus berjarak minimum 60[meter] dari sumber tenaga, terowongan, lubang tambang,
bendungan, jalan raya dan bangunan, agar pengaruh ledakan sekecil mungkin. Ruang
penyimpanan harus merupakan bangunan yang kokoh dan tahan api, lantainya terbuat dari bahan
yang tidak menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi udara yang baik dan bebas dari
kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun tidak digunakan. Untuk penerangan harus dipakai
penerangan alam atau lampu listrik yang dapat dibawa atau penerangan yang bersumber dari luar
tempat penyimpanan. Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat bangunan yang didalamnya
terdapat oli, gemuk, bensin, bahan sisa yang dapat terbakar, api terbuka atau nyala api. Daerah
tempat penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah, atau material yang mudah
terbakar, ada baiknya memanfaatkan perlindungan alam seperti bukit, tanah cekung belukar atau
hutan lebat.
5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu reaksi meskipun
dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator memerlukan panas sebelum
menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang
banyak pada suhu kamar. Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap
dingin, ada peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api. Bahan ini harus dijauhkan dari
bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang memiliki titik api rendah.
Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan kebakaran pada
bahan ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan bahan oksidator
menyediakan oksigen sendiri.
6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun mengeluarkan panas
atau gas-gas yang mudah menyala. Karena banyak dari bahan ini yang mudah terbakar maka
tempat penyimpanan bahan ini harus tahan air, berlokasi ditanah yang tinggi, terpisah dari
penyimpanan bahan lainnya, dan janganlah menggunakan sprinkler otomatis di dalam ruang
simpan.
7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas, hydrogen dan gas-gas yang
mudah menyala. Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus diusahakan agar sejuk,
berventilasi, sumber penyalaan api harus disngkirkan dan diperiksa secara berkala. Bahan asam
dan uap dapat menyerang bahan struktur campuran dan menghasilkan hydrogen, maka bahan
asam dapat juga disimpan dalam gudang yang terbuat dari kayu yang berventilasi. Jika
konstruksi gudang trbuat dari logam maka harus di cat atau dibuat kebal dan pasif terhadap
bahan asam.
8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)
Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan diikat dengan
rantai atau diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan. Ruang penyimpanan harus dijaga
agar sejuk , bebas dari sinar matahari langsung, jauh dari saluran pipa panas di dalam ruangan
yang ada peredaran hawanya. Gedung penyimpanan harus tahan api dan harus ada tindakan
preventif agar silinder tetap sejuk bila terjadi kebakaran, misalnya dengan memasang sprinkler.
9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)[11]
Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan efek genetik, efek somatik
dapat akut atau kronis. Efek somatik akut bila terkena radiasi 200[Rad] sampai 5000[Rad] yang
dapat menyebabkan sindroma system saraf sentral, sindroma gas trointestinal dan sindroma
kelainan darah, sedangkan efek somatik kronis terjadi pada dosis yang rendah. Efek genetik
mempengaruhi alat reproduksi yang akibatnya diturunkan pada keturunan. Bahan ini meliputi
isotop radioaktif dan semua persenyawaan yang mengandung radioaktif. Pemakai zat radioaktif
dan sumber radiasi harus memiliki instalasi fasilitas atom, tenaga yang terlatih untuk bekerja
