Anda di halaman 1dari 14

Bed Site Teaching

HORDEOLUM EKSTERNUM PALPEBRA SUPERIOR OS


Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSMH Palembang

Oleh:
Nur Haniyyah, S.Ked
04084821719186

Pembimbing:
dr. H. Rusdianto, Sp.M(K)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2018
STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI
Nama : Nn. RI
Usia : 16 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Belum kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMA
Suku : Sumatera
Alamat : Tanah Mas, Palembang
No.RM : 224123
Kunjungan pertama ke Poliklinik EED RS Khusus Mata Palembang, tanggal 26
Februari 2018 pukul 12:30 WIB.

II. ANAMNESIS (Autoanamnesis tanggal 26 Februari 2018 pukul 10.30 WIB)

Keluhan Utama
Benjolan pada kelopak mata atas sebelah kiri sejak 1 minggu yang lalu.

Riwayat Perjalanan Penyakit


Satu minggu yang lalu, pasien mengeluh terdapat benjolan pada kelopak mata
bagian atas mata kiri. Benjolan awalnya kecil, lalu membesar, bewarna
kemerahan, dan nyeri. ± 3 hari yang lalu benjolan pecah sendiri dan
mengeluarkan cairan seperti nanah. Pasien mengeluh nyeri pada kelopak mata
atas sebelah kiri (+), merah pada kelopak mata atas sebelah kiri (+), rasa
mengganjal (+), kotoran mata (-),sulit membuka mata (+), gatal (-), mata berair
(-), mata merah (-), pengelihatan kabur(-). Pasien berobat ke poli EED RSKM.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal
 Riwayat memakai kacamata disangkal
 Riwayat trauma di sangkal
 Riwayat alergi disangkal
 Riwayat pengobatan sebelumnya disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


 Keluhan serupa pada anggota keluarga lain disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK (Pada 26 Febuari 2018 pukul 10.30)


A. Status Generalikus
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 70 kali/menit regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,5o C

B. Status Oftalmologikus
Okuli Dekstra Okuli Sinistra

Visus 6/6 6/6


Tekanan P = N+0 P = N+0
intraocular

KBM Ortoforia
GBM
Palpebra Tenang Tampak massa pada
Palpebral Superior OS ,
hiperemis, jumlah 1 buah,
uk: 1x1 cm, mobile,
permukaan rata, nyeri (+)
Konjungtiva Tenang Tenang
Kornea Jernih Jernih
BMD Sedang Sedang
Iris Gambaran baik Gambaran baik
Pupil Bulat, Central, Refleks Bulat, Central, Refleks
Cahaya (+), diameter 3 mm cahaya (+), diameter 3 mm

Lensa Jernih Jernih


Refleks RFOD (+) RFOS (+)
Fundus
Papil Bulat, batas tegas, warna Bulat, batas tegas, warna
oranye, c/d ratio 0.3, a/v 2:3 oranye, c/d ratio 0.3, a/v 2:3
Makula Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)
Retina Kontur pembuluh darah baik Kontur pembuluh darah baik

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Slit lamp

V. DIAGNOSIS BANDING
1. Hordeolum Eksternum Palpebra Superior OS
2. Hordeolum Internum Palpebra Superior OS
3. Kalazion Palpebra Superior OS

VI. DIAGNOSIS KERJA


Hordeolum Eksternum Palpebra Superior OS
VII. PENATALAKSANAAN
1. Informed consent
- Menjelaskan kepada pasien bahwa keluhan yang terjadi akibat infeksi
dan peradangan dikelopak mata.
- Menjelaskan kepada pasien tentang rencana pengobatan yang akan
dilakukan.
2. KIE
- Dianjurkan kepada pasien untuk menjaga kebersihan mata disertai
dengan rajin mencuci tangan, terutama sebelum dan sesudah menyentuh
mata.
- Hindari menggosok-gosok mata bila kemasukan benda asing pada mata.
- Menjelaskan pada pasien untuk tidak menekan atau menusuk benjolan.
3. Non Farmakologi
- Kompres hangat 3-4 kali/hari selama 10-15 menit
- Kontrol ulang setelah 3 hari. Bila tidak ada perbaikan, pasien rujuk
kedokter spesialis mata
4. Farmakologi
- Antibiotik topical Kloramfenikol 1% EO setiap 8 jam/hari OS
- Asam mefenamat 3x1 tab P.O prn

