Anda di halaman 1dari 1

Perjalanan penyakit Tuberkulosis diawali dengan infeksi oleh Mycobacterium

Tuberculosis. Bakteri ini bersifat tahan asam dan berkembang biak pada tempat yang lembab.
Bakteri TB ini dapat menular melalui udara yang terkontaminasi dengan droplet atau percikan
dahak penderita TBC. Kondisi hunian yang padat memperbesar potensi berkembangbiaknya
Mycobacterium Tuberculosis (Mtb). Ketika bakteri telah dihirup oleh individu, maka akan
mulai memasuki saluran pernapasan.
Bakteri ini melewati mucociliary system menuju ke alveolus. Ketika berada di alveoli,
tubuh akan merespon dengan cara fagositosis oleh alveolar makrofag dan terjadi inflamasi.
Kondisi inflamasi dapat mengakibatkan metabolisme naik sehingga suhu tubuh meningkat
menjadi demam dan kebutuhan meningkat pula. Kebutuhan yang meningkat tetapi tidak
diimbangi dengan asupan yang mencukupi akhirnya dapat menyebabkan teradinya malnutrisi.
Respon makrofag terhadap inflamasi yaitu mengeluarkan enzim proteolitik dan sitokin untuk
melawan bakteri TB. Proses ini melibatkan limfosit T untuk bertindak sebagai cell mediated
immunity. Namun pada individu dengan kondisi imun yang rendah, proses ini tidak berjalan
dengan optimal.
Sitokin, TNF yang dihasilkan makrofag mempunyai peran dalam menghambat eritroid
progenitor (cikal bakal eritrosit) sehingga proses eritropoiesis menurun sehingga produksi HB
menurun dan menyebabkan anemia. Selain itu, kondisi anemia juga dapat dipengaruhi dari
asupan Fe yang rendah.
Mtb lolos lalu makrofag membentuk granuloma yang bertujuan untuk menekan
replikasi dari bakteri TB ini. Upaya penekanan replikasi bakteri TB oleh granuloma yang tidak
disertai dengan pertahanan imun yang kuat akan meningkatkan potensi pembebasan bakteri,
menyerang paru-paru dan lymph nodes sehingga Mtb menjadi aktif. Akhirnya, hal ini memicu
terjadinya necrosis caseosa atau pengkejuan. Selanjutnya, secara bertahap dan dipengaruhi
kondisi imun yang tidak optimal menyebabkan terjadinya ulserasi tuberkel yang dapat
menyebabkan batuk berdarah dan cheesy mass keluar menyebabkan adanya dahak dan lesi
pada parenkim. Lesi pada parenkim menyebabkan produksi sekret dan membuat jalur nafas
terganggu sehingga terjadi mengi atau sesak.
Konsumsi obat Ranitidin menyebabkan penghambatan absorbsi vitamin B12. Asupan
oral yang rendah disertai dengan hal ini menyebabkan defisiensi vitamin B12 sehingga nafsu
makan menjadi menurun. Apabila hal tersebut terjadi secara menuerus, maka akan
menyebabkan malnutrisi, sehingga imunitas individu tersebut menjadi terganggu. Ketika
imunitas terganggu, hal tersebut akan menyebabkan TB menjadi aktif.

Anda mungkin juga menyukai