Anda di halaman 1dari 51

PBL SKENARIO 3

BLOK ENDOKRIN DAN METABOLISME

MENSTRUASI TIDAK TERATUR

KELOMPOK A – 2

Ketua : Dinda Maharani Augusmiadoni 1102016056


Sekretaris : Melsya Halim Utami 1102016118
Anggota : Fajar Pambudi 1102014090
Angga Rizki Oktavian 1102015022
Ayunda Maharani Syahrizal 1102016037
Azizah 1102016040
Ibnu Hakim Ansori Nasution 1102016085
Maya Aulia Marsam 1102016113
Mahesa Kurnianti Putri 1102016108

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2018/2019
SKENARIO 3

MENSTRUASI TIDAK TERATUR

Seorang wanita, 20 tahun, mahasiswi universitas yarsi datang ke poliklinik RS dengan


keluhan haid tidak teratur yaitu sejak 6 bulan yang lalu. Setiap haid lamanya 2-3 minggu.
Dua hari ini, haid banyak sekali (5x ganti pembalut sehari). Pasien mendapatkan haid yang
pertama sejak usia 12 tahun, teratur setiap bulan.

Pemeriksaan fisik didapatkan:


Keadaan umum : tampak pucat
Kesadaran : komposmentis
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Jantung dan paru : dalam batas normal

Pemeriksaan luar ginekologi :


Abdomen :
Inspeksi : perut tampak mendatar
Palpasi : lemas, fundus uteri tidak teraba di atas simfisi
Auskultasi : bising usus normal
Vulva/vagina : fluksus (+)

Pemeriksaan penunjang :
USG Ginekologi : uterus bentuk dan ukuran normal, ovarium kanan dan kiri normal. Tidak
tampak massa pada adneksa kanan dan kiri.
Lab darah rutin: Hb 10g/dL, trombosit 300.000/uL, lain-lain normal

Berdasarkan pemeriksaan di atas, Dokter menduga kelainan haid disebabkan oleh


ketidakseimbangan hormonal.
Pasien juga bingung apakah keluhan ini karena haid atau istihadhah sehingga ragu dalam
melaksanakan hukum Islam.
KATA – KATA SULIT

1. Fluksus : cairan yang keluar dai vagina, cairannya berupa darah


2. Adneksa : daerah yang berada di dalam tubuh wanita yang berdekatan
dengan rahim yang terdiri dari ovarium dan tuba fallopi bersama dengan pembuluh
darah, ligament, jaringan ikat.
3. Fundus uteri : bagian proximal dari uteri
4. Ginekologi : Cabang ilmu kedokteran yang menangani penyakit saluran
kelamin pada wanita
5. Istihadhah : darah yang keluar tidak pada keadaan haid/nifas yaitu dalam keadaan
penyakit
6. Simfisis : Tulang kemaluan
PERTANYAAN

1. Mengapa haid dapat terjadi 2-3 minggu pada pasien?


2. Apa yang menyebabkan faktor terjadinya ketidakseimbangan hormonal?
3. Apa saja hormon yang berperan terhadap haid?
4. Mengapa pada PF didapatkan keadaan umum pucat?
5. Pemeriksaan lanjutan apa saja yang dapat menegakkan diagnosis pasien?
6. Apa terapi yang dapat diberikan? Adakah cara untuk melakukan pencegahan?
7. Apakah dalam keadaan normal, fundus uteri teraba?
8. Bagaimana siklus normal menstruasi?
9. Berapa normalnya usia pertama kali mendapat haid dan berapa lama?
10. Apa diagnosis pada pasien di skenario?
11. Bagaimana hukum islam mengenai haid dan istihadhah?
JAWAB

1. Ketidakseimbangan hormonal menyebabkan siklus haid memanjang


2. Psikologis, keturunan, aktivitas, obat-obatan, penyakit lain dan asupan makanan
3. FSH, LH, Estrogen, Progesteron dan GnRH
4. Pucat disebabkan karena haid yang berkepanjangan Hb jadi rendah
Normal Hb wanita: 12-16 gr/dL, Hb Pria: 14-18 gr/dL)
5. Pemeriksaan hormone: FSH,LH, TSH,Prolaktin
6. Terapi hormonal, pemberian suplemen zat besi. Pencegahan: memperbaiki pola hidup
dan pola makan
7. Normal fundus uteri tidak teraba
8. Siklus haid: 21-35 hari, Lamanya: 3-7 hari
9. ± 11 tahun, Lamanya: 2-7 hari
10. Menorrhagia
11. Jika darah keluar >15 hari maka itu istihadhah
HIPOTESA

Wanita ini mengalami gangguan menstruasi yaitu Menorhagia dan disertai gejala anemis
akibat ketidakseimbangan hormone. Normalnya, menstruasi terjadi 3-8 hari. Hormon yang
berperan dalam siklus menstruasi yaitu FSH, LH, Estrogen, Progesteron dan GnRH. Untuk
menegakkan diagnosis perlu pemeriksaan hormone. Dalam pandangan islam, haid berbeda
dengan istihadhah. Untuk mengatasi keluhan pasien diberi terapi hormonal, pemberian
suplemen zat besi. Pencegahan: memperbaiki pola hidup dan pola makan.
SASARAN BELAJAR

LI.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Organ Reproduksi Wanita


LO 1.1 Makroskopis
LO 1.2 Mikroskopis

LI.2 Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Haid dan Peran Hormone yang
Mempengaruhi Menstruasi

LI.3 Memahami dan Menjelaskan Gangguan Haid


LO 3.1 Definisi
LO 3.2 Etiologi
LO 3.3 Patofisiologi
LO 3.4 Diagnosis & Diagnosis Banding
LO 3.5 Tatalaksana

LI.4 Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam tentang Haid dan Istihadhah serta
Ibadah yang Dapat Dilaksanakan Dalam Keadaan Suci dan Tidak Suci
LI.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Organ Reproduksi Wanita

LO 1.1 Makroskopis

Genitalia Eksterna
Genitalia Eksterna Wanita memiliki 3 fungsi utama :
 Jalan masuk sperma kedalam tubuh
 Melindungi organ genitalia interna dari mikroorganisme
 Seksual

Mons Pubis ( mons veneris ) terdiri dari jaringan lemak yang berada pada dinding depan
abdomen diatas simfisis pubis.

Labium Majus
 Berbentuk lonjong dan menonjol, berasal dari mons veneris dan berjalan ke bawah
dan belakang
 Labia majora sinistra dan dextra bersatu di sebelah belakang dan merupakan batas
depan dari perineum, disebut : commisura posterior (frenulum)
 Terdiri dari 2 permukaan :
 Bagian luar, menyerupai kulit biasa dan ditumbuhi rambut
 Bagian dalam menyerupai selaput lendir dan mengandung banyak kelenjar
sebacea
 Homolog dengan scrotum laki - laki

Labium Minus. Berupa dua buah lipatan kulit yang berjalan dari klitoris dan menyatu
dibagian posterior untuk membentuk frenulum labia minora atau fourchette.

Klitoris
Berada di ujung anterior labia minor. Terdiri dari 2 buah corpus cavernosum yang
merupakan jaringan erektil di dalam selaput tipis jaringan ikat dan sebagian diantaranya
menyatu sepanjang tepi medial untuk membentuk korpus klitoris. Analog dengan penis
laki-laki.

Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis,
labiamayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum,
kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora.
Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum,
introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri.
Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.

Introitus / orificium vagina


Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis
bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal terdapat lubang
kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis,
septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang
menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen
postpartum disebut parous. Corrunculae myrtiformis adalah sisa-sisa selaput dara yang robek
yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para. Hymen yang abnormal, misalnya primer
tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah
menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.

Vagina
Rongga muskulo membranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian
kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut
fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan
kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel
skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid.Fungsi vagina : untuk mengeluarkan
ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan).Bagian atas
vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis
yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri. Titik Grayenbergh (G-
spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dindingvagina, sangat sensitif
terhadap stimulasi orgasmus vaginal.

Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma
pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus
profunda,m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara
anus dan vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi)
untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.

Organ Genitalia Interna

Uterus
Organ muskuler yang tebal, memiliki rongga dan berada di antara vesika urinaria
disebelah anterior dan rektum disebelah posterior. Panjang uterus 7.5 cm dan lebar 4 – 5 cm
dengan berat sekitar 60 gram.Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi
peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan
nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan
pembukaan serviks uterus, isikonsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu,
isthmus dan serviks uteri.Bagian uterus diatas isthmus disebut corpus uteri dan bagian
dibawah isthmus disebut servik. Dalam keadaan normal posisi uterus adalah antefleksi –
anteversi. Servik uteri dibagi menjadi 2 bagian: pars vaginalis dan pars supravaginalis ;
dibagian dalam servik terdapat kanalis servikalis. Uterus pada kehamilan lanjut. Fundus
berbentuk kubah dan insersi tuba serta ligamentum rotundum dibagian atas corpus uteri.
Terlihat pasokan vaskular yang hipertrofis.

Serviks uteri

Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding
dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan
(kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portiocervicis
uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel
skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum
melahirkan (nullipara / primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah
pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi
serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks
menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin)
dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir
serviksdipengaruhi siklus haid.

Corpus uteri
Merupakan bagian terbesar uterus; dibagian anterior menempel pada vesika urinaria
dan dibagian posterior menempel pada intestinum ; dibagian lateral menempel pada berbagai
struktur yang berada didalam ligamentum latum ( tuba falopii – ligamentum rotundum –
ligamentum ovarii proprium – vasa uterina dan ureter ).
Arteria uterina menyilang ureter sebelum berjalan di dinding lateral uterus. Titik
persilangan tersebut kira-kira 1.5 cm dari fornix lateralis. Cavum uteri berbentuk segitiga
dengan kubah yang berada pada bidang setinggi kedua ostium tuba falopii dan apex bagian
bawah setinggi ostium uteri internum. Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan:
• Serosa (peritoneum visceralis) yang melekat pada ligamentum latum uteri di
intraabdomen
• Miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut
ototlongitudinal, anyaman dan sirkular)
• Endometrium yang melapisi dinding cavum uteriSelama kehamilan, serabut otot
tersebut tidak bertambah banyak namun mengalamihipertrofi.
Endometrium adalah lapisan berongga yang lunak yang mengandung sejumlah kelenjar
dan dilapisi dengan “ciliated collumnar epithelium”; bentuk kelenjar dan stroma bervariasi
sesuai dengan siklus haid; ketebalan pasca menstruasi dini ± 1 – 2 mm dan menjelang
menstruasi ± 4 – 7 mm.

Ligamenta penyangga uterus


Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale,
ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulo pelvicum,
ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.

Tuba Falopii
Dua buah saluran muskuler yang terbentang dari sudut superior uterus kearah lateral
dengan panjang masing-masing sekitar 8 – 14 cm. Saluran ini menghubungan cavum uteri
dengan cavum peritoneale.Tuba dapat dibagi menjadi 4 bagian :
• Pars uterina / interstitsialis
• Pars Isthmica ( penamang melintang paling sempit )
• Pars Ampullaris
• Pars Infundibularis [fimbriae]
Dinding Tuba Falopii terdiri dari 3 lapisan :
• Lapisanserosa
• Lapisan muskularis
• Lapisan mucosa
Mukosa tuba dilapisi selapis sel kolumnar yang sebagian memiliki bulu-getar (silia) dan
sebagian lain memiliki kelenjar.

