Anda di halaman 1dari 20

I.

PENDAHULUAN

Harapan terhadap bisnis sudah ada sejak 25 tahun terakhir yaitu bahwa busines
diciptakan untuk melayani kebutuhan pemangku kepentingan (terutama pemegang
saham dan masyarakat). Pemegang saham dan masyarakat memiliki peranan sangat
penting karena mereka sangat berkeinginan dalam usaha, kegiatan, dan dampak
terhadap businesnya.

Pemangku kepentingan sangat berharap bahwa perusahaan akan menghormati


nilai-nilai dan keinginan mereka. Jika keinginan pemangku kepentingan tidak
dihormati, maka akan terjadi tindakan yang menyakitkan untuk pemangku
kepentingan. Dukungan terhadap bisnis sangat bergantung kepada kepercayaan
pemegang saham terkait komitmen manajemen perusahaan. Oleh karena itu
manajemen perusahaan diharapkan untuk memimpin perusahaan dengan beretika dan
bertanggungjawab kepada pemangku kepentingan secara transparan.

1
II. PEMBAHASAN

Lingkungan Etika dan Akuntansi

Tujuan utama bisnis adalah memperoleh keuntungan, walaupun bukan


merupakan tujuan satu-satunya. Dalam bisnis yang modern saat ini, pelaku bisnis
dituntut untuk menjadi orang-orang yang profesional di bidangnya. Profesionalisme
dapat diperlihatkan melalui kinerja tertentu yang berada diatas rata-rata. Kinerja tidak
hanya berfokus pada aspek bisnis, manajerial, dan organisasi teknis murni, melainkan
juga menyangkut aspek etis. Kinerja yang menjadi prasyarat keberhasilan bisnis ini
juga menyangkut komitmen moral, integritas moral, disiplin, loyalitas, kesatuan visi
moral, pelayanan, dan sikap mengutamakan mutu, penghargaan terhadap hak dan
kepentingan pihak-pihak terkait yang berkepentingan (stakeholder), yang lama
kelamaan akan berkembang menjadi sebuah etos bisnis dalam sebuah perusahaan.

Praktik bisnis merupakan aktivitas utama masyarakat yang wajib didukung oleh
perilaku baik. Etika bisnis menjadi sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas
dari elemen-elemen yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya (konsumen,
distributor, produsen). Nilai-nilai (values) dalam etika bisnis adalah standar kultural
dari perilaku yang diputuskan sebagai petunjuk bagi pelaku bisnis dalam mencapai dan
mengejar tujuan. Pada era kompetisi yang ketat ini, reputasi perusahaan yang baik yang
dilandasi oleh etika bisnis merupakan sebuah competitive advantage yang sulit ditiru.
Oleh karena itu, perilaku etika penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka
panjang dalam sebuah bisnis. Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus
ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman
agar memiliki standar baku yang mencegah timbulnya ketimpangan dalam memandang
etika moral sebagai standar kerja atau operasi perusahaan. Muslich (1998: 31-33)
mengemukakan prinsip-prinsip etika bisnis sebagai berikut.

a) Prinsip Otonomi: yaitu kemampuan mengambil keputusan dan bertindak


berdasarkan kesadaran tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung
jawab secara moral atas keputusan yang diambil.

2
b) Prinsip Kejujuran: bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan
kejujuran karena kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis (misal
kejujuran dalam pelaksanaan kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujuran
dalam hubungan kerja dan lain-lain).
c) Prinsip Keadilan: bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan
yang sesuai dengan haknya masing-masing, artinya tidak ada yang boleh
dirugikan haknya.
d) Prinsip Saling Menguntungkan: agar semua pihak berusaha untuk saling
menguntungkan, demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif.
e) Prinsip Integritas Moral: prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana
para pelaku bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga nama
baik perusahaan agar tetap dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik.

2.1 Praktik Bisnis yang Tidak Beretika

Praktik bisnis yang dijalankan selama ini masih cenderung mengabaikan etika,
rasa keadilan dan kerapkali diwarnai praktik-praktik bisnis tidak terpuji atau moral
hazard. Hal ini mengindikasikan bahwa di sebagian masyarakat telah terjadi krisis
moral dengan menghalalkan segala macam cara untuk mencapai tujuan, baik untuk
tujuan individu memperkaya diri sendiri maupun tujuan kelompok untuk eksistensi
etika dan nilai-nilai moral bagi para pelaku bisnis.

Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu:

a) Suap (Bribery) adalah tindakan berupa menawarkan, membeli, menerima, atau


meminta sesuatu yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang
pejabat dalam melaksanakan kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk
memanipulasi seseorang dengan membeli pengaruh. Pembelian itu dapat
dilakukan baik dengan membayar sejumlah uang atau barang, maupun
pembayaran kembali setelah transaksi terlaksana. Suap kadang kala tidak
mudah dikenali. Pemberian cash atau penggunaan callgirls dapat dengan
mudah dimasukkan sebagai cara suap, tetapi pemberian hadiah (gift) tidak

3
selalu dapat disebut sebagai suap tergantung dari maksud dan respons yang
diharapkan oleh pemberi hadiah.
b) Paksaan (Coercion) adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau
dengan menggunakan jabatan atau ancaman. Coercion dapat berupa ancaman
untuk mempersulit kenaikan jabatan, pemecatan, atau penolakan industri
terhadap seorang individu.
c) Penipuan (Deception) adalah tindakan memperdaya, ,menyesatkan yang
disengaja dengan mengucapkan atau melakukan kebohongan.
d) Pencurian (Theft) adalah merupakan tindakan mengambil sesuatu yang bukan
hak kita atau mengambil properti milik orang lain tanpa persetujuan
pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa properti fisik atau konseptual.
e) Diskriminasi tidak jelas (Unfair Discrimination) adalah perlakuan tidak adil
atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis
kelamin, kewarganegaraan, atau agama. Suatu kegagalan untuk
memperlakukan semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan yang
beralasan antara yang disukai atau tidak.

Beberapa pebisnis berpendapat bahwa terdapat hubungan simbiosis antara etika


dan bisnis dimana masalah etik sering dibicarakan pada bisnis yang berorientasi pada
keuntungan. Kebutuhan aspek moral dalam bisnis adalah:

1) Praktik bisnis yang bermoral hanya akan memberikan keuntungan ekonomis


dalam jangka panjang. Bagi bisnis yang didesain untuk keuntungan jangka
pendek hanya akan memberikan insentif yang kecil. Dalam kompetisi bisnis di
pasar yang sama, keuntungan jangka pendek merupakan keputusan yang
diambil oleh kebanyakan perusahaan untuk dapat bertahan.
2) Beberapa praktik bisnis yang bermoral mungkin tidak memiliki nilai ekonomis
bahkan dalam jangka panjang sekalipun. Sebagai contoh, bagaimana
mengkampanyekan kerugian merokok, sebagai lawan dari promosi rokok itu
sendiri.

4
3) Praktik bisnis yang bermoral akan menghasilkan keuntungan akan sangat
tergantung pada saat bisnis tersebut dijalankan. Pada pasar yang berbeda,
praktik yang sama mungkin tidak memberikan nilai ekonomis. Jadi masalah
tumpang tindih antara eksistensi moral dan keuntungan sifatnya terbatas dan
insidental (situasional)

Dalam hal ini, etika bisnis menjadi suatu hal yang sangat mendesak untuk
diterapkan, sebab dengan etika pertimbangan mengenai baik atau buruk dapat
distandardisasi secara tepat dan benar. Namun perlu juga dicatat bahwa etika bisnis
tidak akan berfungsi jika praktik-praktik bisnis yang curang dilegalkan maka
diperlukan dua perangkat utama yaitu moral dan legal politis.

2.2 Tuntutan Masyarakat terhadap Bisnis.

Kemunculan model-model Tata Kelola dan Akuntabilitas Pemangku


Kepentingan Reaksi oleh bisnis terhadap evolusi dari mandat keuntungan murni
menjadi pengenalan adanya saling ketergantungan antara bisnis dan masyarakat.
Beberapa tren dikembangkan sebagai hasil dari tekanan ekonomi dan kompetitif serta
memiliki efek pada etika bisnis dan akuntan professional, mencakup:

a. Memperluas kewajiban hukum untuk direktur perusahaan.


b. Pernyataan manajemen kepada pemegang saham atas kecukupan pengendalian
internal, dan
c. Ketetapan niat untuk mengelola resiko dan melindungi reputasi.

Meskipun perubahan yang signifikan juga terjadi dalam cara organisasi beroperasi,
mencakup:

a. Reorganisasi, pemberdayaan karyawan, dan penggunaan data elektronik yang


berhubungan, dan
b. Meningkatnya ketergantungan manajemen pada indikator kinerja nonkeuangan
yang digunakan secara nyata.

