183846610
183846610
BAB II
DESKRIPSI PROSES
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
31
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
polygasoline (bahan campuran mogas dengan bilangan oktan 98), naphta, Light
Cycle Oil (bahan dasar minyak diesel dan bahan pencampur solar), serta Decant
Oil (bahan dasar minyak bakar).
Produk-produk dari fraksinator unit RCC kemudian diproses pada unit
pemurnian untuk memurnikan produk kilang dari pengotor agar memenuhi
spesfikasi pasar yang diinginkan.
Pada akhir tahun 2005, PERTAMINA membuka unit baru untuk
memproses dan meningkatkan angka oktan dari naphta tanpa menggunakan TEL
dan MTBE, yaitu Naphta Processing Unit (NPU) atau lebih dikenal dengan
Proyek Langit Biru Balongan (PLBB).
Seluruh proses pada kilang tersebut dibantu oleh sistem utilitas yang
terdiri dari generator (generator utama dan generator cadangan), ketel uap, menara
pendingin, sistem udara tekan, dan pabrik nitrogen.
Tabel 2 -1 Kapasitas Produksi Unit Proses
Kapasitas
Unit Proses
125000 BPSD
CDU
Amine Treatment, SWS dan Sulphur 30 ton/hari
Plant
NPU 52000 BPSD
ARHDM 58000 BPSD
Hydrogen Plant 76 MMSCFD
GO HTU 32000 BPSD
LCO HTU 15000 BPSD
RCC 83000 BPSD
Unsaturated Gas Plant 83000 BPSD
LPG Treatment 22500 BPSD
Gasoline Treatment 47500 BPSD
Propylene Recovery 7150 BPSD
Catalytic Condensation 13000 BPSD
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
32
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Pada unit ini terdiri dari Crude Distilation Unit (CDU) (Unit 11), Amine
Treatment (Unit 23), Sour Water Stripper (Unit 24), Sulfur Plant (Unit 25), dan
Caustic soda (Unit 64).
2.1.1.1.Unit 11: Crude Distillation Unit (CDU)
Unit ini pada mulanya dibangun untuk mengolah campuran minyak mentah
yang terdiri dari 80% Duri Crude Oil dan 20% Minas Crude Oil. Dengan
kapasitas keseluruhan sebesar 125.000 BPSD (Barrel Per Stream Day) atau 8281
m 3 /jam. Namun pada perkembanganya dengan pertimbangan optimasi, sekarang
unit ini dioperasikan pada perbandingan 50% Duri Crude Oil dan 50% Minas
Crude Oil. Feed pada CDU masih mengandung kontaminan logam serta
komponen lain yang tidak dikehendaki pada proses. Bahan baku diolah dengan
proses fraksinasi atmosferis (atmospheric fractionation).
Produk dari unit ini adalah:
Off gas : 170 BPSD
Naphta : 5.460 BPSD
Kerosene : 11.270 BPSD
LGO (Light Gas Oil) dan HGO (Heavy Gas Oil) : 23.300 BPSD
Atmospheric Residue (AR) : 86.760 BPSD
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
33
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Naphta dari CDU diolah lagi untuk menaikkan bilangan oktan di dalam
NPU. Kerosene digunakan untuk campuran pembuatan gasoil. Gasoil dari CDU
masih bersifat tidak stabil sehingga perlu diolah di Gasoil Hydrotreating Unit
(GOHTU), sedangkan residu atmosferis kemudian diolah di unit AHU dan RCC.
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
34
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Unit CDU ini juga dirancang untuk mengolah campuran Wild Naphta dari
Gas Oil dan Light Cycle Oil (LCO) Hydrotreater. Unit ini beroperasi dengan baik
pada kapasitas antara 50-100% kapasitas desain dengan faktor On Stream 0,91.
Tahapan Proses:
Duri dan Minas crude dicampur di offsite (area tank farm) dan dipompakan
ke unit, masuk disuction crude oil charge pump 11-P-101 A/B. Kemudian crude
oil dipompakan melalui cold preheat train dan desalter. Crude oil pertama kali
dipanaskan oleh produk L gas oil, cold heavy gas oil product, cold residue, top
pump around dan intermediate residue pada exchanger 11-E-101 sampai 11-E-
105 secara berurutan sebelum masuk desalter yang dipasang dua tingkat 11-V-101
A/B.
Crude oil di up stream mixing valve pada desalter crude oil charge dipompa
oleh 11-P-102 A/B, melalui hot preheated train dimana nanti akan dipanaskan
oleh mid pump around, intermediate residue, hot heavy gas oil product, bottom
pump around dan hot residue pada exchanger 11-E-106 sampai 11-E-111 secara
berturutan.
Crude oil yang keluar dari preheat exchanger yang terakhir tekanannya
masih cukup untuk menekankan terjadinya penguapan sehingga flow
measurement dan control untuk delapan pass dari crude charge heater 11-F-101
masih memenuhi syarat sebagaimana mestinya. Crude oil mengalir melalui bagian
conveksi dan radiant heater dimana sebagian sudah berupa vapor kemudian
masuk ke flash zone dari main fractionator 11-C-101 untuk fraksinasi.
Overheat stream dari 11-C-101 (terdiri dari off gas (C 1 -C 4 ), nafta dan
kerosene) mengalir ke overhead condensor 11-E-114 dan akan terjadi kondensasi
di sini. Aqueous amonia dan corosion inhibitor diinjeksikan ke line overhead
untuk mengurangi korosi.
Overheat stream dari 11-E-114 sebagian besar terkondensasi kecuali inert
gas dena sedikit hydrocarbon ringan dan akan terpisah di overhead accumulator
11-V-102. Gas yang terkondensasi dilewatkan offgas KO. Drum 11-V-103 dan
kemudian ke 11-F-101 untuk dibakar di burner. Condensat dari overhead distilat
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
35
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
36
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
37
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
amine) sebagai larutan penyerap. Kadar larutan MDEA yang digunakan adalah 2
kgmol/m 3 . Pada unit ini diharapkan supaya kandungan H 2 S produk maksimal
sebesar 50 ppm volume.
Pada unit ini terdapat tiga alat utama, yaitu:
1. Off Gas Absorber
Berfungsi untuk mengolah gas yang berasal dari CDU, AHU, GOHTU dan
LCO HTU. Hasilnya dialirkan ke fuel gas system, dan dipakai sebagai umpan
gas H 2 plant. Kapasitasnya 18522 Nm 3 /jam.
2. RCC Unsaturated Gas Absorber
Berfungsi untuk mengolah sour gas dari unit RCC yang kemudian dikirim ke
fuel gas system sebagai bahan bakar kilang. Kapasitasnya 39252 Nm 3 /jam.
3. Amine Regenerator
Befungsi untuk meregenerasi larutan amine yang telah digunakan pada kedua
absorber di atas dengan kapasitas 100% gas yang yang keluar dari kedua
menara. Spesifikasi produk keluar masing-masing menara adalah maksimal 50
ppm volume H 2 S.
Sedangkan aliran prosesnya meliputi tiga seksi, yaitu:
Seksi Amine Regenerator.
1.
Seksi Absorber, yang terdiri atas seksi offgas absorber dan seksi RCC
2.
Unsaturated Gas Absorber.
3. Seksi Amine Make-Up and Drain, yang terdiri dari alat pengisian/ make-
up larutan amine selama start-up dan untuk menampung larutan amine saat
shutdown.
Tahapan Proses:
Umpan unit ini berasal dari off gas CDU (Unit 11), GOHTU (Unit 14),
LCOHTU (Unit 21), beserta AHU (Unit 12 dan 13). Umpan dicampur menjadi
satu, kemudian dilewatkan Exchanger (14-E-201) dengan menggunakan
pendingin air. Kemudian ditampung dalam Vessel Gas KO Drum (14-V-101).
