Siti Nurasyiah - 31115164 PDF
Siti Nurasyiah - 31115164 PDF
METODOLOGI PENELITIAN
SITI NURASYIAH
31115164
2
2.2.2 Tujuan Penjernihan ............................................................................ 8
2.3.3 Kadar Maksimal Akrilamida dalam Minyak Goreng pada Tubuh ......10
2.4.1 HPLC.................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
3
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Indonesia adalah minyak goreng. Minyak goreng adalah minyak nabati yang
memberikan nilai kalori paling besar diantara zat gizi lainnya juga dapat
memberikan rasa gurih, tekstur dan penampakan bahan pangan menjadi lebih
Minyak goreng adalah hasil akhir (refined oils) dari sebuah proses
pemurnian minyak nabati (golongan yang biasa dimakan) dan terdiri dari
gizi dan kalori dalam bahan pangan. Tetapi pemanasan minyak secara
berulang-ulang pada suhu tinggi dan waktu yang cukup lama, akan
dan nilai gizi dari bahan pangan yang digoreng (Ketaren, 1986).
1
2
akrolein yang memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap
dapat juga terbentuk dari asam amino langsung dan dari dehidrasi atau
nitrogen (umumnya gugus amina dari asam amino) dan kondisi yang sesuai,
2008).
kerusakan sel-sel saraf dan gangguan reproduksi pada hewan percobaan serta
maksimal. Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang mudah menyerap air
dari bentonit yang mudah mengalami swelling dapat diatasi melalui proses
lempung dengan situs aktif yang lebih besar dan bentonit juga memiliki
Berapakah kadar akrilamida dalam minyak bekas penggorengan yang sebelum dan
satu kali pemakaian, apabila minyak goreng dipanaskan pada suhu tinggi
dengan waktu yang cukup lama dan digunakan berulang akan menghasilkan
Bulan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Preparasi sampel
2. Penjernihan minyak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
lemak, baik yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan.
menambah rasa gurih, menambah nilai gizi dan kalori dalam makanan.
Minyak goreng tersusun dari beberapa senyawa seperti asam lemak dan
Minyak ini bersifat stabil dan tidak mudah bereaksi atau berubah menjadi
asam lemak jenis lain. Asam lemak jenuh yang terkandung dalam minyak
goreng pada umumnya terdiri dari asam oktanoat, asam dekanoat, asam laurat,
6
7
merupakan asam lemak yang memiliki ikatan atom karbon rangkap pada
lemak tidak jenuh yang terkandung dalam minyak goreng adalah asam oleat
minyak seperti asam oleat dan linoleat. Kerusakan minyak akibat pemanasan
2007).
meliputi lamanya minyak kontak dengan panas, banyak oksigen yang akan
2.2.1 Adsorben
sangat besar. Permukaan yang luas ini terbentuk karena banyaknya pori-pori
yang halus pada padatan tersebut. Disamping luas spesifik dan diameter pori,
merupakan data karakteristik yang penting dari suatu adsorban (Asip, 2008).
serap (fuller earth), lempung aktif (activated clay) dan arang aktif atau dapat
permukaan yang cukup besar sehingga adsorbsi akan terjadi karena adanya
perbedaan energi potensial antara permukaan bentonit dan zat yang akan
maksimal. Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang mudah menyerap air
sehingga kurang stabil jika digunakan sebagai bahan penyerap. Akan tetapi
bentonit dengan situs aktif dan bentonit juga memiliki keasamaan permukaan
2.3 Akrilamida
kimia kristalin bening hingga putih dengan bobot molekul 71,08 dan tidak
berbau. Senyawa ini sangat mudah larut dalam air, larut dalam aseton, etanol,
metanol dan dimetil eter. Titik leleh akrilamida pada suhu 84 0 -850 C dan
cairan tubuh dan dapat menembus membran plasenta, senyawa ini juga
neurotoksis (toksik terhadap sel saraf) dan secara oral meningkatkan risiko
kanker skrotal, tiroid tumor adrenal pada tikus jantan dan meningkatkan risiko
kanker mamae, tiroid dan tumor uterin pada tikus betina, Enveronmental
umum, rata-rata asupan akrilamida melalui makanan berada pada rentang 0,3–
11
0,8 µg/kg BB/hari. Environmental Protection Agency (EPA) pada tahun 1992
dan WHO pada tahun 1985 telah membatasi kadar akrilamida dalam air
Health Hazard Assesment (OEAHHA), salah satu divisi EPA yang berlokasi
2.4 HPLC
2.4.1 HPLC
ditempatkan dalam suatu kolom tertutup dan juga fasa geraknya berupa
pelarut yang ditempatkan dalam suatu kolom tertutup dan juga fasa geraknya
berupa pelarut yang dialirkan dengan cepat ke dalam kolom dengan bantuan
pompa/tekanan (Anshori,2007)
a. Waktu retensi (t R)
Waktu retensi adalah selang waktu yang diperlukan oleh linarut (solut)
mulai saat injeksi sampai keluar dari kolom dan sinyalnya ditangkap oleh
untuk menjelaskan laju migrasi analit dalam kolom. Faktor kapasitas (K’)
didefinisikan sebagai
𝑡𝑅 − 𝑡0 VR - V0
k’ = =
𝑡0 V0
Dengan
K’ = faktor kapasitas
Jika faktor kapasitas kurang dari satu maka elusinya sangat cepat
berlangsung artinya spesi tersebut ditahan sedikit oleh kolom dan terelusi
dekat puncak spesi yang tidak diretensi. Hal ini menunjukan pemisahan
Jika faktor kapasitas berkisar antara 20-30, waktu elusinya sangat lama
α = 𝐾𝐵
𝐾𝐴
Dengan
13
Dimana
H = 2,5 dp
Dengan
L = panjang kolom
𝑡𝑅
N= 16 2
𝑊
Dengan
e. Resolusi
14
2 (𝑡𝑅𝐴 −𝑡𝑅𝐵 )
R= 𝑊𝐵 −𝑊𝐴
Dengan
R = resolusi
nilai resolusi yang baik untuk memisahkan dua puncak adalah R ≥ 1,5
(Ahuja.et.al.,2005)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
XDB-C18 ( 3x150 mm, 3,5 µm), syringe, filter eluen dan sampel,
membrane filter Whatman Nylon 0,2 µm, Whatman 42, vial, penangas
pengayak ukuran mesh 100, dan alat-alat gelas yang umum digunakan
PT.Brataco, Asetonitril pro. HPLC dari J.T. Baker, Asam Fosfat 85%
15
16
terbebas dari ion sulfat. Hal ini ditunjukkan dengan uji negatif
dalam oven pada suhu 1000C. Setelah kering digerus sampai halus
asam fosfat hingga pH mencapai 2,5 dengan pH-Meter lalu di add dengan
aqua bidestilata steril sampai 1000 ml. Selanjutnya dapar disaring dengan
filter eluen, lalu eluen dibuat dengan mencampur 950 ml dapar fosfat pH 2,5
fase gerak hingga 100 ml. Larutan standar eksternal yang dibuat adalah 0,5 ; 1
3x150 mm, 3,5 μm), laju alir 0.5 ml/menit, suhu 25 0C, volume sampel yang
pemisahan (tR), faktor kapasitas (k’) dan efisiensi kolom (N). Persyaratan
kesesuaian sistem kromatografi, yaitu waktu retensi (5 menit < t R < 10 menit),
RPM selama 10 menit. Larutan tersebut disaring, filtrat ditampung dan residu
Diklorometana dan etanol diuapkan di atas penangas air pada suhu 800 C
menit, diambil lapisan fase gerak lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml
dan tambahkan fase gerak yang dugunakan dan digenapkan sampai batas.
sehingga didapat nilai x dan dikali 2 kali pengenceran yang merupakan kadar
Aktivasi Bentonit
Bentonit Teraktivasi
Minyak jernih
Kadar akrilamid
Ahuja. et. al. 2005. Handbook of pharmaceutical by HPLC. New York : A Willey
Asip, F., Mardhiah, R., dan Husna, 2008. Uji Efektivitas Cangkang Telur dalam
15 (2), pp 22-26.
Pertanian Bogor.
Tasikmalaya
Analisisnya.
20
Harahap, Yardiana. 2006. Optimasi penetapan kadar akrilamida yang
p. 238.
Panas [Skripsi]. Bandung: Program Studi Sains dan Teknologi Farmasi ITB.
Neni S. G., Lilis. T., dan Saeful. A. 2017. Perbandingan Kadar Akrilamida Pada
Aktif.
20