5. PROGNOSIS
Okuli dekstra
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad functionam : bonam
 Quo ad Sanationam : dubia ad bonam

\
ANALISIS KASUS

Nn.RI 16 tahun, datang dengan keluhan utama muncul benjolan kemerahan di


kelopak atas mata kiri. Keluhan ini disertai dengan mengganjal dan sulit membuka
mata. Pasien juga mengeluh benjolan terasa nyeri, terutama saat benjolan tersentuh.
Keluhan ini sudah dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Benjolan awalnya kecil, lalu
membesar, bewarna kemerahan, dan nyeri. ± 3 hari yang lalu benjolan pecah sendiri dan
mengeluarkan cairan seperti nanah. Pada saat diraba, benjolan terasa lunak. Pasien
mengeluh kelopak mata kiri sulit dibuka karena terasa ada yang mengganjal, mata
merah tidak ada, mata berair tidak ada, sering keluar kotoran mata tidak ada. Pasien
berobat ke Poliklinik RSKM Palembang.
Berdasarkan keluhan utama yaitu adanya benjolan di kelopak mata dengan visus
normal dan mata tidak merah, maka dapat dipikirkan kemungkinan adanya hordeolum
dan kalazion. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
oftalmologis. Pasien didiagnosis banding dengan hordeolum eksternum palpebra
superior OS, hordeolum internum palpebra superior OS, dan kalazion palpebra superior
OS.
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata, biasanya
disebabkan infeksi Stahylococcus aureus pada kelenjar sebasea kelopak mata.
Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus,
sehingga dapat menyebabkan benjolan terutama ke bagian konjungtiva tarsal. Gejalanya
berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah dan nyeri bila
ditekan. Hordeolum eksternum merupakan infeksi kelenjar Zeis dan Moll yang terletak
di lapisan supefisial palpebra. Hordeolum eksternum dapat menyebabkan gejala yang
sama seperti hordeolum internum. Sedangkan kalazion adalah peradangan
granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan
kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis pada
kelenjar tersebut. Gejala kalazion berupa adanya benjolan pada kelopak mata, tidak
hiperemis, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis.
Kemungkinan kalazion sebagai diagnosis utama pada pasien ini dapat
disingkirkan karena pada riwayat perjalanan penyakitnya bersifat akut, ditemukan
hiperemis dan nyeri tekan pada benjolan di kelopak mata tersebut. Hordeolum internum
biasanya hanya terlihat apabila dilakukan pemeriksaan eversi kelopak mata dan
seringkali terjadi bersamaan dengan reaksi yang lebih berat seperti konjungtivitis.
Hordeolum eksternum muncul pada lokasi dimana kelenjar keringat berada. Sehingga
pasien dapat didiagnosis dengan hordeolum eksternum palpebra superior OS.
Pasien adalah seorang pelajar, membawa motor dan jarang memakai helm yang
tertutup dan tidak menggunakan masker sehingga sering terpapar debu dan panas
matahari, pasien juga sering mengucek-ngucek matanya menggunakan tangan. Salah
satu faktor yang menjadi pemicu terjadinya hordeolum adalah faktor kebersihan diri dan
lingkungan. Kondisi kelopak mata yang kotor atau kebiasaan mengucek-ngucek mata
dengan tangan kotor dapat memicu terjadinya infeksi. Hordeolum merupakan infeksi
yang menular, oleh karena itu sangat penting untuk menjaga kebersihan terutama daerah
mata.
Penatalaksanaan pada hordeolum eksternum dapat diberikan kompres hangat 3 -
4 kali sehari selama 10 - 15 menit untuk mempercepat peradangan kelenjar sampai
nanah keluar. Pasien juga diedukasi untuk jangan sering mengucek atau menyentuh
mata yang sakit dan menjelaskan kepada pasien untuk tidak menekan atau menusuk
benjolan. Selain itu dapat juga diberikan tatalaksana farmakologi berupa antibiotik
topikal kloramfenikol 1% EO tiap 8 jam OS dan asam mefenamat tablet tiga kali sehari
untuk mengurangi rasa nyeri.
Hordeolum dapat sembuh sendiri namun dapat juga dilakukan insisi yang
terlebih dahulu diberikan anastesi topikal dengan pantocain tetes mata. Cara insisi
hordeolum eksternum adalah dengan cara membuat insisi sejajar dengan margo palpebra
(horizontal). Kemudian dilakukan kuretase seluruh isi jaringan yang meradang di dalam
kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.
Komplikasi pada hordeolum jarang terjadi, namun apa bilda tidak diterapi
dengan baik dapat terjadi komplikasi berupa mata kering, konjungtivitis, simblefaron,
abses, atau selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat palpebra di depan
septum orbita.
LAMPIRAN

