Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti yang telah kita ketahui bersama, obat merupakan salah satu penunjang
sarana kesehatan. Segala macam penyakit tidak dapat lepas dari keberadaan obat.
Dalam penggunaan obat kita harus mengikuti aturan-aturan tertentu, karena obat
dalam penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan efek toksin (meracuni tubuh),
sedangkan penggunaan racun dalam jumlah sedikit justru obat menjadi obat bagi
tubuh kita.
Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun
zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat
proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Obat harus sesuai dosis agar efek
terapi atau khasiatnya bisa kita dapatkan.
Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksud untuk peningkatan keamanan
dan ketepatan penggunaan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat keras,
psikotropika dan narkotika, obat bebas terbatas, namun juga harus disesuaikan dengan
ketepatan obat tersebut harus bereaksi seperti dalam sistem neurologi dan neuro
muskuler, sistem penafasan, sistem kardiovaskuler, sistem pencernaan, dan sistem
endokrin. Obat akan bekerja secara lebih spesifik jika digolongolngkan ke dalam
spesifikasi yang benar sesuai dengan dosis, indikasi, dan lain hal karena hal tersebut
akan mempercepat proses penyembuhan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian obat?
2. Bagaimana bentuk penggolongan obat pada system neurologi dan neuromuskuler?
3. Bagaimana bentuk penggolongan obat pada system pernafasan?
4. Bagaimana bentuk penggolongan obat pada system kardiovaskuler?
5. Bagaimana bentuk penggolongan obat pada system pencernaan?
6. Bagaimana bentuk penggolongan obat pada system endokrin?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian obat
2. Untuk mengetahui bentuk penggolongan obat pada system neurologi dan
neuromuskuler
3. Untuk mengetahui bentuk penggolongan obat pada system pernafasan
4. Untuk mengetahui bentuk penggolongan obat pada system kardiovaskuler
5. Untuk mengetahui bentuk penggolongan obat pada system pencernaan
6. Untuk mengetahui bentuk penggolongan obat pada system endokrin

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoretis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam rangka memperkaya wawasan pembaca mengenai bentuk penggolongan
obat dan ruang lingkupnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Makalah ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan
pemikiran dan menambah wawasan pembaca terhadap bentuk penggolongan
obat dan ruang lingkupnya. Selanjutnya makalah ini diharapkan dapat menjadi
acuan bagi pembaca dalam rangka mengaplikasikan kemampuannya dalam
kehidupan sosial maupun professional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Obat


Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit,
membebaskan gejela, atau mengubah proses kimia adalah tubuh.obat ialah suatu bahan
ataupun panduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan
diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk
untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia termasuk obat tradisional.

2.2 Penggolongan Obat Sistem Neurologi Dan Neuromuskuler

1. Obat Anestetik
Obat anestetik adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit
dalam bermacan-macam tindakan operasi.
a. Anestetik Lokal : Obat yang merintangi secara reversible penerusan impuls-impuls
syaraf ke SSP (susunan syaraf pusat) pada kegunaan lokal dengan demikian dapat
menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin.
 Cara penggunaan obat Anestetik
Anestetik lokal umumnya digunakan secara parenteral misalnya
pembedahan kecil dimana pemakaian anestetik umum tidak dibutuhkan.
Anestetik local dibagi menjadi 3 jenis :
1) Anestetik permukaan, digunakan secara local untu melawan rasa nyeri dan
gatal, misalnya larutan atau tablet hisap untuk menghilangkan rasa nyeri di
mulut atau leher, tetes mata untuk mengukur tekana okuler mata atau
mengeluarkan benda asing di mata, salep untuk menghilangkan rasa nyeri
akibat luka bakar dan suppositoria untuk penderita ambient/ wasir.
2) Anestetik filtrasi yaitu suntikan yang diberikan ditempat yang dibius ujung-
ujung sarafnya, misalnya pada daerah kulit dan gusi
3) Anestetik blok atau penyaluran saraf yaitu dengan penyuntikan disuatu
tempat dimana banyak saraf terkumpul sehingga mencapai daerah anestesi
yang luas misalnya pada pergelangan tangan atau kaki.

3
Obat – obat anestetik local umumnya yang dipakai adalah garam kloridanya
yang mudah larut dalam air.
 Persyaratan Anestetik local
Anestetik local dikatakan ideal apabila memiliki beberapa persyaratan
sebagai berikut :
1) Tidak merangsang jaringan
2) Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf sentral
3) Toksisitas sistemis rendah
4) Efektif pada penyuntikan dan penggunaan local
5) Mula kerja dan daya kerjanya singkat untuk jangka waktu cukup lama
6) Larut dalam air dengan menghasilakan larutan yang stabil dan tahan
pemanasan
 Efek samping
Efek samping dari pengguna anestetik local terjadi akibat khasiat dari
kardiodepresifnya ( menekan fungsi jantung ), mengakibatkan hipersensitasi
berupa dermatitis alergi.
 Penggolongan
Secara kimiawi anestetik local dibagi 3 kelompok yaitu :
1) Senyawa ester, contohnya prokain, benzokain, buvakain, tetrakain, dan
oksibuprokain
2) Senyawa amida, contohnya lidokain, mepivikain, bupivikain,,
cinchokain dll.
3) Semua kokain, semua obat tersebut diatas dibuat sintesis.
b. Anestetika Umum
Obat yang dapat menimbulkan suatu keadaan depresi pada pusat-pusat syaraf
tertentu yang bersifat reversible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran
ditiadakan.
 Persyaratan Anestetik Umum
Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu anestetik umum :
1) berbau enak dan tidak merangsang selaput lender
2) mula kerja cepat tanpa efek samping
3) sadar kembalinya tanpa kejang
4) berkhasiat analgetik baik dengan melemaskan otot-otot seluruhnya

4
5) Tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu pembedahan.
 Efek samping
Hampir semua anestetik umum mengakibatkan sejumlah efek samping
yang terpenting diantaranya adalah :
1) Menekan pernafasa, paling kecil pada N2O, eter dan trikloretiken
2) Mengurangi kontraksi jantung, terutama haloten dan metoksifluran yang
paling ringan pada eter
3) Merusak hati, oleh karena sudah tidak digunakan lagi seperti senyawa klor
4) Merusak ginjal, khususnya metoksifluran
 Penggolongan
Menurut penggunaannya anestetik umum digolongkan menjadi 2 yaitu:
1) Anestetik injeksi, contohnya diazepam, barbital ultra short acting (
thiopental dan heksobarbital)
2) Anestetik inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran pernafasan.
Contohnya eter, dll.
2. Obat Hipnotik dan Sedative
Hipnotik atau obat tidur berasal dari kata hynops yang berarti tidur, adalah obat yang
diberikan malam hari dalam dosis terapi dapat mempertinggi keinginan tubuh normal
untuk tidur, mempermudah atu menyebabkan tidur. Sedangkan sedative adalah obat obat
yang menimbulkan depresi ringan pada SSP tanpa menyebabkan tidur, dengan efek
menenangkan dan mencegah kejang-kejang. Yang termasuk golongan obat sedative-
hipnotik adalah: Ethanol (alcohol), Barbiturate, fenobarbital, Benzodiazepam,
methaqualon.
 Insomnia dan pengobatannya
Insomnia atau tidak bisa tidur dapat disebabkan oleh factor-faktor seperti :
batuk,rasa nyeri, sesak nafas, gangguan emosi, ketegangan, kecemasan, ataupun
depresi. Factor penyebab ini harus dihilangkan dengan obat-obatan yang sesuai
seperti:Antussiva, anelgetik, obat-obat vasilidator, anti depresiva, sedative atau
tranquilizer.
 Persyaratan obat tidur yang ideal
1) Menimbulkan suatu keadaan yang sama dengan tidur normal
2) Jika terjadi kelebihan dosis, pengaruh terhadap fungsi lain dari system saraf
pusat maupun organ lainnya yang kecil.