dengan zat radioaktif, peralatan teknis yang diperlukan dan mendapat izin dari BATAN.
Penyimpanannya harus ditempat yang memiliki peralatan cukup untuk memproteksi radiasi,
tidak dicampur dengan bahan lain yang dapat membahayakan, packing/kemasan dari bahan
radioaktif harus mengikuti ketentuan khusus yang telah ditetapkan dan keutuhan kemasan harus
dipelihara. Peraturan perundangan mengenai bahan radioaktif diantaranya
 Undang-Undang Nomor 31/64 Tentang Ketentuan Pokok Tenaga Atom
 Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 Tentang Keselamatan Kerja terhadap radiasi
 Peraturan pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang izin Pemakaian Zat Radioaktif dan
atau Sumber Radiasi lainnya
 Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang Pengangkutan Zat Radioaktif
Pembuangan limbah berbahaya yang benar adalah
 Tiap limbah baik karena rusak,pecah,kadaluarsa,maupun sisa hasil proses yang tidak
digunakan harus dibuang pada saluran khusus yang disiapkan atau tempat sampah khusus
B3
 Jika limbah asam dan basa harus dinetralkan dahulu sebelum dibuang.untuk zat-zat
logam berbahaya harus diendapkan dahulu hingga buangan aman tidak lebih ambang
 Limbah sisa gas yang mudah terbakar harus diamankan
 Semua wadah/kemasan B3 harus dibakar dengan benar
 Membuang limbah B3 secara manual harus menggunakan APD yang sesuai.hati-hati
hindari bahaya percikan,jatuh,terpeleset,tersiram,dsb.
Suatu bahan kimia yang tumpah ataupun mengalami kebocoran dapat dikatakan
berbahaya apabila bahan kimia tersebut berdampak buruk bagi kesehatan manusia ketika terjadi
kontak fisik secara langsung baik terkena kulit, maupun terhirup secara langsung. Selain itu
tumpahan atau kebocoran bahan kimia tersebut juga dapat mengganggu dan merusak lingkungan.
Tumpahan bahan kimia dapat berbentuk cairan, padat seperti pelletm gas dan uap. Mereka juga
bersifat mudah terbakar (cepat terbakar atau meledak), korosi (kerusakan pada manusia atau
material lain) atau beracun ( beracun pada manusia dan mahluk hidup lainnya). Adapun bahan-
bahan kimia yang berbahaya tersebut antara lain :
1. Asam Sulfat, H2SO4
Tumpahan asam dapat merusak kulit atau pakaian dan lantai.
2. Asam klorida, HCl
Tumpahan dan kebocoran asam klorida dapat mengganggu sistem pernafasan.
3. Asam Perklorat
Tumpahan asam perklorat akan menyebabkan kebakaran apabila dilap dengan kain atau bahan
selusosa
4. Hidrogen peroksida, H2O2
Tumpahan H2O2 apabila bereaksi dengan senyawa yang mudah terbakar, akan menyebabkan
kebakaran
5. Asam Sianida, HCN
Kebocoran dari Asam Sianida dapat menyababkan kebakaran, apabila berdekatan dengan sumber
api.
6. Benzena, C6H6
Tumpahan dari Benzena yang cukup banyak dapat menyebabkan kebakaran
7. Toluena, C6H5CH3
Kebocoran besar dari toluena dapat menyebabkan kebakaran karena ledakan yang besar. (
Pambudi, 2011)
Penyebab Terjadinya Tumpahan dan Kebocoran
Penyebab terjadinya tumpahan dan kebocoran itu sendiri dapat dikarenakan faktor :
1. Intern, yaitu faktor yang disebabkan dari kesalahan pekerja laboratorium itu sendiri, yang
dapat berupa :
 Kecerobohan
 Ketidaksengajaan
 Kurangnya pemahaman bekerja di laboratorium
2. Ekstern, yaitu faktor yang disebabkan dari luar, yang dapat berupa alat-alat laboratorium
yang tidak berfungsi dengan baik
Penanganan Tumpahan dan Kebocoran Bahan Kimia
Penanganan yang sangat tepat dalam tumpahan dan kebocoran adalah dengan mengikuti data/
petunjuk penanganan bahan dalam “Material Safety Data Sheet” (MSDS). Penanganan
tumpahan dapat dilakukan secara umum maupun khusus.
Prosedur penanganan tumpahan secara umum adalah :
1. Mengenali tumpahan/identifikasi bahan yang tumpah dan mengetahui teknik aman
penanganannya.