Ovarium
Ovarium (indung telur) adalah sepasang organ berbentuk seperti buah almond yang
berada disamping uterus didekat dinding lateral pelvis dan berada pada lapisan posterior
ligamentum latum, postero-caudal tuba falopii.Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan
pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitelgerminal primordial di lapisan terluar epital
ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid
(estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Panjang
kira-kira 2.5 – 5.0 cm dengan lebar kira-kira 1.5 – 3.0 cm. Masing-masing memiliki
permukaan medial dan lateral. Masing-masing ovarium memiliki tepi anterior (mesovarium)
dan tepi posterior yang bebas. Ligamentum penyangga ovarium adalah :
• ligamentum suspensorium ovarii ( ligamentum infundibulo-pelvicum ) dan
• ligamentum Ovarii Proprium.
Pembuluh darah ovarium terutama berasal dari arteri ovarica yang merupakan cabang
aorta abdominalis dan selanjutnya dialirkan keluar ovarium melalui vena ovarica. Ovarium
terbungkus oleh tunica albuginea yang mirip dengan yang dijumpai pada testis. Bagian luar
ovarium disebut cortex yang memiliki gameet dan dibagian dalam disebut medula yang
mengandung banyak pembuluh darah besar serta syaraf. Cortex ovarium relatif avaskular dan
dijumpai sejumlah folikel ovarium kecil. Masing-masing folikel mengandung ovum
immature (oosit) yang terbungkus dengan satu atau beberapa lapisan sel. Bila oosit hanya
dilapisi oleh satu lapisan sel, sel tersebut dinamakan sel folikel, bila dilapisi oleh beberapa
lapisan sel-sel tersebut dinamakan sel granulosa.
Dibagian cortex terdapat sejumlah folikel dengan berbagai derajat maturasi. Pada
folikel primordial, oosit dilapisi oleh satu lapisan sel pipih (sguamoues epithelium). Folikel
primer memiliki dua atau lebih lapisan sel granulosa kubis yang mengitari oosit. Folikel
sekunder mengandung ruang-ruang berisi cairan diantara sel granulosa. Ruangan tersebut
sering mengalami penyatuan (coalesence) membuat cavum sentral yang disebut sebagai
antrum. Folikel d’graf atau folilkel vesikuler yang matur memiliki antrum yang sangat
dominan dan folikel biasanya menonjol keluar permukaan ovarium.Setiap bulan, pada wanita
dewasa, satudari folikel yang masak mengeluarkan oosit dari ovarium, peristiwa ini disebut
Ovulasi.

(S. Snel, Richard. 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta. EGC)

LO 1.2 Mikroskopis

Ovarium

Permukaan ovarium ditutupi oleh satu lapisan epitel kuboid, yang juga disebut epitel
germinal. Jaringan ikat fibrosa akan membentuk kapsul tipis, albuginea tunika, langsung di
bawah epitel. Di sebelah dalam terdapat tunika albugenia (jaringan ikat penyebab ovarium
berwarna putih).
Seperti organ lain, ovarium dibagi menjadi korteks luar dan medula. Korteks terdiri dari
stroma jaringan ikat yang sangat selular di mana folikel ovarium yang tertanam. Medula
terdiri dari jaringan ikat longgar, yang berisi pembuluh darah dan saraf. Jaringan dasar
ovarium disebut stroma.
Daerah korteks: mengandung banyak folikel telur yang masing-masing terdiri dari sebuah
oosit yang diselaputi oleh sel-sel folikel. Sel-sel folikel adalah oosit beserta sel granulose
yang mengelilinginya. Terdapat 3 macam folikel yaitu :

1. Folikel primordial : terdiri atas oosit primer yang berinti agak ke tepi yang dialapisi sel
folikel berbentuk pipih.
2. Folikel primer : terdiri oosit primer yang dilapisi sel folikel (sel granulose) berbentuk
kubus dan terjadi pembentukan zona pelusida. Adalah suatu lapisan glikoprotein yang
terdapat diantara oosit dan sel-sel granulose.
3. Folikel sekunder : terdiri oosit primer yang dilapisi sel granulose berbentuk kubus
berlapis banyak atau disebut staratum granulose.
4. Folikel tersier : terdiri dari oosit primer, volume stratum granulosanya bertambah besar.
Terdapat beberapa celah antrum diantara sel-sel granulose. Dan jaringan ikat stroma di
luar stratum granulose membentuk theca intern(mengandung banyak pembuluh darah)
dan theca extern (banyak mengandung serat kolagen).
5. Folikel Graff : disebut juga folikel matang. Pada folikel ini, oosit sudah siap diovulasikan
dari ovarium. Oosit sekunder dilapisi oleh beberapa lapis sel granulose berada dalam
suatu jorokan ke dalam stratum disebut cumulus ooforus. Sel-sel granulose yang
mengelilingi oosit disebut korona radiate.Antrum berisi liquor follicul yang mengandung
hormone esterogen.
Corpus luteum
Korpus luteum dibentuk oleh sel-sel granulosa dan sel teka setelah ovulasi
telah terjadi. Dinding folikel runtuh ke dalam struktur dilipat, yang merupakan
karakteristik untuk korpus luteum. Vaskularisasi meningkat dan jaringan jaringan ikat
yang terbentuk. Teka interna dan sel granulosa tiga dalam ukuran dan mulai
mengumpulkan lutein (Yang hormon merangsang proses ini Dimana hormon ini
diproduksi??) Dalam beberapa jam setelah ovulasi. Mereka sekarang disebut sel
granulosa lutein dan lutein teka sel dan menghasilkan progesteron dan estrogen.
Sekresi hormon dalam korpus luteum berhenti dalam waktu 14 hari setelah
ovulasi jika oosit tidak dibuahi. Dalam kasus ini, korpus luteum berdegenerasi
menjadi albicans corpus - jaringan parut keputihan dalam ovarium. Sekresi hormon
berlanjut selama 2-3 bulan setelah ovulasi jika terjadi pembuahan.

Oviduk

Oviduk berfungsi sebagai saluran untuk oosit, dari ovarium ke rahim. Secara histologis,
saluran telur terdiri dari mukosa dan muskularis a. Permukaan peritoneal saluran telur dilapisi
oleh serosa dan jaringan ikat yg terletak di bawah.
Mukosa

dibentuk oleh epitel bersilia dan sekresi bertumpu pada lamina propria yang sangat
selular. Jumlah sel bersilia dan sel sekretori bervariasi sepanjang saluran telur (lihat di
bawah). Aktivitas yang keluar bervariasi selama siklus menstruasi, dan sel-sel
sekretorik istirahat juga disebut sebagai pasak-sel. Beberapa zat yang dikeluarkan
diperkirakan menyehatkan oosit dan embrio sangat awal.

Muskularis

terdiri dari lapisan otot melingkar dalam dan lapisan luar memanjang. Lapisan
longitudinal yang dalam hadir di tanah genting dan bagian intramural (lihat di bawah)
dari saluran telur. Gerakan otot peristaltik tampaknya menjadi lebih penting untuk
pengangkutan sperma dan oosit daripada aksi silia.

Bagian-bagian dari saluran telur :

1. Infundibulum adalah berbentuk corong (hingga 10 mm) akhir saluran telur. Jari-
ekstensi seperti margin nya, fimbriae, erat diterapkan pada ovarium. Sel-sel bersilia
sering. Mereka mengalahkan silia ke arah
2. ampula saluran telur. Lipatan mukosa, atau plicae, dan lipatan sekunder yang timbul
dari plicae membagi lumen ampula menjadi bentuk yang sangat kompleks.
Pemupukan biasanya terjadi di ampula.
3. Tanah genting adalah bagian tersempit (2-3 mm) dari bagian-bagian dari saluran telur
yang terletak dalam rongga peritoneal. Lipatan mukosa kurang kompleks dan
muskularis yang tebal. Lapisan, dalam longitudinal otot hadir di tanah genting dan
4. terakhir, bagian intramural dari saluran telur, yang menembus dinding rahim. Istilah "
intramural "harus akrab bagi Anda mukosa adalah halus, dan diameter bagian dalam
saluran yang sangat kecil. .....

Obstruksi dari saluran telur sebagai konsekuensi dari salpingitis adalah salah satu
kemungkinan penyebab infertilitas, dan perubahan struktur luminal oleh proses inflamasi
merupakan faktor risiko untuk kehamilan tuba.
UTERUS

Saluran berdinding tebal, berfungsi untuk menyalurkan sperma ke tempat


fertilisasi, sebagai tempat terjadinya implantasi dan perkembangan embrio.
Dindingnya terdiri atas 3 lapis :
1. Endometrium (Mukosa) : bagian dalam dilapisi epitel selapis silindris bersilia dan
terdapat pula kelenjar uterus yang bermukosa dari permukaan.
2. Miometrium (dinding otot): terdapat 3 lapisan otot yang batas-batasnya kurang jelas. Tiga
lapisan otot tersebut adalah
 Lapisan Sub vascular : serat-serat otot tersusun memanjang
 Lapisan Vaskular : lapisan otot tengah tebal, serat tersusun melingkar dan serong
dengan banyak pembuluh darah.
 Lapisan Supravaskular : lapisan otot luar memanjang tipis.
3. Peritoneum : adalah serosa khas khas terdiri selapis sel mesotel yang ditunjang oleh
jaringan ikat tipis.

Vagina
Merupakan bagian terakhir dari saluran reproduksi
betina. Berbentuk pipa panjang,untuk menerima
penis terdiri dari 3 lapis yaitu :
1. Lapisan Mukosa : mempunyai lipatan
mendatar dan tersusun atas epitel berlapis pipih tanpa
lapisan tanduk. Dan terdapat lamina propria yang
tersusun atas jaringan ikat padat dengan banyak serat
elastin, leukosit, limfosit dan nodulus limfatikus
(jarang terlihat).
2. Lapisan otot : terdiri dari berkas-berkas otot
polos yang tersusun berjalinan.
3. Lapisan Adventisia/ Serosa: berupa lapisan
tipis yang tersusun dari jaringan ikat yang berbaur
dengan adventisia organ sekitarnya.
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Haid dan Peran Hormone yang
Mempengaruhi Menstruasi

Siklus Menstruasi Normal


Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus mentruasi ialah jarak antara tanggal
mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Panjang siklus menstruasi yang
normal atau dianggap sebagai siklus menstruasi yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya
cukup luas. Lama menstruasi biasanya antara 3-5 hari, tetapi kadang bervariasi tiap individu.
5
Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc. Siklus menstruasi dibagi menjadi dua
bagian yaitu siklus ovarium dan siklus uterus.
Siklus Ovarium
Ovarium mengalami perubahan-perubahan dalam besar, bentuk dan posisinya sejak
bayi dilahirkan hingga masa tua seorang wanita. Di samping itu, terdapat perubahan-
perubahan histologik yang disebabkan oleh rangsangan berbagai kelenjar endokrin.

Siklus ovarium

Fase Folikuler
Fase folikuler bermula setelah haid. Pada mulanya terdapat peningkatan hormon
perangsang folikel (FSH), yang merangsang pertumbuhan dan pematangan folikel-folikel,
dan transisi dari frekuensi kadar LH rendah ke yang tinggi. Sintesis dan pelepasan LH dan
FSH diatur oleh LH-RH (luteinizing hormome releasing hormone). LH-RH dibuat dalam
neuron di hipotalamus, dilepaskan ke dalam pembuluh darah portal hipofisis, dan diangkut
oleh aliran akoplasma ke bagian depan kelenjar hipofisis. Rekrutmen folikel terjadi dalam 4
sampai 5 hari pertama fase folikuler, dan pada hari ke 5 sampai 7 terjadi seleksi dari subuah
folikel yang dominant. Folikel-folikel yang tersisa bisa mengalami tambahan pertumbuhan
yang terbatas tetapi pada akhirnya akan mengalami atresia. Pematangan sebuah folikel yang
dominant terjadi antara hari ke 8 dan 12. Folikel yang dominan itu mencapai diameter rata-
rata 20mm beberapa hari sebelum lonjakan LH.
Folikel tersebut mengandung sel-sel teka dan sel-sel granulose. Sel-sel teka memiliki
reseptor LH dan bereaksi terhadap perangsangan LH dengan memproduksi androgen,
terutama androstenedion dan testosterone. Sel-sel granulose, yang terletak di bagian dalam
folikel, adalah penghasil utama estrogen.