5
Sebagai akibat dari tren dan perubahan tersebut, bahwa pendekatan tradisisonal
perintah dan kendali (atas-bawah) tidaklah cukup, dan organisasi menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk mendorong etika prilaku, bukan memaksakannya.
Dewan dan manajemen menjadi lebih tertarik pada isu-isu etika meskipun kompeksitas
entitas bisnis dan transaksi menjadi lebih besar dan cepat, oleh karena itu penting jika
setiap karyawan memiliki kode perilaku pribadi yang harmonis dengan pemberi kerja.

a) Manajemen Berdasarkan Nilai, Reputasi, dan Risiko


Para direktur, eksekutif, manajer, dan karyawan lainnya harus
memahami sifat dari interes pemangku kepentingan dan nilai-nilai yang
mendukungnya untuk mengggabungkan interes pemangku kepentingan ke
dalam kebijakan, strategi, dan operasional perusahaan.Saat ini, penyelidikan
terhadap nilai-nilai, reputasi, dan manajemen risiko menjadi subjek studi
terbaru yang ramai diteliti. Nilai-nilai pada suatu perusahaan akan berbeda
bergantung pada kelompok pemangku kepentingan. Charles Fombrun dari
Repitation Institute menetapkan empat penentu reputasi sebuah perusahaan,
antara lain: 1) Kredibilitas; 2) Keandalan; 3) Sifat dapat dipercaya; dan 4)
Tanggung jawab.

Manajemen dan auditor sejak tahun 1990-an semakin berorientasi pada


manajemen risiko. Teknik-teknik manajemen risiko telah berkembang seiring
dengan pengakuan oleh direktur, eksekutif, dan akuntan professional mengenai
nilai-nilai dalam mengidentifikasi risiko di awal dan dalam perencanaan untuk
menghindari atau mengurangi konsekuensi yang tidak menguntungkan, yang
melekat dalam risiko.

b) Akuntabilitas

Munculnya interes pemangku kepentingan dan akuntabilitas, serta


terjadinya kasus krisis keuangan yang menimpan Enron, telah meningkatkan
keinginan untuk membuat laporan (kinerja perusahaan) yang lebih relevan.
Laporan dibuat lebih transparan dan akurat dibandingkan dengan laporan masa

6
lalu. Secara umum, kekurangan integritas sering kali terdapat pada laporan-
laporan perusahaan karena tidak mencakup beberapa hal atau permasalahan.
Dengan demikian, laporan tersebut tidak selalu memberikan presentasi yang
jelas dan seimbang bagaimana pemangku kepentinganakan terpengaruh oleh
laporan.

2.3 Menciptakan Bisnis yang Berkelanjutan

Dampak meningkatnya harapan untuk bisnis pada umumnya telah membawa


tuntutan reformasi tata kelola dan pengambilan keputusan etis. Memahami harapan
etika tempat kerja sangat penting bagi keberhasilan organisasi dan para eksekutifnya.
Sebuah perusahaan tidak dapat memiliki etika budaya perusahaan yang efektif tanpa
etika kerja yang terpuji. Melalui tata kelola perusahaan (Good Coorporate
Government), diharapkan seluruh organ perusahaan mampu bertindak secara etis. Tata
Kelola Perusahaan yang Baik (good corporate governance) adalah struktur dan proses
yang digunakan dan diterapkan Organ Perusahaan untuk meningkatkan pencapaian
sasaran hasil usaha dan mengoptimalkan nilai perusahaan bagi seluruh pemangku
kepentingan, secara akuntabel dan berlandaskan peraturan perundangan serta nilai-nilai
etika.

Konsep dari GCG belakangan ini makin mendapat perhatian dari masyarakat karena
konsep ini semakin memperjelas dan mempertegas mekanisme hubungan antar para
pemangku kepentingan di dalam suatu organisasi konsep ini mencakup beberapa hal
antara lain:

1. Hak-hak para pemegang saham (shareholders) dan perlindungannya,


2. Hak dan peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan
(stakeholders) lainnya,
3. Pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat waktu,
4. Transparansi terkait dengan struktur dan operasi perusahaan
5. Tanggungjawab dewan komisaris dan direksi terhadap perusahaan, kepada para
pemegang saham dan pihak-pihak lain yang berkrpentingan.