Gambar 1. Okuli Sinistra Gambar 2. Okuli Sinistra


HORDEOLUM

Definisi

Hordeolum adalah infeksi kelenjar palpebra berupa radang akut yang bersifat supuratif

yang biasanya disebabkan oleh Staphylococcus . Bila kelenjar Meibom yang terkena,

timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan hordeolum

eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.

Hordeolum eksterna Hordeolum interna

Etiologi

Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum. Paling

sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda dan pada pasien dengan ketegangan

pada mata yang disebabkan oleh ketidakseimbangan otor atau kesalahan refraksi.

Kebiasaan mengucek mata dan hidung, blefaritis kronik dan diabetes berhubungan

dengan kejadian hordeolum berulang. Faktor metabolik, penyakit kronik, asupan

karbohidrat dan alkohol berlebih dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya

hordeolum.

Faktor Resiko

1. Penyakit kronik.

2. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.

3. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis


4. Diabetes

5. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesteroledmia

6. Riwayat hordeolum sebelumnya

7. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih

8. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.

Patofisiologi

Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll.

Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam

tarsus.

Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan

sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis. Apabila

infeksi pada kelenjar Meibom mengalami infeksi sekunder dan inflamasi supuratif

dapat menyebabkan komplikasi konjungtiva.

Gejala dan Tanda

Gejala

- Pembengkakan

- Rasa nyeri pada kelopak mata

- Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata

- Riwayat penyakit yang sama

Tanda

- Eritema

- Edema

- Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata


- Seperti gambaran absces kecil

Stadium selulitis

Memiliki karakteristik yang terlokalisasi, kaku, merah, dan pembengkakan pada

margin palpebra yang berbatas tegas.

Stadium pembentukan abses

Memiliki karakteristik terlihat titik pus pada margin palpebra dan menginvasi sekitar

rambut mata.

Diagnosis

Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda pada hasil pemeriksaan

oftalmologis

Diagnosis Banding

Beberapa diagnosis banding untuk hordeolum:

- Xanthelasma

- Blepharitis

- Dakriosistitis

- Kalazion

Penatalaksanaan

Medikamentosa :

Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada

perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum.


1. Antibiotik topikal.

Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10

hari. Dapat juga diberikan eritromicin salep mata untuk kasus hordeolum

eksterna dan hordeolum interna ringan.

2. Antibiotik sistemik

Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda

pembesaran kelenjar limfe di preauricular.

Pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat.

Dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari

selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan

clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500

mg 2 kali sehari selama 7 hari.

- Steroid (Kortison) dan analgetik sebagai terapi simptomatik.

Operatif :

Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur pembedahan

mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum. Pada insisi hordeolum

terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan

anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi

yang bila:

- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada

margo palpebra.
- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra. Setelah

dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan

meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotik.

Komplikasi

Komplikasi hordeolum dapat berupa mata kering, simblefaron, abses, atau

selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum

orbita dan abses palpebra.

Edukasi dan Pencegahan

1. Jaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum

menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.

2. Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat diberikan kompres hangat 3

kali sehari selama 10 menit.

3. Menghindari pemakaian make up pada mata, karena kemungkinan hal itu

menjadi penyebab infeksi Jaga kebersihan peralatan make-up mata agar

tidak terkontaminasi oleh kuman.


DAFTAR PUSTAKA

 Khurana AK. 2007. Comprehensive Ophthalmology 4th ed. Rohtak: New Age
International
 Leonid SJ. 2002. Hordeolum and Chalazion Treatment. Optometry: UK
 Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta. 2004: Hal 92-94.
 Tim Editor EGC. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
 Winarto. 1990. Macam Kuman, Pola Kepekaan terhadap Antibiotika serta
Beberapa Faktor Risiko pada Hordeolum. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai