Anda di halaman 1dari 65

Laporan Praktek Kerja

PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

BAB II
DESKRIPSI PROSES

Proses utama yang ada pada pengolahan minyak bumi di PT


PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan, dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Hydro Skimming Complex (HSC)
Unit ini terdiri dari Distillation Treating Unit (DTU) dan Naphtha
Processing Unit (NPU).
Distillation & Hydrotreating Complex (DHC)
2.
Unit ini terdiri dari Atmospheric Hydrotreating Unit (AHU) dan
Hydrotreating Unit (HTU).
Residue Catalytic Craker Complex (RCCC)
3.
Unit ini terdiri dari Residue Catalytic Craker (RCC / RCU) dan Light End
Unit (LEU).

CDU merupakan unit distilasi untuk memisahkan minyak mentah menjadi


produk-produknya berdasarkan perbedaan titik didih. Produk-produk unit CDU
adalah gas C 1 -C 4 , naphta, kerosene, gas oil, dan residu. Residu dari unit CDU
sebagian langsung sebagai umpan unit RCC, sebagian diolah terlebih dahulu pada
unit ARHDM (Atmospheric Residu Hydrodemetallizer), dan sebagian dikirim ke
tangki penyimpanan untuk cadangan apabila terjadi gangguan.
Unit ARHDM berfungsi untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang
tidak diiginkan oleh unit RCC khususnya logam Ni dan Va yang merupakan racun
bagi katalis pada unit RCC dan juga sulfur yang korosif pada peralatan proses.
Umpan RCC adalah treated residu yang merupakan campuran dari DMAR
(Demetallizing Atmospheric Residu) produk ARHDM dan AR (Atmospheric
Residu) produk CDU. Pada RCC terjadi proses perengkahan dengan bantuan
katalis di reaktor. Residu yang berantai panjang akan terengkah menjadi
hidrokarbon berantai pendek. Hasil perengkahan dipisahkan berdasarkan titik
didih oleh fraksinator untuk menghasilkan produk off gas, LPG, propilen,

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
31
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

polygasoline (bahan campuran mogas dengan bilangan oktan 98), naphta, Light
Cycle Oil (bahan dasar minyak diesel dan bahan pencampur solar), serta Decant
Oil (bahan dasar minyak bakar).
Produk-produk dari fraksinator unit RCC kemudian diproses pada unit
pemurnian untuk memurnikan produk kilang dari pengotor agar memenuhi
spesfikasi pasar yang diinginkan.
Pada akhir tahun 2005, PERTAMINA membuka unit baru untuk
memproses dan meningkatkan angka oktan dari naphta tanpa menggunakan TEL
dan MTBE, yaitu Naphta Processing Unit (NPU) atau lebih dikenal dengan
Proyek Langit Biru Balongan (PLBB).
Seluruh proses pada kilang tersebut dibantu oleh sistem utilitas yang
terdiri dari generator (generator utama dan generator cadangan), ketel uap, menara
pendingin, sistem udara tekan, dan pabrik nitrogen.
Tabel 2 -1 Kapasitas Produksi Unit Proses
Kapasitas
Unit Proses
125000 BPSD
CDU
Amine Treatment, SWS dan Sulphur 30 ton/hari
Plant
NPU 52000 BPSD
ARHDM 58000 BPSD
Hydrogen Plant 76 MMSCFD
GO HTU 32000 BPSD
LCO HTU 15000 BPSD
RCC 83000 BPSD
Unsaturated Gas Plant 83000 BPSD
LPG Treatment 22500 BPSD
Gasoline Treatment 47500 BPSD
Propylene Recovery 7150 BPSD
Catalytic Condensation 13000 BPSD

2.1.Hydro Skimming Complex Unit (HSC)

2.1.1.Distillation & Treating Unit (DTU)

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
32
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Pada unit ini terdiri dari Crude Distilation Unit (CDU) (Unit 11), Amine
Treatment (Unit 23), Sour Water Stripper (Unit 24), Sulfur Plant (Unit 25), dan
Caustic soda (Unit 64).
2.1.1.1.Unit 11: Crude Distillation Unit (CDU)
Unit ini pada mulanya dibangun untuk mengolah campuran minyak mentah
yang terdiri dari 80% Duri Crude Oil dan 20% Minas Crude Oil. Dengan
kapasitas keseluruhan sebesar 125.000 BPSD (Barrel Per Stream Day) atau 8281
m 3 /jam. Namun pada perkembanganya dengan pertimbangan optimasi, sekarang
unit ini dioperasikan pada perbandingan 50% Duri Crude Oil dan 50% Minas
Crude Oil. Feed pada CDU masih mengandung kontaminan logam serta
komponen lain yang tidak dikehendaki pada proses. Bahan baku diolah dengan
proses fraksinasi atmosferis (atmospheric fractionation).
Produk dari unit ini adalah:
Off gas : 170 BPSD

Naphta : 5.460 BPSD

Kerosene : 11.270 BPSD

LGO (Light Gas Oil) dan HGO (Heavy Gas Oil) : 23.300 BPSD

Atmospheric Residue (AR) : 86.760 BPSD

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
33
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Tabel 2 -2 Spesifikasi Produk CDU


Analisis Satuan Spesifikasi
+
% wt 2 max
Kandungan C 5
Psia 9 max
RVP (Rate Vapor Pressure)
% vol 200 max
20% vol ASTM
ppm vol 0
Kandungan air o
Gap antara 5% ASTM vol Kerosene dan 95% vol C 12 min
Naphta
o
Flash Point 41 min
C
Gap antara 5% vol LGO dan 95% vol Kerosene o 7
Flash Point C 68
o
Overlap antara 5% vol HGO dan 95% vol LGO 10
C
40% evaporated o 300
Flash Point C 90
o
10% vol Evaporated Point 350
C
o
C
o
C
Tabel 2 -3 Spesifikasi Produk CDU berdasarkan TBP
Produk TBP Cut Point dari Crude, o C
Naphta 65 – 145
Kerosene 145 – 240
LGO 240 – 330
HGO 330 – 370
Atmospheric Residue >370

Naphta dari CDU diolah lagi untuk menaikkan bilangan oktan di dalam
NPU. Kerosene digunakan untuk campuran pembuatan gasoil. Gasoil dari CDU
masih bersifat tidak stabil sehingga perlu diolah di Gasoil Hydrotreating Unit
(GOHTU), sedangkan residu atmosferis kemudian diolah di unit AHU dan RCC.

Unit ini mempunyai 2 seksi pengolahan, yaitu:


1. Seksi Crude Distilation.
Seksi ini dirancang untuk mengolah minyak mentah menjadi residu, Gas Oil,
dan distilat overhead terkondensasi.
2. Seksi Overhead Fraksinasi dan Stabilizer.
Seksi ini dirancang untuk mengolah kondensat overhead menjadi produk LPG,
Naphta, dan Kerosene.

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
34
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Unit CDU ini juga dirancang untuk mengolah campuran Wild Naphta dari
Gas Oil dan Light Cycle Oil (LCO) Hydrotreater. Unit ini beroperasi dengan baik
pada kapasitas antara 50-100% kapasitas desain dengan faktor On Stream 0,91.
Tahapan Proses:
Duri dan Minas crude dicampur di offsite (area tank farm) dan dipompakan
ke unit, masuk disuction crude oil charge pump 11-P-101 A/B. Kemudian crude
oil dipompakan melalui cold preheat train dan desalter. Crude oil pertama kali
dipanaskan oleh produk L gas oil, cold heavy gas oil product, cold residue, top
pump around dan intermediate residue pada exchanger 11-E-101 sampai 11-E-
105 secara berurutan sebelum masuk desalter yang dipasang dua tingkat 11-V-101
A/B.
Crude oil di up stream mixing valve pada desalter crude oil charge dipompa
oleh 11-P-102 A/B, melalui hot preheated train dimana nanti akan dipanaskan
oleh mid pump around, intermediate residue, hot heavy gas oil product, bottom
pump around dan hot residue pada exchanger 11-E-106 sampai 11-E-111 secara
berturutan.
Crude oil yang keluar dari preheat exchanger yang terakhir tekanannya
masih cukup untuk menekankan terjadinya penguapan sehingga flow
measurement dan control untuk delapan pass dari crude charge heater 11-F-101
masih memenuhi syarat sebagaimana mestinya. Crude oil mengalir melalui bagian
conveksi dan radiant heater dimana sebagian sudah berupa vapor kemudian
masuk ke flash zone dari main fractionator 11-C-101 untuk fraksinasi.
Overheat stream dari 11-C-101 (terdiri dari off gas (C 1 -C 4 ), nafta dan
kerosene) mengalir ke overhead condensor 11-E-114 dan akan terjadi kondensasi
di sini. Aqueous amonia dan corosion inhibitor diinjeksikan ke line overhead
untuk mengurangi korosi.
Overheat stream dari 11-E-114 sebagian besar terkondensasi kecuali inert
gas dena sedikit hydrocarbon ringan dan akan terpisah di overhead accumulator
11-V-102. Gas yang terkondensasi dilewatkan offgas KO. Drum 11-V-103 dan
kemudian ke 11-F-101 untuk dibakar di burner. Condensat dari overhead distilat

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
35
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

dipompakan ke stabilizer unit. Sour condensat dari 11-V-102 dipompakan ke


Sour Water Stripper Unit.
Light dan Heavy Gas Oil dikeluarkan dari 11-C-101 dengan level control
sebagai side stream produk masuk ke stripper 11-C-102 dan 11-C-103, dimana
fraksi ringannya akan distrip oleh stream. Stripping menggunakan low pressure
steam yang sudah dipanaskan di bagian konveksi 11-F-101 menjadi superheated
stream sebelum diinjeksi ke stripper. Light Gas Oil produk dipompakan dari 11-
C-102 dan digunakan sebagai pemanas crude di preheat train (11-E-101). Heavy
Gas Oil produk dipompakan dari 11-E-102 dan juga digunakan sebagai pemanas
crude di preheat train (11-E-108 dan 11-E-103) secara berurutan. Produk
dialirkan ke Gas Oil Hydrotreater Unit. Campuran dari gas oil bisa juga dialirkan
ke storage melalui pressure control sesudah didinginkan di gas oil trim cooler 11-
E-112.
Residu di strip dengan di dalam bagian stripping bottom 11-C-101 dengan
menggunakan superheated stripping steam. Residu kemudian dipompakan dari
11-C-101 dan digunakan untuk memanaskan crude di preheat train (11-E-111,
110, 107, 105 dan 103) secara berurutan. Normal operasi residue dialirkan ke
Atmospheric Residue Hydrodemetallization Unit (ARHDM) dan ke Residue
Catalytic Cracker Unit (RCC). Selain itu residu didinginkan dalam residue
tempered water exchanger 11-E-115.
Untuk mengambil panas dari 11-C-101 selain dengan overhead condensing
system juga menggunakan tiga pump around stream, yaitu:
a. Top pump around stream diambil dari tray no. 5 dari 11-
C-101 dan dipompakan ke crude preheat train (11-E-104) untuk memanaskan
crude dan kemudian dikembalikan ke top tray.
b. Mid pump around diambil dari tray no. 5 pada lokasi
yang sama diambil lokasi light gas oil stram dan dipompakan ke splitter
reboiler (11-E-104) di seksi overhead fraksinasi dan stabilizer. Kemudian
dialirkan ke crude preheat train (11-E-106) sebelum dikembalikan ke tray no.
5.

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
36
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

c. Bottom pump around stream diambil dari tray no. 5 pada


lokasi heavy gas oil stream dan dipompakan ke stabilizer reboiler (11-E-120)
yang ada di seksi overhead fraksinasi dan stabilizer reboiler. Kemudian
dialirkan ke crude preheat train (11-E-109) sebelum dikembalikan ke tray no.
22.
Condensat overhead distilate ditampung di 11-V-102 selanjutnya
dipanaskan dengan hot kerosene product dan stabilizer bottom (11-E-118 dan
119) secara berturut-turut sebelum dialirkan ke 11-C-104, setelah itu
dikondensasikan di stabilizer condensor (11-E-121). Produk atas dimasukan ke
stabilizer overhead drum (11-V-104). Liquid yang terkondensasi di 11-V-104
dipompakan kembali sebagai reflux dan produksi vapor dialirkan ke amine
treating facilities dikontrol dengan pressure control. Stabilizer bottom dipanaskan
kembali oleh bottom pump around (11-E-120). Bottom produk berupa naphta
yang sudah stabil dan kerosene kemudian dialirkan ke splitter (11-C-105) dan
diatur oleh level control sesudah memanaskan feed 11-C-104 di exchanger 11-E-
119.
Overhead dari 11-C-105 dikondensasikan lagi dengan Finfan di splitter
condensor (11-E-123) dan dimasukan ke splitter overhead drum (11-V-105). 11-
V-105 menampung naphta reflux dan naphta product, reflux dikembalikan ke 11-
C-105 dengan dikontrol oleh flow control dan naphta product dialirkan ke storage
setelah didinginkan (11-E-124 dan 11-E-126). Splitter bottom (kerosene product)
dipanaskan lagi dengan mid pump around (reboiler 11-E-122). Kerosene product
didinginkan oleh feed 11-C-104 (exchanger 11-E-118) dan didinginkan lagi di
exchanger 11-E-125 dan 11-E-127 setelah itu masuk ke clay treater untuk dijaga
stabilitas warnanya kemudian produk kerosene masuk ke storage.

2.1.1.2. Unit 23: Amine Treatment Unit


Pada unit ini digunakan untuk mengolah sour gas serta untuk
menghilangkan kandungan H 2 S yang terikut dalam sour gas. Proses yang dipakai
adalah SHELL ADIP dengan menggunakan larutan MDEA (methyl diethanol

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
37
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

amine) sebagai larutan penyerap. Kadar larutan MDEA yang digunakan adalah 2
kgmol/m 3 . Pada unit ini diharapkan supaya kandungan H 2 S produk maksimal
sebesar 50 ppm volume.
Pada unit ini terdapat tiga alat utama, yaitu:
1. Off Gas Absorber
Berfungsi untuk mengolah gas yang berasal dari CDU, AHU, GOHTU dan
LCO HTU. Hasilnya dialirkan ke fuel gas system, dan dipakai sebagai umpan
gas H 2 plant. Kapasitasnya 18522 Nm 3 /jam.
2. RCC Unsaturated Gas Absorber
Berfungsi untuk mengolah sour gas dari unit RCC yang kemudian dikirim ke
fuel gas system sebagai bahan bakar kilang. Kapasitasnya 39252 Nm 3 /jam.
3. Amine Regenerator
Befungsi untuk meregenerasi larutan amine yang telah digunakan pada kedua
absorber di atas dengan kapasitas 100% gas yang yang keluar dari kedua
menara. Spesifikasi produk keluar masing-masing menara adalah maksimal 50
ppm volume H 2 S.
Sedangkan aliran prosesnya meliputi tiga seksi, yaitu:
Seksi Amine Regenerator.
1.
Seksi Absorber, yang terdiri atas seksi offgas absorber dan seksi RCC
2.
Unsaturated Gas Absorber.
3. Seksi Amine Make-Up and Drain, yang terdiri dari alat pengisian/ make-
up larutan amine selama start-up dan untuk menampung larutan amine saat
shutdown.
Tahapan Proses:
Umpan unit ini berasal dari off gas CDU (Unit 11), GOHTU (Unit 14),
LCOHTU (Unit 21), beserta AHU (Unit 12 dan 13). Umpan dicampur menjadi
satu, kemudian dilewatkan Exchanger (14-E-201) dengan menggunakan
pendingin air. Kemudian ditampung dalam Vessel Gas KO Drum (14-V-101).
Hasil bawah berupa HC drain yang dibuang ke flare. Hasil atas masuk ke Off Gas
Absorber (14-C-201) dimana hasil atas berupa treated off gas yang akan dijadikan

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
38
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

fuel gas. Hasil bawahnya dicampur dengan hasil bawah RCC Unsaturated Gas
Absorber (16-C-105) dan RCC Unsaturated Gas KO Drum (16-V-107).
RCC Unsaturated Gas Absorber mengolah off gas dari Lean Gas KO Drum,
hasil atas treated off gas yang ditampung di (16-V-107). Off gas tersebut
digunakan untuk fuel gas system dan sebagai umpan H 2 Plant.
Campuran dari sebagian treated off gas dari 16-V-107, hasil bawah Off gas
Absorber (14-C-201) dan hasil bawah dari RCC Unsaturated Gas Absorber (16-
C-105) tersebut sebagian dilewatkan Rich Amine Filter (23-S-103) sebagian
dibypass dan dicampur lagi. Kemudian dilewatkan Exchanger (23-E-102),
disesuaikan dengan kondisi Regenerator (23-C-101). Reboiler pada regenerator
menggunakan LP Steam. Produk cair reboiler dikembalikan ke dasar kolom
regenerator, sedangkan uapnya juga dikembalikan juga dikembalikan ke
regenerator, setingkat di atas cairannya.
Hasil atas Regenerator (23-C-101) dilewatkan Kondensor (23-E-104),
ditampung di Vessel (23-V-101). Cairan keluar vessel ditambah make up water,
dipompa sebagai refluk. Uap dari vessel merupakan sour gas yang merupakan
umpan Sulphur Plant.
Hasil bawah regenerator dicampur dengan amine dari Amine Tank (23-T-101)
yang dialirkan menggunakan Pompa (23-P-103). Campuran digunakan sebagai
pemanas pada (23-E-102), dipompa menggunakan Pompa (23-P-101-A/B),
sebagian dilewatkan Lean Amine Filter (23-S-101) dan Lean Amine Carbon Filter
(23-S-102), hasil keluarannya dicampur kembali. Kemudian sebagian dilewatkan
Exchanger (23-E-101), sebagian dibypass, kemudian masuk RCC Unsaturated
Gas Absorber (16-C-105).