Hasil bawah berupa HC drain yang dibuang ke flare. Hasil atas masuk ke Off Gas
Absorber (14-C-201) dimana hasil atas berupa treated off gas yang akan dijadikan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
38
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
fuel gas. Hasil bawahnya dicampur dengan hasil bawah RCC Unsaturated Gas
Absorber (16-C-105) dan RCC Unsaturated Gas KO Drum (16-V-107).
RCC Unsaturated Gas Absorber mengolah off gas dari Lean Gas KO Drum,
hasil atas treated off gas yang ditampung di (16-V-107). Off gas tersebut
digunakan untuk fuel gas system dan sebagai umpan H 2 Plant.
Campuran dari sebagian treated off gas dari 16-V-107, hasil bawah Off gas
Absorber (14-C-201) dan hasil bawah dari RCC Unsaturated Gas Absorber (16-
C-105) tersebut sebagian dilewatkan Rich Amine Filter (23-S-103) sebagian
dibypass dan dicampur lagi. Kemudian dilewatkan Exchanger (23-E-102),
disesuaikan dengan kondisi Regenerator (23-C-101). Reboiler pada regenerator
menggunakan LP Steam. Produk cair reboiler dikembalikan ke dasar kolom
regenerator, sedangkan uapnya juga dikembalikan juga dikembalikan ke
regenerator, setingkat di atas cairannya.
Hasil atas Regenerator (23-C-101) dilewatkan Kondensor (23-E-104),
ditampung di Vessel (23-V-101). Cairan keluar vessel ditambah make up water,
dipompa sebagai refluk. Uap dari vessel merupakan sour gas yang merupakan
umpan Sulphur Plant.
Hasil bawah regenerator dicampur dengan amine dari Amine Tank (23-T-101)
yang dialirkan menggunakan Pompa (23-P-103). Campuran digunakan sebagai
pemanas pada (23-E-102), dipompa menggunakan Pompa (23-P-101-A/B),
sebagian dilewatkan Lean Amine Filter (23-S-101) dan Lean Amine Carbon Filter
(23-S-102), hasil keluarannya dicampur kembali. Kemudian sebagian dilewatkan
Exchanger (23-E-101), sebagian dibypass, kemudian masuk RCC Unsaturated
Gas Absorber (16-C-105).
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
39
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Seksi ini terdiri atas 2 train yang perbedaanya didasarkan atas air buangan
proses yang diolah, yaitu:
Train 1: dengan kapasitas 67 m 3 /jam, yang berfungsi untuk mengolah air
buangan proses yang berasal dari CDU, AHU, GO HTU dan LCO HTU.
Train 2: dengan kapasitas 65,8 m 3 /jam, berfungsi untuk mengolah air
buangan proses yang berasal dari RCC Complex.
Selain itu, kedua train juga berfungsi untuk menghilangkan H 2 S dan NH 3 yang
ada dalam air sisa proses. Kemudian air tersebut disalurkan ke Effluent
Treatment Facility atau diolah kembali di CDU dan AHU. Sedangkan gas
yang mengandung H 2 S cukup tinggi (Sour Gas) di treatment di sulfur plant
2. Seksi Spent Caustic Treating.
Seksi ini berfungsi untuk mengoksidasi komponen sulfur dalam larutan Spent
Caustic dari beberapa unit operasi, untuk selanjutnya dinetralisir dengan
menggunakan asam sulfat. Kapasitasnya 17,7 m 3 /hari.
Dilihat dari sumber Spent Caustic yang diproses, seksi ini dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu:
a. Spent Caustic yang rutin (routinous) dan non-rutin
(interminent), yang berasal dari:
LPG Trater Unit (LPGTR)
Gasoline Treater Unit (GTR)
Propilene Recovery Unit (PRU)
Catalytic Condensation Unit (CCU)
b. Spent Caustic yang merupakan regenerasi dari unit-unit:
Gas Oil Hydrotreater (GOHTU)
Light Oil Hydrotreater (LCOHTU)
Komponen sulfur yang terdapat dalam Spent Caustic dapat berupa S 2- atau HS -
.
Reaksi yang terjadi:
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
40
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
2S 2- + 2O 2 + H 2 O S 2 O 32- + 2OH +
2HS - + 2O 2- S 2 O 32- + H 2 O
Selanjutnya Tiosulfat dioksidasi menjadi:
S 2 O 32- + O 2 + 2OH - 2SO 42- + H 2 O
Tahapan Proses:
Sour water yang berasal dari CDU, AHU, LCO-HTU dan GO-HTU
dicampur kemudian dimasukkan di surge drum (24-V-101), sebagian dimasukkan
ke sour water tank bersama dengan sebagian sour water dari unit RCC. Dari
surge drum dipompa dengan 24-P-101 A/B melalui preheat exchanger 24-E-101
dan 102 berturut-turut dan masuk ke H 2 S stripper (24-C-101) untuk dipisahkan
antara H 2 S dan air yang masih mengandung NH 3 . Hasil atas berupa off gas kaya
H 2 S dikirm ke sulphur plant untuk diolah lagi sulfurnya. Hasil bawah dikirim ke
NH 3 stripper (24-C-102), panas dari produk bawah ini dimanfaatkan untuk
pemanas 24-E-101. Didalam NH 3 stripper dipisahkan NH 3 untuk menghasilkan
treated water. Hasil atas berupa off gas kaya NH 3 yang dikirim ke incinerator
untuk dibakar. Hasil bawah berupa treated water yang dikirim ke Effluent
Treatment Facility, CDU dan AHU, sebelumnya panas dari treated water
dimanfaatkan untuk memanaskan 24-E-101.
Sour water dari unit RCC dimasukkan ke surge drum (24-V-201) kemudian
dengan pompa 24-P-201 A/B dimasukkan ke prefilter (24-S-201 dan 202) untuk
disaring kotoran dan gel yang terbentuk karena sour water dari RCC ini kaya akan
kandungan olefin. Dari prefilter dilewatkan preheat exchanger (24-E-201)
kemudian dimasukkan ke Sour Water Stripper (24-C-201) untuk dipisahkan
treated water dan NH 3 . Hasil atas berupa off gas kaya NH 3 yang dikirim ke
incenerator. Hasil bawah berupa treated water yang dikirim ke Effluent Treatment
Facility, CDU dan AHU, sebelumnya panas dari treated water dimanfaatkan
untuk memanaskan 24-E-201.
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
41
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Pada unit ini digunakan untuk mengambil sulfur dari Off Gas Amine
Treatment Unit dan dari H 2 S stripper train 1 di unit SWS. Unit ini terdiri dari
unit Claus yang berfungsi untuk menghasilkan cairan sulfur yang kemudian
diikuti oleh pembentukan serpihan sulfur, unit penyimpanan sulfur padat dan unit
pembakaran untuk mengolah gas sisa dari unit Claus dan untuk membakar gas-gas
yang mengandung NH 3 dari unit SWS. Kapasitas unit ini dirancang untuk
menghasilkan sulfur 29,8 ton/hari.
Pada unit ini terdiri dari lima seksi, yaitu:
Seksi Gas Umpan
1.
Seksi Dapur Reaksi dan Waste Heat Boiler
2.
Seksi Reaktor dan Sulfur Condensor
3.
Seksi Incinerator
4.
Seksi Sulfur Pit
5.
Tahapan Proses:
Proses Claus terdiri dari 2 tahap, yaitu:
1.Thermal Recovery
Pada tahap ini, gas asam dibakar di dalam furnance dengan pasokan udara
sedemikian rupa hingga membakar sekitar 1/3 H 2 S serta hidrokarbon dan
amonia yang terdapat dalam gas umpan. Senyawa SO 2 yang terbentuk dari
pembakaran akan bereaksi dengan senyawa H 2 S yang tidak terbakar
menghasilkan senyawa sulfur. Produk pembakaran didinginkan di waste heat
boiler dan thermal sulphur condenser. Panas yang diterima di waste heat
boiler digunakan untuk membangkitkan kukus. Sekitar 60% lebih sulfur
diperoleh pada tahap ini.