5
3) Tidak tertimbun dalam tubuh
4) Tidak menyebabkan kerja ikutan yang negative pada keesokan harinya
5) Tidak kehilangan khasiatnya pada penggunaan jangka panjang
 Efek samping
Kebanyakan obat tidur memberikan efek samping umum yng mirip dengan morfin
antara lain :
a. Depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi, contihnya flurazepam,
kloralhidrat, dan paraldehida.
b. Tekanan darah menurun, contohnya golongan barbiturate.
c. Hang-over, yaitu efek sisa pada keesokan harinya seperti mual, perasaan
ringan di kepala dan pikiran kacau, contohnya golongan benzodiazepine dan
barbiturat.
d. Berakumulasi di jaringan lemak karena umumnya hipnotik bersifat lipofil.
 Penggolongan
Secara kimiawi, obat-obat hipnotik digolongkan sebagai berikut :
a. Golongan barbiturate, seperti fenobarbital, butobarbital, siklobarbital,
heksobarbital,dll.
b. Golongan benzodiazepine, seperti flurazepam, nitrazepam, flunitrazepam dan
triazolam.
c. Golongan alcohol dan aldehida, seperti klralhidrat dan turunannya serta
paraldehida.
d. Golongan bromide, seperti garam bromide ( kalium, natrium, dan ammonium )
dan turunan ure seperti karbromal dan bromisoval.
e. Golongan lain, seperti senyawa piperindindion (glutetimida ) dan metaqualon.
3. Obat Psikofarmaka / psikotropik
Obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat
(SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, dan digunakan
untuk terapi gangguan psikiatrik.
Psikofarmaka dibagi dalam 3 kelompok :
1) Neuroleptika yaitu obat yang berkerja sebagai anti psikotis dan sedative yang dikenal
dengan Mayor Tranquilizer. Neuroleptika mempunyai beberapaa khasiat :

6
a. Anti psikotika, yaitu dapat meredakan emosi dan agresi, mengurangi atau
menghilangkan halusinasi, mengembalikan kelakuan abnormal dan
schizophrenia.
b. Sedative yaitu menghilangkan rasa bimbang, takut dan gelisah, contoh
tioridazina.
c. Anti emetika, yaitu merintangi neorotransmiter ke pusat muntah, contoh
proklorperezin.
d. Analgetika yaitu menekan ambang rasa nyeri, contoh haloperidinol.
Efek samping
a) Gejala ekstrapiramidal yaitu kejang muka, tremor dan kaku anggota gerak
karena disebabkan kekurangan kadar dopamine dalam otak.
b) Sedative disebabkan efek anti histamine antara lain mengantuk,lelah dan
pikiran keruh.
2) Ataraktika/ anksiolitika yaitu obat yang bekerja sedative, relaksasi otot dan anti
konvulsi yang digunakan pada gangguan akibat gelisah/ cemas, takut, stress dan
gangguan tidur, dikenal dengan Minor Tranquilizer. Penggolongan obat-obat
ataraktika dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Derivat Benzodiazepin
b. Kelompok lain, contohnya : benzoktamin, hidrosizin dan meprobramat.
3) Psikostimulansia yaitu obat yang dapat mempertinggi inisiatif, kewaspadaan dan
prestasi fisik dan mental dimana rasa letih dan kantuk ditangguhkan, memberikan
rasa nyaman dan kadang perasaan tidak nyaman tapi bukan depresi.

4. Obat Antikonvulsan
Obat mencegah & mengobati bangkitan epilepsi. Contoh : Diazepam,
Fenitoin,Fenobarbital, Karbamazepin, Klonazepam.

5. Obat Analgetik atau obat penghalang nyeri


Obat atau zat-zat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Sedangkan bila menurunkan panas disebut Antipiretika. Atas
kerja farmakologisnya, analgetik dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:
a. Analgetik Perifer (non narkotik), analgetik ini tidak dipengaruhi system saraf pusat.
Semua analgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu.
Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.

7
 Penggolongan:
Berdasarkan rumus kimianya analgetik perifer digolongkan menjadi :
1) Golongan salisilat
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin. Obat
ini diindikasikan untuk sakit kepala, neri otot, demam. Sebagai contoh aspirin
dosis kecil digunakan untuk pencegahan thrombosis koroner dan cerebral.
Asetosal adalah analgetik antipirentik dan anti inflamasi yang sangat luas
digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Efek sampingnya yaitu
perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi lambung dan saluran cerna.
2) Golongan para aminofenol
Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol ). Efek samping
golongan ini serupa denga salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri
ringan sedang, dan dapat menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam,
dengan mekanisme efek sentral. Efek samping dari parasetamol dan
kombinasinya pada penggunaan dosis besar atau jangka lama dapat
menyebabkan kerusakan hati.
3) Golongan pirazolon(dipiron)
Dipiron sebagai analgetik antipirentik, karena efek inflamasinya lemah.
Efek samping semua derivate pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis,
anemia aplastik dan trombositopenia.
4) Golongan antranilat
Digunakan sebagai analgetik karena sebagai anti inflamasi kurang efektif
dibandingkan dengan aspirin. Efek samping seperti gejala iritasi mukosa
lambung dan gangguan saluran cerna sering timbul.
 Penggunaan :
Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
memengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan.
Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis dan/atau antiradang. Oleh karena itu
tidak hanya digunakan sebagai obat antinyeri, melainkan juga pada demam (infeksi
virus/kuman, selesma, pilek) dan peradangan seperti rematik dan encok.
 Efek samping :
Yang paling umum adalah gangguan lambung-usus, kerusakan darah,
kerusakan hati dan ginjal dan juga reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini

8
terutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis tinggi. Oleh karena itu
penggunaan anal-getika secara kontinu tidak dianjurkan.
b. Analgetik Narkotik, Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti
fraktur dan kanker.
Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat, yaitu:
a) Obat perifer (non Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal.
b) Obat perifer bersama kodein atau tramadol.
c) Obat sentral (Opioid) peroral atau rectal.
d) Obat Opioid parenteral.

Penggolongan analgetik narkotik adalah sebagai berikut :


1) Alkaloid alam : morfin,codein
2) Derivate semi sintesis : heroin
3) Derivate sintetik : metadon, fentanil
4) Antagonis morfin : nalorfin, nalokson, dan pentazooin.

2.3 Penggolongan Obat Sistem Pernafasan


Paru-paru adalah organ pada sistem pernapasan (respirasi) dan berhubungan
dengan sistem peredaran darah (sirkulasi) vertebrata yang bernapas dengan udara.
Fungsinya adalah menukar oksigen dari udara dengan karbon dioksida dari darah.
Prosesnya disebut "pernapasan eksternal" atau bernapas. Namun adakalanya Paru-paru
ini mengalami gangguan kesehatan yang bisa disebabkan oleh banyak faktor, dan
gangguan kesehatan tersebut sering dikenal dengan Penyakit Paru Paru ataupun
Gangguan pada sistem pernafasan.

Obat pada sistem pernafasan


Beberapa obat yang bekerja pada sistem pernafasan dengan bentuk sediaan antara lain
tablet/kapsul, tablet lepas lambat, sirup dan drop, balsam, inhaler, tetes hidung, nebulizer.
Jenis-jenis obat-obat respiratorik dibedakan berdasar efek terhadap organ saluran
pernafasan antara lain adalah (1) Bronkodilator; (2) Anti inflamasi; (3) Penekan sekresi
dan edema
1. Bronkodilator (obat yang melebarkan saluran nafas), terbagi dalam 2 golongan
yaitu:
a. Simpatomimetik / adrenergik

9
Bekerja pada reseptor beta 2 (beta 2 agonis), contoh obat antara lain
orsiprenalin, fenoterol, terbutalin, salbutamol. Obat-obat golongan ini tersedia
dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Contoh produk:
 Berupa semprotan: MDI (metered dose inhaler).
 Berbentuk bubuk halus yang dihirup (ventolin diskhaler dan bricasma
turbuhaler)
 Berupa cairan broncodilator (alupent, berotec, brivasma serta ventolin). Obat
ini dengan alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat
halus) untuk selanjutnya dihirup.
b. Antikolinergika
Anti kolinergik mengikat / memblok reseptor muskarin dari saraf-saraf
kolinergis di otot polos bronchi, hingga aktivitas saraf adrenergis menjadi
dominan dengan efek bronchodilatasi. Contoh obat : Ipratropium : Atrovent
c. Xantin (teofilin)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda, sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling
memperkuat. Nama obat antara lain aminofilin supp, Aminofilin retard, Teofilin.
o Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada
serangan asma akut, dengan disuntikan perlahan-lahan langsung ke
pembuluh darah.
o Bentuk tablet dan sirup dengan efek merangsang lambung, sehingga
sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang
mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ni.
o Teofilin terdapat juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya
dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena
sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya
kering)
2. Anti inflmasi
Pengobatan biasanya dengan antibiotik selama minimal 10 hari, agar infeksi
tidak terulang / kambuh. Obat pilihannya adalah Amoksisilin, Eritrosin, Sefradin dan
Sefaklor yang berdaya bakterisid terhadap antara lain bakteri – bakteri di atas.
Penggunaan anti inflamsi disesuaikan dengan jneis bakteri dan tingkat keparahan
penyakit.

10
3. Penekan sekresi dan edema
a. Ekspektoran
Golongan ini tidak menekan refleks batuk, melainkan bekerja dengan
mengencerkan dahak sehingga lebih mudah dikeluarkan. Dengan demikian tidak
rasional jika digunakan pada kasus batuk kering, sebab hanya akan membebani
tubuh dengan efek samping. Obat golongan ini harus digunakan secara hati-hati
pada penderita tukak lambung.
b. Dekongestan
Di antara beberapa jenis dekongestan, PPA (phenyl propanolamine)
merupakan obat yang paling banyak diributkan setelah Ditjen POM (Sekarang
Badan POM) menarik obat-obat flu yang mengandung PPA lebih dari 15 mg. Di
Amerika Serikat, obat ini selain dipakai di dalam obat flu dan batuk, juga
digunakan sebagai obat penekan nafsu makan yang dijual bebas. Dalam dosis
tinggi, PPA bisa meningkatkan tekanan darah. Jika digunakan terus-menerus,
dapat memicu serangan stroke. Untuk mencegah efek buruk inilah, Dirjen POM
membuat kebijakan membatasi PPA di dalam obat flu dan obat batuk, maksimal
15 mg per takaran.
c. Antihistamin
Golongan ini merupakan kelompok CTM (chlor-trimeton). Di kemasan obat,
dengan nama panjangnya, klorfeniramin maleat. Histamin merupakan substansi
yang diproduksi oleh tubuh sebagai mekanisme alami untuk mempertahankan
diri atas adanya benda asing. Adanya histamin ini menyebabkan hidung kita
berair dan terasa gatal, yang biasanya dikuti oleh bersin-bersin. Selain berfungsi
melawan alergi, antihistamin juga punya aktivitas menekan refleks batuk,
terutama difenhidramin dan doksilamin. Efek samping, obat golongan ini bisa
menyebabkan mengantuk sehingga bahaya pada saat mau bepergian saat
mengendari kendaraan sendiri.
d. Kortikosteroid
Kortikosteroid berkhasiat meniadakan efek mediator, seperti peradangan dan
gatal-gatal. Penggunaannya terutama bermanfaat pada serangan asma akibat
infeksi virus, selian itu juga pada infeksi bakteri untuk melawan reaksi
peradangan. Untuk mengurangi hiperreaktivitas bronchi, zat-zat ini dapat
diberikan per inhalasi atau peroral. Penggunaan oral untuk jangka waktu lama
hendaknya dihindari, karena menekan fungsi anak ginjal dan dapat

11
mengakibatkan osteoporosis. Contoh obat : hidrokortison, deksamethason,
beklometason, budesonid.
e. Antitusif
Antitusif bekerja menghentikan batuk secara langsung dengan menekan
refleks batuk pada sistem saraf pusat di otak. Dengan demikian tidak sesuai
digunakan pada kasus batuk yang disertai dengan dahak kental, sebab justru akan
menyebabkan dahak sulit dikeluarkan.

Penggolongan obat pada penyakit asma


Berdasarkan mekanismenya, kerja obat-obat asma dapat dibagi dalam
beberapa golongan, yaitu :

a. Antialergika
Zat – zat yang bekerja menstabilkan mastcell, hingga tidak pecah dan
melepaskan histamin. Obat ini sangat berguna untuk mencegah serangan asma dan
rhinitis alergis (hay fever). Termasuk kelompok ini adalah kromoglikat. β-2
adrenergika dan antihistamin seperti ketotifen dan oksatomida juga memiliki efek
ini.
b. Bronchodilator
Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang sistem adrenergik sehingga
memberikan efek bronkodilatasi. Termasuk kedalamnya adalah :
c. Adrenergika
Khususnya β-2 simpatomimetika (β-2-mimetik), zat ini bekerja selektif
terhadap reseptor β-2 (bronchospasmolyse) dan tidak bekerja terhadap reseptor β-
1 (stimulasi jantung). Kelompok β-2-mimetik seperti Salbutamol, Fenoterol,
Terbutalin, Rimiterol, Prokaterol dan Tretoquinol. Sefangkan yang bekerja
terhadap reseptor β-2 dan β-1 adalah Efedrin, Isoprenalin, Adrenalin, dll.
d. Antikolinergika (Oksifenonium, Tiazinamium dan Ipratropium.)
Dalam otot polos terdapat keseimbangan antara sistem adrenergik dan
kolinergik. Bila reseptor β-2 sistem adrenergik terhambat, maka sistem kolinergik
menjadi dominan, segingga terjadi penciutan bronchi. Antikolinergik bekerja
memblokir reseptor saraf kolinergik pada otot polos bronchi sehingga aktivitas
saraf adrenergik menjadi dominan, dengan efek bronchodilatasi. Efek samping :
tachycardia, pengentalan dahak, mulut kering, obstipasi, sukar kencing, gangguan
akomodasi. Efek samping dapat diperkecil dengan pemberian inhalasi.

12
e. Derivat xantin (Teofilin, Aminofilin dan Kolinteofinilat)
Mempunyai daya bronchodilatasi berdasarkan penghambatan enzim
fosfodiesterase. Selain itu, Teofilin juga mencegah pengingkatan hiperaktivitas,
sehingga dapat bekerja sebagai profilaksis. Kombinasi dengan Efedrin praktis
tidak memperbesar bronchodilatasi, sedangkan efek tachycardia diperkuat. Oleh
karena itu, kombinasi tersebut dianjurkan.
f. Antihistaminika (Ketotifen, Oksatomida, Tiazinamium dan Deptropin)
Obat ini memblokir reseptor histamin sehingga mencegah bronchokonstriksi.
Banyak antihistamin memiliki daya antikolinergika dan sedatif.
g. Kortikosteroida (Hidrokortison, Prednison, Deksametason, Betametason)
Daya bronchodilatasinya berdasarkan mempertinggi kepekaan reseptor β-2,
melawan efek mediator seperti gatal dan radang. Penggunaan terutama pada
serangan asma akibat infeksi virus atau bakteri. Penggunaan jangka lama
hendaknya dihindari, berhubung efeksampingnya, yaitu osteoporosis, borok
lambung, hipertensi dan diabetes. Efek samping dapat dikurangi dengan
pemberian inhalasi.
h. Ekspektoransia (KI, NH4Cl, Bromheksin, Asetilsistein)
Efeknya mencairkan dahak sehingga mudah dikeluarkan. Pada serangan akut,
obat ini berguna terutama bila lendir sangat kental dan sukar dikeluarkan.
Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang mukosa lambung dan sekresi saluran
napas sehingga menurunkan viskositas lendir. Sedangkan Asetilsistein
mekanismenya terhadap mukosa protein dengan melepaskan ikatan disulfida
sehingga viskositas lendir berkurang.

2.4. Penggolongan Obat Sistem Kardiovaskuler


Obat kardiovaskuler merupakan kelompok obat yang mempengaruhi &
memperbaiki sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah ) secara langsung
ataupun tidak langsung. Jantung dan pembuluh darah merupakan organ tubuh yang
mengatur peredaran darah sehingga kebutuhan makanan dan sisa metabolisme jaringan
dapat terangkut dengan baik. Jantung sebagai organ pemompa darah sedangkan
pembuluh darah sebagai penyalur darah ke jaringan. Sistem kardiovaskuler
dikendalikan oleh sistem saraf otonom melalui nodus SA, nodus AV, berkas His, dan
serabut Purkinye. Pembuluh darah juga dipengaruhi sistem saraf otonom melalui saraf
simpatis dan parasimpatis. Setiap gangguan dalam sistem tersebut akan mengakibatkan

13
kelainan pada sistem kardiovaskuler. Sebagai salah satu dari tim medis perawat
seyogyanya telah paham betul akan pemanfaatan obat yang bertujuan memberikan
manfaat maksimal dengan tujuan minimal. Ada beberapa jenis obat pada sistem
kardiovaskuler, yaitu (1) Obat Anti angina; (2) Obat Anti aritmia; (3) Obat Glikosida;
dan (4) Obat Anti hipertensi.

1) Antiangina
Angina pektoris adalah nyeri dada hebat yang terjadi ketika aliran darah
koroner tidak cukup memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh jantung dan ini
disebut sebagai Iskemia jaringan dimana obat-obat vasilisator dapat digunakan.
Anti angina adalah obat untuk ketidak seimbangan antara permintaan (demand) dan
penyediaan (supply) oksigen pada salah satu bagian jantung (angina pectoris).
Angina pektoris pertama kali dijelaskan sebagai suatu penyakit klinik tersendiri
oleh Wiliam Heberden di akhir pertengahan abad ke 18. Pada pertengahan kedua
abad ke 19 ditemukan bahwa amil nitrit memberikan penyembuhan yang sementara.
Tetapi pengobatan yang efektif terhadap serangan akut angina pektoris baru
mungkin setelah diperkenalkan nitrogliserin pada tahun 1879. Selanjutnya banyak
vasolidator lain ,(misalnya : teofilin,papaverin) Diperkenalkan untuk pengobatan
angina. Namun ketika di uji klinik bersama ganda,ditemukan bahwa obat-obat
nonnitrat tersebut ternyata tidak lebih baik daripada plasebo. Ada beberapa
penyebab angina antara lain (1) Kebutuhan O2 meningkat → exercise berlebihan;
dan (2) Penyediaan O2 menurun → sumbatan vaskuler.
Cara kerja Anti angina:
1. Menurunkan kebutuhan jantung akan oksigen dengan jalan menurunkan
kerjanya → (penyekat reseptor beta)
2. Melebarkan pembuluh darah koroner → memperlancar aliran darah
(vasodilator)
3. Kombinasi keduanya

Obat Antiangina:
1. Nitrat organik
2. Beta bloker
3. Calsium antagonis
a. Nitrat organik Farmakodinamik
1. Dilatasi pembuluh darah → dapat menyebabkan hipotensi → sinkop

14
2. Relaksasi otot polos → nitrat organik membentuk NO → menstimulasi
guanilat siklase → kadar siklik-GMP meningkat → relaksasi otot polos
(vasodilatasi)
3. Menghilangkan nyeri dada → bukan disebabkan vasodilatasi, tetapi karena
menurunya kerja jantung
Pada dosis tinggi dan pemberian cepat → venodilatasi dan dilatasi
arteriole perifer → tekanan sistol dan diastol menurun, curah jantung menurun
dan frekuensi jantung meningkat (takikardi). Efek hipotensi terutama pada
posisi berdiri → karena semakin banyak darah yang menggumpul di vena →
curah darah jantung menurun. Menurunya kerja jantung akibat efek dilatasi
pembuluh darah sistemik → penurunan aliran darah balik ke jantung.
Nitrovasodilator menimbulkan relaksasi pada hampir semua otot polos yaitu
bronkus, saluran empedu, cerna, tetapi efeknya sekilas → tidak digunakan di
klinik.
Farmakokinetik
1. Metabolisme nitrat organik terjadi di hati
2. Kadar puncak 4 menit setelah pemberian sublingual
3. Ekskresi sebagian besar lewat ginjal

Sediaan dan Posologi


1. Untuk serangan, baik digunakan sediaan sublingual: isosorbit dinitrat
30%: 2,5 – 10 mg dan nitrogliserin 38%: 0,15 – 0,6 mg
2. Untuk pencegahan digunakan sediaan per oral: kadar puncak 60 – 90
menit, lama kerja 3 – 6 jam
3. Par enteral (IV) baik digunakan untuk vasospasme koroner dan angina
pectoris tidak stabil, angina akut dan gagal jantung kongestif
4. Salep untuk profilaksis: puncak 60 menit, lama kerja 4 – 8 jam
5. Nitrat kerja singkat (serangan akut)
o Sediaan sublingual (nitrogliserin, isosorbit dinitrat, eritritil
tetranitrat)
o Amil nitrit inhalasi
6. Nitrat kerja lama:
o Sediaan oral (nitrogliserin, isosorbit dinitrat, eritritil tetranitrat,
penta eritritol tetranitrat)

15
o Nitrogliserin topikal (salep 2%, transdermal)
o Nitrogliserin transmucosal/buccal
o Nitrogliserin invus intravena

Efek samping: sakit kepala, hipotensi, meningkatnya daerah ischaemia

Indikasi:
1. Angina pectoris
2. Gagal jantung kongestif
3. Infark jantung
b. Beta Blocker
Beta bloker adalah obat yang memblok reseptor beta dan tidak mempengaruhi
reseptor alfa. Beta Bloker menghambat pengaruh epineprin → frekuensi denyut
jantung menurun. Beta bloker → meningkatkan supply O2 miokard → perfusi
subendokard meningkat.
Farmakodinamik
1. Beta bloker menghambat efek obat adrenergik, baik NE dan epi
endogen maupun obat adrenergik eksogen
2. Beta bloker kardioselektif artinya mempunyai afinitas yang lebih besar
terhadap reseptor beta-1 daripada beta-2
3. Propanolol, oksprenolol, alprenolol, asebutolol, metoprolol, pindolol
dan labetolol mempunyai efek MSA (membrane stabilizing actvity) →
efek anastesik lokal
4. Kardiovaskuler: mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard
5. Menurunkan tekanan darah
6. Antiaritmia: mengurangi denyut dan aktivitas fokus ektopik
7. Menghambat efek vasodilatasi, efek tremor (melalui reseptor beta-2)
8. Efek bronkospasme (hati2 pada asma)
9. Menghambat glikogenolisis di hati
10. Menghambat aktivasi enzim lipase
11. Menghambat sekresi renin → antihipertensi
Farmakokinetik
1. Beta bloker larut lemak (propanolol, alprenolol, oksprenolol, labetalol
dan metoprolol) diabsorbsi baik (90%)

16
2. Beta bloker larut air (sotolol, nadolol, atenolol) kurang baik
absorbsinya
3. Sediaan
4. Kardioselektif: asebutolol, metoprolol, atenolol, bisoprolol
5. Non kardioselektif: propanolol, timolol, nadolol, pindolol, oksprenolol,
alprenolol
Contoh Obat :
1. Propanolol: tab 10 dan 40 mg, kapsul lepas lambat 160 mg
2. Alprenolol: tab 50 mg
3. Oksprenolol: tab 40 mg, 80 mg, tab lepas lambat 80 mg
4. Metoprolol: tab 50 dan 100 mg, tab lepas lambat 100 mg
5. Bisoprolol: tab 5 mg
6. Asebutolol: kap 200 mg dan tab 400 mg
7. Pindolol: tab 5 dan 10 mg
8. Nadolol: tab 40 dan 80 mg
9. Atenolol: tab 50 dan 100 mg
Efek Samping
1. Akibat efek farmakologisnya: bradikardi, blok AV, gagal jantung,
bronkospasme
2. Sal cerna: mual, muntah, diare, konstipasi
3. Sentral: mimpi buruk, insomnia, halusinasi, rasa capai, pusing, depresi
4. Alergi; rash, demam dan purpura
5. Dosis lebih: hipotensi, bradikardi, kejang, depresi
Indikasi Dan Kontraindikasi
Indikasi: angina pectoris, aritmia, hipertensi, infark miokard, kardiomiopati
obstruktif hipertropik, feokromositoma (takikardi dan aritmia akibat
tumor), tirotoksikosis, migren, glaukoma, ansietas
Kontra indikasi: Penyakit Paru Obstruktif, Diabetes Militus (hipoglikemia),
Penyakit Vaskuler, Disfungsi Jantung c. Calsium antagonis
2) Antiaritmia
Aritmia jantung adalah masalah yang sering terjadi dalam praktik klinis, yang
timbul hingga 25% dari pasien yang diobati dengan digitalis, 50% dari pasien-
pasien yang dianestesi, dan lebiuh dari 80% pasien dengan infarktus miokardium

17
akut. Beberapa aritmia dapat memicu ganguan irama jantng yang lebih serius atau
bahkan gangguan irama yang mematikan misalnya, depolarisasi ventrikuler
premature yang dini dapat memicu timbulnya fibrilasi ventrikuler. Pada pasien
tersebut obat antiaritmia diduga dapat menyelamatkan kehidupan. Sebaliknya resiko
penggunaan obat aritmia (secara paradoksal) dapt memicu timbulnya aritmia yang
lebih fatal.
Mekanisme Kerja
Aritmia disebabkan karena aktivitas pacu jantung yang abnormal atu
penyebaran impuls abnormal. Pengobatan aritmia bertujuan mengurangi aktivitas
pacu jantung ektopik dan memperbaiki hantaran atau pada sirkuit reentry yang
membandel ke pergerakan melingkar yang melumpuhkan.
Mekanisme utama untuk mencapai tujuan adalah :
1. Hambatan saluran natrium.
2. Hambatan efek otonom simpatis pada jantung
3. Perpanjangan periode refrakter yang efektif
4. Hambatan pada saluran kalsium.
Obat anti aritmia menurunkan otomatisitas pacu jantung ektropik lebih
daripada nodus sinoatrial. Hal ini terutama dicapai dengan menghambat secara
selektif saluran natrium atau saluran kalsium daripada sel yang didepolarisasi. Obat
penghambat saluran yang berguna untuk pengobatan mempunyai afinitas tinggi
untuk saluran aktif (yaitu selama fase 0) atau saluran inaktif (selama fase 2) tetapi
afinitasnya sangat rendah untuk saluran lainnya. Karena itu, obat ini menghambat
aktifitas listrik apabila ada takikardia yang cepat (banyak saluran aktif dan tidak
aktif per satuan waktu) atau ada potensial istirahat hilang secara bermakna (banyak
saluran tidak aktif selama istirahat). Kerja tersebut sering digambarkan sebagai “
use dependent atau state dependent “ yaitu saluran yang sering digunakan atau
dalam status inaktif,yang lebuh mudah dihambat. Saluran dalam sel normal yang
dihambat oleh obat selama siklus normal aktif atau tidak aktif akan segera
melepaskan obat dari reseptor selama bagian siklus istirahat. Saluran dalam otot
jantung yang didepolarisasi secara kronis (yaitu mempunyai potensial istirahat
lebih positif dari pada -75 MV ) akan pulih dari hambatan secara sangat lambat .
Pada aritmia reentry, yang tergantung pada hantaran yang tertekan secara kritis,
kebanyakan obat antiaritmia memperlambat hantaran lebih lanjut melalui satu atu
kedua mekanisme 3.

18
3) Glikosida
Glikosida jantung (derivat digitalis dan obat sejenisnya) terdiri atas senyawa
steroid yang dapat meningkatkan curah jantung. Juga mempunyai efek terhadap otot
polos dan jaringan lainnya. Efek terapi utama pada gagal jantung kongestif adalah
peningkatan kontraktilitas jantung (efek inotropik positif) yang memperbaiki
ketidak seimbangan karena kegagalan tersebut. Sekalipun demikian masih ada
sejumlah keraguan evektivitas jangka panjang glikosida jantung pada pasien gagal
jantung. Telah ada kesepakatan umum bahwa glikosida yang lazim digunakan
mempunyai batas keamanan yang sempit dan diperlukan senyawa yang kurang
toksik dengan efek inotropik positif.
Glikosida Jantung
1. Digitalis berasal dari daun Digitalis purpurea
2. Digitalis adalah obat yang meningkatkan kontraksi miokardium
3. Digitalis mempermudah masuknya Ca dari tempat penyimpananya di
sarcolema kedalam sel→digitalis mempermudah kontraksi
4. Digitalis menghambat kerja Na-K-ATP-ase → ion K didalam sel menurun
→ aritmia (diperberat jika dikombinasi dengan HCT)
Farmakodinamik
1. Efek pada otot jantung: meningkatkan kontraksi
2. Mekanisme kerjanya:
a. Menghambat enzim Na, K ATP-ase
b. Mempercepat masukanya Ca kedalam sel
3. Efek pada payah jantung: menurunya tekanan vena, hilangnya edema,
meningkatnya diuresis, ukuran jantung mengecil
4. Konstriksi vaskuler, sal cerna (mual, muntah, diare), nyeri pada tempat
suntukan (iritasi jaringan)
Farmakokinetik
1. Absorbsi dipengaruhi makanan dalam lambung, obat (kaolin, pectin) serta
pengosongan lambung
2. Distribusi glikosida lambat
3. Eliminasi melalui ginjal
Intoksikasi, Keracunan biasanya terjadi karena:
1. Pemberian dosis yang terlalu cepat
2. Akumulasi akibat dosis penunjang yang terlalu besar

19
3. Adanya predisposisi keracunan
4. Dosis berlebihan Gejala: sinus bradikardi, blokade SA node, takikardi
ventrikel, fibrilasi ventrikel, gangguan neurologik (sakit kepala, letih, lesu,
pusing, kelemahan otot), penglihatan kabur
Sediaan
1. Tablet Lanatosid C (cedilanid) 0,25 mg
2. Digoksin 0,25 mg
3. Beta-metildigoksin 0,1 mg
4) Antihipertensi
Peningkatann tekanan darah biasanya disebabkan kombinasi berbagai
kelainan(multifaktorial). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah
di atas 140/90mmHg (WHO). Bukti-bukti epidermiologik menunjukkan adanya
faktor keturuna, ketegangan jiwa, faktor lingkungan dan makanan mungkin sebagai
kontributor berkembangnya hipertensi. Obat antihipertensi adalah obat yang
digunakan untuk menurunkan tekanan darah tingggi hingga mencapai tekanan darah
normal. Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih tempat kontrol
anatomis dan efek tersebut terjadi dengan mempengaruhi mekanisme normal
regulasi TD. Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita mungkin
tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi
perjalanan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat
gejala, sifatnya nonspesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Kalau hipertensi
tetap tidak diketahui dan tidak dirawat, maka akan mengakibatkan kematian karena
payah jantung, infark miokard, stroke atau payah ginjal. Mekanisme bagaimana
hipertensi dapat mengakibatkan kelumpuhan atau kematian berkaitan langsung
dengan pengaruh pada jantung dan pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah
sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri;
akibatnya beban kerja jantung bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertropi
ventrikel untuk meningkatkan kontraksi. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk
mempertahankan curah jantung dengan hipertropi kompensasi akhirnya terlampaui,
dan terjadi dilatasi dan payah jantung. Jantung semakin terancam oleh semakin
parahnya aterosklerosis koroner . bila proses aterosklerosis berlanjut maka suplai
oksigen miokar berkurang. Kebutuhan miokardium akan meningkat akibat
hipertropi ventrikel dan peningkatan beban kerja jantung, akhirnya menyebabkan

20
angina atau infark miokardium. Sekitar separuh kematian karena hipertensi adalah
akibat infark miokard atau payah jantung.
Obat Antihipertensi dibedakan:
1. Diuretik, bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung
dan menyebabkan ginjal meningkatkan ekskresi garam dan air.
Contoh obat :
a. Furosemide
Nama paten : Cetasix, farsix, furostic, impungsn, kutrix, Lasix, salurix,
uresix.
Sediaan obat : Tablet, capsul, injeksi.
Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen tubuli ke
dalam intersitium pada ascending limb of henle.
Indikasi : Edema paru akut, edema yang disebabkan penyakit jantung
kongesti, sirosis hepatis, nefrotik sindrom, hipertensi.
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui o Efek samping : pusing. Lesu,
kaku otot, hipotensi, mual, diare.
Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya, efek ototoksit
meningkat bila diberikan bersama aminoglikosid. Tidak
boleh diberikan bersama asam etakrinat. Toksisitas silisilat
meningkat bila diberikan bersamaan.
Dosis : Dewasa 40 mg/hr Anak 2 – 6 mg/kgBB/hr
b. HCT (Hydrochlorothiaside)
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium sehingga
volume darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer
menurun.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Didistribusi
keseluruh ruang ekstrasel dan hanya ditimbun dalam
jaringan ginjal.
Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal jantung,
cirrhosis hati, gagal ginjal kronis, hipertensi.
Kontraindikasi : hypokalemia, hypomagnesemia, hyponatremia, hipertensi
pada kehamilan.
Dosis : Dewasa 25 – 50 mg/hr Anak 0,5 – 1,0 mg/kgBB/12 – 24 jam

21
2. Beta bloker, bekerja pada reseptor Beta jantung untuk menurunkan kecepatan
denyut dan curah jantung.
a. Asebutol (Beta bloker)
Nama Paten : sacral, corbutol,sectrazide. o Sediaan obat : tablet, kapsul
Mekanisme kerja : menghambat efek isoproterenol, menurunkan aktivitas
renin, menurunka outflow simpatetik perifer
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia,feokromositoma,
kardiomiopati obtruktif hipertropi, tirotoksitosis.
Kontraindikasi : gagal jantung, syok kardiogenik, asma, diabetes mellitus,
bradikardia, depresi.
Efek samping : mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, lesu
Interaksi obat : memperpanjang keadaan hipoglikemia bila diberi bersama
insulin. Diuretic tiazid meningkatkan kadar trigleserid dan
asam urat bila diberi bersaa alkaloid ergot. Depresi nodus
AV dan SA meningkat bila diberikan bersama dengan
penghambat kalsium
Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).
b. Atenolol (Beta bloker)
Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin,
internolol.
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai vasodilatasi perifer,
efek pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan
sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor di ginjal.
Indikasi : hipertensi ringan – sedang, aritmia o Kontraindikasi : gangguan
konduksi AV, gagal jantung tersembunyi, bradikardia, syok
kardiogenik, anuria, asma, diabetes.
Efek samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu, gangguan tidur,
kulit kemerahan, impotensi.
Interaksi obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan bersama
insulin. Diuretik tiazid meningkatkan kadar trigliserid dan
asam urat. Iskemia perifer berat bila diberi bersama alkaloid
ergot.
Dosis : 2 x 40 – 80 mg/hr

22
c. Metoprolol (Beta bloker)
Nama paten : Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : pengurangan curah jantung yang diikuti vasodilatasi
perifer, efek pada reseptor adrenergic di SSP,
penghambatan sekresi renin akibat aktivasi
adrenoseptor beta 1 di ginjal.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu
paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali
sehari.
Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan
simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan
tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus
barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI.
Indikasi : hipertensi, miokard infard, angina pektoris o Kontraindikasi :
bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan III, syok
kardiogenik, gagal jantung tersembunyi
Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, diare
Interaksi obat : reserpine meningkatkan efek antihipertensinya
Dosis : 50 – 100 mg/kg
d. Propranolol (Beta bloker)
Nama paten : Blokard, Inderal, Prestoral
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan curah
jantung, menghambat pelepasan renin di ginjal,
menghambat tonus simpatetik di pusat vasomotor otak.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu
paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali
sehari. Sangat mudah berikatan dengan protein dan akan
bersaing dengan obat – obat lain yang juga sangat
mudah berikatan dengan protein.
Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan
simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan

23
tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus
barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren, stenosis
subaortik hepertrofi, miokard infark, feokromositoma
Kontraindikasi : syok kardiogenik, asma bronkial, brikadikardia dan blok
jantung tingkat II dan III, gagal jantung kongestif. Hati –
hati pemberian pada penderita biabetes mellitus, wanita
haminl dan menyusui.
Efek samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah, bronkospasme,
agranulositosis, depresi.
Interaksi obat : hati – hati bila diberikan bersama dengan reserpine karena
menambah berat hipotensi dan kalsium antagonis karena
menimbulkan penekanan kontraktilitas miokard. Henti
jantung dapat terjadi bila diberikan bersama haloperidol.
Fenitoin, fenobarbital, rifampin meningkatkan kebersihan
obat ini. Simetidin menurunkan metabolism propranolol.
Etanolol menurukan absorbsinya.
Dosis : dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan dosis pemeliharaan.
3. Alfa bloker, menghambat reseptor alfa diotot polos vaskuler yang secara normal
berespon terhadap rangsangan simpatis dengan vasokonstriksi.
a. Klonidin (alfa antagonis)
Nama paten : Catapres, dixarit
Sediaan obat : Tablet, injeksi.
Mekanisme kerja : menghambat perangsangan saraf adrenergic di SSP.
Indikasi : hipertensi, migren
Kontraindikasi : wanita hamil, penderita yang tidak patuh.
Efek samping : mulut kering, pusing mual, muntah, konstipasi.
Interaksi obat : meningkatkan efek antihistamin, andidepresan, antipsikotik,
alcohol. Betabloker meningkatkan efek antihipertensinya.
Dosis : 150 – 300 mg/hr.
4. Ca antagonist, menurunkan kontraksi otot polos jantung dan atau arteri dengan
mengintervensi influks kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi. Penghambat
kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menurunkan denyut
jantung. Volume sekuncup dan resistensi perifer.

24
a. Diltiazem (kalsium antagonis)
Nama paten : Farmabes, Herbeser, Diltikor.
Sediaan obat : Tablet, kapsul
Mekanisme kerja : menghambat asupan, pelepasan atau kerja kalsium
melalui slow cannel calcium.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, MCI, penyakit vaskuler perifer.
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.
Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan saluran
cerna.
Interaksi obat : menurunkan denyut jantung bila diberikan bersama beta
bloker. Efek terhadap konduksi jantung dipengaruhi bila
diberikan bersama amiodaron dan digoksin. Simotidin
meningkatkan efeknya.
Dosis : 3 x 30 mg/hr sebelum makan
b. Nifedipin (antagonis kalsium)
Nama paten : Adalat, Carvas, Cordalat, Coronipin, Farmalat, Nifecard,
Vasdalat.
Sediaan obat : Tablet, kaplet
Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vaskuler perifer, menurunkan
spasme arteri coroner.
Indikasi : hipertensi, angina yang disebabkan vasospasme coroner, gagal
jantung refrakter.
Kontraindikasi : gagal jantung berat, stenosis berat, wanita hamil dan
menyusui.
Efek samping : sakit kepala, takikardia, hipotensi, edema kaki.
Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker menimbulkan hipotensi
berat atau eksaserbasi angina. Meningkatkan digitalis dalam
darah. Meningkatkan waktu protombin bila diberikan bersama
antikoagulan. Simetidin meningkatkan kadarnya dalam
plasma.
Dosis : 3 x 10 mg/hr
c. Verapamil (Antagonis kalsium)
Nama paten : Isoptil
Sediaan obat : Tablet, injeksi

25
Mekanisme kerja : menghambat masuknya ion Ca ke dalam sel otot jantung
dan vaskuler sistemik sehingga menyebabkan relaksasi
arteri coroner, dan menurunkan resistensi perifer sehingga
menurunkan penggunaan oksigen.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren.
Kontraindikasi : gangguan ventrikel berat, syok kardiogenik, fibrilasi, blok
jantung tingkat II dan III, hipersensivitas.
Efek samping : konstipasi, mual, hipotensi, sakit kepala, edema, lesu,
dipsnea, bradikardia, kulit kemerahan.
Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker bias menimbulkan efek
negative pada denyut, kondiksi dan kontraktilitas jantung.
Meningkatkan kadar digoksin dalam darah. Pemberian
bersama antihipertensi lain menimbulkan efek hipotensi berat.
Meningkatkan kadar karbamazepin, litium, siklosporin.
Rifampin menurunkan efektivitasnya. Perbaikan kontraklitas
jantung bila diberi bersama flekaind dan penurunan tekanan
darah yang berate bila diberi bersama kuinidin. Fenobarbital
nemingkatkan kebersihan obat ini.
Dosis : 3 x 80 mg/hr
5. Penghambat ACE, berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan
menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II. Hal ini menurunkan tekanan darah baik secara langsung
menurunkan resisitensi perifer. Dan angiotensin II diperlukan untuk sintesis
aldosteron, maupun dengan meningkatkan pengeluaran netrium melalui urine
sehingga volume plasma dan curah jantung menurun.
a. Kaptopril
Nama paten : Capoten
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
menurunkan angiotensin II yang berakibat menurunnya
pelepasan renin dan aldosterone.
Indikasi : hipertensi, gagal jantung.
Kontraindikasi : hipersensivitas, hati – hati pada penderita dengan riwayat
angioedema dan wanita menyusui.

26
Efek samping : batuk, kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi, dyspepsia,
pandangan kabur, myalgia. o Interaksi obat : hipotensi
bertambah bila diberikan bersama diuretika. Tidak boleh
diberikan bersama dengan vasodilator seperti nitrogliserin atau
preparat nitrat lain. Indometasin dan AINS lainnya menurunkan
efek obat ini. Meningkatkan toksisitas litium.
Dosis : 2 – 3 x 25 mg/hr.
b. Lisinopril
Nama paten : Zestril
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II terganggu,
mengakibatkan menurunnya aktivitas vasopressor dan
sekresi aldosterone.
Indikasi : hipertensi
Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema, wanita hamil,
hipersensivitas.
Efek samping : batuk, pusing, rasa lelah, nyeri sendi, bingung, insomnia,
pusing.
Interaksi obat : efek hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretic.
Indomitasin meningkatkan efektivitasnya. Intoksikasi
litium meningkat bila diberikan bersama.
Dosis : awal 10 mg/hr
c. Ramipril
Nama paten : Triatec
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II terganggu,
mengakibatkan menurunnya aktivitas vasopressor dan
sekresi aldosterone.
Indikasi : hipertensi
Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema, hipersensivitas. Hati
– hati pemberian pada wanita hamil dan menyusui.

27
Efek samping : batuk, pusing, sakit kepala, rasa letih, nyeri perut, bingung,
susah tidur.
Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika.
Indometasin menurunkan efektivitasnya. Intoksitosis litiumm
meningkat.
Dosis : awal 2,5 mg/hr

2.5 Penggolongan Obat Sistem Pencernaan


Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh. Adapun gangguan pada sistem pencernaan seperti gastritis, hepatitis,
diare, konstipasi, apendiksitis dan maag. Masalah pencernaan dari kategori ringan hingga
berat harus segera diatasi jika tidak akan dapat memperburuk keadaan. Salah satu cara
untuk mengatasi sistem pencernaan adalah dengan mengkonsumsi obat, yang termasuk
dalam kategori obat sistem pencernaan diantaranya Antasida, H2 reseptor antagonis,
Antiemetik , Antikolinergik, Hepatoprotektor, Antibiotik , Proton pompa inhibitor,
Prokinetik, Antidiare , Laksatif.

Obat - obat Gangguan Sistem Pencernaan


1. Antasida
Antasida adalah basa-basa lemah yang digunakan untuk menetralisir kelebihan
asam lambung yg menyebabkan timbulnya sakit maag. Tujuan pengobatan adalah
menghilangkan gejala, mempercepat penyembuhan, dan mencegah komplikasi lebih
lanjut. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antasida digolongkan menjadi 2
golongan yaitu :
a. Anti Hiperasiditas
Obat dengan kandungan aluminium atau magnesium bekerja secara
kimiawi mengikat kelebihan HCl dalam lambung. Sediaan yang mengandung
magnesium menyebabkan diare karena bersifat pencahar, sedangkan
sedangkan sediaan yang mengandung aluminium dapat menyebabkan sembelit
maka biasanya kedua senyawa ini dikombinasikan. Persenyawaan molekul
antara Mg dan Al disebut hidrotalsit. Obat dengan kandungan natrium

28
bikarbonat merupakan antasida yang larut dalam air, dan bekerja cepat. Tetapi
dapat menyebabkan sendawa. Obat dengan kandungan bismut dan kalsium
dapat membentuk lapisan pelindung pada luka dilambung tetapi sebaiknya
dihindari karna bersifat neurotoksik sehingga dapat menyebabkan kerusakan
otak. Obat dengan kandungan sukralfat, aluminium hidroksida dan bismuth
koloida dpat digunakan untuk melindungi tukak lambung agar tidak teriiritasi
oleh asam lambung.
b. Perintang reseptor H2 ( antagonis reseptor H2)
Bekerja dengan cara mengurangi sekresi asam. contoh obatnya adalah
ranitidin dan simetidin.
Adapun penggolongan obat - obat antasida, antara lain :
a. Antasida : Aluminium Hidroksida, Al Oksida, Magnesium Karbonat, Mg
Trisilikat, Mg Oksida, Mg Hidroklorida, Natrium Karbonat, Bismuth
Subnitrat, Bismuth Subsitrat, Kalsium Karbonat, Hidrotalsite ( Mg, Al,
Hidroksi Karbonat )
b. Antagonis Reseptor H2 ( H2 Bloker ) : Ranitidin, Simetidin, Famotidin
Nizatidin (bekerja dengan cara mngurangi sekresi asam lambung sebagai
akibat hambatan reseptor H2).
c. Penghambat Pompa Proton : Omeprazol, Lansoprazol, Pantoprazol
(bekerja dengan cara menghambat asam lambung dengan cara
menghambat sistem enzim adenosin trifosfat hidrogen-kalium (pompa
proton dari sel parietal lambung)
d. Anti Kolinergik / anti muskarinik : Pirenzepin, Fentonium, Ekstrak
Belladon (bekerja dengna menghambat sekresi asam melalui reseptor
muskarindan melawan kejang)
e. Analog Prostaglandin : Misoprostol (Anti sekresi dan proteksi)
f. Pelindung mukosa : Sukralfat (melindungi mukosa dari serangan pepsin
dan asam)
g. Penguat motilitas : Metoklorpramid dan Domperidon
h. Zat pembantu : Dimetikon (Dimetilpolisiloksan) (Memperkecil gelembung
gas yang timbul sehingga mudah di serap dan dapat mencegah masuk
angin, kembung dan kentut)
i. Penenang : Diazepam dan Klordiazepoksida (menekan stress yg dapat
memicu asam lambung).

29
2. Digestiva
Digestiva adalah obat yang digunakan untuk membantu proses pencernaan
lambung-usus terutama pada keadaan difensiensi zat pembantu pencernaan. Obat
digestiva antara lain :
a. Pankreatin (enzim pencernaan) : Amylase, Tripsin, Lipase # Fungsinya
membantu proses pencernaan
b. Pepsin (enzim lambung)
c. Ox-bile (empedu sapi) # Fungsinya mempertinggi daya kerja lipase, merangsang
pengeluaran empedu dari hati
d. Bromealin
3. Anti Diare
Anti diare adalah obat yg digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan
oleh bakteri, kuman, virus, cacing, atau keracunan makanan. Gejala diare adalah
BAB berulang kali disertai banyaknya cairanyg keluar kadang-kadang dengan mulas
dan berlendir atau berdarah. Diare terjadi karena adanya rangsangan terhadap saraf
otonom di dinding usus sehingga menimbulkan reflek mempercepat peristaltik usus.
Rangsangannya dapat ditimbulkan oleh :
a) infeksi oleh bakteri patogen misalnya bakteri colie
b) infeksi oleh kuman thypus dan kolera
c) infeksi oleh virus
d) akibat dari penyakit cacing
e) keracunan makanan dan minuman
f) gangguan gizi
g) pengaruh enzim
h) pengaruh syaraf
Obat anti diare :
a. Adsorben : kaolin, karbo adsorben, attapulgit #nyerap racun
b. Anti motilitas : loperamid hidroklorida, kodein fosfat, morfin #menekan
perstaltik usus
c. Adstringen : tannin/ tanalbumin #menciutkan selaput usus
d. Pelindung : Mucilago #melindungi selaput lendir usus yang luka
4. Laksativa
Laksativa adalah obat-obat yang dapat mempercepat peristaltik usus sehingga
mempermudah BAB. Obat pencahar digunakan untuk :

30
a) Pada keadaan sembelit
b) pada pasien penderita penyakit jantung dan pembuluh
c) pada pasien dengan resiko pendarahan rektal
d) untuk membersihkan saluran cerna
e) untuk pengeluaran parasit
Obat Laksativa :
a. Perangsang dinding usus (meningkatkan motilitas usus) : Bisakodil, Dankron,
Rhei, Sennae, dan Aloe.
b. Memperbesar isi Usus : Magnesium Sulfat / garam inggris, Natrium fosfat, Agar-
agar, CMC (carboksi metil cellulose), dan Tylose (menahan cairan dalam usus
secara osmosis)
c. Pelicin / Pelunak tinja : Paraffin cair, gliserin (supositoria), danlarutan sabun
(klysma).
5. Anti Spasmodika
Anti Spasmodika adalah at yang digunakan untuk mengurangi atau melawan
kejang - kejang otot. Obat Anti Spasmodika : Atropin Sulfat, Alkaloida belladona,
Hiosin Butil Bromida, Papaverin HCl, Mebeverin HCl, Propantelin Bromida,
Pramiverin HCl, dan Cisaprid (Mengurangi atau melawan kejang otot)
6. Kolagoga
Kolagoga adalah obat yang digunakan untuk peluruh batu empedu. Obat
Kolagoga adalah : Asam Kenodeoksikolat, Asam Ursodeoksikolat, dan Asam Kenat
(membantu melarurkan batu empedu)
7. Protektor Hati
Protektor htai adalah obat yang digunakan sebagai vitamin tambahan untuk
meringankan, mengurangi bahkan melindungi gangguan funsi hati. Obat protektor
Hati adalah :
1. Curcuma rhizoma domestica
2. Curcuma Xanthorrizae
3. Sylimarin
4. Mekonin

31
2.6 Penggolongan Obat Sistem Endokrin
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar
sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-
hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa
pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh. Kelenjar endokrin
memiliki organ utama dari sistem endokrin yaitu hipotalamus, kelenjar hipofisa, kelenjar
tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar pankreas, kelenjar adrenal, testis, ovarium. Banyak
organ yang melepaskan hormon atau zat yang mirip hormon, tetapi biasanya tidak
disebut sebagai bagian dari sistem endokrin. Beberapa organ ini menghasilkan zat-zat
yang hanya bereaksi di tempat pelepasannya, sedangkan yang lainnya tidak melepaskan
produknya ke dalam aliran darah. Contohnya, otak menghasilkan berbagai hormon yang
efeknya terutama terbatas pada sistem saraf.

Jenis Penyakit yang termasuk ke Sistem Endokrin.


1. Diabetes mellitus (DM) tipe I
Diabetes mellitus tipe I, organ pankreas pada tubuh penderita tidak bisa
memproduksi insulin sama sekali. Sehingga, untuk bertahan hidup, penderita
bergantung pada pemberian insulin dari luar melalui suntikan. Karena itu, diabetes
mellitus tipe I ini juga dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (IDDM). Faktor penyebab Diabetes mellitus tipe I adalah infeksi
virus atau reaksi auto-imun (rusaknya sistem kekebalan tubuh), yang merusak sel-sel
penghasil insulin. Biasanya, gejala diabetes tipe 1 muncul mendadak, seperti tiba-tiba
sering cepat merasa haus, sering buang air kecil (pada balita sering mengompol),
badan menjadi kurus, dan lemah.
2. Diabetes mellitus (DM) tipe II
Diabetes mellitus tipe II, adalah penyakit diabetes yang banyak sekali di derita
orang. hampir 90% penderita diabetes adalah tipe II ini. Diabetes jenis ini disebut
juga diabetes life style karena selain faktor keturunan, penyebab utamanya adalah
gaya hidup tidak sehat. Umumnya, diabetes tipe ini mengenai orang dewasa yang
berusia 30 tahun atau lebih, tapi akhir-akhir ini juga banyak mengenai orang-orang
yang lebih muda. Gejala diabetes tipe 2 berkembang sangat lambat, bisa sampai
bertahun-tahun. Penderita diabetes tipe 2 tidak mutlak memerlukan suntikan insulin
karena pankreasnya masih menghasilkan insulin, tapi kerja insulin menjadi tidak

32
efektif karena di dalam tubuh tengah terjadi resistensi insulin atau penurunan
kemampuan hormon insulin menurunkan kadar gula darah.
3. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme atau disebut juga penyakit tiroid kurang aktif, merupakan
penyakit yang umum dialami orang-orang. Akibat hipotiroidisme, kelenjar tiroid
tidak memproduksi hormone tiroid yang memadai. Hipotiroidisme biasanya
disebabkan oleh masalah pada kelenjar tiroid itu sendiri ini dinamakan hipotiroidisme
primer. Apabila penyebabnya adalah masalah lain yang mengganggu fungsi tiroid ,
maka kondisi tersebut dinamakan hipotiroidisme sekunder.
4. Hipertiroidisme
Kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid, yang
menyebabkan penurunan berat badan, denyut jantung yang cepat, berkeringat, dan
gelisah. Penyebab paling umum untuk tiroid yang terlalu aktif adalah gangguan
autoimun yang disebut penyakit Gondok.

Obat yang Bekerja pada Sistem Endokrin


1. Diabetes Melitus Tipe II
a. Nama Obat Benofomin (Bernofarm)
b. Kandungan Obat Metformin HCl
c. Cara Pemberian Oral
d. Dosis 1 tablet 3 kali sehari
1 kaptab 2 kali sehari
e. Indikasi DM tipe II
f. Kontra Indikasi Koma diabetikum, ketoasidosis, gangguan ginjal parah,
penyakit hati kronis, payah jantung, alkoholisme,
hipoksemia, miokardinfark
g. Pendokumentasian Tablet 3x500mg = 1500 mg/hari
Kaptab 2x850mg = 1700 mg/hari

a. Nama obat Condiabet (Armoxindo Farma)


b. Kandungan obat Glibenclamid
c. Cara pemberian Oral
d. Dosis Dosis awal 5mg/hari, dinaikan bertahap 2,5mg dengan
interval kira-kira 1 minggu.
Dosis maksimal 15mg/hari, dalam bentuk tablet
e. Indikasi DM tipe II
f. Kontra indikasi IDDM/ DM tipeI, koma diabetikum, ketoasidosis, DM
dengan komplikasi (demam, trauma, gangren) kerusakan

33
fungsi hati dan adrenokortikal, kerusakan ginjal parah,
kehamilan, laktasi.
g. Pendokumentasian 1x5mg

2. Diabetes Melitus Tipe I


a. Nama obat HUMULIN (Eli Lilly)
b. Kandungan obat Humulin R: Human insulin regular (DNA
rekombinan),kerja cepat
Humulin N: Human insulin isophane (DNA rekombinan
),kerja sedang
Humulin 30/70 : capuran humulin R dan humulin N
dengan perbandingan 30:70
c. Cara pemberian Injeksi subkutan
d. Dosis Sesuai kebutuhan
e. Indikasi Pasien diabetes tipe 1 pasien diabetes yang ,memerlukan
pengobatan dengan suntikan insulin
f. Kontra indikasi Hypoglikemia
g. Pendokumentasian Vial 1x 40ml

3. hipotiroidisme
a. Nama obat Tyrax (organon)

b. Kandungan obat Na L-thyroxin

c. Cara pemberian Oral

d. Dosis Dewas : dosis awal 0,05-0,1mg/hari. Tambahkan dosis


harian tiap 2 minggu 0,025-0,5mg sampai hasil yang
diharapkan tercapai

e. Indikasi Hipotiroid

f. kontra indikasi -

g. pendokumentasian 1x100mcg

a. Nama obat Euthyrox (Merck)


b. Kandungan obat Na levothyroxine
c. Cara pemberian Oral
d. Dosis Goiter eutiroid : 50-200mcg/hari
Hipotiroidisme : Dosis awal 25-50mcg. Pemeliharaan

34
125-250mcg sekali sehari
Pengobatan tambahan bersama antitiroid : 50-100mcg
sekali sehari
e. Indikasi Goiter eutiroid, hipotiroidisme, pengobatan tambahan
bersama antitiroid
f. kontra indikasi Hipertiroidisme; kecuali sebagai tambahan terapi pada
pengobatan hipertiroidi dengan obat-obat antitiroid
setelah mencapai fungsi normal
g. pendokumentasian 1x100mcg

4. hipertiroidisme
a. nama obat Propiltiouracil
b. kandungan obat Propiltiourasil
c. cara pemberian Oral
d. dosis untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/
m2/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000
mg/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. untuk
hipertiroidisme berat 450 mg/hari, untuk
hipertiroidisme ocasional memerlukan 600-900
mg/hari; dosis pelihara 100-150 mg/haridalam dosis
terbagi setiap 8-12 jam. Dosis untuk orangtua 150-300
mg/hari
e. indikasi Hipertiroidisme
f. kontra indikasi hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking
replacement regimen tidak boleh diberikan pada
kehamilan dan masa menyusui.
g. pendokumentasian 1x 50mg

a. nama obat Tapazole


b. kandungan obat Methimazole
c. cara pemberian Oral
d. dosis untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis pelihara 0,2
mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari.
Untuk dewasa: hipertiroidisme ringan 15 mg/hari;
sedang 30-40 mg/hari; hipertiroid berat 60 mg/ hari;
dosis pelihara 5-15 mg/hari.
e. indikasi agent antitiroid
f. kontra indikasi Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita hamil
g. pendokumentasian Untuk anak : 3x 0,4mg
Untuk dewasa : 1x 10mg

35
a. nama obat Neo mecarzole (nicholas)
b. kandungan obat Karbimazole
c. cara pemberian Oral
d. dosis 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu dosis
diturunkan menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi
berlangsung 18 bulan.
Sebagai blocking replacement regimen, karbamizole 20
– 60 mg dikombinasikan dengan tiroksin 50 -150 mg.
Untuk dosis anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian
disesuaikan dengan respon.
e. indikasi Hipertiroidisme
f. kontra indikasi blocking replacement regimen tidak boleh diberikan
pada kehamilan dan masa menyusui
g. pendokumentasian 1x 5mg

36
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa obat adalah benda atau zat yang
dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan gejela, atau mengubah proses
kimia adalah tubuh.obat ialah suatu bahan ataupun panduan bahan-bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan
badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk untuk memperelok tubuh
atau bagian tubuh manusia termasuk obat tradisional. Ada 5 jenis penggolongan obat
yang telah kita bahas pada makalah ini yaitu penggolongan obat sistem neurologi dan
neuromuskuler (saraf pusat dan saraf otonom), penggolongan obat sistem pernafasan,
penggolongan obat sistem kardiovaskuler (jantung), penggolongan obat sistem
pencernaan, dan penggolongan obat sistem endokrin.

3.2 Saran
Dalam pembuatan tugas ini penulis menyadari bahwa makalah masih jauh dari kata
sempurna, terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta kejanggalan baik dalam
penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Oleh karena itu, masukan atau saran yang
baik sangat diharapkan guna memperbaiki dan menunjang proses perkuliahan.

37
DAFTAR PUSTAKA

Priyanto.2010.Farmakologi Dasar.Depok : LESKONFT

Rilantono, L.L.2012.Penyakit Kardiovaskuler(PKV), Edisi Pertama.Jakarta : Fakultas


Kedokteran Indonesia

Katzung BG. 2006. Basic principle. 10th ed. Basic and Clinical Pharmacology. McGraw
Hill.San Fransisco.

Gan Gunawan, Sulistia.2009. Farmakologi dan Terapi.Jakarta : FKUI

38

Anda mungkin juga menyukai