7
Konsep GCG sendiri muncul dilatar belakangi oleh maraknya skandal
perusahaan yang menimpa perusahaan-perusahaan besar, salah satu contohnya Enron,
WorldCom, KAP Arthur-Andersen ini adalah salah satu contoh kegagalan sistem tata
kelola yang buruk yang tidak hanya menyebabkan resesi ekonomi di Amerika, tapi
dampaknya bisa dirasakan oleh masyarakat dunia pada umunya. Terdapat 10 prinsip-
prinsip dasar yang melandasi konsep GCG ini antara lain; Vision, Participation,
Equality, Professional, Supervision, Efective & Efficient, Transparent,
Accountability/Accoutable, Fairness, dan Honest.

8
III. KASUS (Enron)

3.1 Kronologi Kasus

Pada tahun 1985, InterNorth, sebuah penyalur gas alam melalui pipa yang
berbasis di Ohama, mengakuisisi Houston Natural Gas. Pada awalnya perusahaan
berencana untuk mempertahankan kantor pusatnya di Ohama, tetapi dewan direksi
Houston secara bertahap mengambil kendali kegiatan perusahaan dan memutuskan
untuk memindahkan kantor pusat perusahaan ke Houston. Pada saat yang bersamaan
gabungan perusahaan tersebut menggunakan nama yang lebih futuristik dan modern
yaitu Enron.

Enron muncul pada masa yang cukup sulit bagi perusahaan pipa gas alam.Pada
saat itu rantai distribusi dari produsen ke konsumen sangat diatur oleh pemerintah.
Tingkat harga yang dibebankan perusahaan pipa kepada perusahaan utilitas lokal dan
yang dibebankan perusahaan lokal kepada konsumen eceran juga diatur oleh
pemerintah berdasarkan biaya-plus (cost-plus). Untuk mendorong eksplorasi gas alam
dalam menanggapi krisis energi pada tahun 1970-an, pemerintah mengubah
peraturannya mengenai patokan harga gas alam. Hal ini menyebabkan terjadinya
peningkatan harga yang dibayarkan kepada produsen secara sangat cepat. Meskipun
demikian, harga eceran dijaga agar tetap rendah melalui peraturan pemerintah, dan
perusahaan pipa mengalami kesulitan untuk membeli seluruh gas alam yang mereka
butuhkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen perusahaan lokal.

Risiko utama dalam pasar bebas risiko yang dihadapi oleh produsen gas dan
perusahaan lokal timbul dari gejolak harga bahan bakar. Kedua pihak merasa tidak
nyaman untuk melakukan kontrak-kontrak harga tetap jangka panjang, sehingga
sebagian besar gas alam dijual dengan menggunakan kontrak 30 hari.

Pada tahun 1990, Enron mulai memberikan jasa sebagai perantara, atau
pencipta pasar, untuk kontrak 30 hari tersebut. Aktivitas ini disebut Gas Bank, yang
melibatkan perjanjian jangka pendek yang ditandatangani Enron untuk membeli gas
dari beberapa produsen, menyatukan kontrak-kontrak tersebut, dan kemudian

9
menawarkan komitmen harga jangka panjang kepada perusahaan lokal. Enron telah
membuat langkah awal dalam melakukan transformasi aktivitis perusahaan dari
perusahaan pipa tradisional menjadi perusahaan jasa keuangan dan perdagangan. Pada
tahun 2000, Enron mengembangkan usahanya dengan menjadi pencipta pasar untuk
listrik, minyak, dan bahkan kertas.

Pada Februari 2001, peningkatan pendapatan dan laba Enron sangat pesat
diikuti oleh peningkatan harga saham-perusahaan ini bernilai $60 miliar, dan harga per
lembar sahamnya $80 (sedikit menurun dari harga tertingginya sebesar $90). Fortune
menamakan Enron “Perusahaan Amerika yang Paling Inovatif” selama enam tahun
berturut-turut. Enron, suatu perusahaan yang menduduki rangking tujuh dari lima ratus
perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar
di AS yang kolaps dengan meninggalkan hutang sebesar $ 31,2 milliar.

Fakta-fakta Kasus Enron:

1. Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan out
sourcing secara total atas fungsi internal audit perusahaan:
a) Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula adalah
partner KAP Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.
b) Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.
c) Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen
2. Selama tahun 2000, harga saham Enron berkisar antara $60 sampai $90,
tertinggi pada Agustus sebesar $90.56, dan pada akhir tahun mendekati $80
(Brooks, 2003).
3. Pada awal tahun 2001 partner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap
kemungkinan mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien
perusahaan, mengingat resiko yang sangat tinggi berkaitan dengan praktek
akuntansi dan bisnis Enron. Dari hasil evaluasi di putuskan untuk tetap
mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen. Salah seorang eksekutif
Enron di laporkan telah mempertanyakan praktek akunting perusahaan yang
dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan hal

10
tersebut kepada CEO dan partner KAP Andersen pada pertengahan 2001. CEO
Enron menugaskan penasihat hukum perusahaan untuk melakukan investigasi
atas kekhawatiran tersebut tetapi tidak memperkenankan penasehat hukum
untuk mempertanyakan pertimbangan yang melatarbelakangi akuntansi yang
dipersoalkan. Hasil investigasi oleh penasehat hukum tersebut menyimpulkan
bahwa tidak ada hal-hal yang serius yang perlu diperhatikan.
4. Mei 2001, Clifford Baxter, wakil komisaris Enron resmi berhenti bekerja untuk
Enron karena tidak tahan melihat bisnis kerja Enron yang tidak beretika.
5. Tanggal 26 September 2001, harga saham jatuh menjadi $25 per lembar, Ken
Lay masih mencoba menghibur karyawan untuk tidak menjualnya, sebaliknya
membujuk mereka untuk membeli. Dalam e-mail yang dikirimkan kepada
karyawan yang risau, dia mengatakan perusahaan dalam kondisi sehat secara
keuangan dan harga saham Enron “luar biasa murah” dalam posisi itu (Mustika,
2008).
6. Tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan
ketiga. Pengumuman kepada pers menyatakan bahwa pro forma laba bersih
Enron telah meningkat menjadi $393 juta pada triwulan ketiga tersebut,
dibandingkan dengan $292 juta pada tahun sebelumnya. Pimpinan perusahaan
Enron Kenneth Lay menyatakan bahwa Enron secara berkesinambungan
memberikan prospek yang sangat baik dan ia memilih untuk tidak menjelaskan
secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special accounting
charge/ expense) sebesar $1 miliar yang menyebabkan hasil aktual pada
periode tertentu, bila dilaporkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum (GAAP) akan menjadi kerugian sebsar $644 juta. Para analis dan
reporter kemudian mencari tahu lebih jauh mengenai beban $1 miliar tersebut,
dan ternyata berasal dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
yang didirikan oleh CEO Enron.
7. Harga saham perusahaan ini turun secara drastis dari $36,00 per lembarnya
pada minggu sebelum 16 Oktober 2001 hingga menjadi $0,26 per lembarnya
enam minggu kemudia pada tanggal 30 November 2001.

11
8. Tanggal 19 Oktober 2001, US Securities and Exchange Commision Rules (SEC
Rules) mengumumkan secara resmi ingin mereview file pembukuan Enron.
Enron mengumumkan kerugian sebesar 600 juta dolar AS dan nilai aset Enron
menyusut 1,2 triliun dolar AS. Pada laporan keuangan yang sama diakui, bahwa
selama tujuh tahun terakhir, Enron selalu melebih-lebihkan laba bersih mereka.
David Duncan, Akuntan Publik kantor Audit Independen Arthur Andersen
menghancurkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan Enron.
9. Tanggal 2 Desember 2001, Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke
pengadilan dan memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat
hutang perusahaan yang tidak dilaporkan senilai lebih dari satu miliar dolar.
Dengan pengungkapan ini investasi dan laba yang ditahan (retained earning)
berkurang dalam jumlah yang sama.
10. Tanggal 2 Januari 2002, CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri dari
dewan direktur perusahaan.
11. Tanggal 24 Januari 2002, Cliffor Baxter bunuh diri dengan cara menembak
kepala di dalam mobil Mercedez di depan rumah mewahnya di Houston
(Kusmayadi, 2009).
12. Tanggal 28 Februari 2002, KAP Andersen menawarkan ganti rugi sebesar 750
juta US dollar untuk menyelesaikan masalah gugatan hukum yang diajukan
kepada KAP Andersen. Pemerintahan Amerika melarang Enron dan KAP
Andersen untuk melakukan kontrak dengan lembaga pemerintahan di Amerika.
13. Tanggal 14 Maret 2002, departemen kehakiman Amerika memvonis KAP
Andersen bersalah atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses
peradilan karena telah menghancurkan dokumen-dokumen yang sedang
diselidiki. KAP Andersen terus menerima konsekuensi negatif dari kasus Enron
berupa kehilangan klien, pembatalan afiliasi yang bergabung dengan KAP yang
lain dan pengungkapan keterlibatan pegawai KAP Andersen dalam kasus
Enron.
14. Tanggal 22 Maret 2002, mantan kedua Federal Reserve, Paul Volkeer, yang
direkrut untuk melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan

12
kembali citra KAP Andersen mengusulkan agar keseluruhan manajemen
dirombak ulang untuk menyusun manajemen baru.
15. Tanggal 26 Maret 2002, CEO Andersen, Joseph Berandino mengundurkan diri
dari jabatannya.
16. Tanggal 8 April 2002, seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang
bertindak sebagai penganggung jawab audit Enron mengaku bersalah atas
tuduhan melakukan hambatan proses peradilan dan setuju untuk menjadi saksi
kunci dipengadilan bagi KAP Andersen dan Enron.
17. Tanggal 15 Juni 2002, juri federal Houston menyatakan KAP Andersen
bersalah telah melakukan penghambatan terhadap proses peradilan.

PEMBAHASAN
Hubungan terhadap Etika Bisnis
Tiga komponen utama penyebab timbulnya kecurangan, manipulasi, korupsi,
dan berbagai macam kegiatan sejenisnya atau yang bisa disebut sebagai pelaku tidak
etis (menurut teori fraud) adalah oppurtunity, pressure, dan rationalization.
Fraud Triangel (Segitiga Fraud) terdiri dari 3 hal:
 Pressure (tekanan atau motif): karena kebutuhan keuangan yang sangat
mendesak, adanya keinginan yang tidak atau belum terpuaskan, adanya
ketidakpuasan terhadap organisasi/perusahaan/manajemen, serta adanya
tekanan dari pihak lain atau atasan pelaku fraud.
 Opportunity (kesempatan): Lemahnya pengendalian internal dalam sebuah
organisasi membuka peluang fraud.
 Rationalization (pembenaran): pelaku fraud merasa bahkan meyakini bahwa
tindakannya bukan merupakan fraud.
Bukan berarti 3 hal tersebut akan mutlak terjadi, hal-hal itu dapat dihindari
dengan peningkatan akhlak, moral, etika dan perilaku. Tindakan yang tidak bermoral
akan memberikan implikasi terhadap kepercayaan publik (public trust). Praktik bisnis
Enron yang menjadikannya bangkrut dan hancur serta berimplikasi negatif bagi banyak
pihak. Berdasarkan agency theory Andersen sebagai KAP telah menciderai

13
kepercayaan dari pihak stakekholder untuk memberikan suatu informasi yang benar
mengenai pertanggungjawaban dari pihak agen dalam mengemban amanah dari
stakeholder. Pihak manajemen Enron telah bertindak secara rasional untuk
kepentingan dirinya (self interest oriented) dengan melupakan norma dan etika bisnis
yang sehat.

Ketiga faktor tersebut adalah merupakan prilaku tidak etis yang sangat
bertentangan dengan good corporate governance philosofy yang membahayakan
terhadap business going cocern. Begitu pula praktik bisnis Enron yang menjadikannya
bangkrut dan hancur serta berimplikasi negatif bagi banyak pihak. Pihak yang
dirugikan dari kasus ini tidak hanya investor Enron saja, tetapi terutama karyawan
Enron yang menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham perusahaan serta investor
di pasar modal pada umumnya (social impact). Milyaran dolar kekayaan investor
terhapus seketika dengan meluncurnya harga saham berbagai perusahaaan di bursa
efek.

Secara kasat mata kasus Enron (baik manajemen Enron maupun KAP
Andersen) telah melakukan malpraktik jika dilihat dari etika bisnis dan profesi akuntan
antara lain:

1. Adanya praktik discrimination of information/ unfair discrimination, melalui


suburnya praktik insider trading, dimana hal ini sangat diketahui oleh Board of
Director Enron, dengan demikian dalam praktik bisnis di Enron sarat dengan
collusion. Kondisi ini diperkuat oleh Bussines Round Table (BRT), pada
tanggal 16 Pebruari 2002 menyatakan bahwa:
a. Tindakan dan perilaku yang tidak sehat dari manajemen Enron berperan
besar dari kebangkrutan perusahaan;
b. Telah terjadi pelanggaran terhadap normaetika corporate governance dan
corporate responsibility oleh manajemen perusahaan;
c. Perilaku manajemen Enron merupakan pelanggaran besar-besaran
terhadapkepercayaan yang diberikan kepada perusahaan.

14
2. Adanya Deception Information, yang dilakukan pihak manajemen Enron
maupun KAP Arthur Andersen, mereka mengetahui tentang praktek akuntansi
dan bisnis yang tidak sehat. Tetapi demi kepercayaan dari investor dan publik,
kedua belah pihak merekayasa laporan keuangan mulai dari tahun 1985 sampai
dengan Enron menjadi hancur berantakan. Bahkan CEO Enron saat menjelang
kebangkrutannya masih tetap melakukan deception dengan menyebutkan
bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik.
KAP Andersen tidak mau mengungkapkan apa sebenarnya terjadi dengan
Enron, bahkan awal tahun 2001 berdasarkan hasil evaluasi Enron tetap
dipertahankan, hal ini dimungkinkan adanya coercion atau bribery, karena
pihak Gedung Putih termasuk Wakil Presiden Amerika Serikat juga di
indikasikan terlibat dalam kasus Enron ini.
3. Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan publik The Big Five yang
melakukan Audit terhadap laporan keuangan Enron Corp. tidak hanya
melakukan manipulasi laporan keuangan Enron, KAP Andersen telah
melakukan tindakan yang tidak etis dengan menghancurkan dokumen-
dokumen penting yang berkaitan dengan kasus Enron. Arthur Andersen
memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat
kepermukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun
penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi
kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur
Andersen hancur. Disini Andersen telah ingkar dari sikap profesionalisme
sebagai akuntan independen dengan melakukan tindakan knowingly and
recklessly yaitu menerbitkan laporan audit yang salah dan meyesatkan
(deception of information).
Kasus ini juga dapat dikaitkan dengan beberapa teori yaitu:
1. Teori Egoisma
Menurut teori tersebut, Enron dan KAP AA tidak melanggar teori egoisma,
karena segala hal yang dilakukan untuk kepentingan perusahaan, bukan kepentingan
individu.

15
2. Teori Utilitarianisma
Menurut teori tersebut, Enron dan AA telah melanggar, karena dengan
kebangkrutan Enron menyebabkan terjadinya krisis ekonomi yang merugikan rakyat
Amerika, bahkan dunia.
3. Teori Deontologi
Menurut teori ini, Enron dan AA telah melanggar, karena motif mereka
memanipulasi laporan keuangan adalah untuk memperkaya diri mereka sendiri.
4. Teori Keadilan
Menurut teori tersebut, Enron dan AA telah melanggar, karena dari keuntungan
yang didapatkan tidak berdampak pada lingkungan masyarakat setempat.
5. Teori Kebajikan
Menurut teori tersebut, Enron dan AA telah melanggar, karena individu yang
mempunyai mental korup dan serakah.
Dampak Akibat Kasus Enron dan KAP Andersen
Kasus ini memberikan dampak di Amerika bahkan di Indonesia. Kasus ini
mempunyai implikasi terhadap pembaharuan tatanan kondisi maupun regulasi praktik
bisnis di Amerika Serikat antara lain:
1. Pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi para
investor dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang
dilakukan perusahaan publik. Selain itu, dibentuk pula PCAOB (Public
Company Accounting Oversight Board) yang bertugas:
a. Mendaftar KAP yang mengaudit perusahaan public
b. Menetapkan atau mengadopsi standar audit, pengendalian mutu, etika,
independensi dan standar lain yang berkaitan dengan audit perusahaan
public
c. Menyelidiki KAP dan karyawannya, melakukan disciplinary hearings, dan
mengenakan sanksi jika perlu
d. Melaksanakan kewajiban lain yang diperlukan untuk meningkatkan standar
professional di KAP

16
e. Meningkatkan ketaatan terhadap SOX, peraturan-peraturan PCAOB,
standar professional, peraturan pasar modal yang berkaitan dengan audit
perusahaan publik.
2. Perubahan-perubahan yang ditentukan dalam Sarbanes-Oxley Act
a. Untuk menjamin independensi auditor, maka KAP dilarang memberikan
jasa non audit kepada perusahaan yang diaudit. Berikut ini adalah sejumlah
jasa non audit yang dilarang:
1) Pembukuan dan jasa lain yang berkaitan.
2) Desain dan implementasi sistem informasi keuangan.
3) Jasa appraisal dan valuation
4) Opini fairness
5) Fungsi-fungsi berkaitan dengan jasa manajemen
6) Broker, dealer, dan penasihat investasi
a) Membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaan
sebelum melakukan audit. Setiap perusahaan memiliki audit
committee ini karena definisinya diperluas, yaitu jika tidak ada,
maka seluruh dewan komisaris menjadi audit committee.
b) Melarang KAP memberikan jasa audit jika audit partnernya telah
memberikan jasa audit tersebut selama lima tahun berturut-turut
kepada klien tersebut.
c) KAP harus segera membuat laporan kepada audit committee yang
menunjukkan kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan,
alternatif perlakuan-perlakuan akuntansi yang sesuai standar dan
telah dibicarakan dengan manajemen perusahaan, pemilihannya
oleh manajemen dan preferensi auditor.
d) KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief
accounting officer, controller klien sebelumnya bekerja di KAP
tersebut dan mengaudit klien tersebut setahun sebelumnya.
3. SOX melarang pemusnahan atau manipulasi dokumen yang dapat menghalangi
investigasi pemerintah kepada perusahaan yang menyatakan bangkrut. Selain

17
itu, kini CEO dan CFO harus membuat surat pernyataan bahwa laporan
keuangan yang mereka laporkan adalah sesuai dengan peraturan SEC dan
semua informasi yang dilaporkan adalah wajar dan tidak ada kesalahan
material. Sebagai tambahan, menjadi semakin banyak ancaman pidana bagi
mereka yang melakukan pelanggaran ini.
4. International Federation Accountants (IFAC), pada akhir tahun 2001 merevisi
kode etik bagi para akuntan yang bekerja agar menjadi whitstleblower sebagai
berikut “para profesional dituntut bukan hanya bersikap profesional dalam
kaidah-kaidah aturan profesi saja tetapi profesional juga dalam menyatakan
kebenaran pada saat masyarakat akan dirugikan atau ada tindakan-tindakan
perusahaan yang tidak sesuai dengan hukum yang berlaku”.
5. AICPA dan The Big Five KAP di Amerika mendukung inisiatif Reform yang
melarang KAP untuk menawarkan jasa internal audit dan jasa konsultasi
lainnya kepada perusahaan yang menjadi klien audit KAP yang bersangkutan.
6. Jhon Whitehead dan Ira Millstein, ketua bersama Blue Ribbon Committe
SEC,mengeluarkan rekomendasi tentang perlunya kongres menyusun Undang-
Undang yang mengharuskan perusahaan Go Public melaksanakan dan
melaporkan ketaatanyan terhadap pedoman corporate governance.
7. Securities Exchange Commission (SEC) dan New York Stock Exchange
(NYSE), menyerukan bahwa auditor internal harus lebih mempertajam peran
dalam pemeriksaan ketaatan, mengelola resiko, dan mengembangkan operasi
bisnis, dan setiap perusahaan diwajibkan untuk memiliki fungsi audit intern
(James : 2003).

18
IV. KESIMPULAN

Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya
menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya. Pelanggaran tersebut awalnya
mendatangkan keuntungan bagi Enron, tetapi akhirnya dapat menjatuhkan kredibilitas
bahkan menghancurkan Enron dan KAP Arthur Andersen.Integritas adalah suatu
elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas
merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.

Dilihat dari sisi KAP Andersen, tanggung-jawab seorang akuntan tidak semata-
mata untuk memenuhi kebutuhan klien individual atau pemberi kerja, dalam
melaksanakan tugasnya seorang akuntan harus mengikuti standar profesi yang dititik-
beratkan pada kepentingan publik. Di sisi lain, Enron telah melakukan berbagai macam
pelanggaran praktik bisnis yang sehat melakukan (Deception, discrimination of
information, coercion, bribery) dan keluar dari prinsip good corporate governance.
Akhirnya Enron harus menuai suatu kehancuran yang tragis dengan meninggalkan
hutang milyaran dolar. KAP Andersen sebagai pihak yang seharusnya menjungjung
tinggi independensi, dan profesionalisme telah melakukan pelanggaran kode etik
profesi dan ingkar dari tanggungjawab terhadap profesi maupun masyarakat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Brooks, Leonard J. 2004. Business & Profesional Ethics for Directors, Executives, &
Accountants.Third Edition.University of Toronto.

Brooks, Leonard J. dan Paul Dunn. 2012. Etika Bisnis & Profesi, untuk direktur,
eksekutif, dan akuntan. Edisi 5, buku 1. Jakarta: Salemba empat.

Muslich, 1998. Etika Bisnis: Pendekatan Substantif dan Fungsional. Yogyakarta:


Penerbit Ekonisia.

Pricillia, Mellisa. 2012. Mengkaji Pentingnya Etika Dalam Praktik Bisnis Pada Pasar
Ritel Modern.

20

Anda mungkin juga menyukai