2.Catalytic Recoveries
Setelah tahap thermal recovery dilanjutkan dengan 3 tahap catalytic
recoveries. Tiap tahapnya terdiri dari reheat (reheater), catalytic conversion
(converter), dan cooling with sulphur condensation. Sulfur mengalir keluar
dari tiap kondensor ke sulphur pit dimana dilakukan proses deggased. Pada
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
42
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
unit ini sulfur yang berasal dari unit Claus yang berfasa cair diubah menjadi
fasa padat dan dibentuk serpihan kemudian disimpan.
Reaksi-reaksi yang terjadi pada proses Claus adalah sebagai berikut:
H 2 S + ½ O 2 → SO 2 + H 2 O (thermal)
H 2 S + ½ SO 2 ↔ ½ S + H 2 O (thermal dan catalyst)
Pada Sulphur Plant terdapat incinerator yang berfungsi untuk membakar
sulfur yang tersisa dari unit Claus, membakar gas-gas yang mengandung NH 3 dari
unit SWS dan membakar gas dari sulphur pit.
S1 Teknik Kimia
C 121 118
o
C 147 147
o
C 180 180
Universitas Sebelas Maret Surakarta
43
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Tahapan Proses:
Unit ini terdiri dari 4 seksi,yaitu:
1. Seksi Oxygen Stripper
2. Seksi Reaktor
3. Seksi Naphta Stripper
4. Seksi Naphta Splitter
Seksi Oxygen Stripper
Feed naphta masuk ke unit NDHT dari tangki intermediet yaitu (42-T-107-
A/B/C) atau dari proses lainnya. Tangki tersebut harus dilengkapi dengan gas
blanketing untuk mencegah O 2 dalam yang terlarut dalam naphta khususnya feed
dari tangki. Kandungan O 2 dan olefin dalam feed dapat menyebabkan terjadinya
polimerisasi olefin dalam tangki bila disimpan terlalu lama. Polimerisasi dapat
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
44
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
pula terjadi jika kombinasi feed reaktor yang keluar exchanger tidak dibersihkan
sebelumnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya fouling yang berakibat pada
menurunnya efisiensi perpindahan panas.
Keberadaan O 2 juga dapat merugikan operasi Unit Platformer. Setiap
campuran O 2 yang tidak dihilangkan pada Unit Hydrotreater akan menjadi air
pada Unit Platformer, yang mengakibatkan kesetimbangan air-klorida pada
katalis platforming akan terganggu.
Seksi reaktor mencakup antara lain: reaktor, separator, recycle gas
compressor, sistem pemanas atau pendingin. Campuran sulfur dan nitrogen yang
dapat meracuni katalis di Platforming Unit akan membentuk H 2 S dan NH 3 di
dalam reaktor yang selanjutnya dibuang ke seksi downstream. Recycle gas yang
mengandung H 2 dengan kemurnian tinggi disirkulasian oleh recycle gas
compressor saat reaksi hydrotreating, dengan tekanan H 2 pada kondisi atmosferis.
Seksi naphta stripper didesain untuk memproduksi sweet naphta dan
membuang gas H 2 S, air, hidrokarbon ringan, serta melepas H 2 dari keluaran
reaktor.
Seksi naphta splitter didesain untuk memisahkan sweet naphta yang masuk
menjadi 2 aliran, yaitu: light naphta yang dikirim langsung ke Penex Unit dan
heavy naphta sebagai feed pada Platforming Unit.
Tabel 2 -5 Spesifikasi Produk Light Hydrotreated Naphta
Spesifikasi
Analisis Satuan
Lean Feed Case Rich Feed Case
C4
% vol 1,56 3,24
C5 % vol 70,55 62,43
nC6 % vol 8,06 8,99
Sikloheksan % vol 9,60 max 9,36 max
Benzen % vol 5,48 max 7,15 max
+C7 % vol 2,82 max 2,83 max
HCl ppm berat 0,5 max
Copper ppm berat 6 max
Lead ppm berat 10 max
Arsenic ppm berat 1 max
Water ppm berat Jenuh pada temperatur desain
Total Sulfur ppm berat 0,1 max
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
45
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
46
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
1. Seksi Reaktor
3. Seksi Debutanizer
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
47
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
untuk menghilangkan kandungan klorida yang akan berbahaya jika berada dalam
bentuk gas. Net gas (hidrogen, off gas, dan LPG) dari unit proses CCR
Platforming sebagian digunakan untuk fuel gas. Sebagian lagi dipisahkan dengan
sistem kompresor menjadi H 2 untuk unit NHT dan Penex dan gas hidrokarbon
(LPG dan offgas) untuk dikembalikan ke separator (32-V-101) atau dicampur
dengan aliran naphta dari vessel recovery.
Aliran campuran naphta dari vessel recovery diproses di debutanizer untuk
memisahkan fraksi naphta dengan fraksi gas yang mengandung LPG. Sumber
panas yang digunakan berasal dari heat exhanger dari sebagian bottom product
yang dipanaskan. Top product didinginkan dan dipisahkan fraksi gas dan fraksi
airnya. Fraksi gas ringan dikembalikan ke net gas chloride treatment, fraksi LPG
sebagian dikembalikan ke kolom sebagai refluks dan sebagian diolah menjadi
unstabillized LPG yang akan dikirim ke Penex dengan menghilangkan kandungan
klorinnya terlebih dahulu, sedangkan fraksi airnya ke SWS. Bottom product
sebagian lagi di gunakan untuk pemanas feed dan kemudian didinginkan untuk
disimpan dalam tangki.
Spesifikasi Produk Unstabilize LPG
Tabel 2 -7
Spesifikasi
Analisis Satuan
Lean Feed Case Rich Feed Case
Liquid Density
Kg/m 3 554 574
C2 % vol 5,1 4,6
C3 % vol 30,7 28,9
iC4 % vol 23,6 23,9
nC4 % vol 39,2 41,7
Lain-lain % vol 1,4 0,9
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
48
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
49
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
50
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Hydrogen One Throught (HOT) Penex, dan sebagai jaminan jika Unit NHT
mengalami gangguan yang mengakibatkan kandungan sulfur dalam feed cukup
tinggi.
Semua normal paraffin sebagai feedstock dan make-up hydrogen harus
dikeringkan terlebih dahulu sebelum masuk reaktor. Kandungan air yang diijinkan
adalah 0,01 ppm. Drier berfungsi sebagai alat untuk membersihkan/
menghilangkan air dari normal paraffin, karena air akan menganggu kapasitas dan
bereaksi dengan inti asam katalis pada saat digunakan. Katalis yang digunakan
pada Penex sama dengan katalis pada Platformer, hanya komposisinya yang
berbeda.
Seksi reaktor terdiri dari heat exchanger yang berfungsi untuk
mengoptimalkan energi utilitas. Proses isomerisasi berlangsung dalam reaktor
yang merubah normal parafin menjadi isoparafin dan sikloparafin dengan efisiensi
sampai 100%. Untuk mengurangi kerugian akibat pemkaian katalis, katalis dapat
diganti sebagian. Untuk tambahan dengan menaikkan LHSV seperti butiran
katalis yang kecil, jumlah biaya kebutuhan katalis bisa dikurangi. Proses
isomersasi dan benzen hidrogenasi bersifat eksotermis sehingga akan menaikkan
temperatur reaktor. Oleh karena itu digunakan sistem 2 reaktor untuk mengontrol
temperatur dan heat exchanger dengan pendingin cold feed.
Sebagian besar isomerisasi berlangsung dengan kecepatan tinggi pada reaktor
pertama dan sisanya temperatur rendah pada reaktor kedua, untuk menghindari
reaksi balik. Sebagai promotor ditambahkan perchloride secara kontinyu yang
akan terpecah menjadi HCl dalam jumlah yang sangat kecil.
