Anda di halaman 1dari 14

KECENDERUNGAN MENYONTEK DALAM menyontek diperoleh koefisien korelasi r sebesar -

KAITANNYA DENGAN KEPERCAYAAN DIRI 0,253 p<0,05, dan koefisien korelasi r sebesar -
DAN MOTIVASI DIRI PADA PELAJAR SMK 0,362 p<0,05 untuk hubungan antara motivasi diri
PGRI 1 PACITAN JAWA TIMUR dengan kecenderungan menyontek. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif
Triyan Kurniasari Aryani, Thulus Hidayat, antara kepercayaan diri dengan kecenderungan
Arista Adi Nugroho menyontek dan terdapat hubungan negatif antara
motivasi diri dengan kecenderungan menyontek.
Program Studi Psikologi FK UNS Adapun sumbangan efektif yang diberikan prediktor
kepercayaan diri sebesar 0,88% dan motivasi diri
Abstrak sebesar 12,26%.
Kecenderungan menyontek merupakan salah
satu fenomena pendidikan yang sering dan bahkan
selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar Kata kunci : Kepercayaan diri, motivasi diri,
mengajar sehari-hari. Hal ini terjadi karena proses kecenderungan menyontek.
imitasi dan akan terus terjadi secara turun-temurun
jika tidak ada perhatian dan perbaikan terhadap A. Pendahuluan
sistem. Dalam hal ini, faktor tinggi rendahnya
Salah satu bentuk tindakan negatif yang
kepercayaan diri dan motivasi diri yang dimiliki
oleh setiap individu khususnya para pelajar dilakukan oleh pelajar dalam proses pembelajaran
berperan penting dalam keberhasilan akademiknya.
adalah menyontek. Menyontek merupakan salah
Individu dengan kepercayaan diri dan motivasi diri
yang rendah dinilai memiliki kecenderungan satu fenomena pendidikan yang sering dan bahkan
menyontek lebih besar dibanding pelajar yang
selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar
memiliki kepercayaan diri dan motivasi diri yang
tinggi. mengajar sehari-hari, tetapi jarang mendapat
Tujuan penelitian ini adalah untuk
pembahasan dalam wacana pendidikan di negara
mengetahui apakah terdapat hubungan antara
kepercayaan diri dan motivasi diri dengan Indonesia. Anderman & Hicks (1995; dalam
kecenderungan menyontek, hubungan kepercayaan
Anderman, Griesinger, & Westerfield, 1998)
diri dengan kecenderungan menyontek, dan
hubungan motivasi diri dengan kecenderungan mengemukakan bahwa fakta menunjukkan
menyontek.
menyontek adalah kebiasaan yang sering terjadi
Penelitian ini menggunakan populasi seluruh
pelajar SMK PGRI I Pacitan Jawa Timur. Sampel pada pelajar. Sejumlah penelitian yang telah didapat
berjumlah 90 pelajar. Teknik pengambilan
menunjukan bahwa pelajar SMA lebih banyak dan
sampelnya adalah cluster random sampling. Metode
analisis data yang digunakan adalah teknik analisis lebih terlihat dibanding disekolah dasar. Fenomena
regresi simultan dan korelasi Pearson Product
ini makin diperparah dengan kecenderungan
moment dengan bantuan komputer program SPSS
for MS windows versi 16. menyontek yang sering terjadi ketika pelaksanaan
Berdasarkan perhitungan analisis data
ujian baik ujian semester maupun kenaikan kelas.
diperoleh hasil uji simultan p-value 0,002<0,05,
artinya signifikan, sedangkan F hitung 6,583 > dari Menurut Irawati (2008) keleluasaan peserta didik
F tabel 3,09, artinya signifikan dengan koefisien
untuk menyontek dengan cara berlomba menempati
determinasi (R²) sebesar 0,131 atau 13,1%. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam tempat duduk tertentu, menggunakan peluang ketika
penelitian ini dapat diterima, yaitu kepercayaan diri
pengawas lengah, membuat catatan-catatan di kertas
dan motivasi diri secara bersama-sama memiliki
hubungan signifikan pada kecenderungan kecil berisi salinan pelajaran, rumus ditangan, dapat
menyontek para pelajar. Sedangkan untuk hubungan
pula dengan mencuri jawaban teman, serta bekerja
antara kepercayaan diri dengan kecenderungan
22
sama dengan teman dengan cara membuat bagaimana individu memperjuangkan targetnya,
kesepakatan terlebih dahulu dan membuat kode- sekuat apa individu itu mampu mengatasi masalah
kode tertentu merupakan bentuk kecurangan yang yang muncul, dan setangguh apa individu itu
sering terjadi saat pelaksanaan ujian. Bila hal ini mampu menghadapi kegagalannya.
merupakan suatu realita empiris berarti ujian Pada dasarnya motivasi merupakan salah
menciptakan budaya tidak jujur dalam sistem satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi
pendidikan nasional. Kejujuran sangat diperlukan keberhasilan seorang individu. Menurut Purwanto
untuk mendukung perubahan budaya itu sehingga (1990) motivasi termasuk dalam faktor individual.
menjadi bersifat permanen. Dari sini tampak bahwa Faktor individual adalah faktor yang ada pada diri
masalah menyontek sesungguhnya adalah isu lama individu itu sendiri, misalnya kematangan atau
yang tetap aktual dibicarakan dalam sistem dunia pertumbuhan, kecerdasan, latihan, dan faktor
pendidikan di Indonesia bahkan diseluruh dunia. pribadi. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa
Percaya diri memiliki peranan penting adanya motivasi memudahkan individu dalam
dalam menentukan perilaku individu. Bagaimana menentukan harapan atau cita-cita pada masa yang
individu memandang dirinya, menilai atas akan datang. Kebutuhan meraih prestasi merupakan
kemampuan yang dimiliki tampak dari seluruh salah satu motif yang berperan penting pada
perilakunya. Kumara (Shofiah, 2002) individu. Memiliki motivasi diri untuk mencapai
mengemukakan bahwa kepercayaan diri diawali prestasi yang tinggi akan mendorong individu fokus
dengan pengenalan fisik, bagaimana individu pada pencapaian tujuan. Lobel dan Levanon (1988)
menilai dirinya, menerima atau menolaknya. menyarankan bahwa seorang individu perlu
Selanjutnya hal tersebut akan menimbulkan rasa didorong untuk lebih percaya pada penguatan
puas atau sebaliknya rasa rendah diri dan kecewa internal dan berpandangan positif pada diri untuk
yang akan mempengaruhi perkembangan mengurangi timbulnya kecurangan dalam hal
mentalnya. Kepercayaan diri timbul sejalan dengan akademik. Individu yang memiliki motivasi diri
proses waktu yang tumbuh berkembang pada diri yang tinggi dalam mencapai tujuannya, ketika
seorang individu melalui proses belajar. Dari menghadapi masalah akan melakukan tindakan-
pernyataan tersebut dapat dikemukakan bahwa tindakan yang positif untuk memecahkan
percaya diri merupakan bagian dari alam bawah masalahnya, sedangkan bagi individu yang
sadar yang hanya terpengaruh oleh hal-hal yang memiliki motivasi yang rendah akan cenderung
bersifat emosional dan perasaan. bermalas-malasan dan bertindak negatif.
Albert Bandura (dalam Arief, 2008) Menyontek yang telah menjadi kebiasaan
mengemukakan bahwa kepercayaan diri yang bagus akan berakibat negatif bagi diri pelajar sendiri
memiliki kontribusi besar terhadap motivasi. Hal ini maupun dalam skala yang lebih luas. Banyaknya
mencakup antara lain: bagaimana individu teman sebaya yang menyontek menyebabkan
merumuskan tujuan atau target untuk dirinya, pelajar berpikir bahwa menyontek adalah tindakan
23
yang wajar dilakukan demi mencapai hasil yang mental seseorang, bukan merupakan sifat bawaan,
diinginkan. Pelajar yang terbiasa menyontek akan tetapi merupakan hasil pengaruh yang didapatkan
senang menggantungkan pencapaian hasil seorang individu dari hasil interaksi dengan
belajarnya pada orang lain atau sarana tertentu dan lingkungan (Alhadza, 2004).
bukan hanya pada kemampuan dirinya sendiri. Pada hasil Diskusi Kelompok Terarah yang
Selain itu sikap masyarakat yang permisif terhadap dilakukan oleh Dewi (2000) pada penelitian
kecurangan-kecurangan kecil yang dilakukan sejak kepercayaan diri dan kecenderungan menyontek
dini seperti menyontek merupakan akar dari menghasikan sepuluh indikator yang mampu
permasalahan moral yang lebih besar (Sutrisno, mengungkap bentuk-bentuk kecenderungan
1999; dalam Haryono, 2001). Dengan menyontek, menyontek yang dilakukan oleh pelajar. Indikator
bukan memberikan motivasi diri untuk belajar. tersebut meliputi: (a) bertanya pada teman saat
Namun, membiarkan teman bermalas-malasan ujian, (b) melihat jawaban teman saat ujian, (c)
tanpa mau berusaha sendiri. Oleh karena hal menjawab soal ujian bukan dari pikiran sendiri, (d)
tersebut, untuk menghindari tindakan menyontek melihat catatan saat ujian, (e) menggunakan kode-
diperlukan sebuah sistem belajar sendiri yang dibuat kode tertentu untuk saling tukar jawaban saat ujian,
oleh pelajar itu sendiri agar yakin akan kemampuan (f) menyatakan rumus untuk menjawab soal ujian,
yang dimiliki serta mampu menarik memotivasi (g) meniru jawaban teman pada saat ujian, (h)
dirinya untuk berusaha sendiri akan kemampuan mencari kepastian jawaban yang benar dari teman
yang dimilikinya. saat ujian, (i) menyatakan cara menjawab soal ujian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk: pada teman, (j) melihat rangkuman materi saat
a. Untuk mengetahui hubungan antara ujian.
kepercayaan diri dan motivasi diri dengan Menurut Smith (dalam Alhadza, 2004)
kecenderungan menyontek pada pelajar. mengemukakan bahwa keputusan moral dan
b. Untuk mengetahui hubungan kepercayaan diri motivasi untuk mencapai prestasi atau ketakutan
dengan kecenderungan menyontek pada pelajar. untuk gagal menjadi alasan yang signifikan seorang
c. Untuk mengetahui hubungan motivasi diri individu cenderung melakukan menyontek. Adapun
dengan kecenderungan menyontek pada pelajar. alasan tersebut meliputi:
a. Terpengaruh melihat teman melakukan
B. Dasar Teori
kecurangan meskipun pada awalnya tidak
1. Kecenderungan Menyontek
berniat melakukannya.
Kecenderungan menyontek merupakan
b. Terpaksa membuka buku karena pertanyaan
keinginan bertindak curang dalam tes melalui
ujian terlalu membuku sehingga memaksa
pemanfaatan informasi yang berasal dari luar secara
peserta harus menghafal kata demi kata dari
tidak sah (Sujana dan Wulan, 1994). Menyontek
buku teks.
adalah salah satu wujud perilaku dan ekspresi

24
c. Merasa guru kurang adil dan diskriminatif individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa
dalam pemberian nilai. kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Berikut

d. Adanya peluang karena pengawasan yang tidak beberapa cara menumbuhkan rasa percaya diri yang
dikemukakan oleh Rini (2002), yaitu: (a) evaluasi diri
ketat.
secara obyektif, (b) memberi penghargaan yang jujur
e. Takut gagal.
terhadap diri, (c) Positive thinking, (d) menggunakan
f. Ingin menperoleh nilai tinggi tetapi tanpa
self-affirmation, (e) berani mengambil resiko, (f) belajar
diimbangi dengan belajar keras.
mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan, dan (g)
g. Tidak percaya diri. Sudah belajar teratur tetapi menetapkan tujuan yang realistik.
khawatir akan lupa, sehingga mengantisipasinya
dengan membawa catatan kecil. 3. Motivasi diri

h. Terlalu cemas menghadapi ujian. Motivasi diri merupakan dorongan dan

i. Yakin bahwa guru tidak akan memeriksa tugas kekuatan yang berasal dari dalam diri individu

yang diberikan berdasarkan pengalaman untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin

sebelumnya sehingga bermaksud mengelabui dicapainya, apabila seorang individu menyenangi

guru. sesuatu maka akan terdorong untuk melakukan

2. Kepercayaan diri kegiatan tersebut, dan motivasi sebagai dorongan

Individu yang sehat memiliki percaya diri dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah

yang memadai. Percaya diri berarti yakin akan laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang

kemampuannya untuk menyelesaikan suatu menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang

pekerjaan dan masalah. Dengan percaya diri, sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena

individu merasa dirinya berharga dan memiliki itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas

kemampuan menjalani kehidupan, motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan

mempertimbangkan berbagai pilihan dan membuat motivasi yang mendasarinya (Uno, 2007).

keputusan sendiri (Lie, 2003). Kepercayaan diri Adapun aspek-aspek motivasi yang penting

sebagai salah satu aspek kepribadian yang diperoleh dimiliki ada pada diri setiap individu sebagai

seseorang dari pengalaman hidupnya. Aspek berikut (Sardiman, 1992):


a. Tekun menghadapi tugas
kepribadian tersebut berupa keyakinan akan
Sikap individu yang dapat bekerja terus-menerus
kemampuan diri sendiri sehingga tidak terpengaruh
dalam waktu yang lama, dan tidak pernah berhenti
pada orang lain, mampu bertindak sesuai kehendak
sebelum pekerjaan yang dikerjakakan selesai.
dan penuh kesadaran, cukup berhati-hati dalam
b. Ulet menghadapi kesulitan
bertindak, optimis, toleran dan bertanggung jawab Sikap individu yang mampu menghadapi kesulitan
atas apa yang dilakukannya (Lauster, 1997). serta tidak memerlukan dorongan dari luar untuk
Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang berprestasi sebaik mungkin.
proporsional maka individu harus memulainya dari diri c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam
sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya masalah
25
Sikap individu yang cepat mereaksi dan lekas 1. Sampel Penelitian
bertindak terhadap berbagai masalah dihadapannya. Sampel penelitian ini merupakan pelajar putra
d. Lebih senang bekerja mandiri maupun putri berjumlah 92 orang yang diambil secara
Sikap individu bertindak tanpa menggantungkan diri acak dengan teknik cluster random sampling dari seluruh
pada orang lain. kelas baik kelas 1, 2, maupun 3 SMK PGRI I Pacitan
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin Jawa Timur. Namun, data yang dapat dianalisis
Sikap individu yang mencerminkan lebih senang sebanyak 90 karena 2 diantaranya dinyatakan rusak.
melakukan berbagai aktivitas yang baru, bukan hal- Data terkumpul pada bulan Desember 2008.
hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu 2. Alat ukur
saja, sehingga kurang kreatif bagi dirinya. Pada penelitian ini menggunakan dua model
f. Dapat mempertahankan pendapatnya skala, yakni model alat ukur skala likert dan model alat
Sikap individu yang mempertahankan pendapatnya ukur skala diferensi semantik. Sistem penilaian skala
bila yakin akan sesuatu. kepercayaan diri dan motivasi diri ini menggunakan
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini model skala Likert, yakni penentuan nilai skala dengan
Sikap individu yakin mampu bertindak sesuai hal cara yang sederhana berskala lima. Skala tersebut
yang diyakini dan penuh kesadaran dalam dikelompokkan dalam pernyataan favourable dan
menghadapi segala hal tentang dirinya. unfavourable dengan 5 alternatif jawaban, yaitu Sangat
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju
Sikap individu bertindak kritis dalam mengatasi (TS), Sangat Tidak Setuju (STS) yang diberi bobot 5
kesulitan yang dihadapi, serta dapat sampai 1 untuk pernyataan favorable dan sebaliknya

memutuskan sendiri jalan keluar yang tepat (bobot 1 sampai 5 untuk pernyataan unfavorable).
Sedangkan skala kecenderungan menyontek ini
menurut dirinya.
menggunakan model skala diferensi semantik 5
C. Metode Penelitian
kontinum. Responden langsung memberikan bobot
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
penilaian terhadap suatu stimulus menurut kata sifat
dengan pendekatan deskriptif korelasional, artinya
yang ada pada setiap kontinum skala. Bagian paling kiri
penelitian ini berusaha menemukan hubungan bernilai 5 berarti favorable. Bagian paling kanan bernilai
variabel bebas dengan variabel tergantung 1 menunjukkan unfavorable, dan bagian netral dengan
berdasarkan fakta empirik yang ada. Melalui nilai 3. Skor respoden secara keseluruhan diperoleh
pengolahan data secara statistik diharapkan dapat dengan cara menjumlahkan skor masing-masing
diketahui hubungan antara ketiga variabel yang kontinum.
diteliti. Variabel penelitian yang digunakan dalam Variabel kepercayaan diri memiliki 41 aitem,

penelitian ini adalah: variabel motivasi diri memiliki 49 aitem, dan variabel
kecenderungan menyontek memiliki 50 aitem. Uji
1. Variabel Tergantung : Kecenderungan
validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi
Menyontek
product moment. Hasil Indeks korelasi aitem skor aitem
2. Variabel Bebas : Kepercayaan diri
dengan skor total aitem (rix) dinyatakan dalam corrected
Motivasi diri
item total correlation dengan bantuan komputer program