Gambar Pertumbuhan ovum dan proses ovulasi


Seringkali ovulasi terjadi antara hari ke-13 dan 15. Fase ovulasi mulai 2 sampai 3 hari
sebelum gejolak pertengahan siklus dari LH ketika terjadi peningkatan 17 β-estradiol yang
sejajar dengan kenaikan kecil dari progesterone, 17α-hidroksiprogesteron, dan inhibin.
Kenaikan progesterone merefleksikan proses luteinisasi dari sel-sel granulose setelah
penambahan dari reseptor-reseptor LH dan yang membuat LH mampu untuk memulai
biosintesis dari progesterone dan 17α-hidroksiprogesteron. Lonjakan LH dan FSH mulai tiba-
tiba dan disertai sementara oleh kadar 17 β-estradiol puncak dan permulaan kenaikan yang
cepat dari progesterone 12 jam lebih awal. Durasi lonjakan LH berkisar 48 jam. Ovulasi
terjadi sekitar 36 jam setelah lonjakan LH dimulai.
Pertumbuhan Folikel
Pada saat seorang anak perempuan lahir, masing-masing ovum dikelilingi oleh selapis
sel-sel granulosa, dan ovum, dengan selubung sel granulosanya disebut folikel primordial.
Sepanjang masa kanak-kanak, sel-sel granulosa diyakini berfungsi memberi makanan untuk
ovum dan untuk mensekresi faktor yang menghambat pematangan oosit, yang membuat
ovum tetap dalam keadaan primordial, menahan ovum sepanjang waktu ini dalam fase
profase pembelahan meiosis. Kemudian, sesudah pubertas, bila FSH dan LH dari kelenjar
hipofisis anterior mulai disekresikan dalam jumlah besar, seluruh ovarium, bersama dengan
folikelnya, akan memulai pertumbuhannya.

Gambar Folikel primordial

Tahap pertama pertumbuhan folikel berupa pembesaran sedang dari ovum itu sendiri,
yang meningkat diameternya menjadi dua sampai tiga kali lipat, kemudian diikuti dengan
pertumbuhan lapisan sel-sel granulosa tambahan, dan folikel menjadi apa yang disebut folikel
primer. Sekurang-kurangnya beberapa perkembangan ke tahapan ini dapat terjadi walaupun
tidak ada FSH dan LH, tetapi perkembangan melebihi titik ini tidak mungkin terjadi tanpa
kedua hormon tersebut.
Selama beberapa hari pertama sesudah dimulainya menstruasi, konsentrasi FSH dan
LH meningkat dari sedikit menjadi sedang, di mana peningkatan FSH sedikit lebih besar dan
lebih awal beberapa hari dari LH. Hormon-hormon, ini, khususnya FSH, dapat mempercepat
pertumbuhan 6-12 folikel primer setiap bulan. Efek awalnya adalah proliferasi yang
berlangsung cepat dari sel granulosa, menyebabkan lebih banyak sel-sel berbentuk kumparan
yang dihasilkan dari interstitium ovarium berkumpul dalam beberapa lapisan di luar sel
granulosa, membentuk kelompok sel kedua yang disebut teka. Teka terbagi menjadi dua
sublapisan: teka interna, sel-selnua mempunyai karakteristik epitelium yang mirip dengan
sel-sel granulosa dan membentuk suatu kemampuan untuk mensekresi hormon steroid, yang
mirip dengan kemampuan sel granbulosa untuk mensekresi sejumlah kecil hormon-hormon
yang berbeda. Lapisan luar, teka eksterna, berupa kapsul jaringan ikat yang sangat vaskuler.
Kapsul ini akan berkembang menjadi kapsul dari folikel yang sedang tumbuh.

Gambar Folikel primer


Sesudah tahap awal pertumbuhan proliferasi, yang berlangsung selama beberapa hari,
massa sel granulosa mensekresi cairan folikular yang mengandung estrogen dalam
konsentrasi yang tinggi. Pengumpulan cairan ini menyebabkan munculnya antrum di dalam
massa sel granulosa. Sekali antrum sudah terbentuk, sel granulosa dan sel teka berproliferasi
lebih cepat, laju kecepatan sekresinya meningkat, dan masing-masing folikel yang tumbuh
menjadi folikel antral.

Gambar Folikel antral


Pertumbuhan awal dari folikel primer menjadi tahap antral dirangsang oleh FSH
sendiri. Kemudian peningkatan pertumbuhan secara besar-besaran terjadi di dalam folikel
antral, menuju ke arah folikel yang lebih besar yang disebut folikel vesikular. Peningkatan
pertumbuhan ini terjadi sebagai berikut:
1. Estrogen disekresikan ke dalam folikel dan menyebabkan sel-sel granulosa
membentuk jumlah reseptor FSH yang semakin banyak; keadaan ini menyebabkan
suatu efek umpan balik positif karena estrogen membut sel-sel granulosa jauh lebih
sensitif terhadap FSH yang disekresikan oleh hipofisis anterior.
2. FSH dari hipofisis dan estrogen bergabung untuk memacu reseptor LH terhadap sel-
sel granulosa juga, sehingga LH dapat merangsang sel-sel ini sebagai tambahan
terhadap rangsangan oleh FSH dan membentuk peningkatan sekresi folikular yang
cepat.
3. Peningkatan jumlah estrogen dari folikel ditambah dengan peningkatan LH dari
kelenjar hipofisis anterior bersama-sama bekerja untuk menyebabkan proliferasi sel-
sel teka folikular dan juga meningkatan sekresi folikular. Oleh karena itu, sekali
folikel antral mulai tumbuh, pertumbuhan lebih lanjut folikel-folikel tersebut terjadi
dengan cepat. Diameter ovum sendiri juga masih membesar tiga sampai empat kali
lipat lagi, menghasilkan peningkatan diameter total dari awal sampai menjadi 10 kali
lipat, atau peningkatan massa sebesar 1000 kali lipat.
Ketika folikel vesikular membesar, ovum sendiri tetap tertanam di dalam massa sel
granulosa yang terletak pada sebuah kutup dari folikel. Ovum bersama dengan sel granulosa
di sekelilingnya disebut kumulus ooforus.
Setelah pertumbuhan selama satu minggu atau lebih-tetapi sebelum terjadi ovulasi-
salah satu dari folikel mulai tumbuh melebihi semua folikel yang lain; sisanya mulai
berinvolusi, dan sisa folikel ini dikatakan mengalami atretik. Penyebab atresia masih belum
diketahui, tetapi diduga dikarenakan sebagai berikut: satu-satunya folikel yang sangat
berkembang daripada folikel yang lain juga menyekresikan lebih banyak estrogen. Lebih jauh
lagi, estrogen menyebabkan satu efek umpan balik positif dalam folikel tunggal setempat
tersebut karena FSH (1) meningkatkan proliferasi sel granulosa dan sel teka, yang
menimbulkan produksi estrogen lebih lanjut dan siklus proliferasi sel yang baru, dan (2)
kombinasi dari FSH dan estrogen menyebabkan peningkatan jumlah reseptor FSH dan LH
pada sel-sel granulosa dan lebih banyak pada sel-sel teka, sehingga menghasilkan suatu siklus
umpan balik positif yang lain Efek-efek ini bersama-sama akan menyebabkan suatu ledakan
peningkatan kecepatan sekresi cairan dan hormon dalam folikel yang berkembang dengan
cepat ini. Pada waktu yang sama, sejumlah besar estrogen yang berasal dari folikel ini bekerja
pada hipotalamus untuk lebih menekan kecepatan sekresi FSH oleh kelenjar hipofisis
anterior, diyakini dengan cara ini dapat menghambat pertumbuhan dari folikel-folikel yang
kurang berkembang, yang belum memulai rangsangan umpan balik positifnya sendiri. Oleh
karena itu, folikel yang paling besar dapat melanjutkan pertumbuhannya karena pengaruh
efek-efek umpan balik positif intrinsik yang dimilikinya sementara semua folikel yang lain
berhenti tumbuh, dan berinvolusi.
Proses atresia ini penting karena hanya membuat satu folikel tumbuh sampai cukup
besar untuk berovulasi. Folikel tunggal tersebut mencapai ukuran 1 sampai 1,5 cm pada saat
ovulasi dan disebut sebagai folikel yang matang.

Gambar. Folikel yang matang


Ovulasi
LH diperlukan untuk pertumbuhan akhir dari folikel dan ovulasi. Tanpa hormon ini,
bahkan walaupun FSH tersedia dalam jumlah besar, folikel tidak akan berkembang ke tahap
ovulasi.
Sekitar dua hari sebelum ovulasi, laju kecepatan sekresi LH oleh kelenjar hipofisis
anterior meningkat dengan pesat, menjadi 6 sampai 10 kali lipat dan mencapai puncaknya 16
jam sebelum ovulasi. FSH juga meningkat kira-kira dua sampai tiga kali lipat pada saat yang
bersamaan, dan kedua hormon ini akan bekerja secara sinergistik untuk mengakibatkan
pembengkakan folikel yang berlangsung cepat selama beberapa hari sebelum ovulasi. LH
juga mempunyai efek khusus terhadap sel granulosa dan sel teka, yang mengubah kedua jenis
sel tersebut menjadi lebih bersifat sel yang mensekresikan progesteron dan sedikit
mensekresikan estrogen. Oleh karena itu, sekresi estrogen mulai menurun kira-kira 1 hari
sebelum ovulasi, sementara sejumlah kecil progesteron mulai disekresikan.
Pada lingkungan dimana terjadi folikel yang berlangsung cepat, berkurangnya sekresi
estrogen sesudah fase sekresi estrogen yang berlangsung lama, dan dimulainya sekresi
progesteron, terjadi ovulasi.
Sekresi LH dalam jumlah besar menyebabkan sekresi hormon-hormon steroid
folikular dengan cepat, yang mengandung sejumlah kecil progesteron untuk pertama kalinya.
Dalam waktu beberapa jam akan berlangsung dua peristiwa yang diperlukan untuk ovulasi:
- Teka eksterna (kapsul folikel) mulai melepaskan enzim proteolitik dari lisosim yang
mengakibatkan pelarutan dinding kapsul dan akibatnya yaitu melemahnya dinding,
menyebabkan makin membengkaknya seluruh folikel dan degenerasi dari stigma.
- Secara bersamaan, akan terjadi pertumbuhan pembuluh darah baru yang berlangsung
cepat ke dalam dinding folikel, dan pada saat yang sama, prostaglandin akan disekresi
dalam jaringan folikular.
Kedua efek ini selanjutnya akan mengakibatkan transudasi plasma ke dalam folikel,
yang juga berperan pada pembengkakan folikel. Beberapa saat sebelum ovulasi, dinding luar
folikel yang menonjol akan membengkak dengan cepat, dan daerah kecil pada bagian tengah
kapsul, yang disebut stigma, akan menonjol. Dalam waktu 30 menit kemudian, cairan mulai
mengalir dari folikel melalui stigma. Sekitar 2 menit kemudian, ketika folikel menjadi lebih
kecil karena kehilangan cairannya, stigma akan robek cukup besar, dan cairan yang lebih
kental yang terdapat di bagian tengah folikel mengalami evaginasi keluar ke dalam abdomen.
Cairan kental ini membawa ovum bersamanya, yang dikelilingi oleh beberapa ratus sel
granulosa kecil yang disebut korona radiata.