Produk reaktor dipisahkan dalam stabilizer. Keluaran reaktor disebut product
(yaitu Penexate, yang mengandung iso dan siklo parafin) dicampur dengan
unstabillized LPG dari Platformer dan dipisahkan fraksi gas dan fraksi naphta
dengan product stabilizer. Produk gas keluar stabilizer sangat kecil karena
pemilihan jenis katalis yang menghasilkan hydrocracking dari C 5 /C 6 feed yang
berubah. Komposisi produk gas stabilizer adalah sebagai berikut:
Gas H 2 yang tidak dipakai dalam reaktor.
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
51
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Gas-gas ringan (C 1 – C 4 ) yang masuk bersama make-up gas dan yang timbul di
dalam reaktor akibat proses hydrocracking.
Gas HCl yang berasal dari perchloride yang kemudian dibersihkan dalam
Caustic Scrubber.
Setelah itu stabilizer gas didinginkan dan dipisahkan, fraksi gas ringan masuk
caustic scrubber untuk diolah sebelum ke refinery fuel gas system, sedangkan
fraksi LPG dimurnikan di LPG stripper. Fraksi naphta menuju kolom
deisohexanizer dan sebagian direfluks.
Caustic scrubber sangat diperlukan untuk membersihkan hidrogen klorida
(HCl) dalam fraksi gas yang akan masuk ke refinery fuel gas system. Material
balance untuk scrubber ini menunjukkan 10% wt larutan caustic diturunkan
hingga 2% wt yang dipakai untuk proses pemurnian, selanjutnya akan dibuang
dan diganti setiap minggu kira-kira 104,3 m 3 . Teknik khusus dapat dikembangkan
untuk penetralan dari caustic yang dipakai, dengan menginjeksikan sulfuric acid
ke dalam aliran ini.
LPG Stripper
Top product di recycle ke stabilizer receiver untuk mengolah fraksi ringan dan
meminimalkan LPG yang terikut. Bottom product sebagian direfluks dan sebagian
lagi didinginkan menjadi produk LPG.
Deisohexanizer
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
52
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
53
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
54
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Tabel 2 -14
Spesifikasi Produk Hydrocracked Kerosene
Analisis
SatuanRange
Boiling Point o
Flash Point TAG C 145
o
Copper Strip Corrosion
C 40,5 min
Colour
3 hr/50 o C 1 max
Water content
Stabil
Smoke Point
Free
17 min
Tabel 2 -15
Analisis Spesifikasi Produk Hydrocracked Gas Oil
Boiling Point
SatuanRange
Flash Point PMCC o
ASTM D 90 % vol C 240 – 370
o
Corrosion Carbon
C 80 min
o
C 350 max
% wt 0,1 max
o
Distilation gap between 95 % C 15 min
vol kerosene and 5 % vol gas oil
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
55
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
4. Hydrocracking
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
56
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
57
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
58
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
59
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Liquid dari bottom HHPS di-flash di dalam Hot Low Pressure Separator
(HLPS).Uap yang kaya H 2 dipisahkan untuk recovery dan produk minyak berat
digabung dengan produk HLPS modul 13, kemudian dialirkan ke Fractionator.
Flash gas dari HLPS modul 12 dan 13 didinginkan dengan exchanger dan air
cooler sebelum di-flash di Cold low Pressure Drum (CLPFD). Flash gas dari
CLPFD yang kaya akan H 2 dialirkan ke make up gas compressor untuk
dikompresi dan dikembalikan ke unit ARDHM. Liquid ringan di-flash kembali
bersama dengan liquid dari CHPS ke CLPS.
Seksi Recycle Gas
Aliran yang kaya H 2 dari CHPS dikembalikan ke reaktor dengan Recycle
Gas Compressor 13-K-101, sehingga sirkulasi gas tekanan tinggi dapat
dipertahankan. Vapor dari CHPS terbagi dua, sebagian dialirkan ke Recycle Gas
Compressor Suction dan sebagian lagi dialirkan ke Membrane Separation Unit
12-V-501.
Aliran ke membran unit diperlukan untuk mempertahankan kemurnian H 2
yang tinggi dalam recycle gas. Jika kemurnian H 2 turun di bawah 88,8 % vol H 2 ,
aliran ke Membran Separation Unit harus ditambah hingga target kemurnian H 2
tercapai. Membran Separation Unit ini mampu meningkatkan kemurnian H 2
hingga 90 %.
Recycle Gas dari keluaran kompressor dibagi dalam dua aliran, sebagian
dialirkan sebagai aliran feed menuju reaktor, sementara sebagian lagi sebagai
aliran Charge Gas yang bergabung dengan umpan reaktor sebelum dipanaskan
dalam tungku.
Bila aliran umpan reaktor di atas 1292 m 3 /jam per unit, maka aliran gas
recycle minimum adalah 850 Nm 3 /m 3 umpan reaktor. Namun bagaimanapun juga,
jumlah aliran recycle gas tidak boleh melebihi 183.700 Nm 3 /jam karena problem
korosi pada Tube Effluent Air Cooler 12-E-105.
Seksi Fraksinasi
Seksi fraksinator memisahkan produk ARHDM menjadi naphta, kerosene,
diesel dan hydrodemetallized AR. Produk-produk ini diperoleh dengan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
60
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
61
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Feed untuk Gasoil Stripper diambil dari tray ke-24 fraksinator dan di refluks
ke tray 22. Produk gasoil yang keluar dari stripper dibagi menjadi dua, sebagian
dikirim langsung ke GOHTU dan yang sebagian didingikan terlebih dahulu baru
kemudian dikirimkan ke tangki produk.
Kerosene dialirkan sebagai down comer pada tray ke-10 fraksinator,
kemuadian dipanaskan kembali dengan Bottom Fraksinator Stripper Vapor pada
Kerosene Sidecut Stripper untuk direfluks pada tray ke-9. Selanjutnya produk
kerosene dari stripper diproses dalam Clay Treater untuk memperbaiki kestabilan
warna sebelum dikirim ke tangki produk.
Bottom fractinator yang menghasilkan DMAR dipompa dan dibagi menjadi
dua aliran, yaitu:
1. Aliran terbanyak digunakan untuk memanasi umpan dingin fraktinator
dan selanjutnya memanasi AR yang akan masuk Feed Filter.
2. Aliran yang sedikit digunakan untuk memanaskan Kerosene Stripper
Reboiler.
Kedua aliran di atas digabung dan dapat langsung dikirim ke unit RCC atau
didinginkan lebih lanjut sebelum dialirkan ke tangki. Sebagian aliran bottom
fraksinator pada down stream digunakan sebagai backwash pada Feed Filter
kemudian bergabung kembali dengan aliran produk DMAR ke RCC dan tangki.
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
62
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
63
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
64
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Pemurnian Hidrogen
Pemurnian hidrogen dilakukan dalam 2 tahap:
High Temperature Shift Converter (HTSC)
Bertujuan mengubah CO menjadi CO 2 dengan reaksi:
CO + H 2 O CO 2 + H 2
Pressure Swing Adsorption (PSA)
Setelah bereaksi di HTSC, feed didinginkan dan kondensat dalam feed gas
dipisahkan di Raw Gas KO Drum sebelum masuk ke Unit PSA. Unit PSA
didesain untuk memurnikan gas hidrogen secara kontinyu. Aliran gas keluar
PSA terdiri dari H 2 murni bertekanan tinggi dan tail gas yang mengandung
impurities pada tekanan rendah.
Adsorber beroperasi secara bergantian antara adsorpsi dan regenerasi.
Adsorber
Feed gas mengalir melalui adsorber dari bawah ke atas. Impurities (air,
hidrokarbon, CO 2 , CO, dan N 2 ) akan diadsorpsi secara selektif. H 2 dengan
kemurnian tinggi akan mengalir ke line produk.
