Wrap Up A2 SK 3
Wrap Up A2 SK 3
KELOMPOK A – 2
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2018/2019
SKENARIO 3
Pemeriksaan penunjang :
USG Ginekologi : uterus bentuk dan ukuran normal, ovarium kanan dan kiri normal. Tidak
tampak massa pada adneksa kanan dan kiri.
Lab darah rutin: Hb 10g/dL, trombosit 300.000/uL, lain-lain normal
Wanita ini mengalami gangguan menstruasi yaitu Menorhagia dan disertai gejala anemis
akibat ketidakseimbangan hormone. Normalnya, menstruasi terjadi 3-8 hari. Hormon yang
berperan dalam siklus menstruasi yaitu FSH, LH, Estrogen, Progesteron dan GnRH. Untuk
menegakkan diagnosis perlu pemeriksaan hormone. Dalam pandangan islam, haid berbeda
dengan istihadhah. Untuk mengatasi keluhan pasien diberi terapi hormonal, pemberian
suplemen zat besi. Pencegahan: memperbaiki pola hidup dan pola makan.
SASARAN BELAJAR
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Haid dan Peran Hormone yang
Mempengaruhi Menstruasi
LI.4 Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam tentang Haid dan Istihadhah serta
Ibadah yang Dapat Dilaksanakan Dalam Keadaan Suci dan Tidak Suci
LI.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Organ Reproduksi Wanita
LO 1.1 Makroskopis
Genitalia Eksterna
Genitalia Eksterna Wanita memiliki 3 fungsi utama :
Jalan masuk sperma kedalam tubuh
Melindungi organ genitalia interna dari mikroorganisme
Seksual
Mons Pubis ( mons veneris ) terdiri dari jaringan lemak yang berada pada dinding depan
abdomen diatas simfisis pubis.
Labium Majus
Berbentuk lonjong dan menonjol, berasal dari mons veneris dan berjalan ke bawah
dan belakang
Labia majora sinistra dan dextra bersatu di sebelah belakang dan merupakan batas
depan dari perineum, disebut : commisura posterior (frenulum)
Terdiri dari 2 permukaan :
Bagian luar, menyerupai kulit biasa dan ditumbuhi rambut
Bagian dalam menyerupai selaput lendir dan mengandung banyak kelenjar
sebacea
Homolog dengan scrotum laki - laki
Labium Minus. Berupa dua buah lipatan kulit yang berjalan dari klitoris dan menyatu
dibagian posterior untuk membentuk frenulum labia minora atau fourchette.
Klitoris
Berada di ujung anterior labia minor. Terdiri dari 2 buah corpus cavernosum yang
merupakan jaringan erektil di dalam selaput tipis jaringan ikat dan sebagian diantaranya
menyatu sepanjang tepi medial untuk membentuk korpus klitoris. Analog dengan penis
laki-laki.
Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis,
labiamayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum,
kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora.
Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum,
introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri.
Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
Vagina
Rongga muskulo membranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian
kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut
fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan
kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel
skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid.Fungsi vagina : untuk mengeluarkan
ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan).Bagian atas
vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis
yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri. Titik Grayenbergh (G-
spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dindingvagina, sangat sensitif
terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma
pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus
profunda,m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara
anus dan vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi)
untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
Uterus
Organ muskuler yang tebal, memiliki rongga dan berada di antara vesika urinaria
disebelah anterior dan rektum disebelah posterior. Panjang uterus 7.5 cm dan lebar 4 – 5 cm
dengan berat sekitar 60 gram.Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi
peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan
nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan
pembukaan serviks uterus, isikonsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu,
isthmus dan serviks uteri.Bagian uterus diatas isthmus disebut corpus uteri dan bagian
dibawah isthmus disebut servik. Dalam keadaan normal posisi uterus adalah antefleksi –
anteversi. Servik uteri dibagi menjadi 2 bagian: pars vaginalis dan pars supravaginalis ;
dibagian dalam servik terdapat kanalis servikalis. Uterus pada kehamilan lanjut. Fundus
berbentuk kubah dan insersi tuba serta ligamentum rotundum dibagian atas corpus uteri.
Terlihat pasokan vaskular yang hipertrofis.
Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding
dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan
(kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portiocervicis
uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel
skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum
melahirkan (nullipara / primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah
pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi
serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks
menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin)
dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir
serviksdipengaruhi siklus haid.
Corpus uteri
Merupakan bagian terbesar uterus; dibagian anterior menempel pada vesika urinaria
dan dibagian posterior menempel pada intestinum ; dibagian lateral menempel pada berbagai
struktur yang berada didalam ligamentum latum ( tuba falopii – ligamentum rotundum –
ligamentum ovarii proprium – vasa uterina dan ureter ).
Arteria uterina menyilang ureter sebelum berjalan di dinding lateral uterus. Titik
persilangan tersebut kira-kira 1.5 cm dari fornix lateralis. Cavum uteri berbentuk segitiga
dengan kubah yang berada pada bidang setinggi kedua ostium tuba falopii dan apex bagian
bawah setinggi ostium uteri internum. Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan:
• Serosa (peritoneum visceralis) yang melekat pada ligamentum latum uteri di
intraabdomen
• Miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut
ototlongitudinal, anyaman dan sirkular)
• Endometrium yang melapisi dinding cavum uteriSelama kehamilan, serabut otot
tersebut tidak bertambah banyak namun mengalamihipertrofi.
Endometrium adalah lapisan berongga yang lunak yang mengandung sejumlah kelenjar
dan dilapisi dengan “ciliated collumnar epithelium”; bentuk kelenjar dan stroma bervariasi
sesuai dengan siklus haid; ketebalan pasca menstruasi dini ± 1 – 2 mm dan menjelang
menstruasi ± 4 – 7 mm.
Tuba Falopii
Dua buah saluran muskuler yang terbentang dari sudut superior uterus kearah lateral
dengan panjang masing-masing sekitar 8 – 14 cm. Saluran ini menghubungan cavum uteri
dengan cavum peritoneale.Tuba dapat dibagi menjadi 4 bagian :
• Pars uterina / interstitsialis
• Pars Isthmica ( penamang melintang paling sempit )
• Pars Ampullaris
• Pars Infundibularis [fimbriae]
Dinding Tuba Falopii terdiri dari 3 lapisan :
• Lapisanserosa
• Lapisan muskularis
• Lapisan mucosa
Mukosa tuba dilapisi selapis sel kolumnar yang sebagian memiliki bulu-getar (silia) dan
sebagian lain memiliki kelenjar.
