PENDAHULUAN
1
2
hipertensi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya
Kota Pekanbaru tahun 2018 dan mengembangkan wawasan peneliti dalam
bidang penelitian kedokteran komunitas.
1.4.2 Bagi Instansi Kesehatan
Memberikan masukan yang dapat digunakan oleh pemberi pelayanan
kesehatan di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya sehingga dapat memberikan
pendidikan kesehatan dalam upaya mengendalikan faktor risiko hipertensi
khususnya tingkat stres.
1.4.3 Bagi Instansi Pendidikan
Memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan kepada berbagai
kalangan pendidikan kesehatan, khususnya ilmu kedokteran, mengenai
pengaruh stress terhadap hipertensi yang termasuk penyakit degeneratif.
1.4.4 Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat, dapat meningkatkan pengetahuan tentang faktor-
faktor yang meningkatkan risiko hipertensi pada individu maupun keluarga,
terutama pengetahuan mengenai hubungan stres dengan hipertensi sehingga
terlaksananya kemandirian penanggulangan maupun pencegahan hipertensi
sedini mungkin, dan meminimalisir terjadinya tingkat stres berkepanjangan.
TINJAUAN PUSTAKA
6
1
7
terhadap stressor atau sumber stres. Bila stressor tersebut tidak diatasi
dengan baik, maka akan muncul gangguan badani dan perilaku tidak sehat.
2.1.1.2 Penyebab
Sumber stres atau yang disebut stressor adalah suatu keadaan, situasi
objek atau individu yang dapat menimbulkan stres. Faktor penyebab stres
bisa berasal dari dalam diri dan dapat juga faktor dari luar diri. Faktor yang
berasal dari dalam diri adalah suatu sifat atau ciri yang terlalu menonjol,
misalnya terlalu mudah marah, terlalu bersih atau kotor, terlalu disiplin dan
terlalu obsesif. Faktor yang dari luar diri, misalnya kecelakaan, di-PHK
(pemberhentian hak kerja), perkawinan tidak harmonis, tidak lulus ujian,
persaingan yang terlalu besar dan sebagainya (Maramis dan Maramis, 2009)
1. Gejala fisiologis
Gejala fisiologis akibat stres yaitu perasaan gugup, sulit bernafas,
denyut jantung cepat, tekanan darah tinggi, tenggorokan kering, otot
tegang, telapak tangan berkeringat, dan perut melilit atau sembelit.
2. Gejala perilaku
Gejala perilaku karena stres seperti gangguan tidur, nafsu makan
berkurang, mengkonsumsi alkohol dan penyalahgunaan narkoba,
absensi, dan gagal dalam tugas yang diberikan.
3. Gejala kognitif
Gejala kognitif merupakan komponen mental diantaranya
harapan keberhasilan atas diri berkurang, takut gagal, kehilangan harga
diri, kepercayaan diri yang rendah, kekhawatiran tentang kinerja,
gambar kegagalan, bicara sendiri, tidak mampu untuk berkonsentrasi,
dan terganggunya perhatian.
4. Gejala Emosional
Mencakup depresi, kesedihan, iritasi, ledakan emosi, serangan
panik, ketidakmampuan untuk mengatasi perubahan suasana hati.
1. Stres ringan (total skor 0-4): paling kecil untuk mengalami suatu penyakit
yang berhubungan dengan stres.
2. Stres sedang (total skor 5-13): lebih mungkin untuk mengalami suatu
penyakit terkait stres baik mental, fisik, ataupun keduanya.
9
3. Stres berat (total skor >14): rentan untuk mengalami penyakit yang terkait
dengan stres.
2.1.2 Hipertensi
2.1.2.1 Definisi Dan Epidemiologi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang
menetap diatas batas normal secara kronik, yaitu sistolik ≥140mmHg dan
atau diastolik ≥90mmHg atau seseorang yang mengkonsumsi obat
antihipertensi (Ganong, 2008). Lebih dari seperempat jumlah orang yang
memiliki riwayat hipertensi tidak menyadari bahwa diri mereka hipertensi
dan hampir tiga perempat dari jumlah orang yang diketahui memiliki
riwayat hipertensi kondisinya kurang terkontrol. Prevalensi dan kerentanan
terjadinya penyakit lain seperti stroke meningkat seiring dengan usia
(Kumar et al, 2007).
2.1.2.3 Etiopatogenesis
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang bukan hanya berkaitan
dengan jantung saja, melainkan organ lain juga berperan dalam
pengendalian tekanan darah. Organ tersebut diantaranya yaitu ginjal, korteks
adrenal, paru-paru dan hati. Kerja dari organ ini biasa dikenal dengan sistem
renin-angiotensin aldosteron. Mekanisme hipertensi terjadi karena adanya
penyimpangan dari pengendalian tekanan darah tersebut (Kumar et al,
2007).