Gambar Ovulasi
Ovulasi pada wanita yang mempunyai siklus seksual normal 28 hari, terjadi 14 hari
sesudah terjadinya menstruasi.
Fase Luteal
Selama beberapa jam pertama sesudah ovum dikeluarkan dari folikel, sel-sel
granulosa dan teka interna yang tersisa berubah dengan cepat menjadi sel lutein. Diameter sel
ini membesar dua kali atau lebih dan terisi dengan inklusi lipid yang memberi tampilan
kekuningan. Proses ini disebut luteinisasi, dan seluruh massa dari sel bersama-sama disebut
sebagai korpus luteum. Suatu suplai vaskular yang berkembang baik juga tumbuh ke dalam
korpus luteum
Sel-sel granulosa dalam korpus luteum mengembangkan sebuah retikulum
endoplasmik halus yang luas, yang akan membentuk sejumlah besar hormon progesteron dan
estrogen tetapi lebih banyak progesteron. Sel-sel teka terutama lebih membentuk hormon
androgen, androstendion dan testosteron daripada hormon seks wanita. Akan tetapi, sebagian
besar hormon tersebut akan dikonversi oleh sel-sel granulosa menjadi hormon-hormon
wanita.
Pada wanita normal, diameter korpus luteum tumbuh menjadi kira-kira 1,5cm, tahap
perkembangan ini dicapai dalam waktu kira-kira 7 sampai 8 hari setelah ovulasi, menjadi
pada yang disebut korpus albikans; selama beberapa minggu korpus albikan akan digantikan
oleh jaringan ikat.
Perubahan sel-sel granulosa dan sel teka menjadi sel lutein sangat bergantung pada
LH yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior. Luteinisasi sel-sel granulosa juga
bergantung pada pengeluaran ovum dari folikel. Sebuah hormon setempat yang masih belum
ditemukan pada cairan folikel, yang disebut faktor penghambat luteinisasi, berfungsi
menahan proses luteinisasi sampai sesudah ovulasi. Karena alasan inilah, korpus luteum tidak
berkembang pada folikel yang tidak berovulasi.
Korpus luteum adalah organ yang sangat sekretorik, yang mensekresi sejumlah besar
progesteron dan juga mensekresi estrogen. Sekali LH (terutama yang disekresi selama
ovulasi) bekerja pada sel granulosa dan sel teka untuk menimbulkan luteinisasi, maka sel-sel
lutein yang baru terbentuk kelihatannya diprogram untuk meneruskan tahapan yang sudah
diatur, yaitu (1). Proliferasi, (2). Pembesaran, dan (3). Sekresi, kemudian diikuti dengan (4)
degenerasi. Bahkan pada keadaan tidak ada sekresi LH lebih lanjut oleh kelenjar hipofisis
anterior, proses ini masih tetap berlangsung, tetapi hanya selama 4 sampai 8 hari. Sebaliknya,
adanya Lh akan meningkatkan tingkat pertumbuhan korpus luteum, sekresinya bertambah
banyak, dan masa hidupnya bertambah lama.
Estrogen, khususnya, dan progesteron, dalam jumlah sedikit, yang disekresi oleh
korpus luteum selama tahap luteal dari siklus ovarium mempunyai efek umpan balik yang
kuat terhadap kelenjar hipofisis anterior dalam mempertahankan kecepatan sekresi FSH
maupun LH yang rendah. Selain dari itu, sel lutein juga akan mensekresi sejumlah kecil
hormon inhibin. Hormon ini menghambat sekresi kelenjar hipofisis anterior, khususnya FSH.
Sebagai akibatnya, konsentrasi FSH dan LH dalam darah turun menjadi rendah, dan
hilangnya hormon ini menyebabkan korpus luteum berdegenerasi secara menyeluruh, suatu
proses yang disebut involusi korpus luteum. Involusi akhir terjadi pada hampir tepat 12 hari
dari masa hidup korpus luteum, yang merupakan hari ke-26 dari siklus seksual wanita
normal, 2 hari sebelum menstruasi dimulai.
Kurangnya sekresi estrogen, progesteron dan dihasilkannya inhibin dari korpus
luteum akan menghilangkan umpan balik negatif dari kelenjar hipofisis anterior,
memungkinkan kelenjar kembali meningkatkan sekresi FSH, dan setelah beberapa hari
kemudian sedikit meningkatkan jumlah LH. FSH dan LH akan merangsang pertumbuhan
folikel baru untuk memulai siklus ovarium yang baru. Tetapi sebelum folikel-folikel ini dapat
berlanjut secara bermakna, sejumlah kecil sekresi progesteron dan estrogen akan
menyebabkan menstruasi oleh uterus.

Siklus Uterus

Uterus terdiri dari 2 lapisan dasar; yang sebelah luar, tebal, miometrium yang berotot,
dan yang sebelah dalam, tipis, jaringan berkelenjar, endometrium. Endometrium berespon
terhadap estrogen dengan mengalami pembelahan mitosis yang cepat dan pembentukan
struktur kelenjar (endometrium fase proliferasi). Setelah ovulasi, korpus luteum
menghasilkan sejumlah besar progesterone, yang bekerja terhadap endometrium untuk
memperbesar ukuran kelenjar-kelenjar pada endometrium dan meningkatkan pembuatan dan
pengeluaran protein-protein dan factor-faktor lain (endometrium fase sekresi) dalam
persiapan untuk implantasi dan kehamilan. Endometrium fase sekresi dipertahankan oleh
sekresi estrogen dan progesterone dari ovarium. Penurunan kadar perifer dari steroid-steroid
ini menyebabkan degenerasi dan nekrosis dari endometrium fase sekresi, dan terjadilah
menstruasi.
Gambar . Siklus Menstruasi Normal
Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lender uterus
mengalami perubahan-perubahan siklik yang berkaitan erat dengan aktivitas ovarium. Dapat
dibedakan 4 fase endometrium dalam siklus haid, yaitu:
a. Fase menstruasi atau deskuamasi
Kira-kira 2 hari sebelum akhir siklus menstruasi, korpus luteum tiba-tiba berinvolusi
dan hormon-hormon ovarium, estrogen dan progesteron menurun dengan tajam
sampai kadar sekresi yang rendah, kemudian terjadi menstruasi. Menstruasi
disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan progesteron secara tiba-tiba, terutama
progesteron, pada akhir siklus ovarium bulanan. Efek pertama adalah penurunan
rangsangan terhadap sel-sel endometrium oleh kedua hormon ini, yang diikuti dengan
cepat oleh involusi endometrium sendiri menjadi kira-kira 65% dari ketebalan
semulan. Kemudian selama 24 jam sebelum terjadinya menstruasi, pembuluh darah
yang berkelok-kelok mengarah ke lapisan mukosa endometrium, akan menjadi
vasospastik, mungkin disebabkan oleh efek involusi, seperti pelepasan bahan
vasokonstriktor dan prostaglandin yang terdapat dalam jumlah sangat banyak pada
saat ini. Vasospasme dan hilangnya rangsangan hormonal menyebabkan dimulainya
proses nekrosis pada endometrium, khususnya dari pembuluh darah. Sebagai
akibatnya, darah akan merembes ke lapisan vaskuler dari endometrium, dan daerah
perdarahan akan bertambah besar dengan cepat dalam waktu 24 sampai 36 jam.
Perlahan-lahan, lapisan nekrotik bagian luar dari endometrium terlepas dari uterus
pada daerah perdarahan tersebut, sampai, kira-kira 48 jam setelah terjadinya
menstruasi, semua lapisan superfisial dari endometrium sudah berdeskuamasi. Massa
jaringan deskuamasi dan darah di dalam kavum uteri, mungkin ditambah efek
kontraksi dari prostaglandin, akan merangsang kontraksi uterus yang menyebabkan
dikeluarkannya isi uterus.
Selama menstruasi normal, 40 ml darah dan tambahan 35 ml cairan serus dikeluarkan.
Cairan menstruasi normalnya tidak membentuk bekuan, karena fibrinolosin
dilepaskan bersama dengan bahan nekrotik endometrium.
Dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah dimulainya menstruasi, pengeluaran darah akan
berhenti, karena pada saat ini endometrium sudah mengalami epitelisasi kembali.

Gambar Fase Menstruasi


b. Fase regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-angsur
sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel-sel epitel
endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium ± 0,5 mm. Fase ini telah mulai sejak
fase menstruasi dan berlangsung ± 4 hari.
c. Fase proliferasi
Dibawah pengaruh estrogen, yang disekresi dalam jumlah lebih banyak oleh ovarium
selama bagian pertama siklus ovarium, sel-sel stroma dan sel epitel berproliferasi
dengan cepat. Permukaan endometrium akan mengalami epitelisasi kembali dalam
waktu 4 sampai 7 hari sesudah terjadinya menstruasi. Kemudian, selama satu
setengah minggu berikutnya, yaitu sebelum terjadi ovulasi, ketebalan endometrium
sangat meningkat karena jumlah sel stroma bertambah banyak dan karena
pertumbuhan kelenjar endometrium serta pembuluh darah yang progresif ke dalam
endometrium. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ±3,5mm. Fase ini
berlangsung dari hari ke-5 sampai ke hari ke-14 dari siklus menstruasi.
Kelenjar endometrium, khususnya dari daerah serviks, akan mengsekresi mukus yang
encer mirip benang yang akan terususun di sepanjang kanalis servikalis, membentuk
saluran yang membantu mengarahkan sperma ke arah yang tepat menuju ke dalam
uterus.

Gambar. fase Proliferasi


Fase proliferasi dapat dibagi atas 3 subfase, yaitu:
- Fase proliferasi dini (early proliferation phase)
Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini
dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel,
terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar-kelenjar kebanyakan lurus, pendek dan
sempit. Bentuk kelenjar ini merupakan ciri khas fase proliferasi; sel-sel
kelenjar mengalami mitosis. Sebagian sediaan masih menunjukkan suasana
fase menstruasi dimana terlihat perubahan-perubahan involusi dari epitel
kelenjar yang berbentuk kuboid. Stroma padat dan sebagian menunjukkan
aktivitas mitosis, sel-selnya berbentuk bintang dan dengan tonjolan-tonjolan
anastomosis. Nukleus sel stroma relative besar sebab sitoplasma relatif sedikit.
- Fase proliferasi madya (midproliferation phase)
Fase ini berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. fase ini merupakan
bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan yang berbentuk torak
dan tinggi. Kelenjar berlekuk-lekuk dan bervariasi. Sejumlah stroma
mengalami edema. Tampak banyak mitosis dengan inti berbentuk telanjang
(nake nucleus).
- Fase proliferasi akhir (late proliferation phase)
Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat dikenal
dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel
kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stroma bertumbuh aktif dan padat. 1
d. Fase sekresi
Selama sebagian besar separuh akhir siklus menstruasi, setelah terjadi ovulasi,
progesterone dan estrogen disekresi dalam jumlah yang besar oleh korpus luteum.
Estrogen menyebabkan sedikit proliferasi sel tambahan pada endometrium Selama
fase siklus endometrium ini, sedangkan progesterone menyebabkan pembengkakan
yang nyata dan perkembangan sekretorik dari endometrium. Kelenjar makin berkelok-
kelok; kelebihan substansi sekresinya bertumpuk di dalam sel epitel kelenjar. Juga
sitoplasma dari sel stroma bertambah banyak, deposit lipid dan glikogen sangat
meningkat dalam sel stroma, dan suplai darah ke dalam endometrium lebih lanjut
akan meningkat sebanding dengan perkembangan aktivitas sekresi, sedangkan
pembuluh darah menjadi sangat berkelok-kelok. Pada puncak fase sekretorik, sekitar
1 minggu setelah ovulasi, ketebalan endometrium sudah menjadi 5 sampai 6 mm.
Perubahan endometrium ini bertujuan untuk menghasilkan endometrium yang sangat
sekretorik, yang mengandung sejumlah besar cadangan nutrisi yang dapat membentuk
kondisi yang cocok untuk implantasi ovum yang sudah dibuahi.
Sekali zigot berimplantasi di dalam endometrium, sel-sel trofoblas pada permukaan
blastokista yang berimplantasi mulai mencerna substansi yang disimpan
endometrium, juga menyediakan jumlah persediaan nutrisi yang semakin besar untuk
embrio.
Gambar . Fase sekresi
Fase sekresi dibagi atas:
- Fase sekresi dini
Dalam fase ini endometrium lebih tipis daripada fase sebelumnya karena
kehilangan cairan. Pada saat ini dapat dibedakan beberapa lapisan, yakni:
a. Stratum basale, yaitu lapisan endometrium bagian dalam yang berbatasan
dengan lapisan miometrium; lapisan ini tidak aktif, kecuali mitosis pada
kelenjar.
b. Stratum spongiosum, yaitu lapisan tengah berbentuk anyaman seperti
pons. Ini disebabkan oleh banyaknya kelenjar yang melebar dan berlekuk-
lekuk dan hanya sedikit stroma diantaranya.
c. Stratum kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat. Saluran-saluran
kelenjar sempit, lumennya berisi secret, dan stromanya edema.
- Fase sekresi lanjut
Endometrium dalam fase ini tebalnya 5-6 mm. Dalam fase ini terdapat
peningkatan dari fase sekresi dini, dengan endometrium sangat banyak
mengandung pembuluh darah yang berlekuk-lekuk dan kaya dengan glikogen.
Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovum. Sitoplasma sel-sel
stroma bertambah. Sel stroma menjadi sel desidua jika terjadi kehamilan.
Vaskularisasi Endometrium Dalam Siklus Menstruasi
Cabang-cabang besar arteri uterine berjalan terutama dalam stratum vaskulare
miometrium. Dari sini sejumlah arteria radialis itu berjalan langsung ke endometrium dan
membentuk arteria spiralis. Pembuluh-pembuluh darah ini memelihara stratum fungsional
endometrium yang terdiri dari stratum kompaktum dan sebagian stratum spongiosum.
Stratum basale dipelihara oleh arteriola-arteriola miometrium di dekatnya. Mulai dari fase
proliferasi terus ke fase sekresi pembuluh-pembuluh darah dalam endometrium berkembang
dan membentuk jaringan kapiler yang banyak. Pada miometrium kapiler-kapiler mempunyai
endotel yang tebal dan endometrium yang kecil. Vena-vena yang berdinding tipis membentuk
pleksus dan pada lapisan yang lebih dalam dari lamina propria mukosa, dan membentuk
jaringan anastomosis yang tidak teratur dengan sinusoid-sinusoid pada semua lapisan.
Pleksus lainnya dari vena-vena besar tanpa katup terdapat di stratum vaskulare dari
miometrium. Hamper sepanjang siklus haid pembuluh-pembuluh darah menyempit dan
melebar secara ritmis, sehingga permukaan endometrium memucat dan berwarna merah
karena penuh dengan darah, berganti-ganti. Bila tidak terjadi pembuahan, korpus luteum
mengalami kemunduran yang menyababkan kadar progesterone dan estrogen menurun.
Penurunan kadar hormone ini mempengaruhi keadaan endometrium kea rah regresi, dan pada
satu saat lapisan fungsionalis endometrium terlepas dari stratum basale yang dibawahnya.
Peristiwa ini menyebabkan pembuluh-pembuluh darah terputus, dan terjadilah pengeluaran
darah yang disebut menstruasi.
Jika terjadi kehamilan, maka terjadilah perubahan-perubahan yang menetap pada
pembuluh-pembuluh darah. Pada dinding uterus dekat dengan plasenta, dinding pembuluh
darah menujukkan penebalan dari lapisan intimanya dengan pembentukan otot-otot polos
baru, sedangkan pada lapisan tengah otot-otot ditunjang oleh jaringan elastis yang cukup
banyak.