Regenerator
Proses ini meliputi 4 tahap, yaitu:
1. Penurunan tekanan
2. Penurunan tekanan lanjut, dengan membuat tekanan ke arah berlawanan
dengan feed
3.Purging H 2 murni (melepas impurities)
4. Menaikkan tekanan menuju tekanan adsorpsi
Kemudian produk H 2 dari adsorber disaring dalam Product Filter (22-S-
102) sehingga padatan yang terikut dalam gas akan tertahan. Kemudian H 2
didinginkan sampai suhu 40 o C oleh Product Cooler (22-E-106) sebelum
disalurkan ke unit lain.
Spesifikasi Produk Hydrogen Plant
Tabel 2 -18
SatuanRange
Analisis
% mol 99,9 min
H2
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
65
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
66
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Tahapan Proses:
Seksi Feed
Feed GO HTU yang berasal dari ARHDM, CDU dan storage dialirkan
melalui feed filter (14-S-101) untuk menghilangkan partikel padat yang lebih
besar dari 25 mikron, kemudian masuk ke feed surge drum (14-V-101). Air yang
terbawa oleh feed dari tangki akan terpisah di bottom feed surge drum, sedangkan
yang tidak terpisah ditahan oleh wire mesh blanket agar tidak terikut ke suction
pompa feed kemudian dialirkan ke Sour Water Stripper. Tekanan fuel gas dalam
drum ini diatur oleh split range sebagai pressure balance section dari reaktor
charge pump. Hal ini dilakukan untuk mencegah tercampurnya feed dengan udara.
Gas oil dari surge drum dipompa oleh pompa (14-P-102) bersama dengan
recycle gas hidrogen ke combined feed exchanger (14-E-101), sebagian feed
bypass (14-E-101) langsung masuk ke inlet effluent reaktor yang sebelumnya
masuk ke heat exchanger kedua. Setelah keluar dari heat exchanger kedua, feed
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
67
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
diinjeksikan air yang berasal dari wash water pump (14-P-103). Selama start up,
feed dapat langsung dialirkan ke high pressure stripper (14-C-101).
Seksi Reaktor
Feed dan recycle gas dipanaskan terlebih dahulu oleh effluent reaktor di
dalam combined feed exchanger (14-E-101), kemudian sebagian campuran GO
dan H 2 bergabung dan langsung ke charge heater (14-F-101) dan dipanaskan
sampai suhu reaksi, sebagian lagi bypass. Feed dari dapur kemudian masuk di
bagian atas reaktor (14-R-101) dan didistribusikan dengan merata diatas
permukaan bed katalis melalui inlet dari vapour/liquid tray.
Di dalam reaktor, sulfur dan nitrogen dihilangkan dari gas oil melalui
reaksi hidrogenasi dengan bantuan katalis. Karena reaksinya bersifat eksotermis,
maka temperatur yang keluar dari reaktor akan lebih tinggi dari temperatur feed.
Panas hasil reaksi bersama panas yang terkandung dalam feed reaktor akan
diambil oleh combined feed exchanger untuk memanaskan feed. Dalam reaktor
juga terjadi reaksi penjenuhan sebagian fraksi gas oil yang tidak jenuh.
Selanjutnya effluent reaktor didinginkan dalam effluent produk dengan
menggunakan kondensor (14-E-102) yang terdiri dari 8 tube bank, kemudian
didistribusikan secara merata. Sebelumnya, air diinjeksikan ke dalam effluent
reaktor sebelum masuk ke heat exchanger ini. Setelah didinginkan, effluent
reaktor lalu masuk ke dalam product separator (14-V-102) melalui distributor
inlet, dimana hidrokarbon dapat terpisah dengan sendirinya.Wire mesh blanket
demister yang dipasang di separator berfungsi untuk memisahkan fraksi gas,
fraksi air, dan fraksi minyak hidrokarbon.
Fraksi gas yang kaya hidrogen keluar dari separator dan kemudian dikirim
ke recycle gas compressor. Recycle gas kembali ke reaktor bersama feed.
Fraksi air terkumpul dalam water boot separator akan diatur oleh level
controler dan dikirim ke SWS Unit. Air tersebut mengandung H 2 S dan NH 3 .
Fraksi minyak hidrokarbon bergabung dengan hasil kondensasi di seksi
recycle gas (21-V-109), make-up gas suction drum (14-V-105). Fraksi gas yang
terikut dalam aliran minyak akibat tekanan tinggi di separator (14-V-102) masuk
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
68
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
69
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Gas keluar melalui top make up kompresor tingkat dua langsung menuju
suction dari compressor recycle gas. Kemudian H 2 dimasukkan ke discharge
recycle gas compressor. Make-up hidrogen bersama recycle gas menuju
combined feed exchanger (14-E-101). Recycle gas dikirim ke combined feed
exchanger bersama umpan cair. Kemudian aliran terbagi menjadi dua, menuju
combined feed exchanger dan bed kedua reaktor.
Seksi Fraksinasi
Seksi ini betujuan untuk memisahkan wild naphta/heavy naphta yang
masih terbawa oleh gas oil melalui perbedaan titik didih. Campuran aliran fraksi
minyak yang berasal dari produk separator (14-V-102) dikirim ke high pressure
stripper (14-C-101) yang masuk melalui bagian samping atas tray nomor satu dari
15 tray. Feed yang mengalir ke high pressure stripper (14-C-101) dipanasi oleh
produk bawah dari fraksionator (14-C-102), di dalam high pressure stripper feed
exchanger (14-E-104) yang dilengkapi dengan sistem bypass pada temperatur
tinggi. High pressure stripper (14-C-101) dilengkapi dengan stripping steam
untuk menghilangkan H 2 S dari produk menuju fraksionator (14-C-102).
Vapour yang keluar dari (14-C-101) diinjeksi dengan inhibitor melalui
pompa (14-P-105). Untuk mencegah korosi, vapour tersebut didinginkan oleh
high pressure stripper condenssor (14-E-105) dan dikirim ke high pressure
stripper receiver (14-V-106) melalui distributor. Cairan hidrokarbon yang
terbentuk dikembalikan sebagai feed (14-C-101) dan sebelumnya masuk (14-E-
104) dengan menggunakan high pressure stripper overhead pump (14-P-104).
Sebagian cairan hidrokarbon dipakai sebagai pengencer unicor dan sebagian lagi
disirkulasi ke (14-V-106). Air yang terpisah dalam (14-V-106), dikirim ke
effluent reaktor sebelum ke (14-E-102) dan ke masing-masing tube bundle (14-E-
102) sebagai wash water atau ke (21-V-109). Kemudian sisanya ke SWS (Unit
24) dan sebagian lagi dikembalikan ke (14-V-106) untuk menjaga minimum aliran
pompa. Gas yang tidak terkondensasi keluar dari (14-V-106) disalurkan ke Amine
Treatment Unit (Unit 23) untuk menghilangkan kandungan H 2 S bersama dengan
sour water dari (14-V-102).
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
70
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Liquid yang telah bebas dari H 2 S keluar dari bottom (14-C-101) yang
terbagi menjadi dua aliran yang sama. Kemudian masuk ke preheater product
fraksinator (14-F-102).
Top produk yang meninggalkan fraksinator berupa vapour didinginkan
dalam produk fraksinator condensor (14-E-106) dengan pendingin fan. Lalu
masuk ke produk fraksinator receiver (14-V-107) melalui inlet distributor, dimana
air yang terbawa dipisahkan dari liquid hidrokarbon. Fraksi hidrokarbon dipompa
dengan (14-P-107), sebagian menjadi refluks untuk mengontrol end point dari
fraksi overhead, sedangkan sisanya didinginkan dalam net naptha cooler (14-E-
108) sebagai wild naptha dan diteruskan ke stabilizer CDU (Unit 11). Air
dipompakan dengan menggunakan combined water pump (14-P-102) menuju
suction pump (14-P-103) setelah didinginkan di wash water cooler (14-E-109)
sebagai wash water untuk effluent reaktor. Air make-up berasal dari cold
kondensat yang dimasukkan ke dalam tangki untuk kondensat berat (14-V-109)
dan dipompakan ke suction (14-P-107) dengan menggunakan pompa make-up
(14-P-109). Karena tidak ada gas yang terbentuk di (14-V-107), maka untuk
mempertahankan tekanan dari fraksinator dilakukan pengontrolan dengan
memasukkan fuel gas ke dalam (14-V-107).