Ketika volume darah menurun menyebabkan penurunan absorbsi
natrium atrial peptide yang diikuti vasodilatasi pembuluh darah dan ekskresi
natrium (Na+) serta air oleh ginjal. Hal ini menyebabkan tekanan darah
menurun. Penurunan tekanan darah yang disebabkan dari penurunan volume
darah ataupun penurunan resisten perifer tersebut akan menyebabkan
11
stenosis arteri renal. Informasi ini diterima ginjal sebagai suatu alarm,
selanjutnya sel jukstaglomerulus ginjal terinduksi untuk mengeluarkan renin
untuk merubah angiotensinogen menjadi angiotensin I (Ganong, 2008).
Angiotensinogen ini dihasilkan oleh hati. Kemudian angiotensin I
dirubah menjadi angiotensin II oleh angiotensin-converting enzyme yang
dihasilkan oleh endothelium paru-paru. Angiotensin II menyalurkan
stimulus ke korteks adrenal untuk mensekresikan aldosteron, yang
meningkatkan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal, serta
menyebabkan peningkatan aktivitas vasokonstriksi pembuluh darah.
sehingga tekanan darah akan meningkat atau kembali ke normal (Kumar et
al, 2007). Kerja organ tersebut dalam pengendalian tekanan darah berkaitan
dengan sistem renin-angiotensin aldosteron terdapat pada Gambar 1.
2.1.2.5 Diagnosis
14
a. Anamnesis Hipertensi
Diagnosis hipertensi harus dapat ditegakkan dengan cepat dan
tepat, karena penanganan dari setiap derajat hipertensi berbeda. Maka
penegakan hipertensi harus dapat dilakukan dengan cepat didukung
dengan data anamnesis dan data pemeriksaan lain yang diperoleh
(Ganong, 2008).
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu pengukuran tekanan
darahnya dengan mengunakan sfigmomanometer untuk mengetahui
derajat hipertensi yang diderita oleh pasien (Ganong, 2008).
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan merupakan
pemeriksaan untuk mendukung hasil dari pemeriksaan fisik dan
mengetahui adanya komplikasi yang telah ditimbulkan dari hipertensi
seperti kerusakan organ target seperti retinopati, gangguan neurologi
dan payah jantung kongestif. Pemeriksaan tersebut diantaranya;
Pemeriksaan elektrokardiogram dan rekam jantung untuk melihat
apakah terdapat pembesaran ventrikel jantung yang menunjukkan
hipertensi yang sudah diderita lama maupun tanda iskemik pada
jantung tersebut. Foto thorax untuk melihat adanya pembesaran
jantung dan edema. Pemeriksaan zat kimia darah (kreatinin, ureum)
dan urinalisis dilakukan untuk menilai fungsi ginjal, pemeriksaan
kalsium dalam serum dapat membantu menyingkirkan kemungkinan
aldosteronisme primer pada hipertensi (Rothwell et al, 2013).
2. Jenis kelamin
Pada umumnya pria lebih sering menderita hipertensi dibandingkan
dengan wanita. Wanita pre-menopause memiliki risiko penyakit
kardiovaskular lebih kecil dibanding pria dengan usia yang sama.
Hal ini disebabkan pria banyak mempunyai faktor yang mendorong
terjadinya hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang nyaman
terhadap pekerjaan, pengangguran, pola hidup dan makan tidak
terkontrol. Namun demikian, setelah menopause risiko wanita
terhadap masalah ini mulai meningkat dengan signifikan
disebabkan karena faktor hormonal dan peningkatan berat badan
(Kauffman, 2005).
3. Umur
Dengan semakin bertambahnya umur, kemungkinan seseorang
menderita hipertensi juga semakin besar. Hilangnya elastisitas
pembuluh darah adalah penyebab utama hipertensi pada usia lanjut
(Suiraoka, 2012).
Faktor-faktor risiko yang dapat diubah atau dikendalikan yakni:
1. Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara
bertahap. Stres yang terjadi secara berkepanjangan akan
mengakibatkan tekanan darah terus dalam keadaan tinggi
(Suiraoka, 2012).