2. Memastikan penggunaan alat pengaman diri (khususnya sarung tangan, pelindung
mata/muka dan pelindung pernafasan bila perlu).
3. Mencegah tumpahan meluas dan hentikan sumber tumpahan jika hal tersebut aman
dilakukan.
4. Menangani (di tempat) dengan cara yang tepat.
Secara umum proses yang dilakukan adalah netralisasi. Netralisasi dapat menggunakan basa
(soda ash/lime) untuk tumpahan yang bersifat asam dan larutan asam asetat untuk tumpahan
yang bersifat basa. Bahan yang paling umum digunakan untuk keadaan darurat apabila terjadi
tumpahan adalah pasir, tanah, natrium karbonat dan kapur. Tetapi untuk penanganan yang lebih
tepat dapat dilihat di dalam “Material Safety Data Sheet” (MSDS).
Bekas tumpahan bahan kimia di area kerja dapat dibersihkan dengan air, sabun/detergen, atau
pembersih lain yang sesuai dengan bahan pengotornya.
1. Simpan semua limbah pada tempatnya yang sesuai kemudian tutup untuk penanganan
lebih lanjut
2. Bersihkan pastikan kembali area tersebut telah bersih dan aman.
Secara khusus penanganan tumpahan bahan kimia berdasarkan jenisnya adalah sebagai berikut :
1. Prosedur Penanganan tumpahan Padatan :
 Jangan panik
 Memakai Alat Pelindung Diri yang sesuai MSDS
 Mengisolasi daerah tumpahan
 Memberi peringatan “Awas, ada tumpahan bahan kimia”
 Memberi “tali pembatas” agar tidak ada yang melintas
 Menutup tumpahan dengan penjerap jenis matras atau disedot dengan vakum khusus, jika
perlu dilakukan penetralan
 Memperlakukan buangan tumpahan seperti tumpahan B3, jangan dibuang langsung ke
lingkungan
2. Prosedur Penanganan Tumpahan Cairan :
 Hampir sama dengan prosedur penanganan tumpahan padatan
 Menyerap tumpahan dengan bahan penyerap yang inert
 Jika perlu,dilakukan netralisasi dan dicek derajat keasamannya pH dengan pH indikator
 Memperlakukan buangan tumpahan seperti tumpahan B3 (Bahan Berbahaya Beracun)
 Jangan dibuang langsung ke lingkungan
3. Tumpahan bahan kering dan padat :
 Disapu dan disikat serta dimasukkan kedalam wadah yang sesuai
Contoh lain Penanganan Tumpahan dan Kebocoran Bahan Kimia adalah :
1. Tumpahan larutan asam/basa:
 Tumpahan disiram dengan air
 Dinetralkan dengan soda atau NaHCO3
 Disapu ke saluran drainase
2. Tumpahan bahan berminyak:
 Dilap dan dibersihkan dengan deterjen
3. Tumpahan pelarut volatil:
 Dilap pakai kain atau tisu dan dibuang di tempat yang sesusai
4. Prosedur Penanganan Tumpahan Merkuri :
 Gunakan selalu APD sebelum bekerja
 Tetesan merkuri dihisap menggunakan pipet
 Isi pipet dituang ke dalam botol merkuri
 Sisa merkuri ditaburi dengan reagent inert
 Area yang sudah tertutup kemudian disemprot dengan reagent inert
 Setelah waktu reaksi berlangsung selama 15 – 30 menit, absorben yang berisi merkuri
diangkat dari permukaan dan diletakkan dalam tabung dengan menggunakan sekop kecil
dan spatula
 Bahan yang tersisa dapat dibersihkan dengan menggunakan penyeka
 Zat buangan yang berisi merkuri merupakan limbah spesial yang harus dibuang
berdasarkan peraturan yang berlaku
 Setelah semua proses selesai, semua alat bantu dan material kerja disimpan secara aman
dalam kaleng
Penanganan masing-masing bahan kimia :
Asam Sulfat, H2SO4
Jangan sentuh tumpahan asam karena dapat merusak kulit atau pakaian dan lantai. Netralkan
tumpahan dengan larutan Soda atau kapur tohor, sebelum disiram dengan air. Beri ventilasi. Hati
– hati terhadap tempat rendah (uap lebih berat dari pada udara). Pakai alat pelindung diri dalam
menangani tumpahan asam.
Asam Klorida, HCl
Penanganan kebocoran gas atau tumpahan larutan HCl harus memakai alat pelindung diri,
terutama pelindung pernafasan dan kulit. Uap dapat disemprot dengan air. Tumpahan yang tidak
diambil dinetralkan dengan soda atau kapur tohor. Siram dengan air.
Asam Perklorat, HClO4