Produk bottom fraksinator berupa hydrotreating GO dipompakan dengan
(14-P-106) ke heat exchanger (14-E-104) yang dilengkapi dengan saluran bypass
dan net GO cooler (14-E-108) yang didinginkan. Sebelum dikirim ke tangki
penyimpan, produk dimasukkan ke coalecer (14-S-102) untuk memisahkan air
yang terikut dan dikeringkan dengan melewatkannya ke dalam bejana yang berisi
(14-S-101) yang
garam (salt dryer) di (14-V-108). Air dan keluaran dari
terpisahkan bersama, dikirimkan ke waste water treatment.
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
71
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
72
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
LCO yang telah diproses akan dikirim ke tangki produk dan siap untuk
dipasarkan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
73
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Di dalam reaktor terjadi reaksi hidrogenasi antara umpan LCO dari RCC,
nitrogen, dan sulfur, serta penjenuhan olefin dengan hidrogen dan bantuan katalis.
Make up hidrogen disuplai dari Hydrogen Plant. Karena reaksi eksotermis,
temperatur yang keluar dari reaktor akan lebih tinggi dari temperatur feed. Panas
hasil reaksi bersama panas yang terkandung dalam feed reaktor akan diambil oleh
combined feed exchanger untuk memanaskan feed.
Selanjutnya effluent reaktor didinginkan dalam effluent produk kondensor
(21-E-102) yang terdiri dari 8 tube bank dan didistribusikan secara merata.
Sebelumnya air diinjeksikan ke dalam effluent reaktor. Injeksi air dilakukan di
effluent reaktor sebelum masuk HE ini. Setelah effluent reaktor didinginkan,
kemudian masuk ke dalam produk separator (21-V-102) melalui distributor inlet
dimana hidrokarbon terpisah dengan sendirinya. Wire mesh blanket demister yang
dipasang di separator berfungsi untuk memisahkan fraksi gas, fraksi air, dan fraksi
minyak hidrokarbon.
Fraksi gas yang kaya hidrogen keluar dari separator dan kemudian dikirim
ke recycle gas compressor. Recycle gas kembali ke reaktor bersama feed.
Fraksi air terkumpul dalam water boot separator akan diatur oleh level
controler dan dikirim ke Sour Water Stripper Unit. Air tersebut mengandung H 2 S
dan NH 3 .
Fraksi minyak hidrokarbon bergabung dengan hasil kondensasi di seksi
recycle gas (21-V-109), make-up gas suction drum (21-V-105). Fraksi gas yang
terikut dalam aliran minyak akibat tekanan tinggi di separator (21-V-102) masuk
ke interstage cooler (21-E-103) dengan pendingin air, kemudian masuk ke make-
up gas interstage drum (21-V-104) untuk menghilangkan cairan yang terbentuk
akibat pendinginan untuk dikembalikan ke aliran minyak. Aliran fraksi minyak
menuju kolom stripper (21-C-101) dan bergabung dengan fraksi minyak dari
separator (21-V-106) kemudian dipanaskan oleh produk bawah kolom fraksinasi
(21-C-102) di heat exchanger (21-E-104) sebelum memasuki stripper (21-C-101).
Seksi Recycle Gas Compressor
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
74
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
75
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Seksi ini betujuan untuk memisahkan off gas dan wild naphta yang masih
terbawa oleh Light Cycle Oil melalui perbedaan titik didih. Campuran aliran fraksi
minyak yang berasal dari produk separator (21-V-102) dikirim ke high pressure
stripper (21-C-101) yang masuk melalui bagian samping atas tray nomor satu dari
15 tray. Feed yang mengalir ke high pressure stripper (21-C-101) dipanasi oleh
produk bawah dari fraksionator (21-C-102), di dalam high pressure stripper feed
exchanger (21-E-104) yang dilengkapi dengan sistem bypass pada temperatur
tinggi. High pressure stripper (21-C-101) dilengkapi dengan stripping steam
untuk menghilangkan H 2 S dari produk menuju fraksionator (21-C-102).
Vapour yang keluar dari (21-C-101) diinjeksi dengan inhibitor melalui
pompa (21-P-105). Untuk mencegah korosi, vapour tersebut didinginkan oleh
high pressure stripper condenssor (21-E-105) dan dikirim ke high pressure
stripper receiver (21-V-106) melalui distributor. Cairan hidrokarbon yang
terbentuk dikembalikan sebagai feed (21-C-101) dan sebelumnya masuk (21-E-
104) dengan menggunakan high pressure stripper overhead pump (21-P-104).
Sebagian cairan hidrokarbon dipakai sebagai pengencer unicor dan sebagian lagi
disirkulasi ke (21-V-106). Air yang terpisah dalam (21-V-106), dikirim ke
effluent reaktor sebelum ke (21-E-102) dan ke masing-masing tube bundle (21-E-
102) sebagai wash water atau ke (21-V-109). Kemudian sisanya ke SWS (Unit
24) dan sebagian lagi dikembalikan ke (21-V-106) untuk menjaga minimum aliran
pompa. Gas yang tidak terkondensasi keluar dari (21-V-106) disalurkan ke Amine
Treatment Unit (Unit 23) untuk menghilangkan kandungan H 2 S bersama dengan
sour water dari (21-V-102).
Liquid yang telah terbebas dari H 2 S keluar dari bottom (21-C-101) terbagi
menjadi dua aliran yang sama, kemudian masuk ke dalam preheater produk
fraksinator (21-F-102).
Top produk yang meninggalkan fraksinator berupa vapour didinginkan
dalam produk fraksinator condenssor (21-E-106) dengan pendingin fan. Lalu
masuk ke produk fraksinator receiver (21-V-107) melalui inlet distributor, dimana
air yang terbawa dipisahkan dari liquid hidrokarbon. Fraksi hidrokarbon dipompa
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
76
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
dengan (21-P-107), sebagian menjadi refluks untuk mengontrol end point dari
fraksi overhead, sedangkan sisanya didinginkan dalam net naptha cooler (21-E-
108) sebagai wild naptha dan diteruskan ke stabilizer CDU (Unit 11). Air
dipompakan dengan menggunakan combined water pump (21-P-102) menuju
suction pump (21-P-103) setelah didinginkan di wash water cooler (21-E-109)
sebagai wash water untuk effluent reaktor. Air make-up berasal dari cold
kondensat yang dimasukkan ke dalam tangki untuk kondensat berat (21-V-109)
dan dipompakan ke suction (21-P-107) dengan menggunakan pompa make-up
(21-P-109). Karena tidak ada gas yang terbentuk di (21-V-107), maka untuk
mempertahankan tekanan dari fraksinator dilakukan pengontrolan dengan
memasukkan fuel gas ke dalam (21-V-107).
Produk bottom fraksinator berupa hydrotreated LCO dipompakan dengan
(21-P-106) ke heat exchanger (21-E-104) yang dilengkapi dengan saluran bypass
dan net LCO cooler (21-E-108) yang didinginkan. Sebelum dikirim ke tangki
penyimpan, produk dimasukkan ke coalecer (21-S-102) untuk memisahkan air
yang terikut dan dikeringkan dengan melewatkannya ke dalam bejana yang berisi
(21-S-101) yang
garam/salt dryer di (21-V-108). Air dan keluaran dari
terpisahkan bersama, dikirimkan ke waste water treatment.