2. Obesitas
Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang dengan obesitas
berisiko tinggi menderita hipertensi. Pada wanita, peningkatan
berat badan berbanding lurus dengan peningkatan risiko terjadinya
hipertensi. Obesitas sentral dan deposisi lemak di jaringan penting
16
2.4 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat stres
dengan hipertensi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Rawat Inap
Tenayan Raya Kota Pekanbaru.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
160/100
mmHg
BAB IV
B. Reliabilitas
Tabel 6. Hasil Reliabilitas Tingkat Stres
25 0,640
Total 40 100%
2 Tingkat Stres
Sedang 25 62,5
Berat 15 37,5
Total 40 100%
3 Hipertensi
Pre-hipertensi 5 12,5
Hipertensi stage 1 16 52,5
Hipertensi stage 2 19 47,5
Total 40 100%
Hipertensi
Pre- Hipertensi Hipertensi
Total
hipertensi stage 1 stage 2
Tingkat Sedang 4 13 25 42
stress
Berat 1 3 11 15
Total 5 16 36 40
Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien dengan status
hipertensi tingkat 1 berada pada kategori tingkat stres sedang yaitu sebanyak 13
orang (52%). Sedangkan, sebagian besar responden dengan status hipertensi
tingkat 2 berada pada kategori tingkat stres berat yaitu sebanyak 11 orang (73%).
pada pasien rawat jalan di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya Kota Pekanbaru.
untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Kaidah yang
digunakan untuk mengetahui normalitas data adalah jika p>0,05 maka distribusi
dikatakan normal dan jika p<0,05 maka distribusi data dianggap tidak normal.
Smirnov yang terdapat dalam prosedur SPSS 21. Hasil uji normalitas dari kedua
variabel menunjukkan data tidak terdistribusi normal maka uji yang digunakan
adalah korelasi spearman. Hasil uji normalitas data dapat dilihat pada tabel 9
dibawah ini.
Nilai p
Variabel (Kolmogorov-Smirnov) Keterangan
Tingkat stres 0,000 Distribusi tidak
normal (p<0,05)
Hipertensi 0,000 Distribusi tidak
normal (p<0,05)
Tingkat Stres
Hipertensi p-value 0,016
r 0,379
N 40
4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 26 orang (65,0%). Hal ini sejalan dengan
beberapa penelitian yang mengatakan bahwa perempuan lebih banyak menderita
hipertensi. Berdasarkan Journal of Clinical Hypertension, Miller (2010)
menyatakan bahwa perubahan hormonal yang sering terjadi menyebabkan wanita
lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi. Hal ini juga menyebabkan risiko
wanita untuk terkena penyakit jantung menjadi lebih tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 orang responden terdapat stres
sedang dengan persentase tertinggi yaitu (62,5%) dan sebanyak 19 orang (47,5%)
responden mengalami hipertensi grade 2. Dari hasil uji statistik menunjukan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara stres dengan hipertensi di Puskesmas
Rawat Inap Tenayan Raya Kota Pekanbaru, Agustus-September 2018.
Berdasarkan hasil analisa data bivariat dengan menggunakan uji korelasi
spearman didapatkan hasil nilai p=0,016 (p < 0,05), nilai korelasi (r = 0,379)
lemah.
Stres merupakan mekanisme yang bersifat individual, menurut Mesuri
(2013), daya tahan atau penyesuaian individu terhadap stress akan berbeda satu
sama lain karena tergantung pada umur, jenis kelamin, tipe kepribadian, tingkat
intelegensi, emosi, status sosial atau pekerjaannya.
Menurut Ranabir dan Reetu (2011) Apabila ada sesuatu hal yang
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat stres dengan hipertensi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Rawat Inap
Tenayan Raya Kota Pekanbaru Tahun 2018.
5.2 Saran
1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan agar dapat menggali lagi faktor-faktor
lain yang dapat dimodifikasi yang dapat mempengaruhi derajat hipertensi
seperti faktor obesitas, pola makan tidak sehat, faktor merokok dan kurangnya
31
aktivitas fisik.
2. Perlu penambahan jumlah sampel yang lebih luas agar dapat hasil yang lebih
akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Andria, K.M. 2013. Hubungan Antara Perilaku Olahraga, Stres Dan Pola Makan
Dengan Tingkat Hipertensi Pada Lanjut Usia Di Posyandu Lansia
Kelurahan Gebang Putih Kecamatan Sukolio Kota Surabaya. Jurnal
Promkes.; 1 (2) : 1-5
Bo Hu. Liu, X. Yin, S. Fan, H. Femg, F. Yuan, J. 2015. Effects of Psycological
stress of Hypertension on Middle-Age Chinese: A Cross- Sectional study.;
10 (6) : 1-6
Christyanti, D. Mustami’ah, D. Sulistiani, W. 2010. Hubungan Antara
Penyesuaian Diri Terhadap Tuntutan Akademik Dengan Kecendrungan
Stres Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah
Surabaya. INSAN.; 12 (03) : 1-7
Dahlan, S. M. 2010. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta,: Salemba
Medika.
32
Davy, K. P., dan Hall, J.E. 2004. Obesity And Hypertension: Two Epidemics Or
One. Am JPhysiol Regul Integr Comp Physiol. 286(5): R803-13.
Dinas Kesehatan Provinsi Riau. 2016. Profil Kesehatan Provinsi Riau. Pekanbaru:
Indonesia.
Dumitru, V.M. Cozman, D. 2012. The relationship between stress and personality
factors. International Journal of the Bioflux Society.; 4 : 1-6
Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Ghaderi, N. Ghasemi, A. 2012. The Association Between Personal Characters
(Extroversion, Introversion) And Emotional Intelligence With Choose Type
Of Sport (Team And Individually). European Journal of Experimental
Biology.; 2 (6) : 1-7
International Stress Management Association (ISMA). 2013. Stress Quesrionaire.
Jadhav, S. B., Jatti, G. M., Jadhav, A. S., Rajderkar, S. S., Naik, J. D., dan
Nandimath, V. A. 2014. Stressing “Mental Stress” in Hypertension: A Rural
Background Study. Journal of Clinical and Diagnostic Research : JCDR.
8(6):JC04-JC07. doi:10.7860/JCDR/2014/8209.4506.
Kauffman, G.R. 2005. Epidemiology of Hypertension. In: E.J. Battegay, G.Y.H.
Lip, & G.L. Bakris (Eds.), Hypertension Principles And Practice (pp: 23-
44). Boca Raton: Taylor and Francis Group.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Sebagian Besar Penderita
Hipertensi Tidak Menyadarinya. Available From:
Http://Www.Depkes.Go.Id/Article/Print/17051800002/Sebagian-Besar-
Penderita-Hipertensi-Tidak-Menyadarinya.Html
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. INFODATIN Pusat Data dan
Informasi Kementerian Penyakit Tidak Menular Tahun 2016. Jakarta.
Khodabakhshi, M. Shaverdian, G. Karami, A. 2012. Predictor Occupational Stress
With Use Of Personality Type Such As Introversion, Extroversion, Sensing,
Intuitions, Feeling , Thinking, Perceiving And Judging Among Of The
Bank Staff In Iran. Journal of American Science.; 8 (2) : 1-7
Kumar, V. Cotran, R.S. Robbins, S.L. 2007. Buku Ajar Patologi. Edisi 7; Ali
Bahasa, Brahm U, Pendt; editor Bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto,
Nurwany Darmaniah, Nanda Wulandari. –ed.7-Jakarta: EGC.
Lawson, RW., Arthur, J., BarskyVictor, RG., Kaplan, NM. 2007. Systemic
Hypertension: Mechanisms and Diagnosis. Philadelphia: Saunders Elsevier.
Legiran. Azis, M.Z. Bellinawati, N. 2015. Faktor Risiko Stres dan Perbedaannya
pada Mahasiswa Berbagai Angkatan di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan.; 2 (2) : 1-
7
Madhumitha, M., Naraintran, S., dan Manohar, C. 2014. Influence of Stress and
Socio Demographic Factors on Hypertension among Urban Adults in North
33
Lampiran 1
34
Permohonan Menjadi Responden
Pekanbaru, 2018
[ ]
Peneliti
Lampiran 3
Pernyataan Persetujuan Sebagai Responden
untuk menjadi responden tanpa paksaan dan tanpa pengaruh pihak manapun
untuk turut berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian tersebut.
Pekanbaru, 2018
[ ]
Responden
Lampiran 4
Kuesioner Penelitian
Hubungan Tingkat Stres Dengan Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di
Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya Kota Pekanbaru Tahun 2018
No Pertanyaan Ya Tidak
37
10 Saya merasa penat atau capek bahkan ketika saya bangun dari tidur yang
cukup
11 Saya sering mengangguk atau meneruskan kalimat-kalimat orang lain
ketika mereka bicara terlalu pelan
12 Saya merasa terganggu atau marah jika mobil atau lalu lintas di depan
saya kelihatannya begitu lamban/ Saya menjadi sangat frustasi ketika
harus menunggu dalam sebuah antrian
13 Jika seseorang atau sesuatu benar-benar mengganggu saya, saya akan
menekan perasaan-perasaan saya
14 Ketika saya bermain olahraga atau game, saya benar-benar berusaha
untuk menang dengan siapapun saya bermain
15 Saya mengalami ketidakpastian mood, kesulitan membuat keputusan-
keputusan, konsentrasi dan memori buyar
16 Saya menemukan kesalahan dan mengkritik orang lain daripada memuji
mereka, meskipun mereka sebenarnya layak untuk itu
17 Saya kelihatannya sedang mendengarkan meskipun saya diasikkan
dengan pemikiran-pemikiran saya sendiri
18 Saya mengalami masalah terhadap otot dan pusing khususnya di leher,
38
Lampiran 5
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,640 25