Kehamilan
Bila terjadi ovulasi, ovum, bersama dengan sel-sel granulose yang melekat padanya,
yang mengandung korona radiate, dikeluarkan langsung ke dalam rongga peritoneum dan
selanjutnya haru masuk ke dalam salah satu tuba falopii untuk mencapai kavum uteri. Ujumg
fimbria dari masing-masing tuba falopii secara alami jatuh di sekitar ovarium. Permukaan
dalam tentakel fimbria dibatasi oleh epitel bersilia, dan silia ini yang diaktivasi oleh estrogen,
secara terus-menerus bergerak kea rah pembukaan, ostium tuba falopii. Dengan cara ini ovum
memasuki salah satu tuba falopii.
Setelah terjadi ejakulasi, dalam waktu 5 sampai 10 menit, beberapa sperma akan
dihantarkan melalui uterus ke ampula pada bagian akhir ovarium dan tuba falopii yang
dirangsang oleh prostaglandin dalam cairan seminal dan oksitosin yang dilepaskan dari
kelenjar hipofisis posterior selama orgasme wanita. Dari hamper setengah miliar sperma yang
dideposit dalam vagina hanya beberapa ribu yang berhasil mencapai ampula.
Pembuahan ovum umumnya terjadi segera setelah ovum memasuki ampula. Sebelum
sperma dapat memasuki ovum, sperma harus menembus korona radiate dan harus berikatan
dengan dan menembus zona pelusida yang mengelilingi ovum.
Sekali sebuah sperma telah masuk ke dalam ovum, kepala sperma akan membengkak
dengan cepat untuk membentuk sebuah pronukleus pria. Kemudian, ke-23 kromosom yang
tidak berpasangan dari pronukleus pria dan ke-23 kromosom yang tidak berpasangan dari
pronukleus wanita berikatan bersama-sama untuk membentuk kembali komplemen yang
menyeluruh dengan 46 kromosom (23 pasangan) dalam sebuah ovum yang sudah dibuahi.
Setelah pembuahan terjadi, untuk mentranspor ovum dari tuba falopii ke dalam
kavum uteri biasanya perlu waktu 3 sampai 4 hari. Transport ini terutama dipengaruhi oleh
arus cairan yang lemah di dalam tuba akibat kerja sekresi epitel ditambah kerja epitel bersilia
yang melapisi tuba, dimana silia selalu memecut kea rah uterus. Kontraksi yang lemah dari
tuba falopii juga mungkin membantu jalannya ovum.
Tuba falopii dilapisi oleh permukaan kriptoid, tidak rata yang menghalangi jalannya
ovum walaupun ada arus cairan. Isthmus tuba falopii juga tetap berkontraksi secara spastic
selama 3 hari pertama setelah ovulasi. Setelah saat ini, peningkatan progesterone yang cepat
yang disekresi korpus luteum ovarium pertama-tama akan memacu peningkatan reseptor
progesterone pada sel-sel otot polos tuba falopii dan kemudian mengaktifkannya, melepaskan
suatu efek relaksasi yang memungkinkan masuknya ovum ke dalam uterus.
Transpor ovum yang tertunda melalui tuba falopii memungkinkan terjadinya beberapa
tahap pembelahan ovum sebelum ovum yang sudah membelah itu (blastokista) memasuki
uterus. Selama saat ini, dibentuk sejumlah besar zat sekresi oleh sel-sel sekresi yang
berselang-seling dengan sel-sel silia yang melapisi tuba falopii. Zat-zat sekresi ini berguna
untuk nutrisi blastokista.
Setelah mencapai uterus, blastokista yang sedang berkembang biasanya tetap tinggal
di dalam kavum uteri selama 1 sampai 3 hari lagi sebelum berimplantasi dalam endometrium;
jadi implantasi terjadi kira-kira pada hari ke-5 sampai ke-7 setelah ovulasi. Sebelum
implantasi, blastokista mendapat makanan dari sekresi endometrium.
Implantasi merupakan hasil dari kerja sel-sel trofoblas yang berkembang di seluruh
permukaan blastokista. Sel-sel ini mensekresi enzim proteolitik yang mencerna dan
mencairkan sel-sel endometrium. Cairan dan nutrisi yang kemudian dilepaskan akan di
transport secara aktif oleh sel-sel trofoblas yang sama ke dalam balstokista, sambil
berkembang lebih lanjut.
Sekali implantasi terjadi, sel-sel trofoblas dan sel-sel yang berdekatan lainnya baik
dari blastokista maupun dari endometrium uterus berproliferasi dengan cepat, membentuk
plasenta dan berbagai membrane kehamilan.
Telah dikemukakan diatas bahwa progesterone yang disekresikan oleh korpus luteum
ovarium selama pertengahan setiap siklus menstruasi mempunyai pengaruh khusus terhadap
endometrium untuk mengubah sel-sel stroma endometrium menjadi sel-sel yang
membengkak, yang mengandung sejumlah besar glikogen, protein, lipid dan bahkan beberapa
mineral yang penting utnuk perkembangan hasil konsepsi. Kemudian, bila hasil konsepsi
berimplantasi dalam endometrium, progesterone yang terus disekresikan masih akan
menyebabkan sel-sel stroma membengkak dan bahkan menyimpan lebih banyak nutrisi. Sel-
sel ini sekarang disebut sel-sel desidua, dan massa sel secara keseluruhan disedut desidua
Sewaktu sel-sel trofoblas menembus desidua, mencerna dan mengimbibisinya, nutrisi
yang disimpan dalam desidua akan digunakan oleh embrio untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Selama minggu pertama setelah implantasi, hal tersebut merupakan satu-
satunya cara bagi embrio untuk mendapatkan nutrisi., dan embrio terus memperoleh
nutrisinya dengan cara ini selama 8 minggu, walaupun plasenta juga memberikan nutrisi kita-
kira 16 hari setelah pembuahan (kira-kira 1 minggu setelah implantasi).
Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi kea rah kavum uteri disebut desidua
kapsularis; yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis, di
daerah inilah plasenta akan dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain adalah
desidua parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot-jonjot yang yang dinamakan
vili koriales dan berpangkal pada korion.
Bila nidasi telah terjadi, mulailah diferensiasi sel-sel blastula. Sel-sel yang lebih kecil,
yang dekat pada ruang eksoselom, membentuk entoderm dan yolk sac kecil, sedangkan sel-
sel yang lebih besar menjadi ectoderm dan membentuk ruang amnion. Dengan ini di dalam
blastula terdapat suatu embrional plate yang dibentuk antara dua ruangan, yakni ruang
amnion dan yolk sac.
Sel-sel fibroblast mesodermal tumbuh disekitar embrio dan melapisi pula sebelah
dalam trofoblas, terbentuklah chorionic membrane yang kelak menjadi korion. Trofoblas
yang amat hiperplatik itu tumbuh tidak sama tebalnya dan membentuk 2 lapisan. Di sebelah
dalam dibentuk lapisan sitotrofoblas (terdiri atas sel-sel yang mononukleus) dan di sebelah
luar lapisan sinsitiotrofoblas, terdiri atas nucleus-nukleus, tersebat tak rata dalam sitoplasma.
Vili korialis yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh dan bercabang-
cabang dengan baik, disini korion disebut korion frondosum. Yang berhubungan dengan
desidua kapsularis kurang mendapat makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh kearah
kavum uteri sehingga lambat laun menghilang; korion yang gundul ini disebut korion laeva.
Dalam tingkat nidasi trofoblas antara lain menghasilkan hormone human chorionic
gonadotropin (hCG). Produksi hCG meningkat sampai kurang lebih hari ke-60 kehamilan
untuk kemudian turun lagi. Diduga fungsinya adalah mempengaruhi korpus luteum untuk
tumbuh terus, dan menghasilkan terus progesterone, sampai plasenta dapat membuat cukup
progesterone sendiri.
Pertumbuhan embrio terjadi pada embryonal plate yang selanjutnya terdiri atas tiga
unsur lapisan, yakni sel-sel ectoderm, mesoderm dan entoderm.

Hormon-Hormon yang Berperan dalam Siklus Menstruasi Normal

Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:


1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH.
2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk
merangsang hipofisis mengeluarkan LH.
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan
prolaktin.
4. Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling
penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-
ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh,
rambut kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan
membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks
dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.
5. Progesteron, hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone
mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot.
Kadar progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai
plasenta dapat membentuk hormon HCG.
6. GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) merupakan hormon yang diproduksi oleh
hipotalamus diotak. GNRH akan merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating
hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan
umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah, begitupun
sebaliknya.
7. FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone)
Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis
akibat rangsangan dari GnRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari
folikel yang matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi
korpus luteum dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.
(Sherwood, 2001)

LI.3 Memahami dan Menjelaskan Gangguan Haid

Definisi

Ada sejumlah gangguan menstruasi yang berbeda. Masalah dapat berkisar dari berat,
haid yang menyakitkan dan ada yang tidak haid sama sekali. Ada banyak variasi
dalam pola menstruasi, namun pada wanita umum harus prihatin ketika haid datang
kurang dari 21 hari atau lebih dari 3 bulan terpisah, atau jika haid bertahan lebih dari
10 hari. Peristiwa tersebut dapat mengindikasikan masalah ovulasi atau kondisi medis
lainnya. (Simon, Harvey.2009a)