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
77
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
78
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
79
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Tahapan Proses:
Reactor-Regenerator System
Umpan untuk RCC unit ini disebut raw oil dan biasanya reduced crude.
Raw oil berasal dari campuran Treated Atmospheric Residue dan Untreated
Atmospheric Residu yang berasal dari unit AHU, CDU, dan storage. Campuran
tersebut dicampur di surge drum (15-V-105) dengan syarat tertentu dan
dipompakan ke riser sambil melewati beberapa heat exchanger untuk dipanaskan
oleh produk bottom main column dan produk bottom stripper sampai. Syarat
campuran tersebut antara lain kandungan logam Ni, V, dan MCRT. Logam-logam
tersebut akan menjadi racun dan perusak katalis RCC. MCRT yang diijinkan
adalah 5,6%-v.
Sebelum mencapai riser, raw oil panas di atomize (dikabutkan) oleh steam
berdasarkan perbedaan tekanan dan masuk ke dalam reaktor dengan metode tip
and plug. Pada reaksi ini diperlukan katalis. Katalis yang digunakan terdiri atas
zeolit, silika, dan zat lain. Pengontakan katalis dengan feed dilakukan dengan cara
mengangkat regenerated catalyst dari regenerator ke riser menggunakan lift
steam dan lift gas dari off-gas hasil Gas Concentration Unit. Lift gas juga
berfungsi sebagai nickel vasivator. Katalis kemudian kontak dengan minyak dan
mempercepat reaksi cracking, selain itu katalis juga memberikan panas pada
hidrokarbon (raw oil) sehingga lebih membantu mempercepat reaksi cracking
yang terjadi. Katalis dan hidrokarbon naik ke bagian atas riser karena kecepatan
lift steam dan lift gas yang sangat tinggi. Aliran katalis ke riser ini diatur untuk
menjaga suhu reaktor.
Setelah reaksi terjadi di bagian atas riser (reaktor) maka katalis harus
dipisahkan dari hidrokarbon untuk mengurangi terjadinya secondary cracking
sehingga rantai hidrokarbonnya menjadi lebih kecil dan akhirnya membentuk
coke. Pada bagian atas, sebagian besar katalis akan terpisah dari atomized
hidrocarbon dan jatuh ke seksi stripping, selain itu katalis juga dipisahkan pada
cyclone dekat reaktor dengan memanfaatkan gaya sentrifugal sehingga katalis
terpisah dari atomized hidrocarbon berdasarkan perbedaan densitasnya dan jatuh
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
80
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
81
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
82
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
83
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
84
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fungsi dari stripper adalah untuk menghilangkan C 2 dan fraksi yang lebih
ringan seperti H 2 dan H 2 S yang terkandung dalam fraksi minyak dari HPR. Dalam
stripper tersebut, fraksi ringan yang masih terikut dalam fraksi berat yang masuk
akan dikembalikan ke dalam vessel (16-V-104), sementara fraksi berat yang telah
di stripped (LPG dan naphta) akan masuk ke dalam debutanizer (16-C-104).
Seksi Debutanizer
Fungsi debutanizer ini adalah untuk memisahkan untreated LPG dengan
untreated naphta/gasoline dengan cara mengstrip butan (komponen berat LPG).
Produk untreated gasoline dari debutanizer dipakai sebagai pemanas kolom
bawah debutanizer untuk mengangkat LPG dan pemanas umpan stripper yang
kemudian didinginkan untuk dialirkan ke Gasoline Treatment (unit 18) dan
sebagian dikembalikan ke primary absorber sebagai stabilized gasoline (gasoline
bebas LPG). LPG ditambahkan pada debutanizer receiver kemudian dipompakan
ke debutanizer sebagai refluks untuk mengurangi fraksi berat yang terikut pada
LPG dan ke LPG Treatment Unit (unit 17). Syarat keluaran LPG dari debutanizer
adalah wet test > 95, sedangkan syarat keluaran untrated gasoline adalah RVP <
9. Wet test menggambarkan jumlah pentan dan fraksi yang lebih berat yang terikut
di LPG, yang akan berwujud cair pada suhu kamar sehingga merugikan
konsumen. RVP menyatakan tekanan uap yang diakibatkan oleh fraksi ringan
yang terikut dalam untreated gasoline.
Seksi Primary Absorber
Fungsi dari primary absorber adalah untuk menyerap unsaturated C 3 dan
C 4 (LPG) dalam aliran gas HPR. Fraksi berat dari vessel (15-V-106) akan
bergabung dengan fraksi ringan dari vessel (16-V-104) dalam absorber (16-C-
101) untuk diambil fraksi beratnya (LPG). Absorbent yang digunakan adalah
stabillized gasoline/naphta dari debutanizer. Karena mekanisme absorbsi bersifat
eksotermik dan akan terjadi lebih baik pada temperatur rendah, maka absorber
dilengkapi dengan intercooling dimana naphta sebagai absorbent didiginkan
terlebih dahulu oleh chilled water dengan menggunakan freon untuk
meningkatkan perolehan LPG.
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
85
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Reaksinya:
H 2 S + 2NaOH → Na 2 S + H 2 O
2Na 2 S + 2O 2 + H 2 O → Na 2 SO 3 + 2NaOH
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
86
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
87
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
dimana terjadi kontak dengan serat-serat logam yang dibasahi oleh sirkulasi air.
LPG dan larutan air yang disirkulasikan mengalir secara countercurrent dan
melalui shroud contractor, dimana caustic yang terikat akan diambil oleh air.
LPG yang telah tercuci kemudian diproses lebih lanjut di Propylene Recovery
Unit.
2.3.2.3. Unit 18: Gasoline Treatment
Unit ini berfungsi untuk mengolah produk napthta dari Unsaturated Gas
Plant gar produksi yang dihasilkan memenuhi standar kualitas komponen
blending premium. Produk yang dihasilkan berupa Treated gasoline dengan
kapasitas 47.500 BPSD.
Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah :
2RSH + 2NaOH → 2NaSR + 2H 2 O
2NaSR + H 2 O + ½ O 2 → RSSR + 2NaOH
2RSH + ½ O 2 → RSSR + H 2 O
2NaOH + H 2 S → Na 2 S + H 2 O
2Na 2 S + 2O 2 + H 2 O → Na 2 SO 3 + 2NaOH
Unit Gasoline Treatment ini dirancang untuk memproses sebanyak 47500
BPSD Untreated RCC Gasoline yang dihasilkan oleh unit RCC. Unit ini
dirancang dapat beroperasi pada penurunan kapasitas hingga 50 %.
Tahapan Proses:
Untreated RCC Gasoline (RCCG) mengalir ke dalam sistem caustic treating
sebanyak 47500 BPSD yang terbagi dua secara paralel. Udara untuk oksidasi
diinjeksikan di bagian upstream fiber film contractor (FFC) melewati air sparger.
RCCG selanjutnya mengalir melewati tahapan ekstraksi merkaptan di bagian
puncak FFC, dimana akan terjadi kontak dengan bahan-bahan film yang telah
dibasahi dengan caustic yang berasal dari pompa recycle caustic.
Banyaknya aliran sirkulasi caustic kira-kira 20% volume dari aliran untreated
RCCG. Pemisahan antara fase RCCG dengan caustic terjadi di separator.
Hidrokarbon dan larutan caustic mengalir ke bawah terjadi ekstraksi H 2 S dan
oksidasi merkaptan.
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
88
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
CH 2 =CH-CH=CH 2 + H 2 → CH 3 -CH=CH-CH 3
Kemungkinan terjadi reaksi samping
1-butena butena
2-butena
Jenis kontaminan yang harus dihilangkan dari aliran produk adalah
Carbonyl sulfide (COS) yang terbentuk dari sisa-sisa sulfur yang masih
terkandung dalam natural gas dalam RCC unit.