2.1.1.3.Unit 24: Sour Water Stripper Unit


Unit ini berfungsi menghilangkan H 2 S dan amoniak yang terkandung
dalam air sisa proses, agar air buangan bersifat ramah lingkungan.
Pada unit ini terdiri dari 2 seksi, yaitu:
1. Seksi Sour Water Stripper (SWS)

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
39
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Seksi ini terdiri atas 2 train yang perbedaanya didasarkan atas air buangan
proses yang diolah, yaitu:
Train 1: dengan kapasitas 67 m 3 /jam, yang berfungsi untuk mengolah air
buangan proses yang berasal dari CDU, AHU, GO HTU dan LCO HTU.
Train 2: dengan kapasitas 65,8 m 3 /jam, berfungsi untuk mengolah air
buangan proses yang berasal dari RCC Complex.
Selain itu, kedua train juga berfungsi untuk menghilangkan H 2 S dan NH 3 yang
ada dalam air sisa proses. Kemudian air tersebut disalurkan ke Effluent
Treatment Facility atau diolah kembali di CDU dan AHU. Sedangkan gas
yang mengandung H 2 S cukup tinggi (Sour Gas) di treatment di sulfur plant
2. Seksi Spent Caustic Treating.
Seksi ini berfungsi untuk mengoksidasi komponen sulfur dalam larutan Spent
Caustic dari beberapa unit operasi, untuk selanjutnya dinetralisir dengan
menggunakan asam sulfat. Kapasitasnya 17,7 m 3 /hari.
Dilihat dari sumber Spent Caustic yang diproses, seksi ini dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu:
a. Spent Caustic yang rutin (routinous) dan non-rutin
(interminent), yang berasal dari:
LPG Trater Unit (LPGTR)
Gasoline Treater Unit (GTR)
Propilene Recovery Unit (PRU)
Catalytic Condensation Unit (CCU)
b. Spent Caustic yang merupakan regenerasi dari unit-unit:
Gas Oil Hydrotreater (GOHTU)
Light Oil Hydrotreater (LCOHTU)

Komponen sulfur yang terdapat dalam Spent Caustic dapat berupa S 2- atau HS -
.
Reaksi yang terjadi:

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
40
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

2S 2- + 2O 2 + H 2 O S 2 O 32- + 2OH +
2HS - + 2O 2- S 2 O 32- + H 2 O
Selanjutnya Tiosulfat dioksidasi menjadi:
S 2 O 32- + O 2 + 2OH - 2SO 42- + H 2 O

Tahapan Proses:
Sour water yang berasal dari CDU, AHU, LCO-HTU dan GO-HTU
dicampur kemudian dimasukkan di surge drum (24-V-101), sebagian dimasukkan
ke sour water tank bersama dengan sebagian sour water dari unit RCC. Dari
surge drum dipompa dengan 24-P-101 A/B melalui preheat exchanger 24-E-101
dan 102 berturut-turut dan masuk ke H 2 S stripper (24-C-101) untuk dipisahkan
antara H 2 S dan air yang masih mengandung NH 3 . Hasil atas berupa off gas kaya
H 2 S dikirm ke sulphur plant untuk diolah lagi sulfurnya. Hasil bawah dikirim ke
NH 3 stripper (24-C-102), panas dari produk bawah ini dimanfaatkan untuk
pemanas 24-E-101. Didalam NH 3 stripper dipisahkan NH 3 untuk menghasilkan
treated water. Hasil atas berupa off gas kaya NH 3 yang dikirim ke incinerator
untuk dibakar. Hasil bawah berupa treated water yang dikirim ke Effluent
Treatment Facility, CDU dan AHU, sebelumnya panas dari treated water
dimanfaatkan untuk memanaskan 24-E-101.
Sour water dari unit RCC dimasukkan ke surge drum (24-V-201) kemudian
dengan pompa 24-P-201 A/B dimasukkan ke prefilter (24-S-201 dan 202) untuk
disaring kotoran dan gel yang terbentuk karena sour water dari RCC ini kaya akan
kandungan olefin. Dari prefilter dilewatkan preheat exchanger (24-E-201)
kemudian dimasukkan ke Sour Water Stripper (24-C-201) untuk dipisahkan
treated water dan NH 3 . Hasil atas berupa off gas kaya NH 3 yang dikirim ke
incenerator. Hasil bawah berupa treated water yang dikirim ke Effluent Treatment
Facility, CDU dan AHU, sebelumnya panas dari treated water dimanfaatkan
untuk memanaskan 24-E-201.

2.1.1.4.Unit 25: Sulphur Plant

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
41
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Pada unit ini digunakan untuk mengambil sulfur dari Off Gas Amine
Treatment Unit dan dari H 2 S stripper train 1 di unit SWS. Unit ini terdiri dari
unit Claus yang berfungsi untuk menghasilkan cairan sulfur yang kemudian
diikuti oleh pembentukan serpihan sulfur, unit penyimpanan sulfur padat dan unit
pembakaran untuk mengolah gas sisa dari unit Claus dan untuk membakar gas-gas
yang mengandung NH 3 dari unit SWS. Kapasitas unit ini dirancang untuk
menghasilkan sulfur 29,8 ton/hari.
Pada unit ini terdiri dari lima seksi, yaitu:
Seksi Gas Umpan
1.
Seksi Dapur Reaksi dan Waste Heat Boiler
2.
Seksi Reaktor dan Sulfur Condensor
3.
Seksi Incinerator
4.
Seksi Sulfur Pit
5.
Tahapan Proses:
Proses Claus terdiri dari 2 tahap, yaitu:
1.Thermal Recovery
Pada tahap ini, gas asam dibakar di dalam furnance dengan pasokan udara
sedemikian rupa hingga membakar sekitar 1/3 H 2 S serta hidrokarbon dan
amonia yang terdapat dalam gas umpan. Senyawa SO 2 yang terbentuk dari
pembakaran akan bereaksi dengan senyawa H 2 S yang tidak terbakar
menghasilkan senyawa sulfur. Produk pembakaran didinginkan di waste heat
boiler dan thermal sulphur condenser. Panas yang diterima di waste heat
boiler digunakan untuk membangkitkan kukus. Sekitar 60% lebih sulfur
diperoleh pada tahap ini.
2.Catalytic Recoveries
Setelah tahap thermal recovery dilanjutkan dengan 3 tahap catalytic
recoveries. Tiap tahapnya terdiri dari reheat (reheater), catalytic conversion
(converter), dan cooling with sulphur condensation. Sulfur mengalir keluar
dari tiap kondensor ke sulphur pit dimana dilakukan proses deggased. Pada

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
42
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

unit ini sulfur yang berasal dari unit Claus yang berfasa cair diubah menjadi
fasa padat dan dibentuk serpihan kemudian disimpan.
Reaksi-reaksi yang terjadi pada proses Claus adalah sebagai berikut:
H 2 S + ½ O 2 → SO 2 + H 2 O (thermal)
H 2 S + ½ SO 2 ↔ ½ S + H 2 O (thermal dan catalyst)
Pada Sulphur Plant terdapat incinerator yang berfungsi untuk membakar
sulfur yang tersisa dari unit Claus, membakar gas-gas yang mengandung NH 3 dari
unit SWS dan membakar gas dari sulphur pit.

2.1.2.Naphtha Processing Unit (NPU)


Seksi NPU atau dikenal juga sebagai Kilang Langit Biru Balongan mengolah
bahan baku naphta menjadi gasoline dengan angka oktan tinggi. Seksi ini terdiri
dari 3 unit, yaitu: Naphtha Hydrotreating Unit (Unit 31), Platforming Unit (Unit
32), Continuous Catalyst Regeneration (CCR) Unit (Unit 32) dan Penex Unit
(Unit 33).

2.1.2.1. Unit 31: Naphtha Hydrotreating Unit (NTU)


Unit Naphtha Hydrotreating Process (NHDT) dengan fasilitas kode 31
didesain untuk mengolah nafta dengan kapasitas 52.000 BPSD atau (345 m 3 /jam)
dari Straight Run Naphtha.
Tabel 2 -4 Spesifikasi Bahan Baku Naphta
Spesifikasi
Analisis Satuan
Lean Feed Case Rich Feed Case
API
63,4 61,8
Parafin
% vol 62,2 53
Naften
% vol 28,2 36,2
Aromatis
% vol 9,6 10,8
Distillasi o
IBP C
o
10%
C 54 54
30% o
50% C 72 71
o
70%
C 86 84
90% o
EP C 102 99
o

S1 Teknik Kimia
C 121 118
o
C 147 147
o
C 180 180
Universitas Sebelas Maret Surakarta
43
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Sulfur ppm berat 10 max 10 max


Nitrogen ppm berat 2 max 2 max
Fluoride ppm berat 0,5 max 0,5 max
Chloride ppm berat 0,5 max 0,5 max
Bromine Index 0,1 max 0,1 max
Total Olefin % vol 0,1 max 0,1 max
Total Metal ppb berat 40 max 40 max

Bahan yang digunakan sebagian besar diimpor dari beberapa Kilang PT


PERTAMINA (Persero) dengan menggunakan kapal serta dari kilang sendiri,
yaitu Crude Distillation Unit (unit 11).
Unit NHDT merupakan proses pemurnian katalitik dengan memakai katalis
dan menggunakan aliran gas H 2 murni untuk merubah kembali sulfur organik, O 2 ,
dan N 2 yang terdapat dalam fraksi hidrokarbon. Selain itu berfungsi untuk
pemurnian dan penghilangan campuran metal organik dan campuran olefin jenuh.
Oleh karena itu, fungsi utama dari NHDT dapat disebut juga sebagai operasi
pembersihan. Dengan demikian, unit ini sangat kritikal untuk operasi kilang unit
selanjutnya (downstream).

Tahapan Proses:
Unit ini terdiri dari 4 seksi,yaitu:
1. Seksi Oxygen Stripper
2. Seksi Reaktor
3. Seksi Naphta Stripper
4. Seksi Naphta Splitter
Seksi Oxygen Stripper
Feed naphta masuk ke unit NDHT dari tangki intermediet yaitu (42-T-107-
A/B/C) atau dari proses lainnya. Tangki tersebut harus dilengkapi dengan gas
blanketing untuk mencegah O 2 dalam yang terlarut dalam naphta khususnya feed
dari tangki. Kandungan O 2 dan olefin dalam feed dapat menyebabkan terjadinya
polimerisasi olefin dalam tangki bila disimpan terlalu lama. Polimerisasi dapat

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
44
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

pula terjadi jika kombinasi feed reaktor yang keluar exchanger tidak dibersihkan
sebelumnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya fouling yang berakibat pada
menurunnya efisiensi perpindahan panas.
Keberadaan O 2 juga dapat merugikan operasi Unit Platformer. Setiap
campuran O 2 yang tidak dihilangkan pada Unit Hydrotreater akan menjadi air
pada Unit Platformer, yang mengakibatkan kesetimbangan air-klorida pada
katalis platforming akan terganggu.
Seksi reaktor mencakup antara lain: reaktor, separator, recycle gas
compressor, sistem pemanas atau pendingin. Campuran sulfur dan nitrogen yang
dapat meracuni katalis di Platforming Unit akan membentuk H 2 S dan NH 3 di
dalam reaktor yang selanjutnya dibuang ke seksi downstream. Recycle gas yang
mengandung H 2 dengan kemurnian tinggi disirkulasian oleh recycle gas
compressor saat reaksi hydrotreating, dengan tekanan H 2 pada kondisi atmosferis.
Seksi naphta stripper didesain untuk memproduksi sweet naphta dan
membuang gas H 2 S, air, hidrokarbon ringan, serta melepas H 2 dari keluaran
reaktor.
Seksi naphta splitter didesain untuk memisahkan sweet naphta yang masuk
menjadi 2 aliran, yaitu: light naphta yang dikirim langsung ke Penex Unit dan
heavy naphta sebagai feed pada Platforming Unit.
Tabel 2 -5 Spesifikasi Produk Light Hydrotreated Naphta
Spesifikasi
Analisis Satuan
Lean Feed Case Rich Feed Case
C4
% vol 1,56 3,24
C5 % vol 70,55 62,43
nC6 % vol 8,06 8,99
Sikloheksan % vol 9,60 max 9,36 max
Benzen % vol 5,48 max 7,15 max
+C7 % vol 2,82 max 2,83 max
HCl ppm berat 0,5 max
Copper ppm berat 6 max
Lead ppm berat 10 max
Arsenic ppm berat 1 max
Water ppm berat Jenuh pada temperatur desain
Total Sulfur ppm berat 0,1 max

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
45
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Total Nitrogen ppm berat 0,1 max


Fluoride ppm berat 0,1 max
Total Olefin % vol 0,1 max
Bromine Index 0,1 max
Total Oksigen ppm berat 0,5 max

Tabel 2 -6 Spesifikasi Produk Heavy Hydrotreated Naphta


Spesifikasi
Analisis
Satuan
API Lean Feed Case Rich Feed Case
Parafin 54,9 53,1
Naften % vol 51,02 37,51
Aromatis % vol 33,41 48,34
Distillasi % vol 15,57 14,15
o
IBP C
10% o
30% C 104 104
o
50%
C 114 115
70% o
90% C 119 121
o
EP
C 127 129
Sulfur o
Nitrogen C 137 139
o
Fluoride
C 154 156
Chloride o
Bromine Index C 180 180
Total Oksigen ppm berat 0,5 max
Total Metal ppm berat 0,5 max
ppm berat 0,5 max
ppm berat 0,5 max
10 max
ppm berat 2 max
ppb berat 40 max

2.1.2.2. Unit 32: Platforming (PLT)

Unit Proses Platforming dengan fasilitas kode 32 didesain untuk memproses


29,000 BPSD (192 m 3 /jam) heavy hydrotreated naphtha yang diterima dari unit
proses NHT (Facility Code 31). Tujuan unit proses platforming adalah untuk
menghasilkan aromatik dari nafta dan parafin untuk digunakan sebagai bahan
bakar kendaraan bermotor (motor fuel / gasoline) karena memiliki angka oktan
yang tinggi (angka oktan minimum 98).