Siklus haid yang tidak teratur, yakni siklusnya tidak memiliki pola tertentu. Mungkin
pada awalnya siklus haid lebih dari 35 hari, namun kemudian akan timbul perdarahan
haid diluar siklus haid normal. Misalnya,siklusnya semula 35-40 hari tetapi bulan
berikutnya bisa tidak haid selama 3 bulan. Di sisi lain, ada pula yang dalam sebulan
bisa mengalami haid lebih dari sekali. Contoh, bulan ini haid terjadi tanggal 10,
kemudian datang lagi pada tanggal 25 di bulan yang sama. Haid yang berlangsung
kurang dari 21 dikategorikan siklus pendek.
Baik siklus pendek maupun panjang, sama-sama menunjukkan ketidakberesan pada
sistim metabolisme dan hormonal. Dampaknya pun sama,yaitu jadi lebih sulit hamil.
Pada siklus pendek, ibu mengalami ”unovulasi” karena sel telur tidak terlalu matang
sehingga sulit untuk dibuahi. Pada siklus panjang, hal ini menandakan sel telur jarang
sekali diproduksi atau ibu mengalami ketidaksuburan yang cukup panjang. Jika sel
telur jarang diproduksi berarti pembuahan akan sangat jarang terjadi. (Hanifa W,
1997)

Klasifikasi
Untuk memahami lebih mendalam tentang gangguan haid dan siklusnya sebaiknya
fisiologi haid dan siklusnya dimengerti lebih dahulu. Saat mulai haid dinamakan
menarche sedangkan saat berhentinya haid dinamakan menopause.Gangguan haid dan
siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam :
:
1.Kelainan dalam banyaknya darah dan lama perdarahan pada haid
a.Hipermenorea atau Menoragia
b.Hipomenorea

2.Kelainan siklus
a.Polimenorea
b.Oligomenorea
c.Amenorea
3.Perdarahan di luar haid
a. Metroragia

4.Gangguan lain yang ada hubungannya dengan haid


a.Premenstrual tension (ketegangan prahaid)
b.Mastodinia
c.Mittelschremz (rasa nyeri pada ovulasi)
d.Dismenorea (Hanifa W, 1997)

Etiologi

Kelainan dalam banyaknya darah dan lama perdarahan pada haid

HIPERMENOREA
Adalah perdarahan haid yang lebih banyak dan lebih lama dari normal (>8 hari).
Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya mioma uteri
dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktilitas yang
terganggu, polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid
(endometrium shedding).
HIPOMENOREA
Merupakan perdarahan haid yang lebih pendek dan lebih kurang dari biasanya. Sebab-
sebabnya dapat terletak pada konstitusi penderita, pada uterus (misalnya sesudah
miomektomi), pada gangguan endokrin, dll.
Adanya hipomenorea tidak mengganggu fertilitas.

Kelainan siklus

POLIMENOREA
Pada polimenorea siklus haid lebih pendek dari biasa (< 21 hari).Perdarahan kurang
lebih sama atau lebih banyak dari haid biasa disebut polimenorea atau epimenoragia.
Dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi
atau menjadi pendek masa luteal. Sebab lain kongesti ovarium karena peradangan,
endometriosis, dan sebagainya.

OLIGOMENOREA
Siklus haid lebih panjang, >35 hari. Apabila siklusnya >3 bulan disebuta menorea.
Perdarahan biasanya berkurang. Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehatan
wanita tidak terganggu, fertilitas cukup baik.
Siklus haid biasanya dengan ovulatoar dengan masa proliferrasi lebih panjang dari
biasa.

AMENOREA
Adalah keadaan dimana tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.
Lazim diadakan pembagian amenorea primer dan amenorea sekunder.
1. Amenorea primer, apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak
pernah dapat haid, umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan
lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan kongenital, dan kelainan genetik.
2. Amenorea sekunder, apabila pernah mendapat haid, kemudian tidak pernah
dapat lagi, lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam
kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-
tumor, penyakit infeksi, dll.
Istilah kriptomenorea menunjuk kepada keadaan dimana tidak tampak adanya haid
karena darah tidak keluar berhubung ada yang menghalangi misal pada ginatresia
himenalis dll.

Perdarahan di luar haid


Yang dimaksud adalah perdarah yang terjadi dalam masa antara 2 haid. Perdarahan
tampak terpisah dan dapat dibedakan dari haid atau 2 jenis perdarahan yang menjadi
satu, yang pertama metroragia dan yang kedua menometroragia. Dapat disebabkan
karena kelainan organic pada alatgenital atau oleh kelainan fungsional.
Sebab-sebab organik
 Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebakan oleh kelainan pada :
 Serviks uteri, seperti polipus servisis uteri, dll
 Korpus uteri, seperti polip endometrium dll.
 Tuba fallopi, seperti kehamilan ektopik terganggu dll.
 Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium dll.

Sebab-sebab fungsional
 Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organic
dinamakan perdarahan disfungsional. Dapat terjadi pada setiap umur antara
menarche dan menopause, tetapi lebih seringdijumpai pada masa permulaan
dan masa akhir fungsi ovarium.

Gangguan lain yang ada hubungannya dengan haid

PREMENSTRUAL TENSION
Premenstrual tension merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu
sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang,
walaupun kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.
Etiologi
Etiologi premenstrual tension tidak jelas, akan tetapi mungkin satu faktor yang
memegang peranan ialah ketidakseimbangan antara estrogen dan progesteron dengan
akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan dan kadang-kadang
edema.

VICARIOUS MENSTRUATION
Istilah ini dipakai untuk kasus-kasus tertentu yang jarang dijumpai,dimana terjadi
perdarahan ekstragenital dengan interval periodik yang sesuai dengan siklus haid.
Vicarious menstruation dapat juga terjadi pada berbagai alat, seperti :lambung, usus,
paru-paru, mammae, dan kulit.
Penangan dapat dilakukan apabila pada alat yang berdarah ada kelainan yang dapat
diangkat atau diobati.

MITTLESCHMERZ
Mittleschmerz atau nyeri antara haid terjadi kira-kira sekitar pertengahan siklus haid,
pada saat ovulasi.
Hal ini terjadi karena pecahnyafolikelGraff.
Lamanya bisa beberapa jam bahkan sampai 2-3 hari. Terkadang Mittelschmerz diikuti
oleh perdarahan yang berasal dari proses ovulasi dengan gejala klinis seperti
kehamilan ektopik yang pecah.
Diagnosa dibut berdasarkan saat terjadinya peristiwa dan bahwa nyerinya tidak
mengejang, tidak menjalar, dan tidak disertai mual atau muntah.
Penangananya umumnya terdiri atas penerangan pada wanita yang bersangkutan.
MASTALGIA
Gejala mastalgia ialah rasa nyeri dan pembesaran mamma sebelum haid.Sebabnya
edema dan hiperemi karena peningkatan relatif dari kadar estrogen.
Terapi biasanya terdiri atas pemberian deuretikum, sedang pada mastalgia keras
kadang-kadang perlu diberikan metiltestosteron 5 mg perhari secara sublingual.
Bromokriptine dalam dosis kecil dapat mengurangi penderitaan.

DISMENOREA
Dismenorea (Nyeri haid) mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering
menyebabkan wanita wanita muda pergi kedokter untuk konsultasi dan pengobatan.
Gangguan ini bersifat subjektif, berat atau untensitasnya sukar dinilai.Penyakit ini
sudah lama dikenal, tetapi sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan
dengan memuaskan.

Dismenorea dibagi atas :

Dismenorea Primer (esensial, intrinsik, ideopatik), tidak terdapat hubungan dengan


kelainan ginekologik. Adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat
genital yang nyata. Terjadi beberapa waktu setelah menarche, biasanya 12 bulan atau
lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan pertama setelah menarche umumnya
bersifat anovulatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri, rasa nyeri timbul tidak
lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk
beberapa jam. Rasa nyeri ialah kejang berjangkit- jangkit, biasanya terdapat pada
perut bawah, tetapi dapat menyebar kedaerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan
rasa nyeri disertai dengan mual, sakit kepala, muntah dll.
Etiologi
Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab disminorea primer,
tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Faktor penyebab dismenorea primer :
:
 Faktor kejiwaan
 Faktor Konstitusi
 Faktor obstruksi kanalis servikalis
 Faktor Endokrin-Faktor alergi

Dismenorea Sekunder (Ekstrinsik, yang diperoleh, acquired) disebabkan oleh


kelainan ginekologik.
Biasanya baru muncul kemudian yaitu jika ada penyakit yangdatang kemudian.
Penyebabnya adalah kelainan atau penyakit seperti :
 Infeksi rahim
 Kista/polip
 Tumor sekitar kandungan
 Kelainan kedudukan rahim yang menetap
Ada juga yang disebut endometriosis, yaitu kelainan letak lapisan dinding rahim,
sehingga apabila menjelang menstruasi, padasaat dinding rahim menebal, akan
dirasakan sakit yang luar biasa. Endometriosis bisa mengganggu kesuburan.(Hanifa
W, 1997)

Patofisiologi

o Anovulatorik
Kegagalan Ovulasi. Siklus anovulatorik sangat sering terjadi di kedua ujung usia
subur; pada setiap disfungsi sumbu hipotalamus-hipofiisis-ovumn adrenal, atau tiroid;
pada lesi ovarium fungsional yang menghasilkan esterogen berlebihan; pada
malnutrisi, obesitas, atau peyakit berat; pada stress fisik atau emosi berat. Pada
banyak kasus penyebab kegagalan ovulasi tidak diketahui, tetapi apapun sebabnya,
hal ini menyebabkan kelebihan estrogen relatif terhadap progesteron. Oleh karena itu,
endometrium mengalami fase proliferatif yang tidak diikuti oleh fase sekretorik yang
normal. Kelenjar endometrium mungkin mengalami perubahan kistik ringan atau di
tempat lain mungkin tampak kacau dengan stroma yang relatif sedikit, yang
memerlukan progesteron untuk mempertahankannya. Endometrium yang kurang
ditopang ini mengalami kolaps secara parsial, disertai ruptur arteri spiral dan
perdarahan.
o Ovulatorik
Fase luteal tidak adekuat. Korpus luteum mungkin gagal mengalami pematangan
secara normal atau mengalami rgresi secara prematur sehingga terjadi kekurangan
relatif progesteron. Endometrium dibawah kondisi ini mengalami perlambatan
terbentuknya pase sekretorik.
Amenore primer

(Sumber : Askep Gangguan Menstruasi)


Dismenorea

(Sumber : Askep Gangguan Menstruasi)


Premenstrual sindrom

(Sumber : Askep Gangguan Menstruasi)

Diagnosis dan Diagnosis Banding

Anamnesis
Pada pasien yang mengalami perdarahan uterus disfungsional, anamnesis perlu
dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding.
Riwayat detail menstruasi :
 Jumlah hari mestruasi
 Jumlah pembalut yang digunakan per hari
 Dampak terhadap kehidupan sehari-hari
 Riwayat pendarahan pada gusi, mudah memar, dan perdarahan yang panjang akibat
luka ringan
 Gejala penambahan berat badan, konstipasi, rambut rontok, kelelahan
 Galaktorea
 Riwayat seksual dan penggunaan kontrasepsi
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan hemodinamik ,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk :
o Menilai
− Indeks Massa Tubuh (IMT > 27 termasuk obesitas)
− Tanda-tanda Hiperandrogen
− Pembesaran kelenjar thyroid atau manofestasi hiper atau hypothyroid
− Galaktorea
− Gangguan Lapang Pandang (karena adenoma hypofisis)
− Faktor resiko keganasan (obesitas, hipertensi, DM, dll)
o Menyingkirkan
− Kehamilan, kehamilan ektopik, abortus, penyakit trofoblas
− Servisitis, endometritis
− Polip dan mioma uteri
− Keganasan serviks dan uterus
− Hiperplasia endometrium
− Gangguan pembekuan darah
Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan pap smear, dan
harus disingkirkan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia endometrium, atau keganasan.