H 2 S + CO 2 COS + H 2 O
Untuk Menghilangkan COS dari LPG, digunakan Mono Ethanol Amine
(MEA) dan NaOH dengan reaksi sebagai berikut:
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
89
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Unit ini mampu menghasilkan propylene sebesar 7.150 BPSD atau 82776
Kg/Hr atau 146,9 M 3 /Hr..
Tahapan Proses:
Feed Propylene Recovery Unit ini adalah Treated LPG (Liquid Petroleum
Gas) yang berasal dari LPG (Liquid Petroleum Gas) treatment Unit (unit 17).
Feed dipompakan ke C 3 /C 4 splitter (19-C-101) pada suhu 38 o C dan tekanan 12,3
kg/cm 2 g. Sebelum masuk ke C 3 /C 4 Splitter, feed dipanaskan sampai suhu 69,7 o C
oleh Splitter Feed/Bottom Exchanger (19-E-101). Pada C 3 /C 4 Splitter (19-C-101)
akan dipisahkan antara mixed C 3 pada bagian atas dan mixed C 4 pada bagian
bawah.
Mixed C 4 yang terbentuk di bottom C 3 /C 4 Splitter (19-C-101) sebagian
dipanaskan di C 3 /C 4 Splitter Reboiler dan sebagian lagi dikirim ke Catalytic
Condensation Unit (Unit 20). Namun sebelumnya mixed C 4 ini akan mengalami
penurunan suhu secara bertahap di Splitter Feed/Bottom Exchanger (19-E-101)
dari 107,3 o C ke 64 o C kemudian di C 3 /C 4 Splitter Net Bottom Cooler (19-E-104)
sampai suhu 36,7 o C. Jika mixed C 4 masih tersisa, maka dikirim ke tangki
penampungan. Sebagai pemanas di C 3 /C 4 Splitter Reboiler selain dari mixed C 4
juga naphta yang merupakan produk dari RCC (Residue Catalytic Cracker) Unit
(unit 15) yang dialirkan melalui pompa (15-P-109 AB).
Uap yang terbentuk di bagian overhead masuk ke C 3 /C 4 Splitter Condenser
(19-E-102) pada suhu 48,9 o C, sedangkan kondensat yang terbentuk masuk ke
C 3 /C 4 Splitter Receiver (19-V-101). Sebagian mixed C 3 direfluks ke C 3 /C 4 Splitter
(19-C-101) melalui pompa (19-P-102 A/B). Mixed C 3 bersih dialirkan ke Solvent
Settler (19-V-103) oleh pompa (19-P-102 A/B).
Pada Solvent Settler (19-V-103), mixed C 3 dihilangkan kandungan
sulfurnya yang biasa disebut COS (Carbonyl Sulphide). Solvent yang digunakan
adalah campuran dari 20 o Be caustic dan MEA (Mono Ethanol Amin). Spent
caustic ini berasal dari Catalytic Condensation Unit (unit 20) dan ditampung di
Caustic Degassing Drum (19-V-105). Kemudian solvent mengalir dari bawah
solvent settler (19-V-103) untuk disirkulasikan kembali dengan mixed C 3 .
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
90
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Kecepatan alir dari solvent diatur mendekati 15 % dari kecepatan alir LPG
(Liquid Petroleum Gas). Secara periodik kebutuhan solvent diganti. Kemudian
spent caustic / MEA (Mono Ethanol Amine) dipompa keluar ke Water Degassing
Drum (19-V-106) melalui pompa 19-P-113 yang selanjutnya dikirim ke Sour
Water Stripper Unit (unit 24).
Dari Solvent Settler (19-V-103), mixed C 3 dikirim ke Wash Water Column
(19-C-103) untuk dikontakkan dengan larutan phospat dari arah berlawanan
(counter current). Produk atas kolom ini dipisahkan airnya pada sand filter (19-S-
101), sedangkan produk bottom sebagian di-recycle dan sebagian lagi ditampung
di water degassing drum (19-V-106) untuk kemudian dikirim ke unit 24 (Sour
Water Stripper Unit).
Mixed C 3 dari sand filter dikeringkan airnya di C 3 Feed Driers (19-V-104
A/B). Keluaran C 3 Feed Driers (19-V-104 A/B) tersebut diperiksa kadar
moisture-nya untuk keperluan regenerasi drier.
Dari C 3 Feed Drier (19-V-104 A/B), mixed C 3 yang tidak mengandung air
dikirim ke C 3 Splitter (19-C-102). Mixed C 3 masuk ke C 3 Splitter (19-C-102) pada
satu dari tiga Feed Nozzle dengan dikontrol tekanannya untuk mendapatkan
kondisi yang diinginkan. Pada C 3 Splitter (19-C-102) dipisahkan antara propane
dan propylene.
Uap propylene terbentuk di bagian atas overhead dan propane di bottom.
Propane yang dihasilkan dikirim ke tangki penampungan menggunakan pompa
(19-P-103 A/B), sedangkan propylene masuk ke C 3 Splitter Flash Drum (19-V-
102). Sebagian propylene direfluks dan sebagian lagi dikompresikan oleh C 3
Splitter Heat Pump Compressor (19-K-111) untuk memanaskan propana di C 3
Splitter Reboiler. Propylene kemudian dialirkan ke COS Removal melalui pompa
19-P-105 A/B untuk dipisahkan kandungan COS-nya (Carbonyl Sulphide).
Selanjutnya propylene dialirkan ke Propylene Metals Treater (19-V-111) untuk
memisahkan logam (arsin, phospin dan logam lainnya) agar memenuhi spesifikasi
produk yang diinginkan.
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
91
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
CH 3 CH 3 CH 3
(isobutilen) (isobutan) (isooktan/polygasoline)
Tahapan Proses:
Seksi Reaktor
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
92
Laporan Praktek Kerja
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
UOP catalytic merupakan salah satu unit yang dirancang UOP untuk
memproses Unsaturated Mixed Butan dari unit-unit RCC complex. Feed
campuran butane/butilene dari Propylene Recovery Unit masuk ke wash water
column untuk dicuci dengan larutan fosfat secara counter current untuk
memudahkan reaksi (katalis) dan menghilangkan kotoran. Wash water sebagian
disirkulasi dan sisanya dibuang. Campuran butana bersama aliran rectifier
dipompakan ke tiga reaktor yang dipasang secara pararel. Pada reaktor terjadi
reaksi isomerisasi (membentuk isobutan dan isobutilen) dan alkilasi.
Seksi Rectification
Hasil reaktor disaring oleh filter untuk mencegah katalis padat terikut
dalam produk. Effluentnya masuk ke flash rectifier. Di dalam rectifier ini, effluent
dipisahkan dengan cara penguapan menghasilkan saturated LPG, polygasoline,
dan unreacted umpan sebagai hasil bawah. Sedangkan hasil atasnya berupa uap
butilen dan butan yang dialirkan ke rectifier receiver untuk dijadikan kondensat
seluruhnya. Kondensat yang terbentuk sebagian dikembalikan ke flash rectifier
sebagai refluks dan sebagian sebagai produk recycle untuk kembali direaksikan
pada reaktor. Hasil bawah flash rectifier masuk ke stabilizer.
Seksi Stabilizer
Umpan masuk ke tray 16 dari 30 tray, dimana pada seksi ini terjadi
pemisahan secara distilasi. Hasil atas berupa LPG butana kemudian masuk ke
stabilizer receiver dan dihilangkan airnya dengan water boot. Kondensat yang ada
sebagian dikembalikan ke stabilizer dan sebagian dialirkan ke caustic wash (untuk
menyerap senyawa sulfur) kemudian dialirkan ke sand filter (untuk menyaring
padatan natrium) dan selanjutnya dimasukkan ke storage. Produk bawahnya
berupa polygasoline didinginkan sebelum masuk ke tangki penyimpanan.
S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
93