Unit Platforming terdiri dari beberapa seksi:

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
46
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

1. Seksi Reaktor

2. Seksi Net Gas Compressor

3. Seksi Debutanizer

4. Seksi Recovery Plus


Tahapan Proses:
Sebelum memasuki reaktor, heavy naphta (umpan) dari NHDT dipanasi
melalui beberapa heat exchanger dan furnance. Setelah itu umpan memasuki
reaktor yang dipasang seri bersusun. Katalis platformer dari unit CCR
dimasukkan ke dalam reaktor dari bagian atas. Katalis tersebut memiliki inti metal
berupa platina dan inti asam berupa klorida, oleh karena itulah unit ini dinamakan
platformer (dari kata platina). Reaksi yang berjalan di dalam reaktor adalah reaksi
reforming, yaitu penataan ulang struktur molekul hidrokarbon dengan
menggunakan panas dan katalis sehingga bersifat endoterm. Hasilnya diharapkan
berupa senyawa aromatik atau naphtenik dari reforming parafin. Umpan masuk ke
reaktor 1 (paling atas), kemudian keluarannya dipanaskan oleh furnance karena
terjadi penurunan suhu akibat reaksi. Setelah itu masuk ke reaktor 2 dan terus
berlanjut sampai reakor 3. Katalis yang keluar reaktor 3 di olah lagi di CCR. Gas
buangan dari furnace dimanfaatkan untuk pembangkit steam. Hasil dari reaktor 3
digunakan untuk memanaskan umpan (32-E-101) dan pemanas pada (32-E-102),
lalu dimasukkan ke separator untuk memisahkan fraksi gas (berupa H 2 , senyawa
klorin dari katalis, off gas, dan fraksi LPG dari reaksi hydrocracking sebagai
reaksi samping reforming dan fraksi naphta hasil reaksi.
Hasil reaksi yang berupa gas dialirkan melalui kompresor, sebagian di
gunakan untuk purge gas katalis (membersihkan hidrokarbon yang menempel
pada permukaan katalis) sebelum dikirim ke unit CCR dan sebagian didinginkan.
Fraksi gas yang terkondensasi dicampur dengan naphta dari reaktor pada vessel
recovery. Fraksi gas yang tidak terkondensasi dicampur dengan gas dari CCR dan
debutanizer kemudian diolah menjadi fuel gas, booster gas untuk CCR, dan
hidrogen, akan tetapi sebelumnya dialirkan ke net gas chloride treatment dahulu

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
47
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

untuk menghilangkan kandungan klorida yang akan berbahaya jika berada dalam
bentuk gas. Net gas (hidrogen, off gas, dan LPG) dari unit proses CCR
Platforming sebagian digunakan untuk fuel gas. Sebagian lagi dipisahkan dengan
sistem kompresor menjadi H 2 untuk unit NHT dan Penex dan gas hidrokarbon
(LPG dan offgas) untuk dikembalikan ke separator (32-V-101) atau dicampur
dengan aliran naphta dari vessel recovery.
Aliran campuran naphta dari vessel recovery diproses di debutanizer untuk
memisahkan fraksi naphta dengan fraksi gas yang mengandung LPG. Sumber
panas yang digunakan berasal dari heat exhanger dari sebagian bottom product
yang dipanaskan. Top product didinginkan dan dipisahkan fraksi gas dan fraksi
airnya. Fraksi gas ringan dikembalikan ke net gas chloride treatment, fraksi LPG
sebagian dikembalikan ke kolom sebagai refluks dan sebagian diolah menjadi
unstabillized LPG yang akan dikirim ke Penex dengan menghilangkan kandungan
klorinnya terlebih dahulu, sedangkan fraksi airnya ke SWS. Bottom product
sebagian lagi di gunakan untuk pemanas feed dan kemudian didinginkan untuk
disimpan dalam tangki.
Spesifikasi Produk Unstabilize LPG
Tabel 2 -7
Spesifikasi
Analisis Satuan
Lean Feed Case Rich Feed Case
Liquid Density
Kg/m 3 554 574
C2 % vol 5,1 4,6
C3 % vol 30,7 28,9
iC4 % vol 23,6 23,9
nC4 % vol 39,2 41,7
Lain-lain % vol 1,4 0,9

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
48
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Tabel 2 -8 Spesifikasi Produk Reformate


Spesifikasi
Analisis Satuan
Lean Feed Case Rich Feed Case
Liquid Density
Kg/m 3 818 823
Berat Molekul
107,1 108,3
Vapor Pressure
Kg/m 3 0,13 0,13
Octane
98 98

2.1.2.3. Unit 32: Continuous Catalyst Regeneration (CCR)


Tugas unit CCR adalah untuk meregenerasi katalis yang telah terdeaktivasi
akibat reaksi reforming pada seksi platforming. Dalam seksi reaksi tersebut,
katalis reforming terdeaktivasi lebih cepat karena coke menutupi katalis dengan
laju yang lebih cepat. Oleh sebab itu, pemulihan kembali aktivitas dan selektivitas
katalis dalam seksi regenerasi katalis akan memastikan kontinuitas reaksi
platforming. Dengan cara ini reaksi platforming akan tetap kontinyu beroperasi,
sementara katalis diregenerasi secara kontinyu.
Tahapan Proses:
Dua fungsi utama CCR Cyclemax adalah sirkulasi dan regenerasi katalis
dalam suatu sirkuit kontinyu yang berlangsung melalui 4 langkah seksi regeneasi,
yaitu:
1. Pembakaran coke
2. Oksi-klorinasi
3. Pengeringan
4. Reduksi
Kemudian katalis siap berfungsi pada reaksi platforming pada sirkuit
berikutnya. Urutan logika tersebut dikendalikan oleh The Catalys Regenerator
Control System.
Katalis dari reaktor platformer di semprot dengan purge gas terlebih dahulu
untuk membersihkan hidrokarbon yang menempel. Katalis yang masih panas dan
banyak mengandung coke di kirim ke regenerator melalui hopper. Katalis tersebut

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
49
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

dikontakkan dengan udara panas sehingga terjadi pembakaran yang akan


menghilangkan coke, reaksinya: C (s) + O 2 → CO 2 (g)
Setelah dibakar, katalis diklorinasi karena inti asamnya telah berkurang akibat
reaksi. Kandungan air dihilangkan dengan dryer menggunakan udara panas agar
tidak mengganggu proses.
Setelah kering katalis didinginkan dengan udara dingin dan kemudian dibawa
ke hopper untuk diangkut ke reaktor platformer secara fluidisasi udara melalui
pipa. Selama proses banyak katalis yang rusak, salah satu sebabnya karena
berbenturan dengan pipa dan dinding, untuk menjaga kestabilan sistem maka
dilakukan make-up katalis di unit CCR ini.

2.1.2.4. Unit 33: Penex


Tujuan unit Penex adalah proses catalytic isomerization dari pentana, hexana
dan campuran dari CCR Regeneration Process Unit. Reaksi yang terjadi
menggunakan hidrogen pada tekanan atmosfer, dan berlangsung di fixed bed
catalyst pada pengoperasian tertentu yang dapat mengarahkan proses isomerisasi
dan meminimisasi proses hydrocracking. Proses ini sangat sederhana dan bebas
hambatan. Pelaksanaannya pada tekanan rendah, temperatur rendah, LHSV yang
tinggi, dan tekanan hidrogen parsial rendah.
Tahapan Proses:
Unit Penex terdiri dari 7 bagian utama sebagai berikut:
1. Sulfur Guard Bed
2. Liquid Feed and Make-up Gas Dryer
3. Reactors and Associate Heaters & Exchager
4. Product Stabilizer
5.Caustic Scruber and Spent Caustic Degassing Drum
6. LPG Stripper
7. Deisohexanizer
Sulfur guard bertujuan untuk melindungi katalis dari sulfur yang terikut
dalam liquid feed, walaupun sebagian besar sulfur telah dihilangkan di Unit NHT.
Diharapkan agar kandungan sulfur berada di bawah level aman selama operasi

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
50
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Hydrogen One Throught (HOT) Penex, dan sebagai jaminan jika Unit NHT
mengalami gangguan yang mengakibatkan kandungan sulfur dalam feed cukup
tinggi.
Semua normal paraffin sebagai feedstock dan make-up hydrogen harus
dikeringkan terlebih dahulu sebelum masuk reaktor. Kandungan air yang diijinkan
adalah 0,01 ppm. Drier berfungsi sebagai alat untuk membersihkan/
menghilangkan air dari normal paraffin, karena air akan menganggu kapasitas dan
bereaksi dengan inti asam katalis pada saat digunakan. Katalis yang digunakan
pada Penex sama dengan katalis pada Platformer, hanya komposisinya yang
berbeda.
Seksi reaktor terdiri dari heat exchanger yang berfungsi untuk
mengoptimalkan energi utilitas. Proses isomerisasi berlangsung dalam reaktor
yang merubah normal parafin menjadi isoparafin dan sikloparafin dengan efisiensi
sampai 100%. Untuk mengurangi kerugian akibat pemkaian katalis, katalis dapat
diganti sebagian. Untuk tambahan dengan menaikkan LHSV seperti butiran
katalis yang kecil, jumlah biaya kebutuhan katalis bisa dikurangi. Proses
isomersasi dan benzen hidrogenasi bersifat eksotermis sehingga akan menaikkan
temperatur reaktor. Oleh karena itu digunakan sistem 2 reaktor untuk mengontrol
temperatur dan heat exchanger dengan pendingin cold feed.
Sebagian besar isomerisasi berlangsung dengan kecepatan tinggi pada reaktor
pertama dan sisanya temperatur rendah pada reaktor kedua, untuk menghindari
reaksi balik. Sebagai promotor ditambahkan perchloride secara kontinyu yang
akan terpecah menjadi HCl dalam jumlah yang sangat kecil.
Produk reaktor dipisahkan dalam stabilizer. Keluaran reaktor disebut product
(yaitu Penexate, yang mengandung iso dan siklo parafin) dicampur dengan
unstabillized LPG dari Platformer dan dipisahkan fraksi gas dan fraksi naphta
dengan product stabilizer. Produk gas keluar stabilizer sangat kecil karena
pemilihan jenis katalis yang menghasilkan hydrocracking dari C 5 /C 6 feed yang
berubah. Komposisi produk gas stabilizer adalah sebagai berikut:
 Gas H 2 yang tidak dipakai dalam reaktor.

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
51
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

 Gas-gas ringan (C 1 – C 4 ) yang masuk bersama make-up gas dan yang timbul di
dalam reaktor akibat proses hydrocracking.

 Gas HCl yang berasal dari perchloride yang kemudian dibersihkan dalam
Caustic Scrubber.
Setelah itu stabilizer gas didinginkan dan dipisahkan, fraksi gas ringan masuk
caustic scrubber untuk diolah sebelum ke refinery fuel gas system, sedangkan
fraksi LPG dimurnikan di LPG stripper. Fraksi naphta menuju kolom
deisohexanizer dan sebagian direfluks.
Caustic scrubber sangat diperlukan untuk membersihkan hidrogen klorida
(HCl) dalam fraksi gas yang akan masuk ke refinery fuel gas system. Material
balance untuk scrubber ini menunjukkan 10% wt larutan caustic diturunkan
hingga 2% wt yang dipakai untuk proses pemurnian, selanjutnya akan dibuang
dan diganti setiap minggu kira-kira 104,3 m 3 . Teknik khusus dapat dikembangkan
untuk penetralan dari caustic yang dipakai, dengan menginjeksikan sulfuric acid
ke dalam aliran ini.
LPG Stripper
Top product di recycle ke stabilizer receiver untuk mengolah fraksi ringan dan
meminimalkan LPG yang terikut. Bottom product sebagian direfluks dan sebagian
lagi didinginkan menjadi produk LPG.

Deisohexanizer

Produk bawah stabilizer yang mengandung komponen berat di masukkan


dalam kolom untuk di fraksinasi. Metil pentan dan n-heksan yang membuat angka
oktan rendah ditarik dari kolom untuk direcycle bersama feed. Sedangkan hasil
isomerisasi C 5 dan C 6 yang lainnya karena panas menuju bagian atas kolom
kemudian dikondensasikan. Bagian bawah kolom (fraksi C 7 ) yang bernilai oktan
tinggi dialirkan dan digabung dengan produk atas yang telah dikondensasikan dan
disimpan pada tangki. Angka oktannya bernilai > 82. Keberadaan fraksi C 5
dikarenakan pertimbangan RVP dalam produk gasoline untuk penyalaan awal
mesin.

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
52
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Tabel 2 -9 Spesifikasi Produk Isomerate


Spesifikasi
Analisis Satuan
Lean Feed Case Rich Feed Case
Liquid Density
Kg/m 3 661 662
Berat Molekul
81,36 81,68
Vapor Pressure
Kg/m 3 0,74 0,72
Octane
82,7 87,8

Tabel 2 -10 Spesifikasi Produk LPG


Analisis Spesifikasi
Satuan
Liquid Density Lean Feed Case Rich Feed Case
Berat Molekul Kg/m 3 547 547
52,9 52,98

2.2. Distillation & Hydrotreating Complex (DHC)


Proses ini terdiri dari beberapa unit, yaitu ARHDM (Unit 12 dan Unit 13),
dan HTU yang terdiri dari Hydrogen Plant (Unit 22), GO HTU (Unit 14) dan
LCO HTU (Unit 21)

2.2.1.Unit 12 & 13: Atmospheric Residue Hydrodemetalization Unit


(ARHDM / AHU)
Unit ini berfungsi untuk mengolah atmosferis residue yang berasal dari CDU
yang masih mengandung logam Nickel (Ni) dan Vanadium, serta Carbon (C)
dalam jumlah yang tinggi, menjadi Hydrodemetalized Atmospheric Residue yang
mengandung logam Nickel (Ni) dan Vanadium serta Carbon (C) dalam jumlah
yang relatif kecil. Proses yang terjadi menggunakan katalis pada temperatur dan
tekanan yang tinggi. Unit ini mempunyai kapasitas 58.000 BPSD (384 m 3 /jam).
Produk unit ini kemudian digunakan sebagai feed RCC Unit.
Unit ini terdiri dari dua train yang diberi nomor 12 dan 13. Masing-masing
train memiliki tiga buah reaktor, sedangkan fraksionator yang hanya satu
digunakan bersama-sama.
Spesifikasi Bahan Baku ARHDM
Tabel 2 -11
Spesifikasi Residu Atmosferis
Analisis Satuan

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
53
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Duri Minas Campuran


Specific Gravity0,952 0,896 0,943
o
370 370
Boiling PointC 370
4,9 9,1
Carbon Residue% wt 9,8
0,12 0,22
Sulphur content% wt 0,24
13,3 12,24
Hydrogen content% wt 12,06
0,182 0,387
Nitrogen content% wt 0,422
2 2
Vanadium 2
15 39
Nikel 43
1 1
Natrium 1
82,3 819
Viscosity (50 o C) cSt 1380
0,85 0,55
Asphalteness% wt 0,5
42 22
Wax content% wt 18,5
0,05 0,59
Neutralization numbermg KOH/gr 0,68

Produk yang dihasilkan unit ini berupa:


: 170.500 Nm 3 /jamOff gas
: 900 Nm 3 /jamNaphta
Kerosene: 2.500 Nm 3 /jam
: 5.900 Nm 3 /jamGasoil
: 50.300 Nm 3 /jam
Demetallized Atmospheric Residue (DMAR)
Tabel 2 -12 Spesifikasi Produk off gas ARHDM
SatuanRange
Analisis
% wt 2 max
C 5+

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
54
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Tabel 2 -13 Spesifikasi Produk Hydrocracked Naphta


Analisis SatuanRange
o
Boiling Point
C 145
RVP
psi 9 max
Copper Strip Corrosion
3 hr/50 o C 1 max
Colour
Stabil
Merchaptan Sulphur
% wt 0,0015 max
Existent Gum
mg/100 ml 4 max
Induction Periode
min 240

Tabel 2 -14
Spesifikasi Produk Hydrocracked Kerosene
Analisis
SatuanRange
Boiling Point o
Flash Point TAG C 145
o
Copper Strip Corrosion
C 40,5 min
Colour
3 hr/50 o C 1 max
Water content
Stabil
Smoke Point
Free
17 min
Tabel 2 -15
Analisis Spesifikasi Produk Hydrocracked Gas Oil
Boiling Point
SatuanRange
Flash Point PMCC o
ASTM D 90 % vol C 240 – 370
o
Corrosion Carbon
C 80 min
o
C 350 max
% wt 0,1 max
o
Distilation gap between 95 % C 15 min
vol kerosene and 5 % vol gas oil

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
55
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Tabel 2 -16 Spesifikasi Produk Hydrodemetalized Atmospheric Residue


Analisis SatuanRange
o
Boiling Point
C 240 – 370
Metal (Ni + V)
ppm wt 20
Micro Carbon Residue % wt 3,5

Reaksi-reaksi yang terjadi:


1. Carbon Residue Removal
Micro Carbon Residue (MCR) merupakan bagian dari residue yang berbentuk
padat apabila dipanaskan dengan temperatur tinggi tanpa adanya hidrogen.
Tahapan pengambilan MCR adalah:
Penjenuhan cincin Polyaromatic dengan hydrogen
a.
Pemecahan cincin jenuh polyaromatic
b.
Konversi molekul-molekul besar menjadi molekul-molekul
c.
yang lebih kecil.
Dengan menggunakan hidrogen, akan terjadi pemecahan reaksi polimerisasi
yang akan menyebabkan terbentuknya coke. Sebagai hasilnya adalah produk
yang mengandung sedikit molekul-molekul besar dimana hal ini akan
menghasilkan rendahnya konsentrasi MCR dalam produk.
2. Hydrodemetalization
Kandungan nikel adalah yang terbanyak disamping vanadium merupakan
metal utama dalam campuran residu dari Minas dan Duri.
Pada reaksi ini terjadi dua tahapan, yaitu:
Initial Reversible Hydrogenation (Reaksi Hydrogenasi)
a.
Terminal Hydrogenolisis dari Ikatan Metal Hydrogen
b.
Hydrodenitrogenasi
3.
Nitrogen secara parsial diambil dari bahan baku dengan hidrogenasi
membentuk amonia dan hidrokarbon. Amoniak diambil dari reaktor effluent,
sehingga hanya hidrokarbon yang tertinggal dalam produk.