Ovarium
Ovarium (indung telur) adalah sepasang organ berbentuk seperti buah almond yang
berada disamping uterus didekat dinding lateral pelvis dan berada pada lapisan posterior
ligamentum latum, postero-caudal tuba falopii.Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan
pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitelgerminal primordial di lapisan terluar epital
ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid
(estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Panjang
kira-kira 2.5 – 5.0 cm dengan lebar kira-kira 1.5 – 3.0 cm. Masing-masing memiliki
permukaan medial dan lateral. Masing-masing ovarium memiliki tepi anterior (mesovarium)
dan tepi posterior yang bebas. Ligamentum penyangga ovarium adalah :
• ligamentum suspensorium ovarii ( ligamentum infundibulo-pelvicum ) dan
• ligamentum Ovarii Proprium.
Pembuluh darah ovarium terutama berasal dari arteri ovarica yang merupakan cabang
aorta abdominalis dan selanjutnya dialirkan keluar ovarium melalui vena ovarica. Ovarium
terbungkus oleh tunica albuginea yang mirip dengan yang dijumpai pada testis. Bagian luar
ovarium disebut cortex yang memiliki gameet dan dibagian dalam disebut medula yang
mengandung banyak pembuluh darah besar serta syaraf. Cortex ovarium relatif avaskular dan
dijumpai sejumlah folikel ovarium kecil. Masing-masing folikel mengandung ovum
immature (oosit) yang terbungkus dengan satu atau beberapa lapisan sel. Bila oosit hanya
dilapisi oleh satu lapisan sel, sel tersebut dinamakan sel folikel, bila dilapisi oleh beberapa
lapisan sel-sel tersebut dinamakan sel granulosa.
Dibagian cortex terdapat sejumlah folikel dengan berbagai derajat maturasi. Pada
folikel primordial, oosit dilapisi oleh satu lapisan sel pipih (sguamoues epithelium). Folikel
primer memiliki dua atau lebih lapisan sel granulosa kubis yang mengitari oosit. Folikel
sekunder mengandung ruang-ruang berisi cairan diantara sel granulosa. Ruangan tersebut
sering mengalami penyatuan (coalesence) membuat cavum sentral yang disebut sebagai
antrum. Folikel d’graf atau folilkel vesikuler yang matur memiliki antrum yang sangat
dominan dan folikel biasanya menonjol keluar permukaan ovarium.Setiap bulan, pada wanita
dewasa, satudari folikel yang masak mengeluarkan oosit dari ovarium, peristiwa ini disebut
Ovulasi.
(S. Snel, Richard. 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta. EGC)
LO 1.2 Mikroskopis
Ovarium
Permukaan ovarium ditutupi oleh satu lapisan epitel kuboid, yang juga disebut epitel
germinal. Jaringan ikat fibrosa akan membentuk kapsul tipis, albuginea tunika, langsung di
bawah epitel. Di sebelah dalam terdapat tunika albugenia (jaringan ikat penyebab ovarium
berwarna putih).
Seperti organ lain, ovarium dibagi menjadi korteks luar dan medula. Korteks terdiri dari
stroma jaringan ikat yang sangat selular di mana folikel ovarium yang tertanam. Medula
terdiri dari jaringan ikat longgar, yang berisi pembuluh darah dan saraf. Jaringan dasar
ovarium disebut stroma.
Daerah korteks: mengandung banyak folikel telur yang masing-masing terdiri dari sebuah
oosit yang diselaputi oleh sel-sel folikel. Sel-sel folikel adalah oosit beserta sel granulose
yang mengelilinginya. Terdapat 3 macam folikel yaitu :
1. Folikel primordial : terdiri atas oosit primer yang berinti agak ke tepi yang dialapisi sel
folikel berbentuk pipih.
2. Folikel primer : terdiri oosit primer yang dilapisi sel folikel (sel granulose) berbentuk
kubus dan terjadi pembentukan zona pelusida. Adalah suatu lapisan glikoprotein yang
terdapat diantara oosit dan sel-sel granulose.
3. Folikel sekunder : terdiri oosit primer yang dilapisi sel granulose berbentuk kubus
berlapis banyak atau disebut staratum granulose.
4. Folikel tersier : terdiri dari oosit primer, volume stratum granulosanya bertambah besar.
Terdapat beberapa celah antrum diantara sel-sel granulose. Dan jaringan ikat stroma di
luar stratum granulose membentuk theca intern(mengandung banyak pembuluh darah)
dan theca extern (banyak mengandung serat kolagen).
5. Folikel Graff : disebut juga folikel matang. Pada folikel ini, oosit sudah siap diovulasikan
dari ovarium. Oosit sekunder dilapisi oleh beberapa lapis sel granulose berada dalam
suatu jorokan ke dalam stratum disebut cumulus ooforus. Sel-sel granulose yang
mengelilingi oosit disebut korona radiate.Antrum berisi liquor follicul yang mengandung
hormone esterogen.
Corpus luteum
Korpus luteum dibentuk oleh sel-sel granulosa dan sel teka setelah ovulasi
telah terjadi. Dinding folikel runtuh ke dalam struktur dilipat, yang merupakan
karakteristik untuk korpus luteum. Vaskularisasi meningkat dan jaringan jaringan ikat
yang terbentuk. Teka interna dan sel granulosa tiga dalam ukuran dan mulai
mengumpulkan lutein (Yang hormon merangsang proses ini Dimana hormon ini
diproduksi??) Dalam beberapa jam setelah ovulasi. Mereka sekarang disebut sel
granulosa lutein dan lutein teka sel dan menghasilkan progesteron dan estrogen.
Sekresi hormon dalam korpus luteum berhenti dalam waktu 14 hari setelah
ovulasi jika oosit tidak dibuahi. Dalam kasus ini, korpus luteum berdegenerasi
menjadi albicans corpus - jaringan parut keputihan dalam ovarium. Sekresi hormon
berlanjut selama 2-3 bulan setelah ovulasi jika terjadi pembuahan.
Oviduk
Oviduk berfungsi sebagai saluran untuk oosit, dari ovarium ke rahim. Secara histologis,
saluran telur terdiri dari mukosa dan muskularis a. Permukaan peritoneal saluran telur dilapisi
oleh serosa dan jaringan ikat yg terletak di bawah.
Mukosa
dibentuk oleh epitel bersilia dan sekresi bertumpu pada lamina propria yang sangat
selular. Jumlah sel bersilia dan sel sekretori bervariasi sepanjang saluran telur (lihat di
bawah). Aktivitas yang keluar bervariasi selama siklus menstruasi, dan sel-sel
sekretorik istirahat juga disebut sebagai pasak-sel. Beberapa zat yang dikeluarkan
diperkirakan menyehatkan oosit dan embrio sangat awal.
Muskularis
terdiri dari lapisan otot melingkar dalam dan lapisan luar memanjang. Lapisan
longitudinal yang dalam hadir di tanah genting dan bagian intramural (lihat di bawah)
dari saluran telur. Gerakan otot peristaltik tampaknya menjadi lebih penting untuk
pengangkutan sperma dan oosit daripada aksi silia.
1. Infundibulum adalah berbentuk corong (hingga 10 mm) akhir saluran telur. Jari-
ekstensi seperti margin nya, fimbriae, erat diterapkan pada ovarium. Sel-sel bersilia
sering. Mereka mengalahkan silia ke arah
2. ampula saluran telur. Lipatan mukosa, atau plicae, dan lipatan sekunder yang timbul
dari plicae membagi lumen ampula menjadi bentuk yang sangat kompleks.
Pemupukan biasanya terjadi di ampula.
3. Tanah genting adalah bagian tersempit (2-3 mm) dari bagian-bagian dari saluran telur
yang terletak dalam rongga peritoneal. Lipatan mukosa kurang kompleks dan
muskularis yang tebal. Lapisan, dalam longitudinal otot hadir di tanah genting dan
4. terakhir, bagian intramural dari saluran telur, yang menembus dinding rahim. Istilah "
intramural "harus akrab bagi Anda mukosa adalah halus, dan diameter bagian dalam
saluran yang sangat kecil. .....
Obstruksi dari saluran telur sebagai konsekuensi dari salpingitis adalah salah satu
kemungkinan penyebab infertilitas, dan perubahan struktur luminal oleh proses inflamasi
merupakan faktor risiko untuk kehamilan tuba.
UTERUS
Vagina
Merupakan bagian terakhir dari saluran reproduksi
betina. Berbentuk pipa panjang,untuk menerima
penis terdiri dari 3 lapis yaitu :
1. Lapisan Mukosa : mempunyai lipatan
mendatar dan tersusun atas epitel berlapis pipih tanpa
lapisan tanduk. Dan terdapat lamina propria yang
tersusun atas jaringan ikat padat dengan banyak serat
elastin, leukosit, limfosit dan nodulus limfatikus
(jarang terlihat).
2. Lapisan otot : terdiri dari berkas-berkas otot
polos yang tersusun berjalinan.
3. Lapisan Adventisia/ Serosa: berupa lapisan
tipis yang tersusun dari jaringan ikat yang berbaur
dengan adventisia organ sekitarnya.
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Haid dan Peran Hormone yang
Mempengaruhi Menstruasi
Siklus ovarium
Fase Folikuler
Fase folikuler bermula setelah haid. Pada mulanya terdapat peningkatan hormon
perangsang folikel (FSH), yang merangsang pertumbuhan dan pematangan folikel-folikel,
dan transisi dari frekuensi kadar LH rendah ke yang tinggi. Sintesis dan pelepasan LH dan
FSH diatur oleh LH-RH (luteinizing hormome releasing hormone). LH-RH dibuat dalam
neuron di hipotalamus, dilepaskan ke dalam pembuluh darah portal hipofisis, dan diangkut
oleh aliran akoplasma ke bagian depan kelenjar hipofisis. Rekrutmen folikel terjadi dalam 4
sampai 5 hari pertama fase folikuler, dan pada hari ke 5 sampai 7 terjadi seleksi dari subuah
folikel yang dominant. Folikel-folikel yang tersisa bisa mengalami tambahan pertumbuhan
yang terbatas tetapi pada akhirnya akan mengalami atresia. Pematangan sebuah folikel yang
dominant terjadi antara hari ke 8 dan 12. Folikel yang dominan itu mencapai diameter rata-
rata 20mm beberapa hari sebelum lonjakan LH.
Folikel tersebut mengandung sel-sel teka dan sel-sel granulose. Sel-sel teka memiliki
reseptor LH dan bereaksi terhadap perangsangan LH dengan memproduksi androgen,
terutama androstenedion dan testosterone. Sel-sel granulose, yang terletak di bagian dalam
folikel, adalah penghasil utama estrogen.
Tahap pertama pertumbuhan folikel berupa pembesaran sedang dari ovum itu sendiri,
yang meningkat diameternya menjadi dua sampai tiga kali lipat, kemudian diikuti dengan
pertumbuhan lapisan sel-sel granulosa tambahan, dan folikel menjadi apa yang disebut folikel
primer. Sekurang-kurangnya beberapa perkembangan ke tahapan ini dapat terjadi walaupun
tidak ada FSH dan LH, tetapi perkembangan melebihi titik ini tidak mungkin terjadi tanpa
kedua hormon tersebut.
Selama beberapa hari pertama sesudah dimulainya menstruasi, konsentrasi FSH dan
LH meningkat dari sedikit menjadi sedang, di mana peningkatan FSH sedikit lebih besar dan
lebih awal beberapa hari dari LH. Hormon-hormon, ini, khususnya FSH, dapat mempercepat
pertumbuhan 6-12 folikel primer setiap bulan. Efek awalnya adalah proliferasi yang
berlangsung cepat dari sel granulosa, menyebabkan lebih banyak sel-sel berbentuk kumparan
yang dihasilkan dari interstitium ovarium berkumpul dalam beberapa lapisan di luar sel
granulosa, membentuk kelompok sel kedua yang disebut teka. Teka terbagi menjadi dua
sublapisan: teka interna, sel-selnua mempunyai karakteristik epitelium yang mirip dengan
sel-sel granulosa dan membentuk suatu kemampuan untuk mensekresi hormon steroid, yang
mirip dengan kemampuan sel granbulosa untuk mensekresi sejumlah kecil hormon-hormon
yang berbeda. Lapisan luar, teka eksterna, berupa kapsul jaringan ikat yang sangat vaskuler.
Kapsul ini akan berkembang menjadi kapsul dari folikel yang sedang tumbuh.
Gambar Ovulasi
Ovulasi pada wanita yang mempunyai siklus seksual normal 28 hari, terjadi 14 hari
sesudah terjadinya menstruasi.
Fase Luteal
Selama beberapa jam pertama sesudah ovum dikeluarkan dari folikel, sel-sel
granulosa dan teka interna yang tersisa berubah dengan cepat menjadi sel lutein. Diameter sel
ini membesar dua kali atau lebih dan terisi dengan inklusi lipid yang memberi tampilan
kekuningan. Proses ini disebut luteinisasi, dan seluruh massa dari sel bersama-sama disebut
sebagai korpus luteum. Suatu suplai vaskular yang berkembang baik juga tumbuh ke dalam
korpus luteum
Sel-sel granulosa dalam korpus luteum mengembangkan sebuah retikulum
endoplasmik halus yang luas, yang akan membentuk sejumlah besar hormon progesteron dan
estrogen tetapi lebih banyak progesteron. Sel-sel teka terutama lebih membentuk hormon
androgen, androstendion dan testosteron daripada hormon seks wanita. Akan tetapi, sebagian
besar hormon tersebut akan dikonversi oleh sel-sel granulosa menjadi hormon-hormon
wanita.
Pada wanita normal, diameter korpus luteum tumbuh menjadi kira-kira 1,5cm, tahap
perkembangan ini dicapai dalam waktu kira-kira 7 sampai 8 hari setelah ovulasi, menjadi
pada yang disebut korpus albikans; selama beberapa minggu korpus albikan akan digantikan
oleh jaringan ikat.
Perubahan sel-sel granulosa dan sel teka menjadi sel lutein sangat bergantung pada
LH yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior. Luteinisasi sel-sel granulosa juga
bergantung pada pengeluaran ovum dari folikel. Sebuah hormon setempat yang masih belum
ditemukan pada cairan folikel, yang disebut faktor penghambat luteinisasi, berfungsi
menahan proses luteinisasi sampai sesudah ovulasi. Karena alasan inilah, korpus luteum tidak
berkembang pada folikel yang tidak berovulasi.
Korpus luteum adalah organ yang sangat sekretorik, yang mensekresi sejumlah besar
progesteron dan juga mensekresi estrogen. Sekali LH (terutama yang disekresi selama
ovulasi) bekerja pada sel granulosa dan sel teka untuk menimbulkan luteinisasi, maka sel-sel
lutein yang baru terbentuk kelihatannya diprogram untuk meneruskan tahapan yang sudah
diatur, yaitu (1). Proliferasi, (2). Pembesaran, dan (3). Sekresi, kemudian diikuti dengan (4)
degenerasi. Bahkan pada keadaan tidak ada sekresi LH lebih lanjut oleh kelenjar hipofisis
anterior, proses ini masih tetap berlangsung, tetapi hanya selama 4 sampai 8 hari. Sebaliknya,
adanya Lh akan meningkatkan tingkat pertumbuhan korpus luteum, sekresinya bertambah
banyak, dan masa hidupnya bertambah lama.
Estrogen, khususnya, dan progesteron, dalam jumlah sedikit, yang disekresi oleh
korpus luteum selama tahap luteal dari siklus ovarium mempunyai efek umpan balik yang
kuat terhadap kelenjar hipofisis anterior dalam mempertahankan kecepatan sekresi FSH
maupun LH yang rendah. Selain dari itu, sel lutein juga akan mensekresi sejumlah kecil
hormon inhibin. Hormon ini menghambat sekresi kelenjar hipofisis anterior, khususnya FSH.
Sebagai akibatnya, konsentrasi FSH dan LH dalam darah turun menjadi rendah, dan
hilangnya hormon ini menyebabkan korpus luteum berdegenerasi secara menyeluruh, suatu
proses yang disebut involusi korpus luteum. Involusi akhir terjadi pada hampir tepat 12 hari
dari masa hidup korpus luteum, yang merupakan hari ke-26 dari siklus seksual wanita
normal, 2 hari sebelum menstruasi dimulai.
Kurangnya sekresi estrogen, progesteron dan dihasilkannya inhibin dari korpus
luteum akan menghilangkan umpan balik negatif dari kelenjar hipofisis anterior,
memungkinkan kelenjar kembali meningkatkan sekresi FSH, dan setelah beberapa hari
kemudian sedikit meningkatkan jumlah LH. FSH dan LH akan merangsang pertumbuhan
folikel baru untuk memulai siklus ovarium yang baru. Tetapi sebelum folikel-folikel ini dapat
berlanjut secara bermakna, sejumlah kecil sekresi progesteron dan estrogen akan
menyebabkan menstruasi oleh uterus.
Siklus Uterus
Uterus terdiri dari 2 lapisan dasar; yang sebelah luar, tebal, miometrium yang berotot,
dan yang sebelah dalam, tipis, jaringan berkelenjar, endometrium. Endometrium berespon
terhadap estrogen dengan mengalami pembelahan mitosis yang cepat dan pembentukan
struktur kelenjar (endometrium fase proliferasi). Setelah ovulasi, korpus luteum
menghasilkan sejumlah besar progesterone, yang bekerja terhadap endometrium untuk
memperbesar ukuran kelenjar-kelenjar pada endometrium dan meningkatkan pembuatan dan
pengeluaran protein-protein dan factor-faktor lain (endometrium fase sekresi) dalam
persiapan untuk implantasi dan kehamilan. Endometrium fase sekresi dipertahankan oleh
sekresi estrogen dan progesterone dari ovarium. Penurunan kadar perifer dari steroid-steroid
ini menyebabkan degenerasi dan nekrosis dari endometrium fase sekresi, dan terjadilah
menstruasi.
Gambar . Siklus Menstruasi Normal
Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lender uterus
mengalami perubahan-perubahan siklik yang berkaitan erat dengan aktivitas ovarium. Dapat
dibedakan 4 fase endometrium dalam siklus haid, yaitu:
a. Fase menstruasi atau deskuamasi
Kira-kira 2 hari sebelum akhir siklus menstruasi, korpus luteum tiba-tiba berinvolusi
dan hormon-hormon ovarium, estrogen dan progesteron menurun dengan tajam
sampai kadar sekresi yang rendah, kemudian terjadi menstruasi. Menstruasi
disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan progesteron secara tiba-tiba, terutama
progesteron, pada akhir siklus ovarium bulanan. Efek pertama adalah penurunan
rangsangan terhadap sel-sel endometrium oleh kedua hormon ini, yang diikuti dengan
cepat oleh involusi endometrium sendiri menjadi kira-kira 65% dari ketebalan
semulan. Kemudian selama 24 jam sebelum terjadinya menstruasi, pembuluh darah
yang berkelok-kelok mengarah ke lapisan mukosa endometrium, akan menjadi
vasospastik, mungkin disebabkan oleh efek involusi, seperti pelepasan bahan
vasokonstriktor dan prostaglandin yang terdapat dalam jumlah sangat banyak pada
saat ini. Vasospasme dan hilangnya rangsangan hormonal menyebabkan dimulainya
proses nekrosis pada endometrium, khususnya dari pembuluh darah. Sebagai
akibatnya, darah akan merembes ke lapisan vaskuler dari endometrium, dan daerah
perdarahan akan bertambah besar dengan cepat dalam waktu 24 sampai 36 jam.
Perlahan-lahan, lapisan nekrotik bagian luar dari endometrium terlepas dari uterus
pada daerah perdarahan tersebut, sampai, kira-kira 48 jam setelah terjadinya
menstruasi, semua lapisan superfisial dari endometrium sudah berdeskuamasi. Massa
jaringan deskuamasi dan darah di dalam kavum uteri, mungkin ditambah efek
kontraksi dari prostaglandin, akan merangsang kontraksi uterus yang menyebabkan
dikeluarkannya isi uterus.
Selama menstruasi normal, 40 ml darah dan tambahan 35 ml cairan serus dikeluarkan.
Cairan menstruasi normalnya tidak membentuk bekuan, karena fibrinolosin
dilepaskan bersama dengan bahan nekrotik endometrium.
Dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah dimulainya menstruasi, pengeluaran darah akan
berhenti, karena pada saat ini endometrium sudah mengalami epitelisasi kembali.
Kehamilan
Bila terjadi ovulasi, ovum, bersama dengan sel-sel granulose yang melekat padanya,
yang mengandung korona radiate, dikeluarkan langsung ke dalam rongga peritoneum dan
selanjutnya haru masuk ke dalam salah satu tuba falopii untuk mencapai kavum uteri. Ujumg
fimbria dari masing-masing tuba falopii secara alami jatuh di sekitar ovarium. Permukaan
dalam tentakel fimbria dibatasi oleh epitel bersilia, dan silia ini yang diaktivasi oleh estrogen,
secara terus-menerus bergerak kea rah pembukaan, ostium tuba falopii. Dengan cara ini ovum
memasuki salah satu tuba falopii.
Setelah terjadi ejakulasi, dalam waktu 5 sampai 10 menit, beberapa sperma akan
dihantarkan melalui uterus ke ampula pada bagian akhir ovarium dan tuba falopii yang
dirangsang oleh prostaglandin dalam cairan seminal dan oksitosin yang dilepaskan dari
kelenjar hipofisis posterior selama orgasme wanita. Dari hamper setengah miliar sperma yang
dideposit dalam vagina hanya beberapa ribu yang berhasil mencapai ampula.
Pembuahan ovum umumnya terjadi segera setelah ovum memasuki ampula. Sebelum
sperma dapat memasuki ovum, sperma harus menembus korona radiate dan harus berikatan
dengan dan menembus zona pelusida yang mengelilingi ovum.
Sekali sebuah sperma telah masuk ke dalam ovum, kepala sperma akan membengkak
dengan cepat untuk membentuk sebuah pronukleus pria. Kemudian, ke-23 kromosom yang
tidak berpasangan dari pronukleus pria dan ke-23 kromosom yang tidak berpasangan dari
pronukleus wanita berikatan bersama-sama untuk membentuk kembali komplemen yang
menyeluruh dengan 46 kromosom (23 pasangan) dalam sebuah ovum yang sudah dibuahi.
Setelah pembuahan terjadi, untuk mentranspor ovum dari tuba falopii ke dalam
kavum uteri biasanya perlu waktu 3 sampai 4 hari. Transport ini terutama dipengaruhi oleh
arus cairan yang lemah di dalam tuba akibat kerja sekresi epitel ditambah kerja epitel bersilia
yang melapisi tuba, dimana silia selalu memecut kea rah uterus. Kontraksi yang lemah dari
tuba falopii juga mungkin membantu jalannya ovum.
Tuba falopii dilapisi oleh permukaan kriptoid, tidak rata yang menghalangi jalannya
ovum walaupun ada arus cairan. Isthmus tuba falopii juga tetap berkontraksi secara spastic
selama 3 hari pertama setelah ovulasi. Setelah saat ini, peningkatan progesterone yang cepat
yang disekresi korpus luteum ovarium pertama-tama akan memacu peningkatan reseptor
progesterone pada sel-sel otot polos tuba falopii dan kemudian mengaktifkannya, melepaskan
suatu efek relaksasi yang memungkinkan masuknya ovum ke dalam uterus.
Transpor ovum yang tertunda melalui tuba falopii memungkinkan terjadinya beberapa
tahap pembelahan ovum sebelum ovum yang sudah membelah itu (blastokista) memasuki
uterus. Selama saat ini, dibentuk sejumlah besar zat sekresi oleh sel-sel sekresi yang
berselang-seling dengan sel-sel silia yang melapisi tuba falopii. Zat-zat sekresi ini berguna
untuk nutrisi blastokista.
Setelah mencapai uterus, blastokista yang sedang berkembang biasanya tetap tinggal
di dalam kavum uteri selama 1 sampai 3 hari lagi sebelum berimplantasi dalam endometrium;
jadi implantasi terjadi kira-kira pada hari ke-5 sampai ke-7 setelah ovulasi. Sebelum
implantasi, blastokista mendapat makanan dari sekresi endometrium.
Implantasi merupakan hasil dari kerja sel-sel trofoblas yang berkembang di seluruh
permukaan blastokista. Sel-sel ini mensekresi enzim proteolitik yang mencerna dan
mencairkan sel-sel endometrium. Cairan dan nutrisi yang kemudian dilepaskan akan di
transport secara aktif oleh sel-sel trofoblas yang sama ke dalam balstokista, sambil
berkembang lebih lanjut.
Sekali implantasi terjadi, sel-sel trofoblas dan sel-sel yang berdekatan lainnya baik
dari blastokista maupun dari endometrium uterus berproliferasi dengan cepat, membentuk
plasenta dan berbagai membrane kehamilan.
Telah dikemukakan diatas bahwa progesterone yang disekresikan oleh korpus luteum
ovarium selama pertengahan setiap siklus menstruasi mempunyai pengaruh khusus terhadap
endometrium untuk mengubah sel-sel stroma endometrium menjadi sel-sel yang
membengkak, yang mengandung sejumlah besar glikogen, protein, lipid dan bahkan beberapa
mineral yang penting utnuk perkembangan hasil konsepsi. Kemudian, bila hasil konsepsi
berimplantasi dalam endometrium, progesterone yang terus disekresikan masih akan
menyebabkan sel-sel stroma membengkak dan bahkan menyimpan lebih banyak nutrisi. Sel-
sel ini sekarang disebut sel-sel desidua, dan massa sel secara keseluruhan disedut desidua
Sewaktu sel-sel trofoblas menembus desidua, mencerna dan mengimbibisinya, nutrisi
yang disimpan dalam desidua akan digunakan oleh embrio untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Selama minggu pertama setelah implantasi, hal tersebut merupakan satu-
satunya cara bagi embrio untuk mendapatkan nutrisi., dan embrio terus memperoleh
nutrisinya dengan cara ini selama 8 minggu, walaupun plasenta juga memberikan nutrisi kita-
kira 16 hari setelah pembuahan (kira-kira 1 minggu setelah implantasi).
Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi kea rah kavum uteri disebut desidua
kapsularis; yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis, di
daerah inilah plasenta akan dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain adalah
desidua parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot-jonjot yang yang dinamakan
vili koriales dan berpangkal pada korion.
Bila nidasi telah terjadi, mulailah diferensiasi sel-sel blastula. Sel-sel yang lebih kecil,
yang dekat pada ruang eksoselom, membentuk entoderm dan yolk sac kecil, sedangkan sel-
sel yang lebih besar menjadi ectoderm dan membentuk ruang amnion. Dengan ini di dalam
blastula terdapat suatu embrional plate yang dibentuk antara dua ruangan, yakni ruang
amnion dan yolk sac.
Sel-sel fibroblast mesodermal tumbuh disekitar embrio dan melapisi pula sebelah
dalam trofoblas, terbentuklah chorionic membrane yang kelak menjadi korion. Trofoblas
yang amat hiperplatik itu tumbuh tidak sama tebalnya dan membentuk 2 lapisan. Di sebelah
dalam dibentuk lapisan sitotrofoblas (terdiri atas sel-sel yang mononukleus) dan di sebelah
luar lapisan sinsitiotrofoblas, terdiri atas nucleus-nukleus, tersebat tak rata dalam sitoplasma.
Vili korialis yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh dan bercabang-
cabang dengan baik, disini korion disebut korion frondosum. Yang berhubungan dengan
desidua kapsularis kurang mendapat makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh kearah
kavum uteri sehingga lambat laun menghilang; korion yang gundul ini disebut korion laeva.
Dalam tingkat nidasi trofoblas antara lain menghasilkan hormone human chorionic
gonadotropin (hCG). Produksi hCG meningkat sampai kurang lebih hari ke-60 kehamilan
untuk kemudian turun lagi. Diduga fungsinya adalah mempengaruhi korpus luteum untuk
tumbuh terus, dan menghasilkan terus progesterone, sampai plasenta dapat membuat cukup
progesterone sendiri.
Pertumbuhan embrio terjadi pada embryonal plate yang selanjutnya terdiri atas tiga
unsur lapisan, yakni sel-sel ectoderm, mesoderm dan entoderm.
Definisi
Ada sejumlah gangguan menstruasi yang berbeda. Masalah dapat berkisar dari berat,
haid yang menyakitkan dan ada yang tidak haid sama sekali. Ada banyak variasi
dalam pola menstruasi, namun pada wanita umum harus prihatin ketika haid datang
kurang dari 21 hari atau lebih dari 3 bulan terpisah, atau jika haid bertahan lebih dari
10 hari. Peristiwa tersebut dapat mengindikasikan masalah ovulasi atau kondisi medis
lainnya. (Simon, Harvey.2009a)
Siklus haid yang tidak teratur, yakni siklusnya tidak memiliki pola tertentu. Mungkin
pada awalnya siklus haid lebih dari 35 hari, namun kemudian akan timbul perdarahan
haid diluar siklus haid normal. Misalnya,siklusnya semula 35-40 hari tetapi bulan
berikutnya bisa tidak haid selama 3 bulan. Di sisi lain, ada pula yang dalam sebulan
bisa mengalami haid lebih dari sekali. Contoh, bulan ini haid terjadi tanggal 10,
kemudian datang lagi pada tanggal 25 di bulan yang sama. Haid yang berlangsung
kurang dari 21 dikategorikan siklus pendek.
Baik siklus pendek maupun panjang, sama-sama menunjukkan ketidakberesan pada
sistim metabolisme dan hormonal. Dampaknya pun sama,yaitu jadi lebih sulit hamil.
Pada siklus pendek, ibu mengalami ”unovulasi” karena sel telur tidak terlalu matang
sehingga sulit untuk dibuahi. Pada siklus panjang, hal ini menandakan sel telur jarang
sekali diproduksi atau ibu mengalami ketidaksuburan yang cukup panjang. Jika sel
telur jarang diproduksi berarti pembuahan akan sangat jarang terjadi. (Hanifa W,
1997)
Klasifikasi
Untuk memahami lebih mendalam tentang gangguan haid dan siklusnya sebaiknya
fisiologi haid dan siklusnya dimengerti lebih dahulu. Saat mulai haid dinamakan
menarche sedangkan saat berhentinya haid dinamakan menopause.Gangguan haid dan
siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam :
:
1.Kelainan dalam banyaknya darah dan lama perdarahan pada haid
a.Hipermenorea atau Menoragia
b.Hipomenorea
2.Kelainan siklus
a.Polimenorea
b.Oligomenorea
c.Amenorea
3.Perdarahan di luar haid
a. Metroragia
Etiologi
HIPERMENOREA
Adalah perdarahan haid yang lebih banyak dan lebih lama dari normal (>8 hari).
Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya mioma uteri
dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktilitas yang
terganggu, polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid
(endometrium shedding).
HIPOMENOREA
Merupakan perdarahan haid yang lebih pendek dan lebih kurang dari biasanya. Sebab-
sebabnya dapat terletak pada konstitusi penderita, pada uterus (misalnya sesudah
miomektomi), pada gangguan endokrin, dll.
Adanya hipomenorea tidak mengganggu fertilitas.
Kelainan siklus
POLIMENOREA
Pada polimenorea siklus haid lebih pendek dari biasa (< 21 hari).Perdarahan kurang
lebih sama atau lebih banyak dari haid biasa disebut polimenorea atau epimenoragia.
Dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi
atau menjadi pendek masa luteal. Sebab lain kongesti ovarium karena peradangan,
endometriosis, dan sebagainya.
OLIGOMENOREA
Siklus haid lebih panjang, >35 hari. Apabila siklusnya >3 bulan disebuta menorea.
Perdarahan biasanya berkurang. Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehatan
wanita tidak terganggu, fertilitas cukup baik.
Siklus haid biasanya dengan ovulatoar dengan masa proliferrasi lebih panjang dari
biasa.
AMENOREA
Adalah keadaan dimana tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.
Lazim diadakan pembagian amenorea primer dan amenorea sekunder.
1. Amenorea primer, apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak
pernah dapat haid, umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan
lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan kongenital, dan kelainan genetik.
2. Amenorea sekunder, apabila pernah mendapat haid, kemudian tidak pernah
dapat lagi, lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam
kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-
tumor, penyakit infeksi, dll.
Istilah kriptomenorea menunjuk kepada keadaan dimana tidak tampak adanya haid
karena darah tidak keluar berhubung ada yang menghalangi misal pada ginatresia
himenalis dll.
Sebab-sebab fungsional
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organic
dinamakan perdarahan disfungsional. Dapat terjadi pada setiap umur antara
menarche dan menopause, tetapi lebih seringdijumpai pada masa permulaan
dan masa akhir fungsi ovarium.
PREMENSTRUAL TENSION
Premenstrual tension merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu
sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang,
walaupun kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.
Etiologi
Etiologi premenstrual tension tidak jelas, akan tetapi mungkin satu faktor yang
memegang peranan ialah ketidakseimbangan antara estrogen dan progesteron dengan
akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan dan kadang-kadang
edema.
VICARIOUS MENSTRUATION
Istilah ini dipakai untuk kasus-kasus tertentu yang jarang dijumpai,dimana terjadi
perdarahan ekstragenital dengan interval periodik yang sesuai dengan siklus haid.
Vicarious menstruation dapat juga terjadi pada berbagai alat, seperti :lambung, usus,
paru-paru, mammae, dan kulit.
Penangan dapat dilakukan apabila pada alat yang berdarah ada kelainan yang dapat
diangkat atau diobati.
MITTLESCHMERZ
Mittleschmerz atau nyeri antara haid terjadi kira-kira sekitar pertengahan siklus haid,
pada saat ovulasi.
Hal ini terjadi karena pecahnyafolikelGraff.