Setiap tumpahan asam perklorat di laboratorium segera harus diencerkan dengan air. Tumpahan
asam tidak boleh di lap dengan kain atau bahan selulosa lain, karena akan terbakar. Lantai bekas
tumpahan dapat disiram dengan air. Jangan menyentuh tumpahan asam
Hidrogen Peroksida, H2O2
Gunakan alat pelindung diri dalam menangani kebocoran/tumpahan, beri ventilasi di daerah
kerja. Jangan sentuh cairan. Sedikit tumpahan dapat disiram dengan air. Tumpahan jumlah
banyak dapat diserap dengan tanah atau pasir. Jauhkan material yang mudah terbakar.
Asam Florida, HF
Penanganannya dapat ditangani oleh personel yang memakai alat pelindung diri. Jangan
menyentuh bahan yang tertumpah. Serap Tumpahan yang terjadi dengan tanah, pasir atau lainnya
yang inert. Uap HF dapat dibersihkan dengan semprotan air.
Asam Nitrat, HNO3
Isolasi daerah kebocoran / tumpahan, beri ventilasi dan tanda larangan masuk. Pakai alat
pelindung diri. Jauhkan bahan mudah terbakar. Gunakan air untuk menyemprot uap atau untuk
pendingin. Sedikit tumpahan dapat diserap dengan tanah atau pasir (non combustible).
Tumpahan yang banyak dapat dinetralkan dahulu dengan Ca(OH)2 atau NaHCO3 sebelum
dibuang secara khusus.
Asam Sianida, HCN
Pembersihan dilakukan oleh personel yang dilengkapi dengan alat perlindungan diri. Matikan
sumber api. Jangan sentuh HCN. Hindarkan agar Sianida tidak masuk ruangan tertutup. Hentikan
kebocoran bila mungkin. Kebocoran cairan dapat diserap dengan penyerap (tanah atau pasir).
Bekas tumpahan dapat disiram dengan air
Benzena, C6H6
Gunakan alat pelindung diri dalam menangani bahan tertumpah, beri ventilasi yang baik.
Matikan atau singkirkan semua sumber penyalaan. Tumpahan jangan dibuang ke perairan, tutup
tumpahan dengan pasir untuk kemudian dibakar. Bila tumpahan cukup banyak panggil pemadam
kebakaran.
Toluena, C6H5CH3
Batasi daerah tumpahan. Pakai alat pelindung diri, matikan api atau sumber penyalaan. Beri
ventilasi. Jangan dibuang ke sungai atau perairan. Tumpahan dapat diserap dengan pasir. Bila
terjadi kebocoran besar, siapkan pasukan pemadam kebakaran.
Xilena, C6H4(CH3)2
Batasi daerah, beri ventilasi, pakailah pakaian pelindung. Ambil atau matikan semua sumber
penyalaan. Cegah tumpahan mengalir ke dalam sungai. Tumpahan dapat diserap dengan pasir
untuk kemudian dapat dibakar.
Fenol, C6H5OH
Batasi daerah kebocoran dan sediakan alat proteksi dan ventilasi. Singkirkan sumber panas atau
api. Bahan tertumpah segera dikumpulkan dan diserap dengan pasir kering untuk dikuburkan
secara aman. Cegah masuk ke dalam perairan, karena amat beracun.
Formaldehida, CH2O
Untuk membersihkannya, pekerja harus memakai alat pelindung diri. Beri ventilasi tempat
kebocoran, dan singkirkan sumber – sumber pemanas atau penyalaan. Tumpahan dapat diserap
dengan tanah dan pasir kering. Jangan menyentuh bahan. Uapnya dapat disemprot dengan air.
Piridin, C5H5N
Batasi tumpahan, gunakan alat pelindung diri. Matikan nyala api atau pindahkan sumber
pemanas. Jangan sentuh bahan dan cegah agar tidak terbuang ke dalam sungai.
Metanol, CH3OH
Pakailah alat pelindung diri terutama masker dan gloves. Matikan nyala api dan jauhkan sumber
pemanas dan penyalaan. Jangan menyentuh metanol. Lakukan pengambilan bahan kembali
(recovery), bila tidak mungkin tutup dengan pasir atau absorbent yang kemudian dapat dibakar.
Asetonitril, C2H3N
Gunakan alat pelindung diri seperti pakaian, gloves dan respirator yang tepat untuk menangani
bahan tumpahan. Bahan tumpahan dapat diserap dengan kertas dan dibakar. Bekas tumpahan
dapat dicuci dengan air sabun.
Dietil Eter, C4H10O
Bila ada eter tumpahan, segera matikan nyala api dan jauhkan sumber penyalaan. Siapkan
pemadam kebakaran. Beri ventilasi, serap tumpahan ke dalam pasir., untuk kemudian dibakar di
tempat aman. Hindari tumpahan masuk ke dalam perairan atau sungai.
Heksana, C6H14
Hilangkan adanya sumber pemanas, karena uap dapat menuju titik nyala. Pakai alat pelindung
diri seperti gloves, perisai muka dan respirator dengan kanister. Tumpahan dapat diserap pada
kertas dan dibakar di tempat terbuka. Tumpahan jangan dibuang ke sungai.
Propil Alkohol, C3H8O
Bila terjadi tumpahan, batasi daerah tumpahan, berikan ventilasi dan jauhkan api atau panas dan
percikan bunga api. Ambil tumpahan bila mungkin untuk recovery. Bila tidak, serap dengan
pasir kemudian dibuang dengan aman. Bekas tumpahan dapat disiram dengan air.
Kloroform, CHCl3
Isolasi daerah kebocoran dan jauhkan orang – orang yang tidak berkepentingan. Beri ventilasi.
Serap tumpahan dengan kertas penyerap dan biarkan menguap dalam lemari asam. Bakar kertas
di tempat yang aman.
Karbon Tetraklorida, CCl4
Sedikit tumpahan dapat diserap dalam kertas penyerap dan uapkan dalam lemari asam. Kertas
bekas dapat dibakar. Lantai bekas tumpahan dapat dicuci dengan air sabun.
Petroleum eter
Segera padamkan atau singkirkan sumber penyalaan atau api. Pakailah alat pelindung diri
(goggles & gloves). Semprot dengan bahan pendispersi bila ada agar membentuk emulsi dan
semprot dengan air banyak. Bila tak ada bahan pendispersi, serap bahan tumpahan dengan pasir,
bawa ke tempat aman dan uapkan atau bakar.
Aseton, C3H6O
Pakailah alat pelindung diri dalam menangani tumpahan bahan, segera pindahkan atau padamkan
nyala api. Tumpahan sedikit dapat diserap dalam kertas, uapkan dalam lemari asam. Bakarlah
kertas penyerap. Bersihkan lantai dengan siraman air.
1.Menghentikan kebocoran :
Harus segera dilakukan apabila aman dan tidak berbahaya. Beberapa teknik dapat dilakukan
dengan reposisi wadah, menutup dengan semen epoksi atau bahan penutup lain.
2.Mewadahi Tumpahan (containment) :
Cara ini dimaksudkan untuk mengisolasi dan mencegah tumpahan agar tidak menyebar ke area
lebih luas. Kemungkinan pelaksanaan cara ini bergantung pada jenis bahan, jumlah dan lokasi
kebocoran atau tumpahan. Tumpahan cairan yang mengeluarkan uap banyak adalah amat
berbahaya. Imobilitas tumpahan dengan absorbent adalah cara yang baik untuk mengurangi
risiko pencemaran bahan beracun.
3.Penanganan secara kimia dan fisika :
Kebocoran gas yang mudah larut dalam air seperti amonia dapat didispersikan ke dalam air.
Tumpahan cairan dapat dinetralkan dengan asam. Sebaliknya kebocoran asam dapat dinetralkan
dengan basa. Sedang tumpahan pelarut organik dapat diimobilisasi dengan adsoben inert.
Monomer beracun dapat dipolimerisasikan dengan menambah katalist.
Bahan Penyerap Tumpahan :
Bahan Penyerap Organik
 Serbuk gergaji (tidak direkomendasikan untuk zat pengoksidasi dan asam kuat)
 Pasir kali (Murah, daya jerapnya rendah 10% berat tumpahan)
 Butiran Arang kayu (kabon aktif) (Harus kering, tidak untuk zat pengoksidasi)
Bahan Penyerap Anorganik
 Silikat
Bahan Penyerap Sintetik
 Copolimer inert
Subjek yang Berpotensi Terkena Bahaya Tumpahan dan Kebocoran Bahan Kimia
Beberapa subjek individu yang berisiko untuk terkena bahaya tumpahan dan kebocoran bahan
kimia antara lain :
1. Pengguna laboratorium
2. Petugas laboratorium
3. Pengunjung laboratorium
4. Masyarakat sekitar laboratorium
Label Limbah B3
December 13, 2014 Darmawan Saputra cara pemasangan label limbah b3, contoh symbol dan
label limbah b3, environment, label limbah b3, Limbah B3, simbol dan label limbah b3, Ulasan
K3LH 0
Label limbah B3 merupakan penandaan pelengkap yang berfungsi memberikan informasi dasar
mengenai kondisi kualitatif dan kondisi kuantitatif limbah yang dikemas. terdapat tiga jenis label
limbah B3, yaitu:
1. Label identitas limbah B3

Label Limbah ini berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal usul limbah, identitas
limbah serta kuantifikasi limbah dalam suatu kemasan. ukuran label identitas limbah minimal 15
cm x 20 cm atau lebih besar, dengan warna dasar kuning, garis tepi hitam, dan tulisan hitam.
serta tulisan “PERINGATAN” dengan warna merah.

Label identitas dipasang di atas simbol limbah B3 dan harus terlihat jelas. label ini juga harus
dimasukkan pada kemasan yang akan dimasukkan pada kemasan yang lebih besar.

Pengisian label identitas limbah B3

Penghasil : nama perusahaan yang menghasilkan


Alamat : Alamat jelas perusahaan, termasuk kode wilayah
Telp : Nomor telepon penghasil, termasuk kode wilayah
Fax : Fax penghasil
Nomor Penghasil : Nomor yang diberikan oleh Bapedal saat melapor
Tgl pengemasan : Berisi data tanggal saat pengemasan
Jenis limbah : Cair; padat; campuran
Jumlah limbah : Jumlah total dalam kemasan (kg;ton;m3;liter)
Kode Limbah : Kode sesuai dengan Lampiran I PP 85 tahun 1999
Sifat limbah : Mudah menyala, korosif, beracun, dan lain-lain.
Nomor : Nomor urut pengemasan

2. Label Kosong
Bentuk dasar seperti Simbol limbah B3, dengan warna dasar adalah Putih dengan tulisan
“KOSONG” berwarna hitam di tengah. ukuran minimal adalah 10cm x 10cm.

Label ini dipasang pada kemasan yang telah dikosongkan dan atau akan digunakan kembali
untuk mengemas limbah B3.

3. Label penunjuk tutup kemasan

Label penunjuk tutup kemasan berukuran 7 cm x 15cm, dengan warna dasar Putih dan warna
gambar hitam. Gambar di dalam frame hitam dengan 2 (dua) anak panah mengarah ke atas.

Label penunjuk tutup dipasang dekat dengan tutup, dengan arah panah mengarah ke tutup.
Label (Tanda/Simbol) Kemasan Bahan/Material) Berbahaya / B3 (Bahan Beracun dan
Berbahaya) secara umum merujuk pada Globally Harmonized System - United Nations (GHS)
yang diterbitkan oleh PBB (Perserikatan Bangsa - Bangsa). Label (plakat) dipasang per satuan
kemasan bahan berbahaya ataupun kemasan paket kumpulan bahan/material berbahaya. Terdapat
9 (sembilan) Klasifikasi Bahan (Material) Berbahaya / B3 (Beracun dan Berbahaya), antara lain :
Contoh Penerapan Label :
Contoh Penerapan Label (2) :

Contoh Pemasangan Label Kemasan Bahan (Material) Berbahaya / B3 (Bahan Beracun dan
Berbahaya) :

Anda mungkin juga menyukai