4. Hydrocracking

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
56
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Merupakan proses pemecahan dari molekul hydrocarbon dengan boiling range


yang tinggi menjadi molekul dengan boiling range rendah, terjadi hampir pada
semua proses dengan lingkungan hydrogen yang berlebih.
Contoh reaksi pemecahan:
CH 3 CH 2 CH 3 + RH 3
R(CH 2 ) 3 CH 3 + H 2
5.Hydrodesulfurization
Pada proses ini bahan baku mengalami proses desulfurisasi, yaitu hydrogenasi
dari komponen yang mengandung sulfur membentuk hidrokarbon dan H 2 S.
Kemudian H 2 S diambil dari reaktor effluent sehingga hanya hidrokarbon yang
terdapat dalam produk minyak.
Hydrogenasi dari Aromate
6.
Olefin Hydrogenation
7.
Unit ARHDM mempunyai 2 reaktor paralel, modul 12 dan modul 13,
masing-masing dilengkapi dengan reaktor secara seri. Modul-modul tersebut
dirancang dimana modul dapat beroperasi sendiri-sendiri.
Tahapan Proses:
Secara umum, proses pengolahan di unit ARHDM terbagi dalam lima seksi,
yaitu:
Seksi feed atau umpan
1.
Seksi reaksi
2.
Seksi pendinginan dan pemisahan produk reaktor
3.
Seksi recycle gas
4.
Seksi fraksionasi
5.
Seksi Feed atau Umpan
Seksi ini menangani pemanasan awal dan penyaringan kotoran umpan
dengan filter sebelum dialirkan ke Feed Surge Drum. Umpan atmospheric residue
(AR) dapat langsung dialirkan dari CDU atau tangki 42-T-104 AB (cold AR).
Setelah kedua jenis umpan digabungkan dan dipanaskan, umpan kemudian
dialirkan melalui feed filter untuk menyaring padatan yang menyebabkan deposit
pada top katalis reaktor pertama.

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
57
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Setelah disaring, umpan dialirkan ke Filtered Feed Surge Drum 12-V-501


yang dilapisi atau dilindungi dengan nitrogen. Sebelum direaksikan, umpan akan
dipanaskan kembali ke tungku kemudian dialirkan secara paralel ke unit 12 dan
13.
Seksi Reaksi
Unit 12 dan 13 masing-masing terdiri atas tiga reaktor utama yang disusun
secara seri dengan spesifikasi yang sama. Pada reaktor ini terjadi reaksi
hydrotreating yang bersifat eksotermis, sehingga temperatur residue dan gas naik
saat bereaksi. Untuk mengatur kenaikan temperatur dan mengontrol kecepatan
reaksi, maka diinjeksikan Cold Quench Recycle Gas pada reaktor.
Seksi Pendinginan dan Pemisahan Produk Reaktor
Pendinginan pertama dilakukan di exchanger (13-E-101-A/B) dimana
effluent reaktor diambil sebagian panasnya dengan Combined Feed Reactor.
Effluent Feed selanjutnya dialirkan ke Hot High Pressure Separator (HHPS).
Fungsinya adalah untuk mengambil Residue Oil dari effluent reaktor sebelum
didinginkan, karena mengandung endapan Ammonium Bisulfide yang dapat
menyumbat exchanger di Effluent Vapor Cooling Train. Pada suhu 370 o C, residu
sudah mempunyai cukup panas untuk dapat memisahkan naphta, kerosene, dan
produk gasoil pada atmospheric fractionator.
Aliran liquid panas dari HHPS dimasukkan ke dalam Hot Low Pressure
Separator (HLPS). Uap yang terpisah dari HHPS ini banyak mengandung H 2 ,
NH 3 , CH 4 , gas ringan hidrokarbon dan liquid hidrokarbon lainnya. Uap tersebut
kemudian didinginkan dengan HE, dimana sebaigan panas ditransfer ke combined
feed reaktor. Kemudian campuran uap tersebut dialirkan ke Effluent Air Cooler.
Dua hal yang harus diperhatikan dalam sistem Effluent Vapor Cooling
adalah kebuntuan dan korosi. Ada empat area yang berpotensi terjadinya
kebuntuan dan korosi selama pendinginan, yaitu:
1. Chlorida dengan konsentrasi yang kecil ditambahkan dengan adanya
ammonia akan membentuk ammonia chlorida solid yang terbentuk pada suhu
di bawah 200 0 C. Solid ini akan membentuk deposit pada tube-tube exchanger,

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
58
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

menyebabkan buntu dan mengurangi perpindahan panas. Untuk mengurangi


kemungkinan terjadinya kebuntuan dan korosi, maka kandungan chlorida
dalam air dibatasi hingga maksimal 12 ppm.
2. Ammonia dengan konsentrasi yang kecil dengan adanya H 2 S akan
membentuk solid ammonium bisulfida pada temperatur di bawah 150 0 C. Solid
ini akan membentuk deposit pada tube exchanger.
3. Adanya ion cyanida sedikit sekali berpengaruh terhadap terjadinya
korosi pada tube exchanger.
4. Produksi korosi dari H 2 S dan ion sulfida akan membentuk scale lunak
pada tube dan pipa exchanger.
Untuk mengatasi problem di atas, maka diinjeksikan kondensat dari larutan
polysulfida masuk dalam aliran uap. Kondensat yang diinjeksikan pada aliran uap
dapat melarutkan ammonium chlorida dan ammonium bisulfida, sehingga deposit-
deposit garam pada tube exchanger dapat dibatasi.
Sulfur bebas dalam larutan polysulfida yang diinjeksikan akan bereaksi
dengan ion cyanate yang bersifat non korosif, sementara senyawa polysulfida
sendiri akan mendorong terbentuknya lapisan keras pada tube yang melekat
melindungi metal dari korosi selanjutnya.
Setelah didinginkan uap dari HHPS 12-V-101 masuk Cold High Pressure
Separator (CHPS) 12-V-102. Recycle gas yang kaya hidrogen terpisah dari
minyak dan air, kemudian keluar dari separator drum dan sebagian masuk ke
Recycle Gas Compressor 13-K-101 sementara sebagian yang lain dialirkan ke
Hydrogen Membrane Separator Unit untuk memisahkan recycle gas, CHPS ini
juga ditujukan untuk memisahkan air dan minyak. Sesudah meninggalkan CHPS
12-V-102 air mengalir ke CLPS 12-V-503.
Cold Low Pressure Separator (CLPS) dirancang untuk memisahkan air dan
minyak, karena sejumlah minyak dan air tidak terpisah secara keseluruhan dalam
CHPS. Air yang terkumpul di bagian bawah separator dialirkan ke unit Sour
Water Stripper (SWS), sementara minyaknya dipanaskan terlebih dahulu dengan
HE sebelum dialirkan ke Atmospheric Fractionator 12-C-531.

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
59
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Liquid dari bottom HHPS di-flash di dalam Hot Low Pressure Separator
(HLPS).Uap yang kaya H 2 dipisahkan untuk recovery dan produk minyak berat
digabung dengan produk HLPS modul 13, kemudian dialirkan ke Fractionator.
Flash gas dari HLPS modul 12 dan 13 didinginkan dengan exchanger dan air
cooler sebelum di-flash di Cold low Pressure Drum (CLPFD). Flash gas dari
CLPFD yang kaya akan H 2 dialirkan ke make up gas compressor untuk
dikompresi dan dikembalikan ke unit ARDHM. Liquid ringan di-flash kembali
bersama dengan liquid dari CHPS ke CLPS.
Seksi Recycle Gas
Aliran yang kaya H 2 dari CHPS dikembalikan ke reaktor dengan Recycle
Gas Compressor 13-K-101, sehingga sirkulasi gas tekanan tinggi dapat
dipertahankan. Vapor dari CHPS terbagi dua, sebagian dialirkan ke Recycle Gas
Compressor Suction dan sebagian lagi dialirkan ke Membrane Separation Unit
12-V-501.
Aliran ke membran unit diperlukan untuk mempertahankan kemurnian H 2
yang tinggi dalam recycle gas. Jika kemurnian H 2 turun di bawah 88,8 % vol H 2 ,
aliran ke Membran Separation Unit harus ditambah hingga target kemurnian H 2
tercapai. Membran Separation Unit ini mampu meningkatkan kemurnian H 2
hingga 90 %.
Recycle Gas dari keluaran kompressor dibagi dalam dua aliran, sebagian
dialirkan sebagai aliran feed menuju reaktor, sementara sebagian lagi sebagai
aliran Charge Gas yang bergabung dengan umpan reaktor sebelum dipanaskan
dalam tungku.
Bila aliran umpan reaktor di atas 1292 m 3 /jam per unit, maka aliran gas
recycle minimum adalah 850 Nm 3 /m 3 umpan reaktor. Namun bagaimanapun juga,
jumlah aliran recycle gas tidak boleh melebihi 183.700 Nm 3 /jam karena problem
korosi pada Tube Effluent Air Cooler 12-E-105.
Seksi Fraksinasi
Seksi fraksinator memisahkan produk ARHDM menjadi naphta, kerosene,
diesel dan hydrodemetallized AR. Produk-produk ini diperoleh dengan

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
60
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

atmospheric fractinator dengan dua buah stripper. Sebelum ke tangki produk,


naphta dimurnikan di stabillizer 12-C-509 A/B dan kerosene dalam Clay Treater.
Atmospheric Fractinator terdiri dari 2 seksi, yaitu:
Seksi atas, dengan diameter 3,2 m dan 32 tray

Seksi bawah, dengan dimeter 3,66 m dan 51 tray

Jarak antar tray di kedua seksi masing – masing 610 mm. Produk Heavy Oil dari
HPLS masuk ke fraksionator pada tray 33. Cold feed dari CPLS masuk ke
fraksionator pada tray 28 (tray di atas flash zone). Pada seksi bawah fraksionator
diinjeksikan sripping steam yang telah dipanaskan lebih lanjut (superheated
steam) di seksi konveksi pada furnace.
Produk dari Atmospheric Fractinator adalah:
Sour gas

Unstabillized naphta

Kerosene

Gas Oil

RCC Feed

Overhead vapor dari fractinator, yang berupa campuran steam dan uap
hidrokarbon, sebagian terkondensasi dalam Fractinator Overhead Air Cooler.
Campuran uap dan cairan ini dialirkan ke Overhead Accumulator.
Uap dari air cooler dinaikkan tekanannya dengan off gas compressor.
Kompressor ini mempunyai dua tahap dimana outlet kompressor tahap pertama
didinginkan pada interstage cooler dan cairan kondensat dipisahkan dalam
interstage KO drum, kemudian vapor dikompresikan ke kompressor tahap kedua.
Unstabillized naphta dari Overhead Accumulator dicampur dengan aliran
vapor yang sudah dikompresikan. Aliran dua fase ini kemudian didinginkan
dalam cooler.
Unstabillized naphta, sour water dan net off gas dipisahkan dalam sour gas
separator, off gas dialirkan ke fuel treating, sedangkan unstabillized naphta
kemudian didinginkan lalu dikirim ke tangki penyimpanan produk.

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
61
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Feed untuk Gasoil Stripper diambil dari tray ke-24 fraksinator dan di refluks
ke tray 22. Produk gasoil yang keluar dari stripper dibagi menjadi dua, sebagian
dikirim langsung ke GOHTU dan yang sebagian didingikan terlebih dahulu baru
kemudian dikirimkan ke tangki produk.
Kerosene dialirkan sebagai down comer pada tray ke-10 fraksinator,
kemuadian dipanaskan kembali dengan Bottom Fraksinator Stripper Vapor pada
Kerosene Sidecut Stripper untuk direfluks pada tray ke-9. Selanjutnya produk
kerosene dari stripper diproses dalam Clay Treater untuk memperbaiki kestabilan
warna sebelum dikirim ke tangki produk.
Bottom fractinator yang menghasilkan DMAR dipompa dan dibagi menjadi
dua aliran, yaitu:
1. Aliran terbanyak digunakan untuk memanasi umpan dingin fraktinator
dan selanjutnya memanasi AR yang akan masuk Feed Filter.
2. Aliran yang sedikit digunakan untuk memanaskan Kerosene Stripper
Reboiler.
Kedua aliran di atas digabung dan dapat langsung dikirim ke unit RCC atau
didinginkan lebih lanjut sebelum dialirkan ke tangki. Sebagian aliran bottom
fraksinator pada down stream digunakan sebagai backwash pada Feed Filter
kemudian bergabung kembali dengan aliran produk DMAR ke RCC dan tangki.

2.2.2.Hydro Treating Unit (HTU).


2.2.2.1. Unit 22: H 2 Plant
Hydrogen Plant (Unit 22) merupakan unit yang dirancang untuk
memproduksi hidrogen dengan kemurnian 99% sebesar 76 MMSFSD (Million
Metric Standart Cubic Feet per Day) dengan feed dan kapasitas sesuai desain.
Pabrik ini dirancang dengan feed dari Refinery Off Gas dan natural gas.
Fungsi utama dari unit ini adalah untuk mengurangi atau menghilangkan
impurities yang terbawa bersama minyak bumi atau fraksi-fraksinya dengan
proses hidrogenasi, yaitu mereaksikan impurities tersebut dengan hidrogen yang
dihasilkan dari hydrogen plant.

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
62
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Kandungan impurities yang dimiliki minyak mentah relatif cukup tinggi,


antara lain: nitrogen, senyawa sulfur organik, dan senyawa-senyawa metal.
Produk gas hidrogen dari Hydrogen Plant digunakan untuk memenuhi kebutuhan
di unit AHU, LCO Hydrotreater unit, dan Gas Oil Hydrotreater Unit.
Tabel 2 -17 Spesifikasi Bahan Baku Hydrogen Plant
Spesifikasi
Analisis Satuan
Refinery Off Gas Natural Gas
H2
% mol 45,33 2,98
N2 % mol 0,86
H 2O % mol 0,62
CO 2 % mol 1,19
CH 4 % mol 24,74 79,45
C 2H 6 % mol 8,49 6
C 3H 6 % mol
C 3H 8 % mol 8,7 6,79
C 4H 8 % mol
iC 4 H 10 % mol 2,5 1,16
nC 4 H 10 % mol 6,15 1,57
C 5+ % mol 2,61 0,82
H 2S ppm vol 50 50

Unit ini mempunyai 7 seksi aliran proses, yaitu:


Feed Gas Supply
1.
Desulphurizer
2.
Steam Reforming
3.
High Temperature Shift Converter dan Waste Heat Recovery.
4.
Proses pemurnian kondensat.
5.
Pressure Swing Adsorber.
6.
Pendingin Produk.
7.
Tahapan Proses:
Pada dasarnya, proses melalui 3 tahapan, yaitu:
Pemurnian umpan

Pembentukan H 2

Pemurnian H 2

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
63
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Hidrogenasi dan Desulfurisasi


Tujuan dari proses ini untuk menghilangkan kandungan sulfur dalam feed
gas, sehingga kadar sulfur masuk reformer sesuai dengan batas yang diijinkan
(0,2 ppm max). Hal ini dilakukan karena sulfur merupakan racun bagi katalis di
reformer.
Umpan hidrokarbon masuk ke Reaktor Hidrogenasi (22-R-101) untuk
mengkonversi sebagian senyawa merkaptan (RSH) dan COS menjadi H 2 S, dengan
reaksi sebagai berikut:
CO + H 2 S
COS + H 2
RH + H 2 S
RSH + H 2
Kemudian H 2 S diserap dalam Sulfur Adsorber (22-R-102-A/B), dengan
reaksi sebagai berikut:
H 2 S + ZnO ZnS + H 2 O
Umpan hidrokarbon bebas sulfur kemudian dicampur dengan High Pressure
Steam melewati Fow Ratio Control dengan rasio tertentu, kemudian dialirkan
menuju reformer.
Steam Reforming
Bertujuan mereaksikan gas hidrokarbon dengan steam menjadi H 2 , CO, dan
CO 2 . Produksi bergantung pada kecepatan feed masuk reformer dan konversi yang
dicapai.
Feed masuk tube katalis di dalam reformer, sehingga terjadi reaksi
reforming yang bersifat endotermis. Produk keluar reformer pada suhu 850 o C dan
dialirkan melalui Reformer Waste Heat Boiler (22-WHB-101) sehingga suhu
syngas (gas sintetis) menjadi 375 o C.
Minimasi sisa metan yang tidak bereaksi dilakukan dengan suhu reaksi yang
tinggi. Suhu pembakaran bahan bakar di seksi radiasi di dalam reformer harus
cukup tinggi untuk menjaga ketersediaan panas pada reaksi reforming yang
bersifat endotermis. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CO + 3H 2
CH 4 + H 2 O
CO 2 + H 2
CO + H 2 O

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
64
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Pemurnian Hidrogen
Pemurnian hidrogen dilakukan dalam 2 tahap:
High Temperature Shift Converter (HTSC)

Bertujuan mengubah CO menjadi CO 2 dengan reaksi:
CO + H 2 O CO 2 + H 2
Pressure Swing Adsorption (PSA)

Setelah bereaksi di HTSC, feed didinginkan dan kondensat dalam feed gas
dipisahkan di Raw Gas KO Drum sebelum masuk ke Unit PSA. Unit PSA
didesain untuk memurnikan gas hidrogen secara kontinyu. Aliran gas keluar
PSA terdiri dari H 2 murni bertekanan tinggi dan tail gas yang mengandung
impurities pada tekanan rendah.
Adsorber beroperasi secara bergantian antara adsorpsi dan regenerasi.
Adsorber
Feed gas mengalir melalui adsorber dari bawah ke atas. Impurities (air,
hidrokarbon, CO 2 , CO, dan N 2 ) akan diadsorpsi secara selektif. H 2 dengan
kemurnian tinggi akan mengalir ke line produk.
Regenerator
Proses ini meliputi 4 tahap, yaitu:
1. Penurunan tekanan
2. Penurunan tekanan lanjut, dengan membuat tekanan ke arah berlawanan
dengan feed
3.Purging H 2 murni (melepas impurities)
4. Menaikkan tekanan menuju tekanan adsorpsi
Kemudian produk H 2 dari adsorber disaring dalam Product Filter (22-S-
102) sehingga padatan yang terikut dalam gas akan tertahan. Kemudian H 2
didinginkan sampai suhu 40 o C oleh Product Cooler (22-E-106) sebelum
disalurkan ke unit lain.
Spesifikasi Produk Hydrogen Plant
Tabel 2 -18
SatuanRange
Analisis
% mol 99,9 min
H2

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
65
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

CO ppm mol 70 max


N2 ppm mol 1000 max
CH 4 ppm mol 25 min

2.2.2.2. Unit 14: Gas Oil Hydrotreating Unit (GOHTU)


Unit ini berfungsi untuk mengolah gas oil yang tidak stabil dan bersifat
korosif (yang mengandung sulfur dan nitrogen) dengan bantuan katalis dan
hidrogen agar dapat menjadi gas oil yang memenuhi spesifikasi pasar dengan
kapasitas 32.000 BPSD (212 m 3 /jam). Feed untuk GO HTU diperoleh dari DTU
dan AHU.
Tabel 2 -19 Spesifikasi Bahan Baku GOHTU ( Straight Run )
Spesifikasi Straight Run
Analisis Satuan
LGO Duri LGO Minas HGO Duri HGO Minas
Specific Gravity 15/4
0,88 0,822 0,906 0,839
Boiling Point o
Total Sulphur content C 240 – 330 240 – 330 330 – 370 330 – 370
Nitrogen content % wt 0,12 0,036 0,24 0,07
Flash Point ppm wt 100 15 530 175
o
Cetane Index
C 90 min 90 min 90 min 90 min
Viscosity (50 o C)
39 58 40 61
Pour Point
cSt 3,3 2,6 9,5 5,2
Conradson Carbon o

Residue C -39,5 -5 min 2 26


% wt 0,001 0,002 0,003 0,002
Acidity
Colour
mg KOH/gr 1,6 0,02 1,6 0,02
unstabil unstabil unstabil slightly &
unstabil

Tabel 2 -20 Spesifikasi Bahan Baku GOHTU ( Hydrocracked )


Spesifikasi Hydrocracked Gas Oil
Analisis
Satuan
Specific Gravity 15/4 from start of run from end of run
Boiling Point 0,886 0,884
o
Total Sulphur content C 240 – 370 240 – 370
Nitrogen content % wt 45 50
Flash Point ppm wt 265 310
Cetane Index o
Viscosity (50 o C) C 108 107
Pour Point 42 43
cSt 4,2 4,2
o
C66

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
66
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Conradson Carbon % wt 0,02 0,02


Residue
Acidity mg KOH/gr 0 0
Colour unstabil Unstabil

Katalis yang digunakan mengandung oksida nikel/molybdenum dan


cobalt/molybdenum di dalam alumina base yang berbentuk bulat atau extrude.
Make up hydrogen akan disuplai dari Hydrogen Plant yang telah diolah
sebelumnya oleh steam methane reformer dan Pressure Swing Adsorption (PSA).
Aliran proses pada unit ini dibagi menjadi 5 seksi, yaitu:
Seksi Feed Gas Oil
1.
Seksi Reaktor
2.
Seksi Make Up Compressor
3.
Seksi Recycle Gas Compressor
4.
Seksi Fraksinasi
5.

Tahapan Proses:
Seksi Feed
Feed GO HTU yang berasal dari ARHDM, CDU dan storage dialirkan
melalui feed filter (14-S-101) untuk menghilangkan partikel padat yang lebih
besar dari 25 mikron, kemudian masuk ke feed surge drum (14-V-101). Air yang
terbawa oleh feed dari tangki akan terpisah di bottom feed surge drum, sedangkan
yang tidak terpisah ditahan oleh wire mesh blanket agar tidak terikut ke suction
pompa feed kemudian dialirkan ke Sour Water Stripper. Tekanan fuel gas dalam
drum ini diatur oleh split range sebagai pressure balance section dari reaktor
charge pump. Hal ini dilakukan untuk mencegah tercampurnya feed dengan udara.
Gas oil dari surge drum dipompa oleh pompa (14-P-102) bersama dengan
recycle gas hidrogen ke combined feed exchanger (14-E-101), sebagian feed
bypass (14-E-101) langsung masuk ke inlet effluent reaktor yang sebelumnya
masuk ke heat exchanger kedua. Setelah keluar dari heat exchanger kedua, feed

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
67
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

diinjeksikan air yang berasal dari wash water pump (14-P-103). Selama start up,
feed dapat langsung dialirkan ke high pressure stripper (14-C-101).
Seksi Reaktor
Feed dan recycle gas dipanaskan terlebih dahulu oleh effluent reaktor di
dalam combined feed exchanger (14-E-101), kemudian sebagian campuran GO
dan H 2 bergabung dan langsung ke charge heater (14-F-101) dan dipanaskan
sampai suhu reaksi, sebagian lagi bypass. Feed dari dapur kemudian masuk di
bagian atas reaktor (14-R-101) dan didistribusikan dengan merata diatas
permukaan bed katalis melalui inlet dari vapour/liquid tray.
Di dalam reaktor, sulfur dan nitrogen dihilangkan dari gas oil melalui
reaksi hidrogenasi dengan bantuan katalis. Karena reaksinya bersifat eksotermis,
maka temperatur yang keluar dari reaktor akan lebih tinggi dari temperatur feed.
Panas hasil reaksi bersama panas yang terkandung dalam feed reaktor akan
diambil oleh combined feed exchanger untuk memanaskan feed. Dalam reaktor
juga terjadi reaksi penjenuhan sebagian fraksi gas oil yang tidak jenuh.
Selanjutnya effluent reaktor didinginkan dalam effluent produk dengan
menggunakan kondensor (14-E-102) yang terdiri dari 8 tube bank, kemudian
didistribusikan secara merata. Sebelumnya, air diinjeksikan ke dalam effluent
reaktor sebelum masuk ke heat exchanger ini. Setelah didinginkan, effluent
reaktor lalu masuk ke dalam product separator (14-V-102) melalui distributor
inlet, dimana hidrokarbon dapat terpisah dengan sendirinya.Wire mesh blanket
demister yang dipasang di separator berfungsi untuk memisahkan fraksi gas,
fraksi air, dan fraksi minyak hidrokarbon.
Fraksi gas yang kaya hidrogen keluar dari separator dan kemudian dikirim
ke recycle gas compressor. Recycle gas kembali ke reaktor bersama feed.
Fraksi air terkumpul dalam water boot separator akan diatur oleh level
controler dan dikirim ke SWS Unit. Air tersebut mengandung H 2 S dan NH 3 .
Fraksi minyak hidrokarbon bergabung dengan hasil kondensasi di seksi
recycle gas (21-V-109), make-up gas suction drum (14-V-105). Fraksi gas yang
terikut dalam aliran minyak akibat tekanan tinggi di separator (14-V-102) masuk

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
68
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

ke interstage cooler (14-E-103) dengan pendingin air, kemudian masuk ke make-


up gas interstage drum (14-V-104) untuk menghilangkan cairan yang terbentuk
akibat pendinginan untuk dikembalikan ke aliran minyak. Aliran fraksi minyak
menuju kolom stripper (14-C-101) dan bergabung dengan fraksi minyak dari
separator (14-V-106) kemudian dipanaskan oleh produk bawah kolom fraksinasi
(14-C-102) di heat exchanger (14-E-104) sebelum memasuki stripper (14-C-101).
Seksi Recycle Gas Compressor
Fraksi recycle gas yang terpisah dari separator (14-V-102) masuk ke
recycle gas knock out drum (21-V-109) yang dilengkapi dengan dua buah tray
untuk keperluan regenerasi, kemudian terjadi pemisahan fraksi gas dan fraksi
minyak. Fraksi gas yang sebagian besar H 2 direcycle melalui recycle gas
compressor dan bergabung dengan make up gas kembali menuju reaktor.
Sedangkan fraksi minyak yang terkondensasi bergabung dengan aliran minyak
dari separator (14-V-102). Wire mesh blanket digunakan pada recycle gas knock
out drum ini untuk mencegah kondensat terbawa ke kompresor.
Seksi Make-Up Compressor
Tekanan pada reaktor diatur oleh hidrogen dari H 2 plant yang dinaikkan
tekanannya menggunakan kompressor make-up dua stage. Aliran make-up
hidrogen masuk ke seksi reaktor untuk mempertahankan tekanan di high pressure
separator (14-V-102).
Make up H 2 masuk ke suction drum tingkat satu (14-V-104) bergabung
dengan gas dari aliran fraksi minyak dari separator (14-V-102) yang sebelumnya
telah didinginkan oleh interstage cooler (14-E-103), kemudian masuk ke make up
kompresor tingkat satu. Sebelumnya gas dari make-up kompressor tingkat satu
didinginkan dengan melewatkannya ke dalam make-up interstage cooler (14-E-
103) sebelum masuk ke suction drum tingkat dua. Pada suction drum terdapat
pengembalian kondensat yang terbentuk ke aliran fraksi minyak yang disebut spill
back. Spill back digunakan untuk mengontrol pressure suction drum tingkat satu,
dimana diperlukan pendingin sebelum kembali ke suction drum. Discharge dari
tingkat satu akan tergabung dengan spill back H 2 dari discharge tingkat dua.

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
69
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Gas keluar melalui top make up kompresor tingkat dua langsung menuju
suction dari compressor recycle gas. Kemudian H 2 dimasukkan ke discharge
recycle gas compressor. Make-up hidrogen bersama recycle gas menuju
combined feed exchanger (14-E-101). Recycle gas dikirim ke combined feed
exchanger bersama umpan cair. Kemudian aliran terbagi menjadi dua, menuju
combined feed exchanger dan bed kedua reaktor.
Seksi Fraksinasi
Seksi ini betujuan untuk memisahkan wild naphta/heavy naphta yang
masih terbawa oleh gas oil melalui perbedaan titik didih. Campuran aliran fraksi
minyak yang berasal dari produk separator (14-V-102) dikirim ke high pressure
stripper (14-C-101) yang masuk melalui bagian samping atas tray nomor satu dari
15 tray. Feed yang mengalir ke high pressure stripper (14-C-101) dipanasi oleh
produk bawah dari fraksionator (14-C-102), di dalam high pressure stripper feed
exchanger (14-E-104) yang dilengkapi dengan sistem bypass pada temperatur
tinggi. High pressure stripper (14-C-101) dilengkapi dengan stripping steam
untuk menghilangkan H 2 S dari produk menuju fraksionator (14-C-102).
Vapour yang keluar dari (14-C-101) diinjeksi dengan inhibitor melalui
pompa (14-P-105). Untuk mencegah korosi, vapour tersebut didinginkan oleh
high pressure stripper condenssor (14-E-105) dan dikirim ke high pressure
stripper receiver (14-V-106) melalui distributor. Cairan hidrokarbon yang
terbentuk dikembalikan sebagai feed (14-C-101) dan sebelumnya masuk (14-E-
104) dengan menggunakan high pressure stripper overhead pump (14-P-104).
Sebagian cairan hidrokarbon dipakai sebagai pengencer unicor dan sebagian lagi
disirkulasi ke (14-V-106). Air yang terpisah dalam (14-V-106), dikirim ke
effluent reaktor sebelum ke (14-E-102) dan ke masing-masing tube bundle (14-E-
102) sebagai wash water atau ke (21-V-109). Kemudian sisanya ke SWS (Unit
24) dan sebagian lagi dikembalikan ke (14-V-106) untuk menjaga minimum aliran
pompa. Gas yang tidak terkondensasi keluar dari (14-V-106) disalurkan ke Amine
Treatment Unit (Unit 23) untuk menghilangkan kandungan H 2 S bersama dengan
sour water dari (14-V-102).

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
70
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Liquid yang telah bebas dari H 2 S keluar dari bottom (14-C-101) yang
terbagi menjadi dua aliran yang sama. Kemudian masuk ke preheater product
fraksinator (14-F-102).
Top produk yang meninggalkan fraksinator berupa vapour didinginkan
dalam produk fraksinator condensor (14-E-106) dengan pendingin fan. Lalu
masuk ke produk fraksinator receiver (14-V-107) melalui inlet distributor, dimana
air yang terbawa dipisahkan dari liquid hidrokarbon. Fraksi hidrokarbon dipompa
dengan (14-P-107), sebagian menjadi refluks untuk mengontrol end point dari
fraksi overhead, sedangkan sisanya didinginkan dalam net naptha cooler (14-E-
108) sebagai wild naptha dan diteruskan ke stabilizer CDU (Unit 11). Air
dipompakan dengan menggunakan combined water pump (14-P-102) menuju
suction pump (14-P-103) setelah didinginkan di wash water cooler (14-E-109)
sebagai wash water untuk effluent reaktor. Air make-up berasal dari cold
kondensat yang dimasukkan ke dalam tangki untuk kondensat berat (14-V-109)
dan dipompakan ke suction (14-P-107) dengan menggunakan pompa make-up
(14-P-109). Karena tidak ada gas yang terbentuk di (14-V-107), maka untuk
mempertahankan tekanan dari fraksinator dilakukan pengontrolan dengan
memasukkan fuel gas ke dalam (14-V-107).
Produk bottom fraksinator berupa hydrotreating GO dipompakan dengan
(14-P-106) ke heat exchanger (14-E-104) yang dilengkapi dengan saluran bypass
dan net GO cooler (14-E-108) yang didinginkan. Sebelum dikirim ke tangki
penyimpan, produk dimasukkan ke coalecer (14-S-102) untuk memisahkan air
yang terikut dan dikeringkan dengan melewatkannya ke dalam bejana yang berisi
(14-S-101) yang
garam (salt dryer) di (14-V-108). Air dan keluaran dari
terpisahkan bersama, dikirimkan ke waste water treatment.

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
71
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Tabel 2 -21 Spesifikasi Produk Hydrotreated Gas Oil


Analisis SatuanRange
Specific Gravity 15/4 0,82 – 0,87
Cetane Index 48 min
o
Flash Point
C 80 min
Colour
3 max
Water content
% vol 0,05 max
Sediment
% wt 0,01 max
Ash content
% wt 0,01 max
Conradson Carbon Residue
% wt 0,1 max
Acid Number
mg KOH/gr 0,6
Viscosity 100 o F
1,6 – 5,8
Pour Point o
Sulphur content F 65 max
% wt 0,5 max

2.2.2.3. Unit 21: Light Cycle Oil (LCOHTU)


Unit ini mengolah LCO yang berasal dari RCC yang masih mengandung
banyak senyawa organik, seperti sulfur dan nitrogen, agar kandungan senyawa
tersebut dalam umpan berkurang, namun tanpa adanya perubahan boiling point
range gas produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi pasar.
Aliran proses pada unit ini dibagi menjadi 2 seksi, yaitu:
1. Seksi Reaktor
Pada seksi ini terjadi reaksi antara Feed LCO ex RCC dengan katalis dan
hidrogen.
2. Seksi Fraksinasi.
Seksi ini berfungsi untuk memisahkan LCO hasil reaksi produk lain, seperti
off gas, wild naphta dan hydrotreated light cycle oil.
Distribusi feed dan produk yang diolah dari unit LCO HTU ini meliputi:
Feed stock LCO diperoleh dari RCC Complex
a.
Katalis hydrotreating UOP mengandung oksida nickel/molybdenum
b.
(S-12) dan cobalt/molybdenum (S-19 M) di dalam alumina base dan dibuat
berbentuk bulat atau extrude.
c. Make up hydrogen di suplay dari H 2 plant
Produk LCO HTU berupa:

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
72
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

 LCO yang telah diproses akan dikirim ke tangki produk dan siap untuk
dipasarkan

 Hydrotreated LCO dapat digunakan langsung sebagai bahan untuk


mencampur solar tanpa harus diolah lebih lanjut.

 Offgas dikirim ke refinery fuel gas system


 Wild naphta dikirim ke unit CDU atau RCC untuk diproses lebih lanjut.
Tahapan Proses:
Seksi Feed
Feed LCO HTU berasal dari unit RCC dan storage dimasukkan ke dalam
feed surge drum (21-V-101). Untuk menghilangkan pertikel padat yang lebih
besar dari 25 micron, LCO dimasukkan ke feed filter (21-S-101) kemudian ke
feed surge drum. Air yang terbawa feed dari tangki akan terpisah di bottom feed
surge drum dan yang tidak terpisah ditahan oleh wire mesh blanket agar tidak
terbawa ke suction pump feed. Selanjutnya air dialirkan ke SWS. Tekanan fuel
gas dalam drum ini diatur oleh split range sebagai penyeimbang tekanan suction
dari reaktor charge pump dan mencegah feed tercampur udara.
LCO dari surge drum dipompa oleh pompa (21-P-102) bersama dengan
recycle gas hydrogen ke combined feed exchanger (21-E-101). Sebagian feed di-
bypass (21-E-101) langsung ke inlet effluent reactor sebelum masuk ke heat
exchanger kedua. Keluaran dari heat exchanger kedua diinjeksikan air yang
berasal dari wash water pump (21-P-103). Selama start-up, feed dapat langsung
dialirkan ke high pressure stripper (21-C-101).
Seksi Reaktor
Feed dan recycle gas dipanaskan terlebih dahulu oleh effluent reaktor di
dalam combined feed exchanger (21-E-101). Kemudian campuran LCO dan
hidrogen bergabung dan langsung ke charge heater (21-F-101) dan dipanaskan
sampai suhu reaksi, sebagian lagi bypass. Feed dari dapur kemudian masuk ke
bagian atas reaktor (21-R-101) dan didistribusikan dengan merata di atas
permukaan bed katalis melalui inlet dari vapour/liquid tray.

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
73
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Di dalam reaktor terjadi reaksi hidrogenasi antara umpan LCO dari RCC,
nitrogen, dan sulfur, serta penjenuhan olefin dengan hidrogen dan bantuan katalis.
Make up hidrogen disuplai dari Hydrogen Plant. Karena reaksi eksotermis,
temperatur yang keluar dari reaktor akan lebih tinggi dari temperatur feed. Panas
hasil reaksi bersama panas yang terkandung dalam feed reaktor akan diambil oleh
combined feed exchanger untuk memanaskan feed.
Selanjutnya effluent reaktor didinginkan dalam effluent produk kondensor
(21-E-102) yang terdiri dari 8 tube bank dan didistribusikan secara merata.
Sebelumnya air diinjeksikan ke dalam effluent reaktor. Injeksi air dilakukan di
effluent reaktor sebelum masuk HE ini. Setelah effluent reaktor didinginkan,
kemudian masuk ke dalam produk separator (21-V-102) melalui distributor inlet
dimana hidrokarbon terpisah dengan sendirinya. Wire mesh blanket demister yang
dipasang di separator berfungsi untuk memisahkan fraksi gas, fraksi air, dan fraksi
minyak hidrokarbon.
Fraksi gas yang kaya hidrogen keluar dari separator dan kemudian dikirim
ke recycle gas compressor. Recycle gas kembali ke reaktor bersama feed.
Fraksi air terkumpul dalam water boot separator akan diatur oleh level
controler dan dikirim ke Sour Water Stripper Unit. Air tersebut mengandung H 2 S
dan NH 3 .
Fraksi minyak hidrokarbon bergabung dengan hasil kondensasi di seksi
recycle gas (21-V-109), make-up gas suction drum (21-V-105). Fraksi gas yang
terikut dalam aliran minyak akibat tekanan tinggi di separator (21-V-102) masuk
ke interstage cooler (21-E-103) dengan pendingin air, kemudian masuk ke make-
up gas interstage drum (21-V-104) untuk menghilangkan cairan yang terbentuk
akibat pendinginan untuk dikembalikan ke aliran minyak. Aliran fraksi minyak
menuju kolom stripper (21-C-101) dan bergabung dengan fraksi minyak dari
separator (21-V-106) kemudian dipanaskan oleh produk bawah kolom fraksinasi
(21-C-102) di heat exchanger (21-E-104) sebelum memasuki stripper (21-C-101).
Seksi Recycle Gas Compressor

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
74
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Fraksi recycle gas yang terpisah dari separator (21-V-102) masuk ke


recycle gas knock out drum (21-V-109) yang dilengkapi dengan dua buah tray
untuk keperluan regenerasi, kemudian terjadi pemisahan fraksi gas dan fraksi
minyak. Fraksi gas yang sebagian besar H 2 direcycle melalui recycle gas
compressor dan bergabung dengan make up gas kembali menuju reaktor.
Sedangkan fraksi minyak yang terkondensasi bergabung dengan aliran minyak
dari separator (21-V-102). Wire mesh blanket digunakan pada recycle gas knock
out drum ini untuk mencegah kondensat terbawa ke kompresor.
Seksi Make-Up Compressor
Tekanan pada reaktor diatur oleh hidrogen dari H 2 plant yang dinaikkan
tekanannya menggunakan kompressor make-up dua stage. Aliran make-up
hidrogen masuk ke seksi reaktor untuk mempertahankan tekanan di high pressure
separator (21-V-102).
Make up H 2 masuk ke suction drum tingkat satu (21-V-104) bergabung
dengan gas dari aliran fraksi minyak dari separator (21-V-102) yang sebelumnya
telah didinginkan oleh interstage cooler (21-E-103), kemudian masuk ke make up
kompresor tingkat satu. Sebelumnya gas dari make-up kompressor tingkat satu
didinginkan dengan melewatkannya ke dalam make-up interstage cooler (21-E-
103) sebelum masuk ke suction drum tingkat dua. Pada suction drum terdapat
pengembalian kondensat yang terbentuk ke aliran fraksi minyak yang disebut spill
back. Spill back digunakan untuk mengontrol pressure suction drum tingkat satu,
dimana diperlukan pendingin sebelum kembali ke suction drum. Discharge dari
tingkat satu akan tergabung dengan spill back H 2 dari discharge tingkat dua.
Gas keluar melalui top make up kompresor tingkat dua langsung menuju
suction dari compressor recycle gas. Kemudian H 2 dimasukkan ke discharge
recycle gas compressor. Make-up hidrogen bersama recycle gas menuju
combined feed exchanger (14-E-101). Recycle gas dikirim ke combined feed
exchanger bersama umpan cair. Kemudian aliran terbagi menjadi dua, menuju
combined feed exchanger dan bed kedua reaktor.
Seksi Fraksionasi

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
75
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Seksi ini betujuan untuk memisahkan off gas dan wild naphta yang masih
terbawa oleh Light Cycle Oil melalui perbedaan titik didih. Campuran aliran fraksi
minyak yang berasal dari produk separator (21-V-102) dikirim ke high pressure
stripper (21-C-101) yang masuk melalui bagian samping atas tray nomor satu dari
15 tray. Feed yang mengalir ke high pressure stripper (21-C-101) dipanasi oleh
produk bawah dari fraksionator (21-C-102), di dalam high pressure stripper feed
exchanger (21-E-104) yang dilengkapi dengan sistem bypass pada temperatur
tinggi. High pressure stripper (21-C-101) dilengkapi dengan stripping steam
untuk menghilangkan H 2 S dari produk menuju fraksionator (21-C-102).
Vapour yang keluar dari (21-C-101) diinjeksi dengan inhibitor melalui
pompa (21-P-105). Untuk mencegah korosi, vapour tersebut didinginkan oleh
high pressure stripper condenssor (21-E-105) dan dikirim ke high pressure
stripper receiver (21-V-106) melalui distributor. Cairan hidrokarbon yang
terbentuk dikembalikan sebagai feed (21-C-101) dan sebelumnya masuk (21-E-
104) dengan menggunakan high pressure stripper overhead pump (21-P-104).
Sebagian cairan hidrokarbon dipakai sebagai pengencer unicor dan sebagian lagi
disirkulasi ke (21-V-106). Air yang terpisah dalam (21-V-106), dikirim ke
effluent reaktor sebelum ke (21-E-102) dan ke masing-masing tube bundle (21-E-
102) sebagai wash water atau ke (21-V-109). Kemudian sisanya ke SWS (Unit
24) dan sebagian lagi dikembalikan ke (21-V-106) untuk menjaga minimum aliran
pompa. Gas yang tidak terkondensasi keluar dari (21-V-106) disalurkan ke Amine
Treatment Unit (Unit 23) untuk menghilangkan kandungan H 2 S bersama dengan
sour water dari (21-V-102).
Liquid yang telah terbebas dari H 2 S keluar dari bottom (21-C-101) terbagi
menjadi dua aliran yang sama, kemudian masuk ke dalam preheater produk
fraksinator (21-F-102).
Top produk yang meninggalkan fraksinator berupa vapour didinginkan
dalam produk fraksinator condenssor (21-E-106) dengan pendingin fan. Lalu
masuk ke produk fraksinator receiver (21-V-107) melalui inlet distributor, dimana
air yang terbawa dipisahkan dari liquid hidrokarbon. Fraksi hidrokarbon dipompa

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
76
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

dengan (21-P-107), sebagian menjadi refluks untuk mengontrol end point dari
fraksi overhead, sedangkan sisanya didinginkan dalam net naptha cooler (21-E-
108) sebagai wild naptha dan diteruskan ke stabilizer CDU (Unit 11). Air
dipompakan dengan menggunakan combined water pump (21-P-102) menuju
suction pump (21-P-103) setelah didinginkan di wash water cooler (21-E-109)
sebagai wash water untuk effluent reaktor. Air make-up berasal dari cold
kondensat yang dimasukkan ke dalam tangki untuk kondensat berat (21-V-109)
dan dipompakan ke suction (21-P-107) dengan menggunakan pompa make-up
(21-P-109). Karena tidak ada gas yang terbentuk di (21-V-107), maka untuk
mempertahankan tekanan dari fraksinator dilakukan pengontrolan dengan
memasukkan fuel gas ke dalam (21-V-107).
Produk bottom fraksinator berupa hydrotreated LCO dipompakan dengan
(21-P-106) ke heat exchanger (21-E-104) yang dilengkapi dengan saluran bypass
dan net LCO cooler (21-E-108) yang didinginkan. Sebelum dikirim ke tangki
penyimpan, produk dimasukkan ke coalecer (21-S-102) untuk memisahkan air
yang terikut dan dikeringkan dengan melewatkannya ke dalam bejana yang berisi
(21-S-101) yang
garam/salt dryer di (21-V-108). Air dan keluaran dari
terpisahkan bersama, dikirimkan ke waste water treatment.

2.3.Residu Catalytic Craker Complex (RCCC)


RCCC terdiri dari beberapa unit operasi di kilang RU VI Balongan yang
berfungsi mengolah residu minyak (crude residue) menjadi produk-produk
minyak bumi yang bernilai tinggi, seperti: LPG, gasoline, Light Cycle Oil, Decant
Oil, propylene, dan polygasoline. Pengolahannya dimulai dari perlakuan awal,
perengkahan, fraksionasi, dan pemurnian produk-produknya.
Unit ini menghasilkan produk antara lain:
: 2.350 Nm 3 /h
C 2 and lighter
: 6.950 BPSD
Propylene
: 1.950 BPSD
Propane
: 5.050 BPSD
Mixed C 4

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
77
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Polygasoline : 6.000 BPSD


Naphta : 46.450 BPSD

Light Cycle Oil (LCO) : 15.850 BPSD


Decant Oil : 400 BPSD
Unit ini terdiri dari Residue Catalytic Craker (RCC / RCU) dan Light End
Unit (LEU).

2.3.1 Unit 15: Residue Catalytic Cracker (RCC)


Unit ini berfungsi sebagai kilang minyak tingkat lanjut (secondary
processing) untuk mendapatkan nilai tambah dari pengolahan residu yang
merupakan campuran dari DMAR produk ARDHM dan AR produk CDU dengan
cara perengkahan memakai katalis. Reduced crude sebagai umpan RCC adalah
campuran dari paraffin, olefin, naphtene, dan aromatik yang sangat kompleks
merupakan rangkaian fraksi mulai dari gasoline dalam jumlah kecil sampai fraksi
berat dengan jumlah atom C panjang.
Di dalam RCC terdapat reaktor, regenerator, catalyst condenser, main air
blower, cyclone, catalyst system, dan CO boiler. Unit ini berkaitan erat dengan
Unsaturated Gas Plant Unit yang akan mengelola produk puncak main column
RCC Unit menjadi stabilized gasoline, LPG dan non condensable lean gas.
Produk-produk yang dihasilkan antara lain:
Liquified Petroleum Gas (LPG)

Gasoline dari fraksi naphta

Light Cycle Oil (LCO)

Decant Oil (DCO)

Sedangkan stream yang tidak diproduksi antara lain:


Heavy naphta

Heavy Cycle Oil (HCO)

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
78
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Produk bawah DCO dijual ke Jepang, dimanfaatkan untuk Independent


Power Plant untuk pembangkit listrik, dan digunakan untuk carbon black. Produk
lainnya dikirim ke LEU untuk diolah lebih lanjut.
RCC dirancang untuk mengolah Treated Atmospheric Residue yang
berasal dari unit AHU dengan desain 29500 BPSD (35,5 % vol) dan Untreated
Atmospheric Residu yang berasal dari unit CDU dengan desain 53.000 BPSD
(64,5 % vol). Kedua jenis residu ini kemudian dicampur. Kapasitas terpasang
adalah 83.000 BPSD.
Reaksi yang terjadi di unit ini adalah reaksi cracking (secara katalis dan
thermal). Thermal cracking terjadi melalui pembentukan radikal bebas, sedangkan
catalytic cracking melalui pembentukan ion carbonium tersier. Reaksi cracking
merupakan reaksi eksotermis. Katalis yang digunakan terdiri atas zeolit, silica,
dan lain-lain. Salah satu fungsi bagian asam dari katalis adalah untuk memecah
molekul yang besar.
Persamaan reaksi cracking antara lain:
Parafin terengkah menjadi olefin dan paraffin yang lebih kecil

C n H 2n+2 → C m H 2m + C p H 2p+2 dimana n = m + p
paraffin olefin parafin
Olefin terengkah menjadi olefin yang lebih kecil

C n H 2n → C m H 2m + C p H 2p dimana n = m + p
olefin olefin olefin
Perengkahan rantai samping aromatik

AromatikC n H 2n-1 → AromatikC m H 2m-1 + C m H 2m+2 dimana n = m + p
Naphtene (cycloparaffin) terengkah menjadi olefin

Cyclo-C n H 2n → Cyclo + C m H 2m + C p H 2p dimana n = m + p
olefin olefin

Jika sikloparafin mengandung sikloheksana



Cyclo-C n H 2n → C 6 H 12 + C m H 2m + C p H 2p dimana n = m + p
sikloheksana olefin olefin

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
79
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Tahapan Proses:
Reactor-Regenerator System
Umpan untuk RCC unit ini disebut raw oil dan biasanya reduced crude.
Raw oil berasal dari campuran Treated Atmospheric Residue dan Untreated
Atmospheric Residu yang berasal dari unit AHU, CDU, dan storage. Campuran
tersebut dicampur di surge drum (15-V-105) dengan syarat tertentu dan
dipompakan ke riser sambil melewati beberapa heat exchanger untuk dipanaskan
oleh produk bottom main column dan produk bottom stripper sampai. Syarat
campuran tersebut antara lain kandungan logam Ni, V, dan MCRT. Logam-logam
tersebut akan menjadi racun dan perusak katalis RCC. MCRT yang diijinkan
adalah 5,6%-v.
Sebelum mencapai riser, raw oil panas di atomize (dikabutkan) oleh steam
berdasarkan perbedaan tekanan dan masuk ke dalam reaktor dengan metode tip
and plug. Pada reaksi ini diperlukan katalis. Katalis yang digunakan terdiri atas
zeolit, silika, dan zat lain. Pengontakan katalis dengan feed dilakukan dengan cara
mengangkat regenerated catalyst dari regenerator ke riser menggunakan lift
steam dan lift gas dari off-gas hasil Gas Concentration Unit. Lift gas juga
berfungsi sebagai nickel vasivator. Katalis kemudian kontak dengan minyak dan
mempercepat reaksi cracking, selain itu katalis juga memberikan panas pada
hidrokarbon (raw oil) sehingga lebih membantu mempercepat reaksi cracking
yang terjadi. Katalis dan hidrokarbon naik ke bagian atas riser karena kecepatan
lift steam dan lift gas yang sangat tinggi. Aliran katalis ke riser ini diatur untuk
menjaga suhu reaktor.
Setelah reaksi terjadi di bagian atas riser (reaktor) maka katalis harus
dipisahkan dari hidrokarbon untuk mengurangi terjadinya secondary cracking
sehingga rantai hidrokarbonnya menjadi lebih kecil dan akhirnya membentuk
coke. Pada bagian atas, sebagian besar katalis akan terpisah dari atomized
hidrocarbon dan jatuh ke seksi stripping, selain itu katalis juga dipisahkan pada
cyclone dekat reaktor dengan memanfaatkan gaya sentrifugal sehingga katalis
terpisah dari atomized hidrocarbon berdasarkan perbedaan densitasnya dan jatuh

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
80
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

ke seksi stripping. Steam diinjeksikan ke stripping untuk mengambil hidrokarbon


yang masih menempel pada permukaan spent catalyst. Atomized hidrocarbon
yang terkumpul di plenum chamber keluar dari top riser mengalir ke main column
(15-C-101) pada seksi fraksinasi.
Regenerator dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas dan bagian
bawah. Dari stripping, spent catalyst turun ke regenerator (15-R-101) pada
bagian upper regenerator. Spent catalyst diregenerasi dengan membakar coke
yang menempel pada permukaan katalis dengan mengalirkan udara pada katalis.
Coke terjadi akibat reaksi cracking dan tidak bisa diambil oleh steam pada
stripping sehingga mengurangi aktivitas katalis. Pada bagian upper regenerator
terjadi partial combustion, dimana coke akan dibakar menjadi CO. Coke yang
dibakar hanya 80%. Sedangkan pada bagian lower regenerator terjadi total
combustion, dimana semua sisa coke dibakar menjadi CO 2 .
Gas CO dari upper regenerator ini tidak langsung dibuang karena dapat
mencemari lingkungan, tetapi dibakar terlebih dahulu pada CO boiler menjadi
CO 2 . Hal ini dilakukan dengan melewatkan fuel gas yang mengandung CO
tersebut ke dalam cyclone terlebih dahulu untuk mengambil partikel katalis yang
terikut. Tekanan fuel gas yang keluar dikurangi dengan memanfaatkan panas hasil
pembakaran CO menjadi CO 2 dalam . CO boiler untuk memproduksi steam
tekanan tinggi. Biasanya electostatic presipitator digunakan untuk mengambil
debu katalis yang masih ada sebelum keluar dari stack, namun saat ini RCC belum
dilengkapi alat tersebut.
Setelah dibakar di upper regenerator, katalis dialirkan ke lower
regenerator. Aliran katalis ini diatur untuk mengontrol level lower regenerator,
temperatur lower regenerator slide valve, dan catalyst cooler slide valve.
Kelebihan udara dalam lower regenerator digunakan untuk membakar coke yang
tersisa pada katalis dan diarahkan pembakarannya menjadi CO 2 . Katalis panas
dari lower generator dialirkan ke riser melalui regenerated slide valve untuk
kembali beroperasi, tetapi sebelumnya didinginkan dengan catalyst cooler terlebih

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
81
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

dahulu. Catalyst cooler (15-V-501) mengambil kelebihan panas dari regenerator


oleh boiler feed water (BFW) dan diubah menjadi steam.
Main Column Section
Atomized hidrokarbon hasil reaksi cracking dialirkan dari reaktor ke
column fraksionator untuk dipisahkan menjadi Decant Oil / Slurry Oil (DCO),
Heavy Cycle Oil (HCO), Light Cycle Oil (LCO), naphta, unstabilized gasoline,
dan wet gas. Atomized hidrocarbon masuk ke bottom kolom dan didinginkan
sebelum pemisahan terjadi.
Pendinginan ini dilakukan dengan sirkulasi sebagian DCO dari bottom
kolom yang melalui steam generator (15-E-104) dan beberapa heat exchanger.
Sirkulasi DCO dingin dikembalikan ke kolom sebagai refluks. Sebagian DCO
masuk ke stripper untuk dipisahkan dari fasa gas nya, kemudian melalui beberapa
exchanger untuk memanaskan feed dan masuk ke tangki produk.
Dari seksi DCO terjadi penguapan / fraksinasi pertama, yaitu seksi HCO.
HCO tidak diambil dan hanya digunakan sebagai refluks pendingin, pengatur
penguapan dan pemanas untuk raw oil preheater dan debutanizer reboiler di
dalam gas concentration section. HCO digunakan untuk menjaga temperatur
kolom bagian bawah tempat masuknya feed yang panas agar tetap dibawah 350 o C
sehingga mencegah terbentuknya coke. Net HCO kadang-kadang diambil untuk
bahan bakar pada torch oil.
Dari seksi HCO, penguapan terus terjadi dan masuk ke seksi LCO.
Sebagian produk LCO dikirim ke sponge absorber dalam Gas Concentration Unit
(Unit 16). LCO akan mengabsorp C 3 , C 4 , dan beberapa C 5 dan C 6 yang terikut dari
material sponge gas dan dikembalikan ke main column. Kandungan CO diambil
melalui LCO stripper column (15-C-103) untuk mengatur flash point. Sebelum
LCO masuk ke storage, panasnya digunakan untuk raw charge preheater, Gas
Concentration Unit, dan stripper reboiler debutanizer.
Produk atas main column lainnya adalah heavy naphta. Heavy naphta
tidak diambil menjadi produk sama hal nya dengan HCO. Sirkulasi naphta
digunakan dalam preheater umpan atau peralatan penukar panas lain sebelum

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
82
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

kembali ke kolom sebagai refluks. Sebelum kembali ke kolom, heavy naphta


ditambahkan wild naphta/heavy naphta dari GO HTU dan LCO HTU untuk
menambah naphta yang akan dihasilkan RCC pada seksi teratas kolom.
Light gas dan gasoline/naphta teruapkan melalui top column (seksi teratas)
dan melewati overhead condenser untuk dikondensasikan dan dipisahkan dalam
(15-V-106) menjadi fraksi air, fraksi minyak, dan fraksi gas. Sebagian dari
unstabilized gasoline (fraksi minyak) dikirim kembali ke main column sebagai
refluks. Sebagian fraksi minyak dan fraksi gas dikirim ke Gas Concentration Unit
untuk diproses lebih lanjut, dan fraksi air dikirim ke SWS.

2.3.2.Light End Unit (LEU)


Unit ini terdiri dari :
Unsaturated Gas Plant (Unit 16)

LPG Treatment (Unit 17)

Gasoline Treatment (Unit 18)

Propylene Recovery (Unit 19)

Catalytic Condensation (Unit 20)

2.3.2.1. Unit 16: Unsaturated Gas Plant (USGP / UGC)
Unit ini berfungsi untuk memisahkan produk top, kolom utama RCCU
menjadi Stabilized gasoline, LPG dan Non Condensable Lean Gas yang sebagian
akan dipakai sebagai lift gas sebelum mengalami treating di unit Amine sebagai
off gas.
Unit ini menghasilkan sweetened fuel gas yang dikirim ke Refinery Fuel
Gas System untuk diproses lebih lanjut. Unit ini juga menghasilkan untreated LPG
yang akan diproses lebih lanjut di LPG Treatment Unit (Unit 17) dan gasoline
yang akan diproses lebih lanjut di Gasoline Treatment Unit (Unit 18).
Unsaturated Gas Plant yang dioperasikan bersama-sama dengan RCC unit
dirancang untuk mengolah 83.000 BPSD Atmospheric Residue.
Unit ini terbagi atas tujuh seksi aliran, yaitu :
1. Seksi Wet Gas Compressor

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
83
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

2. Seksi High Pressure Absorber


3. Seksi Primary Absorber
4. Seksi Sponge Absorber
5. Seksi Amine
6. Seksi Stripper
7. Seksi Debutanizer
Tahapan Proses:
Seksi Wet Gas Compressor
Over head product dari RCU yaitu off gas (campuran metana, etana, dan
H 2 S), LPG (campuran propilen dan propana) serta naphta (campuran butana,
butilena, dan C 5+ ) masuk ke dalam vessel (15 V-106). Off gas akan dialirkan ke
flare, fraksi ringan akan masuk ke vessel (16 V-101), sementara fraksi minyak
berat (lebih berat dari naphta) akan dipompa masuk ke dalam kolom (16 C-101).
Fraksi ringan dari (15-V-106) yang telah berada di (16-V-101) akan masuk ke
dalam WGC (Wet Gas Compressor) dua tingkat kemudian ke cooler sampai
akhirnya masuk ke dalam vessel (16-V-104).
Seksi High Pressure Receiver
Vessel (16-V-104) disebut juga High Pressure Receiver (HPR) yang
berfungsi sebagai surge drum, meredam perubahan yang diakibatkan proses, dan
memisahkan lagi fraksi ringan hasil pemisahan di (15-V-106) menjadi fraksi
ringan dan fraksi berat. Fraksi ringannya (off gas dan sebagian LPG) akan masuk
ke bagian bawah primary absorber (16-C-101) sementara fraksi beratnya (LPG
dan naphta) akan dipompa masuk ke dalam stripper (16-C-103) setelah melalui
pemanasan oleh heat exchanger (16-E-108).
Di dalam HPR sudah terjadi pemisahan fraksi ringan dan fraksi beratnya,
namun sejumlah off gas dan LPG dalam fasa uap masih ada yang terdapat dalam
fasa cair karena kurang sempurnanya pemisahan dan tekanan tinggi, oleh karena
itu perlu pemisahan lebih lanjut melalui stripper dan debutanizer.
Seksi Stripper

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
84
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Fungsi dari stripper adalah untuk menghilangkan C 2 dan fraksi yang lebih
ringan seperti H 2 dan H 2 S yang terkandung dalam fraksi minyak dari HPR. Dalam
stripper tersebut, fraksi ringan yang masih terikut dalam fraksi berat yang masuk
akan dikembalikan ke dalam vessel (16-V-104), sementara fraksi berat yang telah
di stripped (LPG dan naphta) akan masuk ke dalam debutanizer (16-C-104).
Seksi Debutanizer
Fungsi debutanizer ini adalah untuk memisahkan untreated LPG dengan
untreated naphta/gasoline dengan cara mengstrip butan (komponen berat LPG).
Produk untreated gasoline dari debutanizer dipakai sebagai pemanas kolom
bawah debutanizer untuk mengangkat LPG dan pemanas umpan stripper yang
kemudian didinginkan untuk dialirkan ke Gasoline Treatment (unit 18) dan
sebagian dikembalikan ke primary absorber sebagai stabilized gasoline (gasoline
bebas LPG). LPG ditambahkan pada debutanizer receiver kemudian dipompakan
ke debutanizer sebagai refluks untuk mengurangi fraksi berat yang terikut pada
LPG dan ke LPG Treatment Unit (unit 17). Syarat keluaran LPG dari debutanizer
adalah wet test > 95, sedangkan syarat keluaran untrated gasoline adalah RVP <
9. Wet test menggambarkan jumlah pentan dan fraksi yang lebih berat yang terikut
di LPG, yang akan berwujud cair pada suhu kamar sehingga merugikan
konsumen. RVP menyatakan tekanan uap yang diakibatkan oleh fraksi ringan
yang terikut dalam untreated gasoline.
Seksi Primary Absorber
Fungsi dari primary absorber adalah untuk menyerap unsaturated C 3 dan
C 4 (LPG) dalam aliran gas HPR. Fraksi berat dari vessel (15-V-106) akan
bergabung dengan fraksi ringan dari vessel (16-V-104) dalam absorber (16-C-
101) untuk diambil fraksi beratnya (LPG). Absorbent yang digunakan adalah
stabillized gasoline/naphta dari debutanizer. Karena mekanisme absorbsi bersifat
eksotermik dan akan terjadi lebih baik pada temperatur rendah, maka absorber
dilengkapi dengan intercooling dimana naphta sebagai absorbent didiginkan
terlebih dahulu oleh chilled water dengan menggunakan freon untuk
meningkatkan perolehan LPG.

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
85
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Fraksi ringan dari absorber dialirkan ke dalam sponge absorber (16-C-


102) agar lebih banyak fraksi berat yang terambil. Fraksi berat (LPG dan naphta)
dari primary absorber dikembalikan ke HPR untuk diproses lebih lanjut.
Seksi Sponge Absorber
Fraksi ringan dari primary absorber dialirkan ke bawah secondary
absorber atau sponge absorber. Pada sponge absorber, fraksi berat lainnya seperti
yang >C 5 diambil dengan menggunakan kontak langsung dengan larutan
pengabsorb. Absorbent yang digunakan adalah LCO (Light Cycle Oil) yang
diperoleh dari main column RCC. Di dalam absorber ini terdapat foul ring yang
berfungsi untuk meningkatkan luas permukaan kontak antara fraksi yang akan di
absorb dengan absorbent.
Fraksi ringan keluarannya akan masuk ke knock out drum dimana akan
dipisahkan kembali fraksi gas dan fraksi beratnya, fraksi ringannya dibawa ke unit
amine, lift gas untuk RCC, dan offgas. Sedangkan fraksi beratnya (LCO dan
hidrokarbon > C 5 ) dicampur fraksi berat (LCO dan hidrokarbon > C 5 ) dari sponge
absorber dan dibawa ke main column RCC untuk direcycle.
Seksi Amine
Fraksi ringan dari knock out drum (16-V-105) masuk ke amine absorber
untuk dihilangkan kandungan H 2 Snya. Treated off-gas dialirkan ke unsaturated
treated gas knock out drum dan kemudian dialirkan ke fuel gas system. Amine
yang terbawa dikeluarkan dan masuk ke aliran rich amine.
2.3.2.2. Unit 17: LPG Treatment
Unit ini dirancang untuk mengolah feed dari produk atas debutanizer pada
Unsaturated Gas Plant sebanyak 22.500 BPSD, dan berfungsi untuk memurnikan
LPG produk Unsaturated Gas Plant Unit dengan cara mengambil senyawa
merchaptan dan organic sulfur lain untuk merubahnya menjadi senyawa sulfida.