Lamanya bisa beberapa jam bahkan sampai 2-3 hari. Terkadang Mittelschmerz diikuti
oleh perdarahan yang berasal dari proses ovulasi dengan gejala klinis seperti
kehamilan ektopik yang pecah.
Diagnosa dibut berdasarkan saat terjadinya peristiwa dan bahwa nyerinya tidak
mengejang, tidak menjalar, dan tidak disertai mual atau muntah.
Penangananya umumnya terdiri atas penerangan pada wanita yang bersangkutan.
MASTALGIA
Gejala mastalgia ialah rasa nyeri dan pembesaran mamma sebelum haid.Sebabnya
edema dan hiperemi karena peningkatan relatif dari kadar estrogen.
Terapi biasanya terdiri atas pemberian deuretikum, sedang pada mastalgia keras
kadang-kadang perlu diberikan metiltestosteron 5 mg perhari secara sublingual.
Bromokriptine dalam dosis kecil dapat mengurangi penderitaan.
DISMENOREA
Dismenorea (Nyeri haid) mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering
menyebabkan wanita wanita muda pergi kedokter untuk konsultasi dan pengobatan.
Gangguan ini bersifat subjektif, berat atau untensitasnya sukar dinilai.Penyakit ini
sudah lama dikenal, tetapi sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan
dengan memuaskan.
Patofisiologi
o Anovulatorik
Kegagalan Ovulasi. Siklus anovulatorik sangat sering terjadi di kedua ujung usia
subur; pada setiap disfungsi sumbu hipotalamus-hipofiisis-ovumn adrenal, atau tiroid;
pada lesi ovarium fungsional yang menghasilkan esterogen berlebihan; pada
malnutrisi, obesitas, atau peyakit berat; pada stress fisik atau emosi berat. Pada
banyak kasus penyebab kegagalan ovulasi tidak diketahui, tetapi apapun sebabnya,
hal ini menyebabkan kelebihan estrogen relatif terhadap progesteron. Oleh karena itu,
endometrium mengalami fase proliferatif yang tidak diikuti oleh fase sekretorik yang
normal. Kelenjar endometrium mungkin mengalami perubahan kistik ringan atau di
tempat lain mungkin tampak kacau dengan stroma yang relatif sedikit, yang
memerlukan progesteron untuk mempertahankannya. Endometrium yang kurang
ditopang ini mengalami kolaps secara parsial, disertai ruptur arteri spiral dan
perdarahan.
o Ovulatorik
Fase luteal tidak adekuat. Korpus luteum mungkin gagal mengalami pematangan
secara normal atau mengalami rgresi secara prematur sehingga terjadi kekurangan
relatif progesteron. Endometrium dibawah kondisi ini mengalami perlambatan
terbentuknya pase sekretorik.
Amenore primer
Anamnesis
Pada pasien yang mengalami perdarahan uterus disfungsional, anamnesis perlu
dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding.
Riwayat detail menstruasi :
Jumlah hari mestruasi
Jumlah pembalut yang digunakan per hari
Dampak terhadap kehidupan sehari-hari
Riwayat pendarahan pada gusi, mudah memar, dan perdarahan yang panjang akibat
luka ringan
Gejala penambahan berat badan, konstipasi, rambut rontok, kelelahan
Galaktorea
Riwayat seksual dan penggunaan kontrasepsi
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan hemodinamik ,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk :
o Menilai
− Indeks Massa Tubuh (IMT > 27 termasuk obesitas)
− Tanda-tanda Hiperandrogen
− Pembesaran kelenjar thyroid atau manofestasi hiper atau hypothyroid
− Galaktorea
− Gangguan Lapang Pandang (karena adenoma hypofisis)
− Faktor resiko keganasan (obesitas, hipertensi, DM, dll)
o Menyingkirkan
− Kehamilan, kehamilan ektopik, abortus, penyakit trofoblas
− Servisitis, endometritis
− Polip dan mioma uteri
− Keganasan serviks dan uterus
− Hiperplasia endometrium
− Gangguan pembekuan darah
Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan pap smear, dan
harus disingkirkan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia endometrium, atau keganasan.
Pemeriksaan penunjang
1. Darah dan Tes Hormonal
Tes darah dapat membantu menyingkirkan kondisi lain yang menyebabkan gangguan
menstruasi. Tes darah juga dapat memeriksa follicle- stimulating hormon, estrogen,
dan tingkat prolaktin. Pasien yang memiliki menorrhagia mungkin mendapatkan tes
untuk gangguan perdarahan. Jika pasien kehilangan banyak darah, mereka juga harus
mendapatkan diuji untuk anemia.
Pasien yang memiliki amenore mungkin perlu
untuk menerima tes hormon khusus. Uji tantangan progestasional menggunakan
progesteron oral atau disuntikkan untuk menguji lapisan rahim fungsional
(endometrium):
a. Perdarahan yang terjadi sampai 3 minggu setelah dosis progesteron menunjukkan
bahwa wanita memiliki tingkat estrogen yang normal tetapi tidak berovulasi,
terutama jika tiroid dan prolaktin tingkat normal. Dalam kasus tersebut, dokter
akan memeriksa stres, berat badan baru-baru ini, dan setiap obat-obatan. Hasil
tersebut juga bisa menyarankan ovarium polikistik atau stres.
b. Kegagalan untuk berdarah bisa menunjukkan rahim yang abnormal yang
mencegah keluar atau estrogen tidak cukup. Dalam kasus tersebut, langkah
berikutnya mungkin untuk mengelola estrogen diikuti oleh progestin. Jika
perdarahan terjadi setelah itu, penyebab amenore berkaitan dengan kadar estrogen
rendah. Dokter kemudian akan memeriksa kegagalan ovarium, anoreksia, atau
penyebab lain dari estrogen rendah. Jika pendarahan tidak terjadi, dokter akan
memeriksa penghalang yang mencegah aliran menstruasi.
USG
Teknik pencitraan yang sering digunakan untuk mendeteksi kondisi tertentu yang dapat
menyebabkan gangguan menstruasi. Imaging dapat membantu mendiagnosa fibroid,
endometriosis, atau kelainan struktur pada organ reproduksi.
3. Biopsi endometrium.
Bila perdarahan berat atau abnormal terjadi, sebuah (rahim) biopsi endometrium dapat
dilakukan di kantor. Prosedur ini dapat membantu mengidentifikasi sel-sel abnormal,
yang menunjukkan bahwa kanker dapat hadir. Hal ini juga dapat membantu dokter
menentukan pengobatan hormonal terbaik untuk digunakan. Prosedur ini mungkin
sering dilakukan tanpa anestesi, atau lokal anestesi disuntikkan.
a. Pasien terletak di punggungnya dengan kaki di sanggurdi. Sebuah alat (speculum)
dimasukkan ke dalam vagina untuk terus terbuka dan memungkinkan leher
rahim
untuk dilihat.
b. Serviks dibersihkan dengan cairan antiseptik dan kemudian digenggam dengan
instrumen (tenaculum) yang memegang rahim stabil. Sebuah perangkat yang
disebut dilator serviks mungkin diperlukan untuk meregangkan kanalis servikalis
jika ada sesak (stenosis). Sebuah tabung, plastik kecil berongga kemudian lembut
dilewatkan ke dalam rongga rahim.
c. Hisap lembut menghapus sampel lapisan. Sampel jaringan dan instrumen dihapus.
Spesialis yang disebut ahli patologi memeriksa sampel di bawah mikroskop.
Prosedur ini digunakan untuk mengambil sampel pada jaringan tersebut dan untuk
meringankan perdarahan berat dalam beberapa kasus. A & C juga dapat efektif dalam
Scraping off polip endometrium kecil, tetapi tidak sangat berguna bagi kebanyakan
fibroid, yang cenderung lebih besar dan lebih melekat erat.
Tatalaksana
Operatif
3. Mengembalikan keseimbangan fungsi hormon reproduksi
Usaha ini meliputi pengembalian siklus haid abnormal menjadi normal, pengubahan siklus
anovulatorik menjadi ovulatorik atau perbaikan suasana sehingga terpenuhi persyaratan untuk
pemicuan ovulasi.
LI.4 Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam tentang Haid dan Istihadhah serta
Ibadah yang Dapat Dilaksanakan Dalam Keadaan Suci dan Tidak Suci
Menurut Ustaz Sulaiman Endut dalam bukunya yang berjudul Asas-asas Fardhu Ain
mengatakan bahwa :
“Darah istihadhah ialah darah penyakit yang keluar dari faraj perempuan. Darah ini
bukanlah merupakan darah haid atau darah nifas. Ia adalah sejenis darah penyakit.
Seseorang perempuan yang ketika didatangi darah istihadhah, wajib berpuasa,
bersembahyang dan boleh mengerjakan ibadah lain sama seperti orang lain yang
tidak didatangi haid dan nifas.”
Rumusan yang dapat dibuat berdasarkan pendapat di atas, istihadah merupakan darah
yang keluar bukan pada masa haid dan nifas. Darah istihadah disifatkan sebagai darah
penyakit. Untuk mengetahui darah istihadah ialah darah yang keluar dari rahim
perempuan yang melebihi (15 hari dan malamnya) atau kurang (24 jam) dari
tempoh haid dan nifas. Dari Aisyah ra berkata :
“Fatimah Binti Abi Hubaisy telah datang menemui Nabi SAW dan berkata : Wahai
Rasulullah, aku telah beristihadhah, oleh itu aku tidak suci, maka adakah aku perlu
meninggalkan solat? Sabda Rasulullah SAW : Tidak, itu hanyalah darah penyakit dan
bukan darah haid. Ketika kedatangan haid hendaklah engkau meninggalkan solat,
dan apabila kadarnya telah berlalu, maka hendaklah engkau membasuh darah yang
berada pada diri engkau dan hendaklah engkau bersolat.” (Riwayat Al-Bukhari)
Darah ini membatalkan wuduk tetapi tidak mewajibkan wanita tersebut mandi hadas dan
tidak wajib meninggalkan solat serta puasa. Oleh itu wanita yang keluar darah
tersebut hendaklah membasuhnya, mengikat atau membalut tempat keluarnya dan
hendaklah berwuduk setiap kali hendak solat fardhu.
Faktor Istihadhah
Darah istihadhah ini mengalir secara berterusan dan kadang kala ia berlarutan sehingga
beberapa minggu. Jika keadaan sebegini berterusan, maka lebih baik mendapatkan
rawatan dan nasihat doktor dengan segera untuk mengetahui apa puncanya.
Ciri-ciri Istihadhah
Hukum Istihadhah
1. Tidak wajib mandi ketika ingin mengerjakan solat wajib ataupun sunat pada bila-bila
masa. Kecuali satu kali ketika haidnya sudah berhenti.
2. Orang Istihadhah wajib berwuduk setiap kali hendak mengerjakan solat.
3. Hendaklah ia membasuh kemaluannya sebelum berwuduk dan kemudian ia menutup
kemaluannya dengan sehelai kain atau kapas untuk menahan atau mengurangi najis
daripada terus keluar. Jika cara ini tidak berjaya menahan darah istihadhah, maka
hendaklah ia menyumbat atau mengikat kemaluannya supaya tidak bocor.
4. Tidak menjadi halangan bagi suami yang ingin menjimak isterinya ketika istihadhah.
Ini merupakan pendapat mejoriti para ulamak, kerana ia tidak mempunyai satu
dalilpun yang mengharamkannya.
5. Hukum wanita istihadhah sama sepertimana wanita yang suci daripada haid dan nifas.
wanita istihadhah boleh mengerjakan solat, puasa, tawaf, membaca Al-Quran,
menyertuh Al-Quran dan sebagainya.
Diriwayatkan oleh Aisyah, dia berkata : “Ummu Habibah binti Jahsy meminta fatwa
kepada Rasulullah.” Ummu Habibah berkata: “sesungguhnya saya terkena darah
penyakit?” Rasulullah berkata: “itu hanya darah, mandi dan sholatlah. Maka Ummu
Habibah mandi setiap akan melaksanakan sholat”. Al-Laits bin Sa’id berkata:”Ibu
Syibah tidak menyebutkan bahwa Rasulullah menyuruh Ummu Habibah binti Jahsy
untuk mandi setiap kali mau melaksanakan sholat, akan tetapi itu hanyalah perbuatan
Ummu Habibah sendiri.”
(HR.Muslim 63/334)
Haid
Definisi Haid.
Haid secara bahasa bermakna mengalir.
Adapun secara istilah, Al-Bahuti berkata, “Dia adalah darah kebiasaan wanita yang
berasal dari dasar rahim, pada waktu-waktu tertentu.” (Ar-Raudh Al-Murbi’ -Hasyiah
Ibni Qasim-: 1/370) Dan sebagian ulama ada yang menambahkan definisinya: Bukan
dikarenakan sebab melahirkan.
2. Guyton & Hall. Fisiologi Wanita Sebelum Kehmilan; dan Hormon-Hormon Wanita;
Kehamilan dan Laktasi. Dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 1997. Jakarta; EGC:
1284-97; 1305-12.
3. Palter S.F. & Olive D.L. Reproductive Physiology. In Novak’s Gynecology. Berek
J.S., ed. Edisi 13. 2002. Philadelphia; Lippincot Williams & Wilkins: 149-168.
4. Cunningham FG et al. The Endometrium an Decidua, Menstruation and Pregnancy.
In: Williams Obstetric. 21st edition. 2001. New York; Mac Graw Hill: 66-82.
5. Leon Speroff dan Marc A. Fritz.Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility
7th Ed. 2005.Lippincott Williams & Wilkins