Primer Sekunder Tersier


Laboratorium -Hb -Darah lengkap -Prolaktin
-Tes kehamilan hemostatis (BT- -Tiroid (TSH,
-urin CT, lainnya FT4)
sesuai fasilitas) -Hemostasis
(PT, aPTT,dll)
USG -USG -USG
Pemeriksaan transabdominal Transabdominal
Penunjang -USG -USG
transvaginal transvaginal
SIS -SIS
-Doppler
Penilaian -Mikrokuret -Mikrokuret/
Endometrium -D&K D&K
-Histeroskopi
-Endometrial
sampling
Penilaian -IVA -Pap smear -Pap smear
serviks bila ada -Kolposkopi
patologi

Pemeriksaan penunjang
1. Darah dan Tes Hormonal
Tes darah dapat membantu menyingkirkan kondisi lain yang menyebabkan gangguan
menstruasi. Tes darah juga dapat memeriksa follicle- stimulating hormon, estrogen,
dan tingkat prolaktin. Pasien yang memiliki menorrhagia mungkin mendapatkan tes
untuk gangguan perdarahan. Jika pasien kehilangan banyak darah, mereka juga harus
mendapatkan diuji untuk anemia.
 Pasien yang memiliki amenore mungkin perlu
untuk menerima tes hormon khusus. Uji tantangan progestasional menggunakan
progesteron oral atau disuntikkan untuk menguji lapisan rahim fungsional
(endometrium):
a. Perdarahan yang terjadi sampai 3 minggu setelah dosis progesteron menunjukkan

 bahwa wanita memiliki tingkat estrogen yang normal tetapi tidak berovulasi,
terutama jika tiroid dan prolaktin tingkat normal. Dalam kasus tersebut, dokter
akan memeriksa stres, berat badan baru-baru ini, dan setiap obat-obatan. Hasil
tersebut juga bisa menyarankan ovarium polikistik atau stres.
b. Kegagalan untuk berdarah bisa menunjukkan rahim yang abnormal yang
mencegah keluar atau estrogen tidak cukup. Dalam kasus tersebut, langkah
berikutnya mungkin untuk mengelola estrogen diikuti oleh progestin. Jika
perdarahan terjadi setelah itu, penyebab amenore berkaitan dengan kadar estrogen
rendah. Dokter kemudian akan memeriksa kegagalan ovarium, anoreksia, atau
penyebab lain dari estrogen rendah. Jika pendarahan tidak terjadi, dokter akan
memeriksa penghalang yang mencegah aliran menstruasi.
USG
Teknik pencitraan yang sering digunakan untuk mendeteksi kondisi tertentu yang dapat
menyebabkan gangguan menstruasi. Imaging dapat membantu mendiagnosa fibroid,
endometriosis, atau kelainan struktur pada organ reproduksi.

USG dan Sonohysterography.


USG adalah teknik pencitraan standar untuk mengevaluasi rahim dan indung telur, fibroid
mendeteksi, kista ovarium dan tumor, dan penghalang menemukan dalam saluran kemih.
Ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar dari organ-organ. USG
tidak membawa risiko dan menyebabkan ketidaknyamanan sangat sedikit.
Sonohysterography transvaginal USG menggunakan bersama dengan garam
disuntikkan ke dalam rahim untuk meningkatkan visualisasi rahim.

Prosedur Diagnostik Lainnya


1. Histeroskopi.
Histeroskopi adalah prosedur yang dapat mendeteksi keberadaan fibroid, polip, atau
penyebab lain dari perdarahan. Ini mungkin akan ketinggalan kasus kanker rahim,
bagaimanapun, dan bukan merupakan pengganti lebih banyak prosedur invasif,
seperti dilatasi dan kuretase (D & C) atau biopsi endometrium, jika kanker dicurigai.

 Hal ini dilakukan dalam suasana kantor dan tidak memerlukan sayatan. Prosedur
menggunakan tabung fleksibel atau kaku panjang yang disebut hysteroscope, yang
dimasukkan ke dalam vagina dan melalui leher rahim untuk mencapai rahim. Sebuah
sumber cahaya serat optik dan kamera kecil di tabung memungkinkan dokter untuk
melihat rongga. Rahim diisi dengan garam atau karbon dioksida untuk mengembang
rongga dan memberikan tampilan yang lebih baik. Hal ini dapat menyebabkan kram.
Histeroskopi adalah non-invasif, namun banyak wanita menemukan prosedur yang
menyakitkan. Penggunaan semprotan anestesi seperti lidokain dapat membantu
dalam mencegah sakit dari prosedur ini. Komplikasi lain termasuk penyerapan cairan
yang berlebihan, infeksi, dan perforasi uterus. Histeroskopi juga dilakukan sebagai
bagian dari prosedur bedah.
2. Laparoskopi
Diagnostik laparoskopi merupakan prosedur bedah invasif rendah, saat ini satu-
satunya metode definitif untuk mendiagnosa endometriosis, penyebab umum dari
dismenore. Hal ini juga dapat digunakan untuk mengobati endometriosis. Laparoskopi
biasanya memerlukan anestesi umum, walaupun pasien bisa pulang hari yang sama.
Prosedur ini melibatkan menggembungkan perut dengan gas melalui sayatan perut
kecil. Sebuah tabung serat optik dilengkapi dengan lensa kamera kecil (laparoskop)
kemudian dimasukkan. Dokter menggunakan laparoskop untuk melihat rahim,
ovarium, tuba, dan peritoneum (selaput panggul).

3. Biopsi endometrium.
Bila perdarahan berat atau abnormal terjadi, sebuah (rahim) biopsi endometrium dapat
dilakukan di kantor. Prosedur ini dapat membantu mengidentifikasi sel-sel abnormal,
yang menunjukkan bahwa kanker dapat hadir. Hal ini juga dapat membantu dokter
menentukan pengobatan hormonal terbaik untuk digunakan. Prosedur ini mungkin
sering dilakukan tanpa anestesi, atau lokal anestesi disuntikkan.
a. Pasien terletak di punggungnya dengan kaki di sanggurdi. Sebuah alat (speculum)

 dimasukkan ke dalam vagina untuk terus terbuka dan memungkinkan leher
rahim 
 untuk dilihat.
b. Serviks dibersihkan dengan cairan antiseptik dan kemudian digenggam dengan 

instrumen (tenaculum) yang memegang rahim stabil. Sebuah perangkat yang
disebut dilator serviks mungkin diperlukan untuk meregangkan kanalis servikalis
jika ada sesak (stenosis). Sebuah tabung, plastik kecil berongga kemudian lembut
dilewatkan ke dalam rongga rahim.
c. Hisap lembut menghapus sampel lapisan. Sampel jaringan dan instrumen dihapus.
Spesialis yang disebut ahli patologi memeriksa sampel di bawah mikroskop.

4. Dilatasi dan kuretase (D & C).


D dan C (dilatasi dan kuretase) adalah suatu prosedur dimana saluran vagina lembut
diadakan terbuka dengan spekulum, dan leher rahim membesar (melebar) dengan
batang logam. Sebuah kuret kemudian dilewatkan melalui kanalis servikalis ke dalam
rongga rahim di mana jaringan endometrium dikerok dan dikumpulkan untuk
pemeriksaan. Dilatasi dan kuretase (D & P) adalah prosedur yang lebih invasive:
1. A D & C biasanya dilakukan dalam suasana rawat jalan sehingga pasien dapat
pulang pada hari yang sama, tetapi kadang-kadang memerlukan anestesi umum.
Ini mungkin perlu dilakukan di ruang operasi untuk menyingkirkan kondisi serius
atau mengobati beberapa yang kecil yang dapat menyebabkan perdarahan.
2. Serviks (leher rahim) adalah berdilatasi (membuka).
3. Dokter bedah goresan lapisan dalam rahim dan leher rahim.

Prosedur ini digunakan untuk mengambil sampel pada jaringan tersebut dan untuk
meringankan perdarahan berat dalam beberapa kasus. A & C juga dapat efektif dalam
Scraping off polip endometrium kecil, tetapi tidak sangat berguna bagi kebanyakan
fibroid, yang cenderung lebih besar dan lebih melekat erat.

Tatalaksana

1. Perbaikan Keadaan Umum


Pada perdarahan yang banyak sering ditemukan keadaan umum yang buruk. Pada
perdarahan uterus disfungsional akut, anemia (Hb <8 g/dL) yang terjadi harus segera
diatasi dengan transfusi darah. Pada perdarahan uterus disfungsional kronis keadaan
anemia ringan seringkali dapat diatasi dengan diberikan sediaan besi, sedangkan anemia
berat membutuhkan transfusi darah
2. Penghentian Pendarahan
Hormon Steroid Seks
o Estrogen
Dipakai pada perdarahan uterus disfungsional untuk menghentikan perdarahan
karena memiliki berbagai khasiat yaitu healing effect, pembentukan mukopolisakarida
pada dinding pembuluh darah, vasokonstriksi (karena merangsang prostaglandin),
meningkatkan pembentukan thrombin dan fibrin. Dosis pemberian estrogen pada
perdarahan uterus disfungsional adalah 25 mg IV setiap 4-6 jam untuk 24 jam diikuti
dengan oral terapi yaitu 1 tablet perhari selama 5-7 hari (untuk semua produk estrogen
dengan kandungan ≤ 35 mg ethynil estradiol).
o Progestin
Berbagai jenis progestin sintetik telah dilaporkan dapat menghentikan
perdarahan. Beberapa sedian tersebut antara lain noretisteron, MPA, megestrol asetat,
dihidrogesteron dan linestrenol. Noretisteron dapat menghentikan perdarahan setelah
24-48 jam dengan dosis 20-30 mg/hari, medroksiprogesteron asetat dengan dosis 10-
20 mg/hari selama 10 hari, megestrol asetat dengan didrogesteron dengan dosis 10-20
mg/hari selama 10 hari, serta linestrenol dengan dosis 15 mg/hari selama 10 hari.
o Androgen
Merupakan pilihan lain bagi penderita yang tak cocok dengan estrogen dan
progesteron. Sediaan yang dapat dipakai antara lain adalah isoksasol (danazol) dan
metil testosteron (danazol merupakan suatu turunan 17-α-etinil-testosteron). Dosis
yang diberikan adalah 200 mg/hari selama 12 minggu. Perlu diingat bahwa
pemakaian jangka panjang sediaan androgen akan berakibat maskulinisasi.
Penghambat sintesis prostaglandin.
Pada peristiwa perdarahan, prostaglandin penting peranannya pada vaskularisasi
endometrium. Dalam hal ini PgE2 dan PgF2α meningkat secara bermakna. Dengan dasar itu,
penghambat sintesis prostaglandin atau obat anti inflamasi non steroid telah dipakai untuk
pengobatan perdarahan uterus disfungsional, terutama perdarahan uterus disfungsional
anovulatorik. Untuk itu asam mefenamat dan naproksen seringkali dipakai dosis 3 x 500
mg/hari selama 3-5 hari atau ethamsylate 500 mg 4 kali sehari terbukti mampu mengurangi
perdarahan.
Antifibrinolitik
Sistem pembekuan darah juga ikut berperan secara lokal pada perdarahan uterus
disfungsional. Peran ini tampil melalui aktivitas fibrinolitik yang diakibatkan oleh kerja
enzimatik. Proses ini berfungsi sebagai mekanisme pertahanan dasar untuk mengatasi
penumpukan fibrin. Unsur utama pada system fibrinolitik itu adalah plasminogen, yang bila
diaktifkan akan mengeluarkan protease plasmin. Enzim tersebut akan menghambat aktivasi
palsminogen menjadi plasmin, sehingga proses fibrinolisis akhirnya akan terhambat pula.
Sediaan yang ada untuk keperluan ini adalah asam amino kaproat (dosis yang diberikan
adalah 4 x 1-1,5 gr/hari selama 4-7 hari)

Operatif
3. Mengembalikan keseimbangan fungsi hormon reproduksi
Usaha ini meliputi pengembalian siklus haid abnormal menjadi normal, pengubahan siklus
anovulatorik menjadi ovulatorik atau perbaikan suasana sehingga terpenuhi persyaratan untuk
pemicuan ovulasi.
LI.4 Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam tentang Haid dan Istihadhah serta
Ibadah yang Dapat Dilaksanakan Dalam Keadaan Suci dan Tidak Suci

Darah Istihadah Menurut Penjelasan Ilmu Fiqh

Menurut Ustaz Sulaiman Endut dalam bukunya yang berjudul Asas-asas Fardhu Ain
mengatakan bahwa :

“Darah istihadhah ialah darah penyakit yang keluar dari faraj perempuan. Darah ini
bukanlah merupakan darah haid atau darah nifas. Ia adalah sejenis darah penyakit.
Seseorang perempuan yang ketika didatangi darah istihadhah, wajib berpuasa,
bersembahyang dan boleh mengerjakan ibadah lain sama seperti orang lain yang
tidak didatangi haid dan nifas.”