Reaksinya:
H 2 S + 2NaOH → Na 2 S + H 2 O
2Na 2 S + 2O 2 + H 2 O → Na 2 SO 3 + 2NaOH

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
86
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

RSH + NaOH → NaSR + H 2 O


2NaSR + H 2 O + ½ O 2 → RSSR + 2NaOH
Produk yang dihasilkan yaitu treated mixed LPG untuk selanjutnya dikirim
ke Propylene Recovery Unit (unit 19). Unit LPG Treatment Unit dirancang untuk
mengolah feed dari produk atas debutanizer pada Unsaturated Gas Plant
sebanyak 22.500 BPSD.
Tahapan Proses:
Unit ini terdiri dari tiga system aliran proses, yaitu:
Sistem Ekstraksi Hidrogen Sulfida
1.
System Ekstraksi Merchaptan
2.
System Aquafinansi
3.
Sistem Ekstraksi Hidrogen Sulfida di Vessel I
Unsaturated LPG melewati strainer untuk menghilangkan partikel-partikel
padatan yang berukuran lebih besar dari 150 mikron. Lalu masuk ke H 2 S
ekstraktor fiber film contactor, dimana akan terjadi kontak dengan caustic.
Pemisahan antara fase LPG dengan larutan caustic terjadi di separator. LPG
mengalir berlawanan arah dengan caustic, yaitu keluar dari bagian puncak menuju
tahap ekstraksi merkaptan, sedangkan caustic mengalir ke bawah dan keluar
menuju tempat penampungan caustic.
Dalam tahap ekstraksi, H 2 S yang terkandung dalam LPG akan bereaksi
dengan caustic bebas yang akan menjadi spent caustic.
Sistem Ekstraksi Merkaptan Sulfur di Vessel II dan Vessel III
LPG yang berasal dari sistem ekstraksi H 2 S selanjutnya masuk ke dalam
sistem ekstraksi merkaptan sulfur. Setelah melalui dua stage ektraksi merkaptan
sulfur, LPG akan terpisah dari caustic dan keluar dari bagian atas separator.
Selanjutnya LPG akan mengalir ke seksi System Aquafining.

Sistem Aquafinasi di Vessel IV


Aliran treated LPG dari separator yang masih mengandung sejumlah kecil
entrainment caustic, selanjutnya masuk ke bagian puncak contactor (Vessel IV)

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
87
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

dimana terjadi kontak dengan serat-serat logam yang dibasahi oleh sirkulasi air.
LPG dan larutan air yang disirkulasikan mengalir secara countercurrent dan
melalui shroud contractor, dimana caustic yang terikat akan diambil oleh air.
LPG yang telah tercuci kemudian diproses lebih lanjut di Propylene Recovery
Unit.
2.3.2.3. Unit 18: Gasoline Treatment
Unit ini berfungsi untuk mengolah produk napthta dari Unsaturated Gas
Plant gar produksi yang dihasilkan memenuhi standar kualitas komponen
blending premium. Produk yang dihasilkan berupa Treated gasoline dengan
kapasitas 47.500 BPSD.
Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah :
2RSH + 2NaOH → 2NaSR + 2H 2 O
2NaSR + H 2 O + ½ O 2 → RSSR + 2NaOH
2RSH + ½ O 2 → RSSR + H 2 O
2NaOH + H 2 S → Na 2 S + H 2 O
2Na 2 S + 2O 2 + H 2 O → Na 2 SO 3 + 2NaOH
Unit Gasoline Treatment ini dirancang untuk memproses sebanyak 47500
BPSD Untreated RCC Gasoline yang dihasilkan oleh unit RCC. Unit ini
dirancang dapat beroperasi pada penurunan kapasitas hingga 50 %.
Tahapan Proses:
Untreated RCC Gasoline (RCCG) mengalir ke dalam sistem caustic treating
sebanyak 47500 BPSD yang terbagi dua secara paralel. Udara untuk oksidasi
diinjeksikan di bagian upstream fiber film contractor (FFC) melewati air sparger.
RCCG selanjutnya mengalir melewati tahapan ekstraksi merkaptan di bagian
puncak FFC, dimana akan terjadi kontak dengan bahan-bahan film yang telah
dibasahi dengan caustic yang berasal dari pompa recycle caustic.
Banyaknya aliran sirkulasi caustic kira-kira 20% volume dari aliran untreated
RCCG. Pemisahan antara fase RCCG dengan caustic terjadi di separator.
Hidrokarbon dan larutan caustic mengalir ke bawah terjadi ekstraksi H 2 S dan
oksidasi merkaptan.

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
88
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

2.3.2.4. Unit 19: Propylene Recovery Unit (PRU)


Unit ini berfungsi untuk menghasilkan High Purity Prophylene selain
propana dan campuran butana, dengan saturated LPG dari treater sebagai umpan.
Fungsi utama dari unit ini adalah memisahkan mixed butane dan memproses LPG
C 3 dan C 4 dari gas concentration unit untuk mendapatkan produk propilene dengan
kemurnian yang tinggi (99,6%). Produk lain yang dihasilkan dari unit ini adalah
propan dan campuran butane/butilen yang kemudian akan dialirkan ke Catalitic
condensation Unit (Unit 20).
Proses yang digunakan dalam unit ini untuk menjenuhkan senyawa diolefin
menjadi monolefin adalah Selective Hydrogenation Processes (SHP) dengan
Reaktor Huels. Reaksi kimia SHP ini berlangsung dalam kondisi fase cair dalam
fixed bed catalyst dengan jumlah H 2 yang digunakan hanya secukupnya.
Reaksi yang terjadi:
CH 2 =CH-CH=CH 2 + H 2 → CH 2 =CH-CH 2 -CH (1-butene)
(2-butene)
3

CH 2 =CH-CH=CH 2 + H 2 → CH 3 -CH=CH-CH 3
Kemungkinan terjadi reaksi samping
1-butena butena
2-butena
Jenis kontaminan yang harus dihilangkan dari aliran produk adalah
Carbonyl sulfide (COS) yang terbentuk dari sisa-sisa sulfur yang masih
terkandung dalam natural gas dalam RCC unit.
H 2 S + CO 2 COS + H 2 O
Untuk Menghilangkan COS dari LPG, digunakan Mono Ethanol Amine
(MEA) dan NaOH dengan reaksi sebagai berikut:

COS + 2MEA Diethanol Urea + H 2 S


H 2 S + 2 NaOH Na 2 S + 2H 2 O
COS + 2MEA +2NaOH Diethanol urea + Na 2 S +2H 2 O

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
89
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Unit ini mampu menghasilkan propylene sebesar 7.150 BPSD atau 82776
Kg/Hr atau 146,9 M 3 /Hr..
Tahapan Proses:
Feed Propylene Recovery Unit ini adalah Treated LPG (Liquid Petroleum
Gas) yang berasal dari LPG (Liquid Petroleum Gas) treatment Unit (unit 17).
Feed dipompakan ke C 3 /C 4 splitter (19-C-101) pada suhu 38 o C dan tekanan 12,3
kg/cm 2 g. Sebelum masuk ke C 3 /C 4 Splitter, feed dipanaskan sampai suhu 69,7 o C
oleh Splitter Feed/Bottom Exchanger (19-E-101). Pada C 3 /C 4 Splitter (19-C-101)
akan dipisahkan antara mixed C 3 pada bagian atas dan mixed C 4 pada bagian
bawah.
Mixed C 4 yang terbentuk di bottom C 3 /C 4 Splitter (19-C-101) sebagian
dipanaskan di C 3 /C 4 Splitter Reboiler dan sebagian lagi dikirim ke Catalytic
Condensation Unit (Unit 20). Namun sebelumnya mixed C 4 ini akan mengalami
penurunan suhu secara bertahap di Splitter Feed/Bottom Exchanger (19-E-101)
dari 107,3 o C ke 64 o C kemudian di C 3 /C 4 Splitter Net Bottom Cooler (19-E-104)
sampai suhu 36,7 o C. Jika mixed C 4 masih tersisa, maka dikirim ke tangki
penampungan. Sebagai pemanas di C 3 /C 4 Splitter Reboiler selain dari mixed C 4
juga naphta yang merupakan produk dari RCC (Residue Catalytic Cracker) Unit
(unit 15) yang dialirkan melalui pompa (15-P-109 AB).
Uap yang terbentuk di bagian overhead masuk ke C 3 /C 4 Splitter Condenser
(19-E-102) pada suhu 48,9 o C, sedangkan kondensat yang terbentuk masuk ke
C 3 /C 4 Splitter Receiver (19-V-101). Sebagian mixed C 3 direfluks ke C 3 /C 4 Splitter
(19-C-101) melalui pompa (19-P-102 A/B). Mixed C 3 bersih dialirkan ke Solvent
Settler (19-V-103) oleh pompa (19-P-102 A/B).
Pada Solvent Settler (19-V-103), mixed C 3 dihilangkan kandungan
sulfurnya yang biasa disebut COS (Carbonyl Sulphide). Solvent yang digunakan
adalah campuran dari 20 o Be caustic dan MEA (Mono Ethanol Amin). Spent
caustic ini berasal dari Catalytic Condensation Unit (unit 20) dan ditampung di
Caustic Degassing Drum (19-V-105). Kemudian solvent mengalir dari bawah
solvent settler (19-V-103) untuk disirkulasikan kembali dengan mixed C 3 .

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
90
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Kecepatan alir dari solvent diatur mendekati 15 % dari kecepatan alir LPG
(Liquid Petroleum Gas). Secara periodik kebutuhan solvent diganti. Kemudian
spent caustic / MEA (Mono Ethanol Amine) dipompa keluar ke Water Degassing
Drum (19-V-106) melalui pompa 19-P-113 yang selanjutnya dikirim ke Sour
Water Stripper Unit (unit 24).
Dari Solvent Settler (19-V-103), mixed C 3 dikirim ke Wash Water Column
(19-C-103) untuk dikontakkan dengan larutan phospat dari arah berlawanan
(counter current). Produk atas kolom ini dipisahkan airnya pada sand filter (19-S-
101), sedangkan produk bottom sebagian di-recycle dan sebagian lagi ditampung
di water degassing drum (19-V-106) untuk kemudian dikirim ke unit 24 (Sour
Water Stripper Unit).
Mixed C 3 dari sand filter dikeringkan airnya di C 3 Feed Driers (19-V-104
A/B). Keluaran C 3 Feed Driers (19-V-104 A/B) tersebut diperiksa kadar
moisture-nya untuk keperluan regenerasi drier.
Dari C 3 Feed Drier (19-V-104 A/B), mixed C 3 yang tidak mengandung air
dikirim ke C 3 Splitter (19-C-102). Mixed C 3 masuk ke C 3 Splitter (19-C-102) pada
satu dari tiga Feed Nozzle dengan dikontrol tekanannya untuk mendapatkan
kondisi yang diinginkan. Pada C 3 Splitter (19-C-102) dipisahkan antara propane
dan propylene.
Uap propylene terbentuk di bagian atas overhead dan propane di bottom.
Propane yang dihasilkan dikirim ke tangki penampungan menggunakan pompa
(19-P-103 A/B), sedangkan propylene masuk ke C 3 Splitter Flash Drum (19-V-
102). Sebagian propylene direfluks dan sebagian lagi dikompresikan oleh C 3
Splitter Heat Pump Compressor (19-K-111) untuk memanaskan propana di C 3
Splitter Reboiler. Propylene kemudian dialirkan ke COS Removal melalui pompa
19-P-105 A/B untuk dipisahkan kandungan COS-nya (Carbonyl Sulphide).
Selanjutnya propylene dialirkan ke Propylene Metals Treater (19-V-111) untuk
memisahkan logam (arsin, phospin dan logam lainnya) agar memenuhi spesifikasi
produk yang diinginkan.

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
91
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Dari metal treater , propylene dimasukkan ke reaktor SHP (Selective


Hydrogenation Process) Reactor (19-R-101 A/B) untuk mengubah kandungan
diane dan acetylene yang ada menjadi mono olefin guna memenuhi persyaratan
produksi. Propylene keluaran reaktor didinginkan dan dikirim ke tangki
penampungan dengan dilengkapi analisa kandungan propane. Namun sampai saat
ini reaktor SHP (Selective Hydrogenation Process) Reactor (19-R-101 A/B) tidak
digunakan karena tidak terdapat diene dan acetylene pada produk propylene
sehingga produk propylene yang telah dihilangkan metalnya di Metals Treater
(19-V-111) langsung ditampung di tangki penampungan.
2.3.2.5. Unit 20: Catalytic CondensationUnit (CCU)
Catalytic condensation merupakan suatu reaksi alkilasi dan polimerisasi
dari senyawa olefin menjadi produk dengan fraksi tinggi dengan katalis Solid
Phosporus Acid. Unit ini berfungsi untuk mengolah campuran butane/butilene
dari Propylene Recovery Unit (Unit 19) menjadi gasoline dengan angka oktan
yang tinggi. Unit ini berkapasitas 13.000 BPSD dengan tiga reaktor paralel.
Selain butan, produk yang dihasilkan dari unit ini adalah gasoline dengan
berat molekul tinggi yang disebut polygasoline. Produk polygasoline ini dibentuk
dari campuran senyawa-senyawa C 4 tak jenuh (butilen) dan butan dari RCC
Complex dengan proses UOP. Produk yang dihasilkan CCU ini yaitu polygasoline
dan butane.
Reaksinya:
CH 3 CH 3

CH3-C=CH 2 + CH 3 -CH-CH 3 → CH 3 -C-CH 2 -CH-CH 3+panas

CH 3 CH 3 CH 3
(isobutilen) (isobutan) (isooktan/polygasoline)

Tahapan Proses:
Seksi Reaktor
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
92
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

UOP catalytic merupakan salah satu unit yang dirancang UOP untuk
memproses Unsaturated Mixed Butan dari unit-unit RCC complex. Feed
campuran butane/butilene dari Propylene Recovery Unit masuk ke wash water
column untuk dicuci dengan larutan fosfat secara counter current untuk
memudahkan reaksi (katalis) dan menghilangkan kotoran. Wash water sebagian
disirkulasi dan sisanya dibuang. Campuran butana bersama aliran rectifier
dipompakan ke tiga reaktor yang dipasang secara pararel. Pada reaktor terjadi
reaksi isomerisasi (membentuk isobutan dan isobutilen) dan alkilasi.
Seksi Rectification
Hasil reaktor disaring oleh filter untuk mencegah katalis padat terikut
dalam produk. Effluentnya masuk ke flash rectifier. Di dalam rectifier ini, effluent
dipisahkan dengan cara penguapan menghasilkan saturated LPG, polygasoline,
dan unreacted umpan sebagai hasil bawah. Sedangkan hasil atasnya berupa uap
butilen dan butan yang dialirkan ke rectifier receiver untuk dijadikan kondensat
seluruhnya. Kondensat yang terbentuk sebagian dikembalikan ke flash rectifier
sebagai refluks dan sebagian sebagai produk recycle untuk kembali direaksikan
pada reaktor. Hasil bawah flash rectifier masuk ke stabilizer.
Seksi Stabilizer
Umpan masuk ke tray 16 dari 30 tray, dimana pada seksi ini terjadi
pemisahan secara distilasi. Hasil atas berupa LPG butana kemudian masuk ke
stabilizer receiver dan dihilangkan airnya dengan water boot. Kondensat yang ada
sebagian dikembalikan ke stabilizer dan sebagian dialirkan ke caustic wash (untuk
menyerap senyawa sulfur) kemudian dialirkan ke sand filter (untuk menyaring
padatan natrium) dan selanjutnya dimasukkan ke storage. Produk bawahnya
berupa polygasoline didinginkan sebelum masuk ke tangki penyimpanan.

S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
93

Anda mungkin juga menyukai