26
SPSS for MS windows versi 16. Validitas alat ukur 2. Gambaran Umum
kepercayaan diri berkisar antara 0,317 sampai dengan Skala kepercayaan diri akan dikategorikan
0,746. Validitas alat ukur motivasi diri berkisar antara untuk mengetahui tinggi rendahnya nilai subjek.
0,305 samapai dengan 0,863 dan untuk validitas alat
Skor minimal yang diperolaeh subjek adalah 41 X 1
ukur kecenderungan menyontek berkisar antara 0,308
= 41 dan skor maksimal yang dapat diperoleh
sampai dengan 0,694. Sedangkan reliabilitas skala
subjek adalah 41 X 5= 205. Maka jarak sebarannya
kepercayaan diri ditunjukkan dengan menghitung
adalah 205 -41 = 164 dan setiap satuan deviasi
Cronbach’s Alpha sebesar 0,935, motivasi diri sebesar
0,951, dan kecenderungan menyontek sebesar 0,941.
standartnya bernilai 164:6,0 =27,33, sedangkan

3. Teknik analisis rerata hipotetiknya adlah 41 X 3=123. Apabila


Data yang diperoleh melalui pengisian ketiga subjek digolongkan dalam 5 kategorisasi. Dari
skala diolah secara statistik dengan menggunakan teknik kategori skala kepercaan diri seperti terlihat pada
analisis regresi dua prediktor uji simultan, sedangkan tabel, dapat dilihat bahwa subjek secara umum
untuk mengetahui masing-masing hubungan variabel memiliki tingkat kepercaan diri yang tinggi.
bebas dengan variabel tergantung menggunakan korelasi Skala motivasi diri akan dikategorikan untuk
Pearson Product Moment. Semua penghitungan
mengetahui tinggi rendahnya nilai subjek. Skor
dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.00 for
minimal yang diperoleh subjek adalah 49 X 1 = 49
Windows.
dan skor maksimal yang dapat diperoleh subjek
D. Hasil dan Pembahasan adalah 49 X 5 = 245. Maka jarak sebarannya adalah
1. Pelaksanaan Penelitian 245 – 49 = 196 dan setiap satuan deviasi
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 6-10 standartnya bernilai 196:6,0 =32,67 sedangkan
Desember 2008 dengan cara peneliti memberikan rerata hipotetiknya adalah 49 X 3 = 147. Apabila
skala kepercayan diri, skala motivasi diri, dan skala subjek digolongkan dalam 5 kategorisasi. Dari
kecenderungan menyontek secara klasikal dan kategori skala motivasi diri seperti terlihat pada
langsung kepada sampel penelitian. Pembagian tabel, dapat dilihat bahwa subjek secara umum
skala dilakukan secara langsung oleh peneliti di memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi.
ruang kelas masing-masing. Sebelum mengisi skala, Skala kecenderungan menyontek akan
peneliti menerangkan cara pengisian skala agar dikategorikan untuk mengetahui tinggi rendahnya
subjek tidak keliru dalam proses pengisian skala nilai subjek. Skor minimal yang diperoleh subjek
nantinya. Subjek megisi skala membutuhkan waktu adalah 50X1 = 50 dan skor maksimal yang dapat
sekitar 1 jam pelajaran atau 45 menit. Dari 92 diperoleh subjek adalah 50 X 5 = 250. Maka jarak
eksemplar yang dibagikan pada subjek, seluruhnya sebarannya adalah 250 - 50 = 200 dan setiap satuan
terkumpul kembali. Namun, hanya 90 eksemplar deviasi standartnya bernilai 200:6,0 =33,33
yang memenuhi syarat untuk dianalisis. Setelah sedangkan rerata hipotetinya adalah 50 X 3 = 150.
semua data terkumpul selanjutnya dilakukan Apabila subjek digolongkan dalam 5 kategorisasi.
skoring. Dari kategori skala kecenderungan menyontek
27
seperti terlihat pada tabel, dapat dilihat bahwa Hal ini berarti bahwa data pada variabel
subjek secara umum memiliki tingkat kepercayaan diri, motivasi diri dan kecenderungan
kecenderungan menyontek yang rendah. menyontek memiliki sebaran yang normal dan
3. Hasil Uji Asumsi sampel dalam penelitian dapat mewakili populasi.
a. Uji normalitas sebaran b. Uji linieritas hubungan
Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk Pengujian linieritas dimaksudkan untuk
mengetahui apakah dalam variabel yang diteliti mengetahui linieritas hubungan antara variabel
berdistribusi normal atau tidak. Hal ini berarti bebas dengan variabel tergantung, selain itu uji
bahwa uji normalitas diperlukan untuk menjawab linieritas ini juga diharapkan dapat mengetahui taraf
pertanyaan apakah syarat sampel yang representatif signifikansi penyimpangan dari linieritas hubungan
terpenuhi atau tidak, sehingga hasil penelitian dapat tersebut. Apabila penyimpangan yang ditemukan
digeneralisasi pada populasi (Hadi, 2000). Uji tidak signifikan, maka hubungan antara variabel
normalitas sebaran ini menggunakan teknik one bebas dengan variabel tergantung adalah linier
sample Kolmogorov-Smirnov test (ks-z) yang (Hadi, 2000). Uji linieritas hubungan ini
dikatakan normal jika p (asym sig (2-tailed)) > 0,05. menggunakan teknik compare means test for
Hasil uji normalitas sebaran terhadap ketiga linierity. Berdasarkan hasil pengujian linieritas
variabel akan dijelaskan sebagai berikut: variabel kepercayaan diri dengan kecenderungan
1) Hasil uji normalitas sebaran variabel menyontek diperoleh nilai Fbeda sebesar 1,363
kepercayaan diri, nilai ks-z adalah 0,648 dengan dengan probabilitas sebesar 0,152>0,05 adalah
asym sig (2-tailed) 0,795>0,05 termasuk linear. Motivasi diri dengan kecenderungan
kategori normal. menyontek diperoleh Fbeda sebesar 0,868 dengan
2) Hasil uji normalitas sebaran variabel motivasi nilai probabilitas sebesar 0,684>0,05 adalah linear.
diri, nilai ks-z adalah 0,514 dengan asym sig (2- Berdasarkan uji linieritas yang dilakukan dapat
tailed) 0,955>0,05 termasuk kategori normal. disimpulkan bahwa asumsi linier dalam penelitian
3) Hasil uji normalitas sebaran variabel ini terpenuhi.
kecenderungan menyontek, nilai ks-z adalah Tabel 2.
Uji Linieritas
0,747 dengan asym sig (2-tailed) 0,633>0,05
termasuk kategori normal. Variabel Fbeda P Keterangan
Kepercayaan diri 1,363 0,152 Linier
Tabel 1. dengan
Uji Normalitas kecenderungan
Variabel KS-Z P Keterangan menyontek
Kepercayaan 0,648 0,795 Normal Motivasi diri dengan 0,868 0,684 Linier
diri kecenderungan
Motivasi diri 0,514 0,955 Normal menyontek
Kecenderungan 0,747 0,633 Normal
menyontek

28
c. Uji autokorelasi Dari hasil analisa diperoleh bahwa penyebaran
Uji autokorelasi digunakan untuk mendeteksi residual adalah tidak teratur. Hal tersebut dapat
dimana variabel dependen tidak berkorelasi dengan dilihat lampiran G yakni pada plot yang terpencar
dirinya sendiri, baik nilai periode sebelumnya atau dan tidak membentuk pola tertentu. Dengan hasil
nilai periode sesudahnya. Untuk menguji adanya demikian, kesimpulan yang dapat diambil adalah
otokorelasi dalam penelitian ini digunakan uji DW modelregresi terbebas dari asumsi klasik
(Durbin-Watson). Cara membaca hasil analisa yakni heteroskedastisitas.
dengan kriteria pengambilan jika nilai DW = 2, e. Uji multikolinieritas
maka tidak terjadi autokorelai sempurna sebagai Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji
rule of tumb (aturan ringkas) jika nilai DW diantara ada tidaknya hubungan antara variabel bebas
1,5 sampai 2,5 maka data tidak mengalami (independen) satu dengan variabel bebas lainnya.
autokorelasi. Tetapi, jika nilai DW sampai 1,5 Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat
disebut memiliki autokelasi positif, dan jika DW> problem Multikolenieritas. Pedoman suatu model
2,5 sampai 4 disebut autokoreladi negatif (Nugroho, regresi yang bebas Multiko adalah koefisien
2005). Hasil analisa output SPSS tabel model korelasi antar variabel independent haruslah lemah.
summary menunjukkan nilai DW (Durbin-Watson) Jika Korelasi kuat, maka terjadi problem
sebesar 1,989. Dengan hasil tersebut dapat Multikolinieritas. Deteksi multikolinieritas dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah keraguan dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF)
dalam masalah autokorelasi. tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang
d. Uji heteroskedastisitas dari 0,1. selain itu dapat dilihat pula dari nilai
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk koefisien korelasi antar masing-masing variabel
mengetahui bahwa varians dari residual dari satu independen kurang dari 0,70, maka dapat
pengamatan ke pengamatan lain. Cara memprediksi dinyatakan bebas dari asumsi klasik multikolinierits
ada tidaknya heterokedastisitas, dapat dilihat dari (Nugroho, 2005). Dari hasil uji melalui VIF pada
pola gambar Scatterplot yang menyatakan model hasil output SPSS tabel coefficients masing-masing
regresi tidak terdapat gejala heteroskedastiitas jika: variabel independent memiliki VIF sebesar 2,282
1) Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah dengan nilai tolerance 0,438. maka dapat
atau di sekitar angka 0. dinyatakan model regresi terbebas dari asumsi
2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas klasik multikolinieritas.
atau dibawah saja.
3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh 4. Hasil Uji Hipotesis
membentuk pola bergelombang melebar Berdasarkan perhitungan regresi uji simultan
kemudian menyempit dan melebar kembali. pada hipotesis pertama diperoleh hasil menunjukkan F-

4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak reg=6,583 p<0,01 dengan koefisien determinasi (R²)
sebesar 0,131 atau 13,1%. Hal ini menunjukkan bahwa
berpola (Nugroho, 2005).
29
kepercayaan diri dan motivasi diri secara bersama-sama kepercayaan diri dengan kecenderungan menyontek
memberikan peran terhadap kecenderungan menyontek menyatakan adanya hubungan negatif (rx1y) sebesar
pada pelajar. Berdasarkan hasil perhitungan analisis -0,253 p<0,05. Jadi, hipotesis kedua yang
regresi tersebut maka hipotesis pertama yang diajukan
menyatakan terdapat hubungan negatif antara
dalam penelitian ini dapat diterima yaitu terdapat
kepercayaan diri dengan kecenderungan
hubungan antara kepercayaan diri dan motivasi diri
menyontek, diterima. Hasil tersebut sejalan dengan
dengan kecenderungan menyontek.
pendapat yang dikemukakan oleh Levine dan Satz
Untuk mengetahui korelasi masing-masing
variabel bebas terhadap variabel tergantung, perlu
(dalam Sujana, 1994), bahwa pelajar menyontek

dihitung apakah kedua variabel bebas tersebut karena memiliki kepercayaan yang minimal
berhubungan atau tidak yakni dengan teknik korelasi terhadap kemampuan diri sendiri. Seseorang yang
Pearson Product Moment. Ternyata dari perhitungan memiliki kepercayaan diri yang rendah akan merasa
korelasi antara variabel kepercayaan diri dengan tidak yakin terhadap kemampuannya dalam
kecenderungan menyontek menyatakan adanya menghadapi masalah (Rakhmat, 1994). Begitu juga
hubungan negatif (rx1y) sebesar -0,253 p<0,05. Jadi, dengan pelajar yang memiliki kepercayaan diri yang
hipotesis kedua yang menyatakan terdapat hubungan
rendah, apabila dihadapkan pada masalah dalam
negatif antara kepercayaan diri dengan kecenderungan
ujian akan berusaha mencari penguat dari pihak lain
menyontek, diterima. Sedangkan hasil hipotesis ketiga,
seperti teman-temannya dengan cara bertanya, atau
menunjukkan nilai koefisien korelasi antara variabel
dapat juga dari buku-buku dan catatan-catatan yang
motivasi diri dengan kecenderungan menyontek (rx2y)
menyatakan adanya hubungan negatif sebesar -0,362
telah dipersiapkan sebelumnya (Dewi, 2000).

p<0,05. Maka, hipotesis ketiga yang menyatakan Catatan-catatan tersebut dapat dibuat dikertas kecil-
terdapat hubungan negatif antara motivasi diri dengan kecil, rumus ditangan, di kerah baju, atau dengan
kecenderungan menyontek, diterima. Artinya semakin mencuri jawaban teman (Irawati, 2008).
tinggi motivasi diri maka semakin rendah Hasil analisis hipotesis ketiga, menunjukkan
kecenderungan menyontek. nilai koefisien korelasi antara variabel motivasi diri
dengan kecenderungan menyontek (rx2y)
5. Pembahasan
menyatakan adanya hubungan negatif sebesar -
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
0,362 p<0,05. Maka, hipotesis ketiga yang
terdapat hubungan yang signifikan antara
menyatakan terdapat hubungan negatif antara
kepercayaan diri dan motivasi dengan
motivasi diri dengan kecenderungan menyontek,
kecenderungan menyontek pada pelajar.
diterima. Artinya semakin tinggi motivasi diri maka
Berdasarkan hasil analisis regresi di atas dapat
semakin rendah kecenderungan menyontek. Hal ini
dikatakan bahwa faktor kepercayaan diri dan
menunjukkan semakin besar motivasi yang dimiliki
motivasi diri dapat digunakan sebagai prediktor
oleh setiap individu, semakin tinggi hasil belajar
untuk memprediksi kecenderungan menyontek.
yang dicapai karena motivasi menentukan intensitas
Hasil analisis hipotesis kedua menunjukkan
usaha pelajar atau dengan kata lain perilaku yang
bahwa nilai koefisien korelasi antara variabel
30
intensif dianggap sebagai hasil dari tingkat motivasi timbulnya kecurangan dalam hal akademik.
yang lebih tinggi (Nasution, 1982). Individu yang memiliki motivasi diri yang tinggi
Hasil analisis data dan kategorisasi dalam mencapai tujuannya, ketika menghadapi
menunjukkan tingkat motivasi diri pelajar SMK masalah akan melakukan tindakan-tindakan yang
PGRI I Pacitan Jawa Timur secara umum termasuk positif untuk memecahkan masalahnya, sedangkan
kategori tinggi atau positif sebesar 50% yakni bagi individu yang memiliki motivasi yang rendah
dengan rerata empirik sebesar 174,90 dan rerata akan cenderung bermalas-malasan dan bertindak
hipotetik sebesar 147. Hasil penelitian ini diperkuat negatif.
dengan teori yang dikemukakan oleh Winkel (1992) Peranan atau sumbangan efektif kepercayaan
yang menyatakan bahwa peranan khas dari motivasi diri dengan kecenderungan menyontek sebesar
adalah mempengaruhi kuat lemahnya semangat 0,88% dan peranan atau sumbangan efektif motivasi
belajar. diri terhadap kecenderungan menyontek sebesar
Bagi seorang pelajar tolak ukur keberhasilan 12,26%. Total sumbangan efektif sebesar 13,1%
dalam meraih prestasi diukur dengan memperoleh yang ini berarti masih terdapat 86,9% variabel-
nilai yang tinggi. Semakin besar harapan pelajar variabel lain yang mempengaruhi kecenderungan
meraih prestasi yang diinginkan dan semakin kecil menyontek selain kepercayaan diri dan motivasi diri
potensi yang dimiliki oleh pelajar tersebut maka seperti faktor psikologis, faktor moral, dan faktor
semakin besar hasrat dan kemungkinan untuk situasional.
melakukan tindakan negatif, misalnya tindakan Hasil analisa data dan kategorisasi tingkat
menyontek. Menurut Gibson (dalam Dewi, 2000) kecenderungan menyontek pada pelajar SMK PGRI
ketakutan akan kegagalan meraih prestasi menjadi I Pacitan secara umum tergolong rendah dimana
penguat negatif yang menyebabkan percaya diri hasil kategorisasi menunjukkan sebesar 33,33%
seseorang menjadi menurun. Pelajar dengan dengan rerata empirik sebesar 120,17 dan rerata
kepercayaan diri yang rendah akan menunjukkan hipotetik sebesar 150.
sikap pesimis terhadap kemampuan dirinya. Pelajar
E. Penutup
yang demikian ini tidak mempercayai
1. Kesimpulan
kemampuannya sendiri sehingga akhirnya Berdasarkan hasil analisis data dan
melakukan tindakan menyontek sebagai cara untuk pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
menghindari kegagalan (Levine dan Satz; dalam a. Ada hubungan yang signifikan antara
Sujana, 1994). kepercayaan diri dan motivasi diri dengan
Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh kecenderungan menyontek pada pelajar.
Lobel dan Levanon (1988), menyarankan bahwa b. Ada hubungan negatif yang signifikan antara
seorang individu khususnya pelajar perlu didorong kepercayaan diri dengan kecenderungan
untuk lebih percaya pada penguatan internal dan menyontek pada pelajar. Artinya semakin tinggi
berpandangan positif pada diri untuk mengurangi
31
kepercayaan diri maka semakin rendah 1) Diharapkan para pelajar dapat meningkatkan
kecenderungan menyontek pada pelajar. kepercayaan diri dan motivasi yang
c. Ada hubungan negatif yang sangat signifikan tergolong tinggi, sehingga sehingga mampu
antara motivasi diri dengan kecenderungan membentengi diri dari keinginan
menyontek pada pelajar. Artinya semakin tinggi menyontek.
motivasi diri maka semakin rendah 2) Diharapkan para pelajar dapat memahami
kecenderungan menyontek. kondisi diri atas kemampuan yang dimiliki,
d. Kepercayaan diri pada subjek penelitian apabila merasa kepercayaan diri dan
tergolong tinggi. motivasi diri rendah maka disarankan
e. Motivasi diri pada subjek penelitian tergolong melakukan bimbingan dengan guru maupun
tinggi. guru BK agar memperoleh arahan dan
f. Kecenderungan menyontek pada subjek bimbingan.
penelitian tergolong rendah. b. Bagi Guru dan Guru Bimbingan Konseling
g. Sumbangan efektif kepercayaan diri terhadap 1) Diharapkan guru dan guru bimbingan
kecenderungan menyontek sebesar 0,88% dan konseling dapat membimbing dan
peranan atau sumbangan efektif motivasi diri memberikan arahan kepada anak didiknya
terhadap kecenderungan menyontek sebesar ketika kepercayaan diri dan motivasi diri
12,26%. Total sumbangan efektif sebesar 13,1% menurun.
yang ini berarti masih terdapat 86,9% variabel- 2) Diharapkan guru dan guru bimbingan
variabel lain yang mempengaruhi konseling dapat membimbing anak didik
kecenderungan menyontek selain kepercayaan dalam pengembangan kepribadian pelajar
diri dan motivasi diri seperti : agar memiliki kepercayaan diri dan motivasi
1) Faktor psikologis dan moral individu seperti diri yang tinggi. Hal ini dapat dilakukan
kecemasan, tekanan, dan konsep diri. dengan cara mengembangkan sistem belajar
2) Faktor situasional di sekolah seperti mengajar yang komunikatif dua arah melalui
pemberian punishment (hukuman) untuk berdiskusi, memberikan tugas yang sifatnya
pelajar yang ketahuan menyontek, pengaruh bervariasi dan memberikan kesempatan pada
kelompok, dan posisi tempat duduk pelajar pelajar untuk bebas mengeluarkan pendapat.
ketika ujian. Dengan demikian motivasi dalam diri
2. Saran pelajar tumbuh dan berkembang dengan
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan baik.
dan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis 3) Dalam ujian, diharapkan sebaiknya para
mengajukan saran sebagai berikut : guru memilih bentuk soal tes yang
a. Bagi Pelajar berorientasi pada proses pemahaman pelajar

32
dalam mencerna soal tes tersebut, bukan menyontek-cheating-di-
dunia.pendidikan.html. diakses pada 1
sekedar hafalan.
April 2008.
c. Bagi peneliti lain
Anderman, E. M., Griesinger, T., & Westerfield,
1) Penelitian ini hanya meninjau sebagian
G. 1998. Motivation and Cheating
hubungan saja sehingga bagi peneliti During Early Adolescence. Journal of
Educational Psychology. Vol 90. No. 1.
selanjutnya yang tertarik untuk mengadakan
84-93
penelitian yang sama diharapkan agar
Arief. 2008. Percaya diri Dalam Menulis.
memperhatikan faktor-faktor lain yang turut
Pikiran Rakyat Vol 11 januari 2007
mempengaruhi kecenderungan menyontek Tersedia dalam
http://www.radiospin.net/archives/author
seperti faktor psikologis, yakni
/arief/> on February 26th, 2008. diakses
underpresure, kecemasan, harga diri, dan pada 03 September 2008.
konsep diri serta faktor situasional, yakni
Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi.
punishment bagi pelajar yang ketahuan Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
menyontek.
———— . 2001. Reliabilitas dan Validitas.
2) Pada peneliti selanjutnya diharapkan dapat Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
menemukan bagaimana cara menumbuhkan
————. 2005. Sikap Manusia : Teori dan
motivasi diri pada diri pelajar. Hal ini Pengukurannya. Pustaka Pelajar Offset;
Yogyakarta.
penting mengingat bahwa individu yang
bersangkutan dapat mengatasi kondisi yang Benabou, R. & Tirole, J. 1999. Self Confidence:
Intrapersonal Strategies. Journal of
sedang dialami.
Economic.Vol Dec 1999, 1-49.
3) Pada peneliti selanjutnya diharapkan dapat
———. 2002. Self Confidence and Personal
memperluas populasi dan memperbanyak
Motivation. Journal of Economics. By
sampel, agar ruang lingkup penelitian the President and Fellows of Harvard
College and the Massachusetts Institute
menjadi lebih luas dan mencapai proporsi
of Technology. Vol August 2002, 871-
yang seimbang sehingga kesimpulan yang 915
diperoleh lebih komprehensif, serta
Brophy, J. E. 1998. Motivating Student to
menggunakan subjek dari tingkat pendidikan Learn. United States of America: The
McGraw-Hill Companies.
lain karena perilaku menyontek dapat
dikatakan terjadi disemua tingkat Cox, D. H. 2003. About Teaching and Learning
at Memorial. The News. Vol. 6 Number
pendidikan.
2 Winter. School of Social Work,
Daftar Pustaka Memorial University of Newfoundland

Dewi, R. K. 2000. Kepercayaan diri dan


Alhadza. A. 2004. Masalah Menyontek
Kecenderungan Menyontek. Skripsi
(Cheating) di dunia Pendidikan.
(Tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Tersedia pada
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
http://www.asmi.ac.id/jurnal masalah-
Mada.
33
Psikodimensia. Kajian Ilmiah Psikologi.
Direzkia, Y. 2005. Antara Cheating dan White Vol. 2 No. 1. ISSN 1441-6073. hal 10-
Crimers. Jurnal Seumike. Jurnal 16. Semarang: Fakultas Psikologi
Triwulan The Aceh Institute. Vol 1. hal Universitas Katolik Segjapranata.
7. Tersedia pada
http://www.acehinstitute.org/Jurnal
Irawati, I. 2008. Budaya Menyontek di
Seumike Edisi Indonesia.pdf. diakses
Kalangan Pelajar. Vol 30 Juni 2008.
pada 12 Juni 2008.
Tersedia dalam
www.kabarindonesia.com. diakses pada
Djamarah, S. B. 2002. Psikologi Belajar.
1 September 2008.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kartono, K. 1996. Psikologi Umum. Bandung:
Editorial Media Indonesia. 2007. Tradisi
Mandar Maju.
Menyontek dalam Dunia Pendidikan.
Tersedia pada http://www.Editorial
Lauster, P. 1997. Tes Kepribadian. Jakarta: PT.
Malam.Media-Indonesia.com. diakses
Gaya Media Pratama.
pada 19 November 2008.
Lie, A. 2003. 101 Cara Menumbuhkan Percaya
Gismondi, A. 2006. The Downside of the
Diri Anak. jakarta: PT. Elex Media
Internet: Cheating and Technology in
Komputindo Kelompok Gramedia.
Higher Education. Journal of College &
Character. Vol 7. No. 5. June 2006.
Lobel, T. E., & Levanon, I. 1988. Self-Esteem,
University of Florida.
Need for Approval, and Cheating
Behavior in Children. Journal of
Hadi, S. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta:
Educational Psychology. Vol 80 No. 1.
Andi offset.
122-123.
———. 2004. Metodologi Research Jilid 1.
Mahendra, M. 2005. Pendidikan Kebiasaan
Yogyakarta: Andi offset.
Siswa Menyontek. Tersedia dalam
http://www.pendidikansalatiga.net.
———. 2004. Metodologi Research Jilid 3.
diakses pada 1 April 2008.
Yogyakarta: Andi offset
Nasution, S. 1984. Berbagai Pendekatan dalam
Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:
Hakim, T. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya
Bina Aksara.
Diri. Jakarta: Puspa Swara Jakarta.
Nugraha, E. 2006. Menyontek Pintu Gerbang
Hambly, K. 1992. Bagaimana meningkatkan
Korupsi?. Banjarmasin Post. Vol 11 Juli
Rasa percaya Diri (terjemahan FX.
2006. Tersedia dalam
Budiyanto). Jakarta: Arcan.
http://www.indomedia.com/bpost/07200
6/11/opini.htm. diakses pada 1 April
Hamalik, O. 2007. Psikologi Belajar dan
2008.
Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo offset.
Nugroho, B. A. 2005. Strategi Jitu Memilih
Metode Statistik Penelitian dengan
Handoko, M. 1992. Motivasi Daya Penggerak
SPSS. Yogyakarta: Andi offset.
Tingkah Laku. Yogyakarta: Kanisius.
Poerwadarminto, W. J. S. 1976. Kamus Umum
Haryono, W., Hardjanta, G., & Eriyani P. 2001.
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Perilaku Menyontek ditinjau dari
Pustaka.
Persepsi Terhadap Intensitas Kompetisi
dalam Kelas dan Kebutuhan Berprestasi.
34
Purwanto, M. P., N. M., Drs. 1990. Psikologi Psikologi Universitas Gadjah Mada
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Yogyakarta.
Rosdakarya.
Supratiknya, dkk. 2000. Peran Psikologi di
Rakasiwi, A. 2007. Nyontek, Masuk Kategori Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Pembina
”Kriminologi”.Tersedia dalam Fakultas Psikologi UGM.
http://klipingut.wordpress.com/pikiranraky
at/2007/06/23/nyontek.diakses pada 2 Suryabrata, S. 2004. Metodologi Penelitian.
April 2008. Jakarta: Rajawali.

Rakhmat, J. 1994. Psikologi Komunikasi. ———. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta:


Bandung: CV. Remaja Karya Rajawali.

Tyas, R. A. 2003. Pentingnya Rasa Percaya


Reynolds, P. L., & Symons, S. 2001.
Diri. Tersedia dalam
Motivational Variables and Children’s
http://percayadiri.asmakmalaikat.com/penti
Text Search. Journal of Educational
ngnya_rasa_percaya_diri.htm. diakses pada
Psychology. Vol 93. No. 1. 14-22
1 April 2008.
Rini, J. F. 2002. Memupuk Rasa Percaya Diri.
Uno, H. B. 2007. Teori Motivasi dan
Tersedia dalam http://www.e-
Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
psikologi.com/memupuk rasa percaya
diri.html. diakses pada 22 Juni 2007.
Varvel Jr, V. E. 2005. Pointers and Clickers:
Rohani dan Ahmadi. 1991. Pengelolaan Honesty in Online Education. Journal of
Pengajaran. Jakarta: Rineka cipta. ION’s Technology Tip of The Month. Vol
6 (1) 2005. Tersedia dalam
Sabri, M. A. 1993. Pengantar Psikologi Umum http://www.ion.uillinois.edu. diakses pada
dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman 1 September 2008.
Ilmu Jaya.
Winarsunu, T. 2004. Statistik Dalam Penelitian
Sardiman, A. M. 1992. Interaksi dan Motivasi
Psikologi dan Pendidikan. Malang: UMM
Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali.
Press.
Shinn, G. 2003. The Miracle Motivation
(terjemahan Ir. Hari Suminto). Batam Winkel, W. S. 1992. Psikologi Pendidikan dan
Centre: Interaksara. Evaluasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Gramedia.
Shofiah, V. 2002. Hubungan Kepercayaan diri
dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi
Belajar pada Mahasiswa Universitas Islam
batik Surakarta Tahun Akademik
2000/2001. Thesis (Tidak diterbitkan).
Yogyakarta: Program Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada.

Sujana, Y. E, dan Wulan, R. 1994. Hubungan


antara Kecenderungan Pusat Kendali
dengan Intensi Menyontek. Jurnal
Psikologi. Vol 21. No. 2, 1-8 ISSN 0215-
8884. hal 1-8. Yogyakarta: Fakultas

35

Anda mungkin juga menyukai