Rumusan yang dapat dibuat berdasarkan pendapat di atas, istihadah merupakan darah
yang keluar bukan pada masa haid dan nifas. Darah istihadah disifatkan sebagai darah
penyakit. Untuk mengetahui darah istihadah ialah darah yang keluar dari rahim
perempuan yang melebihi (15 hari dan malamnya) atau kurang (24 jam) dari
tempoh haid dan nifas. Dari Aisyah ra berkata :

“Fatimah Binti Abi Hubaisy telah datang menemui Nabi SAW dan berkata : Wahai
Rasulullah, aku telah beristihadhah, oleh itu aku tidak suci, maka adakah aku perlu
meninggalkan solat? Sabda Rasulullah SAW : Tidak, itu hanyalah darah penyakit dan
bukan darah haid. Ketika kedatangan haid hendaklah engkau meninggalkan solat,
dan apabila kadarnya telah berlalu, maka hendaklah engkau membasuh darah yang
berada pada diri engkau dan hendaklah engkau bersolat.” (Riwayat Al-Bukhari)

Darah ini membatalkan wuduk tetapi tidak mewajibkan wanita tersebut mandi hadas dan
tidak wajib meninggalkan solat serta puasa. Oleh itu wanita yang keluar darah
tersebut hendaklah membasuhnya, mengikat atau membalut tempat keluarnya dan
hendaklah berwuduk setiap kali hendak solat fardhu.

Faktor Istihadhah

Wanita yang mengeluarkan darah istihadhah adalah disebabkan kestabilan kesihatan


tubuh badan yang terganggu atau stamina tubuh tidak terjamin yang disebabkan oleh
kerosakkan organ-organ atau kelenjar-kelenjar yang berada dipersekitaran rahimnya.
Kadang kala boleh juga disebabkan oleh gangguan emosi wanita tersebut.

Darah istihadhah ini mengalir secara berterusan dan kadang kala ia berlarutan sehingga
beberapa minggu. Jika keadaan sebegini berterusan, maka lebih baik mendapatkan
rawatan dan nasihat doktor dengan segera untuk mengetahui apa puncanya.

Ciri-ciri Istihadhah

1. Wanita umur sembilan tahun yang mengeluarkan darah.


2. Wanita yang keluar darah melebihi batasan haid sebanyak 15 hari dan malamnya.
Atau wanita yang mengeluarkan darah kurang dari 24 jam atau satu hari dan
malamnya.
3. Wanita yang mengeluarkan darah melebihi batasan masa nifas sebanyak 60 hari dan
malamnya.
4. Wanita didatangi darah sebanyak dua kali yang diselangi dengan masa suci kurang
dari 15 hari dan malamnya.

Hukum Istihadhah

1. Tidak wajib mandi ketika ingin mengerjakan solat wajib ataupun sunat pada bila-bila
masa. Kecuali satu kali ketika haidnya sudah berhenti.
2. Orang Istihadhah wajib berwuduk setiap kali hendak mengerjakan solat.
3. Hendaklah ia membasuh kemaluannya sebelum berwuduk dan kemudian ia menutup
kemaluannya dengan sehelai kain atau kapas untuk menahan atau mengurangi najis
daripada terus keluar. Jika cara ini tidak berjaya menahan darah istihadhah, maka
hendaklah ia menyumbat atau mengikat kemaluannya supaya tidak bocor.
4. Tidak menjadi halangan bagi suami yang ingin menjimak isterinya ketika istihadhah.
Ini merupakan pendapat mejoriti para ulamak, kerana ia tidak mempunyai satu
dalilpun yang mengharamkannya.
5. Hukum wanita istihadhah sama sepertimana wanita yang suci daripada haid dan nifas.
wanita istihadhah boleh mengerjakan solat, puasa, tawaf, membaca Al-Quran,
menyertuh Al-Quran dan sebagainya.

Diriwayatkan oleh Aisyah, dia berkata : “Ummu Habibah binti Jahsy meminta fatwa
kepada Rasulullah.” Ummu Habibah berkata: “sesungguhnya saya terkena darah
penyakit?” Rasulullah berkata: “itu hanya darah, mandi dan sholatlah. Maka Ummu
Habibah mandi setiap akan melaksanakan sholat”. Al-Laits bin Sa’id berkata:”Ibu
Syibah tidak menyebutkan bahwa Rasulullah menyuruh Ummu Habibah binti Jahsy
untuk mandi setiap kali mau melaksanakan sholat, akan tetapi itu hanyalah perbuatan
Ummu Habibah sendiri.”
(HR.Muslim 63/334)

Haid
Definisi Haid.
Haid secara bahasa bermakna mengalir.
Adapun secara istilah, Al-Bahuti berkata, “Dia adalah darah kebiasaan wanita yang
berasal dari dasar rahim, pada waktu-waktu tertentu.” (Ar-Raudh Al-Murbi’ -Hasyiah
Ibni Qasim-: 1/370) Dan sebagian ulama ada yang menambahkan definisinya: Bukan
dikarenakan sebab melahirkan.

Ciri-Ciri Darah Haid.


Dia adalah darah tebal yang keluar dari rahim, berwarna hitam lagi busuk baunya, dan
setelah keluar tetap dalam keadaan cair.

Najisnya Darah Haid.


Darah haid adalah najis berdasarkan firman Allah Ta’ala, “Mereka bertanya
kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah suatu kotoran (najis).” (QS.
Al-Baqarah: 222). Adapun dari As-Sunnah, maka Rasulullah bersabda tentang
pakaian yang terkena darah haid, “Hendaknya dia mengeruknya lalu menggosoknya
dengan air lalu menyiramnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Asma` bintu Abi
Bakr) Dan ini jelas menunjukkan najisnya. Dan An-Nawawi menukil ijma’ kaum
muslimin akan najisnya darah haid.

Penentuan Masa Haid.


Ada dua perkara yang dijadikan sandaran dalam menentukan masa haid:
1. Adat. Yaitu lama biasanya darah haid keluar dari seorang wanita setiap bulannya.
Misalnya kalau setiap bulan darah haidnya keluar selama 7 hari, maka berarti adat
haidnya 7 hari. Kalau biasanya haid keluar setiap akhir bulan selama sekitar 5 atau 6
hari, maka berarti adat dia setiap akhir bulan berkisar antara 5 atau 6 hari. Demikian
seterusnya.
Dalilnya adalah sabda Nabi -shallallahu alaihi wasallam- kepada Fathimah binti
Jahsy, “… akan tetapi tinggalkanlah shalat selama hari-hari yang biasanya kamu
haid pada hari-hari itu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah)
2.Tamyiz. Yaitu dengan memperhatikan darah yang keluar dari kemaluannya. Kalau
yang keluar sesuai dengan ciri-ciri haid yang telah disebutkan di atas maka berarti dia
sekarang terkena haid. Tapi kalau tidak sesuai dengan ciri-ciri haid maka berarti dia
tetap suci walaupun ada darah yang keluar. Dalilnya adalah sabda Nabi -shallallahu
alaihi wasallam- kepada Fathimah binti Abi Hubaisy yang terkena istihadhah, “Itu
hanyalah urat yang pecah dan bukan darah haid. Kalau darah haid sudah datang
maka tinggalkanlah shalat dan kalau dia sudah berlalu maka cucilah darah darimu
lalu shalatlah.” (HR. Al-Bukhari no. 306 dan Muslim no. 333)

Tanda Datang dan Selesainya Haid.


Datangnya haid ditandai dengan keluarnya darah hitam lagi busuk, pada waktu-waktu
yang biasanya dia haid di situ.
Adapun selesainya haid, maka bisa diketahui dengan dua cara:
1. Keluarnya al-qashshah al-baidha`, yaitu cairan putih yang keluar dari kemaluannya
di akhir masa adat haid.
Aisyah -radhiallahu anha- berkata kepada para wanita, “Janganlah kalian tergesa-
gesa (mandi suci) sampai kalian melihat al-qashshah al-baidha`,” yang dia
maksudkan adalah tanda suci dari haid. (HR. Malik hal. 59 dan Abdurrazzaq: 1/302)
2. Dengan al-jufuf, yaitu seorang wanita meletakkan kain katun atau yang
semacamnya ke dalam kemaluannya, kalau kainnya kering maka berarti dia telah suci.

Durasi Minimal dan Maksimal Masa Haid.


Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan
masa atau lamanya haid. Ada sekitar enam atau tujuh pendapat dalam hal ini.
Ibnu Al-Mundzir berkata, “Ada sekelompok ulama yang berpendapat bahwa masa
haid itu tidak mempunyai batasan berapa hari minimal atau maksimalnya”.
Pendapat ini seperti pendapat Ad-Darimi di atas dan menjadi pilihan Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah. Dan itulah yang benar berdasarkan Al Qur’an, Sunnah dan logika.”
Selesai ucapan Asy-Syaikh.
Jadi, tidak ada durasi minimal dan maksimal masa haid, akan tetapi semua ini
dikembalikan kepada adat kebiasaan seorang wanita. Dalilnya adalah firman Allah
Ta’ala, “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah
suatu kotoran”, oleh sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di
waktu haid, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci…” (QS. Al
Baqarah: 222).
Dalam ayat ini, yang dijadikan Allah sebagai batas akhir larangan adalah kesucian,
bukan berlalunya sehari semalam, atau tiga hari, ataupun lima belas hari. Hal ini
menunjukkan bahwa illat (alasan) hukum (larangan menjauhui istri) adalah haid,
yakni ada atau tidaknya.
Jadi, jika ada haid berlakulah hukum itu dan jika telah suci (tidak haid) tidak berlaku
lagi hukum-hukum haid tersebut. Ini adalah pendapat Ali bin Abi Thalib, Imam
Malik, Maimun bin Mihran, Al-Auzai dan Daud Azh-Zhahiri, serta dikuatkan pula
oleh Imam Ibnu Al-Mundzir, Ibnu Rusyd, Ibnu Taimiah dan Ibnu Rajab.

Usia Minimal dan Maksimal Wanita Terkena Haid.


Tidak ada keterangan dari Al-Kitab dan As-Sunnah dalam masalah ini, maka yang
benarnya dikembalikan kepada adat kebiasaan seorang wanita. Kapan ada darah yang
keluar dari kemaluannya pada masa-masa yang biasanya dia haid di situ dan ciri-
cirinya adalah darah haid, maka itu dihukumi sebagai haid, berapapun usia wanita
tersebut.
Asy-Syaikh Muhammad Al-Utsaimin berkata, “Usia haid biasanya antara 12 sampai
50 tahun. Dan kemungkinan seorang wanita sudah mendapatkan haid sebelum usia 12
tahun, atau masih mendapatkan haid sesudah usia 50 tahun. Itu semua tergantung
pada kondisi, lingkungan dan iklim yang mempengaruhinya. Para ulama, berbeda
pendapat tentang apakah ada batasan tertentu bagi usia haid, di mana seorang wanita
tidak mendapatkan haid sebelum atau sesudah usia tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kandungan.2008.Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo: 46-50; 55-64

2. Guyton & Hall. Fisiologi Wanita Sebelum Kehmilan; dan Hormon-Hormon Wanita;
Kehamilan dan Laktasi. Dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 1997. Jakarta; EGC:
1284-97; 1305-12.
3. Palter S.F. & Olive D.L. Reproductive Physiology. In Novak’s Gynecology. Berek
J.S., ed. Edisi 13. 2002. Philadelphia; Lippincot Williams & Wilkins: 149-168.
4. Cunningham FG et al. The Endometrium an Decidua, Menstruation and Pregnancy.
In: Williams Obstetric. 21st edition. 2001. New York; Mac Graw Hill: 66-82.
5. Leon Speroff dan Marc A. Fritz.Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility
7th Ed. 2005.Lippincott Williams & Wilkins

6. H. DeCherney, Alan.Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology,


Tenth Edition.2007.The McGraw-Hill Companies, Inc
7. Hanifa, W. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta :
1997
8. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Ed. 2. Jakarta :
EGC.

9. S. Snel, Richard. 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6.


Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai