BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Phylum : Chordata
Classis : Pisces
Ordo : Labyrinthici
Familia : Anabantidae
Genus : Ctenops
Ikan cupang merupakan ikan yang memiliki bentuk sirip ekor yang
berbeda-beda seperti ekor bertipe mahkota (crown tail), ekor penuh (full tail) dan
bertipe slayer, dengan sirip panjang dan berwarna-warni. Keindahan bentuk sirip
dan warna sangat menentukan nilai estetika dan nilai komersial ikan cupang.
Secara umum ikan cupang memiliki tubuh yang bervariasi, mulai dari pipih
hingga silinder yang bersisik kasar, pangkal ekor terlihat lebar sehingga tubuhnya
terlihat kokoh dan kuat, serta terdiri dari sirip pektoral (sirip insang), sirip dorsal
(sirip punggung), sirip ventral (sirip perut), sirip kaudal (sirip ekor), dan sirip anal.
Ikan cupang jantan berwarna lebih cerah, siripnya terlihat mengembang dengan
indah dan bentuk tubuh lebih panjang dan ramping, sedangkan cupang betina
warna tubuh cenderung pucat, sirip tidak selebar cupang jantan, dan bentuk tubuh
Ciri-ciri khusus ikan cupang jika dilihat dari beberapa bagian tubuhnya
antara lain, bentuk badan memanjang dan agak gepeng dengan warna beraneka
ragam, sirip punggung lebar dan terentang hingga ke belakang dengan warna
agak bulat dan berwarna dasar seperti badannya, sirip perut panjang mengumbai
dan sirip anal berwarna hijau kebiru-biruan. Ikan cupang memiliki panjang tubuh
dapat mencapai 5-9 cm, sedangkan ikan cupang betina ukurannya lebih pendek
(Sudradjat, 2003). Ikan cupang memiliki sirip perut berukuran kecil yang terletak
di bawah sirip dada, memiliki 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak, dan dari 5 jari-
jari lunak tersebut, salah satunya berukuran lebih panjang dari yang lainnya. Ikan
cupang juga memiliki sirip punggung berjari-jari keras 2-4. Bagian yang lemah
dari sirip punggung, sirip dubur, dan sirip ekor memanjang. Hidung lebih pendek
mempunyai gigi untuk menyergap, menahan, dan merobek mangsa dan jari-jari
menggilas mangsa (Effendie, 2002). Ikan cupang termasuk tipe diurnal, yaitu aktif
mencari pakan mulai dari matahari terbit hingga terbenam. Ikan cupang juga
memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut dengan labirin sehingga ikan
cupang dapat mengambil dan menyimpan oksigen lebih banyak. Oleh sebab itu,
ikan cupang mampu hidup di perairan yang relatif tenang dan sedikit oksigen.
Perairan yang tenang cenderung memiliki kadar oksigen terlarut yang sedikit
karena airnya tidak mengalir. Air yang mengalir cenderung mudah terpecah
Jawa, Sulawesi, dan Irian (Sudradjat, 2003). Di alam, ikan cupang banyak
ditemukan di daerah beriklim tropis dan hidup di sungai, rawa, persawahan, serta
perairan tawar dangkal. Ikan cupang hidup di perairan yang memiliki kisaran pH
6.5-7.5, dan suhu berkisar 24-30ºC (Atmadjaja, 2009). Ikan cupang memiliki daya
tahan yang baik terhadap rendahnya kandungan oksigen terlarut dalam air. Hal ini
berarti bahwa pada kondisi air yang memiliki oksigen terlarut 3 mg/L, ikan
cupang masih sanggup hidup dengan baik karena mampu mengambil oksigen
langsung dari udara dan memiliki alat bantu pernafasan yaitu labirin. Kandungan
oksigen terlarut dalam air untuk media pemeliharaan ikan cupang yaitu di atas 5
yang berasal dari molekul organik yang dimakannya. Ikan dapat tumbuh jika
memperoleh makanan dalam jumlah yang cukup dan gizi yang seimbang
yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan buatan merupakan makanan ikan yang
dibuat dari campuran bahan-bahan alami atau bahan olahan yang selanjutnya
dilakukan proses pengolahan serta dibuat dalam bentuk tertentu, sedangkan pakan
alami adalah pakan makanan ikan yang tumbuh di alam tanpa campur tangan
manusia secara langsung (Djarijah, 1995). Makanan alami ikan terdiri dari
organisme renik berukuran mikro dan organisme makro yang sangat jelas bila
juga memerlukan vitamin dan mineral penting lainnya untuk aktivitas dan
menjaga daya tahan tubuhnya. Jenis pakan alami yang cocok bagi pertumbuhan
dan perkembangan untuk ikan cupang antara lain cacing Tubifex sp., jentik
nyamuk, dan kutu air. Jika ditinjau dari segi ekonomi, pemberian cacing Tubifex
sp. sebagai pakan ikan terutama ikan hias turut mengurangi biaya produksi. Selain
biaya pengkulturannya yang relatif murah dan sederhana juga dapat memenuhi
nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan. Jentik nyamuk dapat dibudidaya sendiri dengan
cara cukup menyediakan wadah yang diisi dengan air dan di biarkan terbuka dan
setelah dibiarkan beberapa hari muncul jentik-jentik nyamuk yang siap diberikan
untuk ikan cupang. Penggunaan jentik nyamuk sebagai pakan ikan cupang dapat
penyakit demam berdarah maupun malaria yang dapat menjangkit siapa saja dan
kapan saja. Kutu air biasanya mudah diperoleh di selokan atau di got. Untuk
menjaga kualitas kutu air agar tidak mudah bau dan membusuk dapat dilakukan
cupang, kutu air yang telah beku dibiarkan dahulu diruang terbuka agar pada saat
akan diberikan sudah dalam keadaan tidak beku dan tidak terlalu dingin.
kelompok Nematoda. Cacing Tubifex sp. dijuluki sebagai cacing sutra karena
memiliki tubuh yang lunak dan sangat lembut seperti halnya sutra (Khairuman et
al., 2008).
Phylum : Annelida
Classis : Oligochaeta
Ordo : Haplotanida
Familia : Tubificidae
Genus : Tubifex
berkelamin ganda, yakni kelamin jantan dan betina menyatu dalam satu tubuh,
dan ramping dan memiliki panjang sekitar 1-2 cm, dan sangat senang hidup
umumnya berada di daerah tropis dan hidup di dasar perairan yang banyak
terbesar bagi cacing Tubifex sp. itu sendiri. Selain itu, cacing Tubifex sp. juga
Cacing Tubifex sp. memiliki saluran pencernaan yang berakhir pada anus yang
Arthropoda. Ada beberapa jenis nyamuk antara lain jenis Anopheles, Aedes, dan
Phylum : Arthropoda
Classis : Insekta
Ordo : Diptera
Familia : Culicidae
permukaan air. Setelah telur menetas, larva inilah yang disebut dengan jentik-
jentik. Larva dan pupa bersifat akuatik, dapat dijumpai di kolam, atau wadah-
wadah yang berisi air. Pernafasan jentik nyamuk menggunakan trakea, dan
bagian ekornya ke permukaan air. Pada umumnya, bentuk tubuh jentik nyamuk
memanjang yang terdiri dari 12 ruas, kakinya sangat pendek sehingga gerakannya
mem,busuk dalam air) dan beberapa jenis jasad renik seperti ganggang, bakteri
digunakan sebagai pakan alami untuk ikan hias. Kutu air yang terkenal adalah
Daphnia sp. dan Moina sp. Dalam penelitian ini, kutu air yang digunakan sebagai
Phylum : Arthropoda
Classis : Crustacea
Ordo : Phylopoda
Familia : Daphnidae
Genus : Daphnia
Lingkungan yang mendukung pertumbuhan kutu air yang memiliki pH antara 6.6-
7.4, dan bersuhu antara 22-31ºC. Kutu air memiliki bentuk tubuh yang pipih ke
menutupi bagian tubuh beserta anggota-anggota tubuh pada kedua sisinya. Bentuk
dalam kantong telur yang terletak di atas punggung. Moina sp. akan menjadi
dewasa dalam waktu 5 hari dari total umurnya yaitu 30 hari, sedangkan Daphnia
sp. menjadi dewasa dalam waktu 4 hari dan umur yang dapat dicapai hanya 12
2.8. Pertumbuhan
produksi, dalam hal ini pemberian pakan adalah faktor yang sangat perlu
baik panjang maupun berat. Pakan berperan penting sebagai makanan yang sangat
terlebih dahulu di dalam tubuh sehingga diperoleh sejumlah energi. Jumlah energi
yang digunakan untuk pertumbuhan tergantung pada jenis ikan, umur, kondisi
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor genetik, hormon, dan
lingkungan. Sebagian besar energi dari makanan digunakan oleh ikan untuk
akuakultur.
sehingga semakin rendah nilai konversi pakan berarti semakin efisien ikan yang
pertumbuhan dan produksi yang tinggi artinya apabila jumlah pakan yang
2003). Semakin kecil rasio konversi pakan, semakin cocok makanan tersebut
2004).
pada ikan harus mempunyai rasio energi protein tertentu yang dapat menyediakan
energi non protein dalam jumlah yang cukup tinggi sehingga protein digunakan
sebagian besar untuk pertumbuhan. Protein sangat diperlukan oleh tubuh ikan
jaringan tubuh lain yang lebih vital, akibatnya pertumbuhan ikan menjadi
terhambat dan dalam kondisi parah dapat menyebabkan kematian (Karya, 1994
atau sesuai dengan waktu ikan membutuhkan pakan perlu diperhatikan karena
pada saat itu ikan sudah dalam kondisi lapar (Sunarno, 1991 dalam Sari et al.,
2009).
khususnya dalam mencapai target produksi, dan dalam hal ini pemberian pakan
menjadi daging dan tulang yang merupakan bagian terbesar dari tubuh. Banyak
tingkat kepadatan ikan, kandungan oksigen, penumpukan feses dan sisa pakan,
penanganan yang kurang baik, dan penggunaan pakan yang berkualitas rendah
2.12. Sintasan
kelangsungan hidup ikan. Pakan yang mempunyai nutrisi yang baik sangat
ikan (Yuliarti, 1985 dalam Yurisman et al., 2010). Sintasan atau kelulushidupan
ikan dipengaruhi oleh faktor biotik antara lain persaingan, parasit, umur, predator,
kepadatan dan penanganan manusia, sedangkan faktor abiotiknya yaitu sifat fisika
dan kimia dalam perairan (Effendie, 1977 dalam Madinawati et al., 2011).
Kualitas air merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ikan.
Seperti pemeliharaan ikan hias pada umumnya, kualitas air yang digunakan dalam
2.13.1. Suhu
Kisaran suhu air yang ideal untuk pemeliharaan ikan cupang agar
2.13.2. pH
biasanya terjadi pada pH 4 atau asam dan pH 11 atau basa. Dihabitat asalnya,
ikan cupang sangat cocok berkembang dengan kondisi air yang memiliki pH
keasaman air yang akan digunakan dalam pemeliharaan ikan cupang memiliki
dengan ketidakidealan pH air dapat dilihat dari tingkah laku ikan cupang
diantaranya yaitu tidak memiliki nafsu makan, cara berenangnya tidak stabil,
Keberadaan oksigen ada di udara maupun terlarut dalam air. Selama ini, ikan
cupang dikenal memiliki daya tahan yang baik terhadap rendahnya oksigen
terlarut dalam air. Hal ini dimungkinkan karena ikan cupang termasuk ikan
labirin, yaitu mampu mengambil oksigen langsung dari udara, dan kandungan
oksigen terlarut yang baik untuk pemeliharaan ikan cupang yaitu di atas 5
sempurna, dan bentuk tubuh serta warnanya kusam sehingga kurang menarik
perhatian.