Anda di halaman 1dari 17

LANDASAN FILSAFAT PENDIDIKAN

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Hermanto, Drs., MM. *)

ABSTRAK

Tujuan utama IPS adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap
masalah sosial, memiliki sikap mental positif, terampil mengatasi masalah yang terjadi baik
yang menimpa dirinya maupun masyarakatnya.
Secara aksiologis, paradigma filosofis harus meletakan pendidikan sebagai aktivitas
yang sarat akan nilai atau bermakna (repertoire of meanings) yang akan ditransformasi dan
di internalisasikan ke dalam peserta didik. Makna-makna tersebut meliputi
symbolic,emperic,esthetic, synnoetic, ethics dan synoptics.
Berdasarkan tinjauan filosofis, kajian PIPS dibangun secara sinergis, integratik, dan
sistemik sehingga mampu merefleksikan ”realitas dinamis” dari PIPS. secara teoritik
pengkajian integratif sangat penting mendasar untuk menghindari kemungkinan terjadinya
bias teori.

Kata kunci : Pendidikan IPS, Tinjauan filosofis, Tujuan pendidikan

PENDAHULUAN

P endidikan IPS merupakan bahan kajian


yang menarik. Pelaksanaannya pada
lembaga persekolahan mulai dari jenjang
dirumuskan atas dasar
fenomena sosial yang mewujudkan suatu
pendekatan interdisipliner.
realitas dan

sekolah dasar hingga menengah atas Secara filosofis teoritis


memerlukan pemikiran-pemikiran yang lebih IPS mengembangkan landasan falsafah
mendasar sehingga tujuannya tercapai. esensialisme, perenialisme, progresivisme
Munculnya berbagai masalah sosial yang dan rekonkstruksionisme. Esensialisme
belum dapat disikapi dengan seksama menekankan pada penguasaan keilmuan.
menandakan perlunya peningkatan Paham ini berpandangan bahwa pendidikan
efektifitas pendidikan IPS. adalah pendidikan disiplin keilmuan.
Tujuan utama IPS adalah untuk Tujuannya agar siswa menguasai disiplin
mengembangkan potensi siswa agar peka ilmu, menekankan pada academic exellence
terhadap masalah sosial, memiliki sikap and cultivation of intellect. Esensilisme lebih
mental positif, terampil mengatasi masalah menekankan pada pengembangan kognitif.
yang terjadi baik yang menimpa dirinya Paham perenialisme memandang
maupun masyarakatnya. Untuk itu IPS bahwa sasaran IPS yang harus dicapai

*) Hermanto, Drs., MM. Dosen Kopertis yang diperbantukan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
UNISMA BEKASI, Kandidat Doktor Pendidikan IPS – Sekolah Pasca Sarjana UPI.
adalah kepemilikan atas prinsisp-prinsip Muriel Crosby memandang bahwa
tentang kenyataan, kebenaran dan nilai yang IPS adalah studi yang memperthatikan
abadi serta tidak terikat oleh ruang dan bagaimana orang membangun
waktu. Paham ini bersifat ideologis yang kehidupannya yang lebih baik bagi dirinya,
menekankan siswa sebagai warga negara anggota keluarganya, bagaimana
yang memeiliki pengetahuan, keterampilan memecahkan masalah, bagaimana orang
dan sikap yang diinginkan oleh negara hidup bersama dan bagaimana mengubah
dan lebih menekankan pada transfer of dan diubah oleh lingkungannya. Bruce Joyce
culture menuju tercapainya integrasi bangsa. memandang bahwa tujuan IPS meliputi :
Paham progresivisme memandang pendidikan kemanusiaan, kewarganegaraan
sekolah memiliki tujuan meningkatkan dan intelektual. Jack R. Fraenkel membagi
kecerdasan siswa secara praktis sehingga tujuan IPS menjadi: pengetahuan,
efektif dalam memecahkan masalah- ketreampilan, sikap dan nilai.
masalah berdasarkan pengalamannya.
Paham ini menuntut pendidikan BATANG TUBUH PENDIDIKAN IPS
memperhatikan kebutuhan individual siswa Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) lahir saat
berdasarkan latar belakang sosial budaya pendidikan di Indonesia mulai dikelompokan
dan mendorong untuk berpartisipasi aktif pada ilmu pengetahuan alam meliputi kimia,
sebagai warga negara dewasa, terlibat fisika, biologi serta ilmu pengetahuan social
dalam pengambilan keputusan, dan memiliki meliputi ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi
kemampuan memecahkan masalah sehari- dan antropologi. Pada masa itu mulai dikenal
hari. kelompok IPA dan kelompok IPS.
Paham rekonstruksionisme Pada perkembangannya IPS
memandang sekolah harus diarahkan pada seringkali diartikan sebagai studi social
pencapaian tatanan kehidupan demokratis sebagaimana berkembang di Amerika
yang mengglobal. paham ini menghedaki Serikat dengan isi kajiannya disesuaikan
agar siswa dan seluruh warga sekolah terhadap kondisi Indonesia ( Sanusi:1998,
mampu mengembangkan pengetahuan, Sumantri:2001, Zainul:2008). National
teori, dan pandangan tertentu yang paling Council for Social Studies (NCCS:2003)
relevan dengan kepentingannya melalui mendefinisikan studi social :
pemberdayaan siswa yang mampu …the integrated study of the
menemukan sendiri berdasarkan fakta-fakta social sciences and humaities to
promote civic competence. Within
yang ada. the school program, social studies

2 REGION Volume I. No. 1. Maret 2009


provides coordinated, systematic menyajikan keilmuan IPS di sekolah
study drawing upon such
seyogyanya berorientasi pada pendekatan
disciplines at anthropology,
archeology, economics, geography, mono disipliner, interdisipliner dan trans
history, law, philosophy, political
disipliner.
science, psychology, religion and
sociology, as well as appropriate Dalam filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu
content from the humanities,
social, dan ilmu pendidikan, belum
mathematics, and natural science.
ditemukan sub disiplin ilmu yang diberi
Penyelenggaraan pendidikan IPS
nama Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
pada intinya ditujukan terhadap
yang dalam kepustakaan SSEC dan NCSS
pembentukan warga negara yang baik.
disebut sebagai “ Social Sciences Education”
Seluruh konten studi social disajikan dengan
dan Social Studies. Belum ditemukannya
pendekatan dan metode memebentuk
nama IPS karena bidang ini adalah sebuah
pengetahuan, keterampilan social dan
Program Pendidikan bukan sub disiplin Ilmu.
akhirnya akan membentuk sikap dan
Pendidikan IPS bersumber pada (a)
kepribadian yang baik.
disiplin ilmu-ilmu social, humaniora dan
IPS sebagai disiplin ilmu
kegiatan dasar manusia, (b) Ilmu
dikembangkan dalam kerangka batang
Pengetahuan alam untuk metode berpikir; (c)
tubuh keilmuan yang terdiri dari :
disiplin Ilmu Pendidikan dan Psikologi
1. Adanya para ahli IPS
2. Adanya pola piker, pembicaraan dan Pendidikan untuk teori belajar mengajar nya;
penulisan yang terdiri atas fakta, konsep, tujuan pendidikan Nasional yang melandasi
generalisasi dan teori
3. Adanya pendekatan, metode dalam butir a, b, c untuk sasaran yang ingin
proses mendapatkan pengetahuan, dicapainya.
pengorganisasiannya serta
penggunaannya. Kalau kita akan menelusuri
4. Ada kegiatan mengembangkan struktur Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dalam
konsep dan sintaktis
5. Ada dokumentasi hasil pemikiran dan filsafat Ilmu, maka Pendidikan IPS harus
penelitian mampu menjawab beberapa pertanyaan
6. Ada istilah dan definisi-definisi
operasional keilmuan yaitu :
7. Ada tujuan yang akan dicapai 1. Objek apa yang ditelaah oleh PIPS –
8. Ada dimensi keterkaitan antara dinamika Ontologi ?
keilmuan dengan realitas kehidupan 2. Bagaimana proses terjadinya
generalisasi teori dalam PIPS-
Kerangka batang tubuh tersebut menjadi Epistemologi?
kerangka kerja pengembangan keilmuan. 3. Untuk apa Pendidikan IPS akan
digunakan -Aksiologi?
Pengembangan keilmuan dalam membahas
masalah-masalah social, terutama

3 REGION Volume I. No. 1. Maret 2009


Objek yang ditelaah oleh PIPS diskusi, penelitian dan kegiatan ilmiah
sangat luas karena menyangkut empat unsur hendaknya untk melahirkan generalisasi
yang terpadu yang membentuk PIPS. Empat teori mengenai Pendidikan IPS. Serangkaian
unsur tersebut akan besimbiosis dan generalisasi dan teori PIPS akan digunakan
berintegrasi sehingga melahirkan arti untuk menyiapkan calon guru, pendidik dala
pendidikan IPS. Pendidikan IPS ada dalam bidang IPS pada tingkat pendidikan dasar
tanggung jawab FPIPS, maka seluruh dan menengah.

Kerangka pengembangan keilmuan IPS dapat dilihat dalam diagram berikut :

Kebutuhan Dasar
Manusia

Kegiatan Dasar
Manusia

Produksi Pemelihara Komunikasi Estetika Pemerintahan


Pendidikan
/Konsumsi an/Perlindu dan Organisasi / Rekreasi
ngan Transport

Ilmu-Ilmu Sosial

Antropologi- Ekonomi-Geografi-Sejarah-Ilmu Politik-PPKn-Psikologi Sosial-Sosiologi

Fakta Konsep Generalisasi

Ilmu Pengetahuan
Sosial

ALIRAN – ALIRAN FILSAFAT DALAM IPS dari masalah praktis yang dihadapi
Ada perbedaan analisis filsafat Ilmu dengan oleh masyarakat pada umumnya. Sedang
Pendidikan IPS . Filsafat Ilmu dalam Pendidikan IPS lebih banyak berkenaan
mencarikebenaran selalu melepaskan diri dengan masalah kegiatan dasar manusia

4 REGION Volume I. No. 1. Maret 2009


yang terjadi dalam tiga lingkaran pendidikan B. Rasionalisme
yakni : keluarga, sekolah dan masyarakat Rasionalisme merupakan lawan dari
yang akan memuat sistem nilai yang Positivisme. Menurut Positivisme semua ilmu
diharapkan, dalam tujuan PIPS. berasal dari emperi sensual. Sedang
Untuk kepentingan pengembangan menurut Rasionalisme semua ilmu berasal
PIPS secara akademik perlu ditunjukan dari pemahaman inteletual yang dibangun
kaitan IPS dengan berbagai faham filsafat atas argumentasi logik. Ilmu yang dibangun
ilmu: Emperisme, positivisme,rasionalisme berdasar rasionalisme menekankan pada
dan idealisme. Sedang dalam filsafat pemaknaan empiri, pemahaman intelektual,
Pendidikan di antaranya adalah dan kemampuan berargumentasi secara
Perrenialisme, Esensialisme, Progresivisme, logik dengan dukungan data emperik yang
dan Rekonstruksionisme ( Brameld , 1987). relevan agar produk ilmu yang melandaskan
diri pada rasionalisme ini benar-benar ilmu
A. Positivisme
bukan fiksi.
Pemikiran August Comte dilatar
Kritik Rasionalisme terhadap
belakangi oleh semaraknya berfikir emperi
Positivisme:
dan era gelapnya abad Tengah yang
1. Positivime lebih mementingkan emperi
Teologik. Comte membagi tahap berfikir
sensual dan mengabaikan pencarian
manusia menjadi tiga tahap yakni :
makna di balik sensual. Menurut
teologik,metaphisik dan positivistik. Sebagai
Rasionalisme Tidak perlu mempertajam
ahli matematika Comte mendudukan
antara analisis dan sintesis karena
matematika sebagai alat berfikir logik untuk
proses analisis dan sintesis dan proses
menjelaskan fenomena dengan metode
deduksi maupun induksi berlangsung
obsevasi, eksperimentasi dan komparasi.
terus menerus dan tejadi secara refletif
August Comte membedakan fenomena
selama di lapangan. Emperi maupun
social menjadi: (1) social Statics yang
kemampuan sama –sama pentingnya.
membahas tentang fungsi jenjang peradaban
2. Terlalu menganggungkan fakta
, dan (2) Social Dinamis yang menelaah
Fragmetik, Fakta tidak dapat dipahami
perubahan jenjang tersebut. Positivisme
oleh manusia kecuali diberikan
Comte memberi corak dalam paradigma
pemaknaan berdasar teori tertentu. Fakta
kualitatif berupa kajian teori antropologi dan
penting dalam mejamin ilmu kalau
sosiologi-historik.
memiliki relevansi dengan emperi. Tanpa
itu ilmu sosial akan menjadi fiksi .

5 REGION Volume I. No. 1. Maret 2009


3. Bagi positivisme semua argumentasi dan Pragmatisme memadukan antara
pemaknaan tanpa bukti emperi sensual teori dan praktik seperti pernyataan Peierre
merupakan justifikasi. Sedang menurut ”tidak ada beda makna dari sesuatu yang
rasionalisme bukan semua argumentasi lebih daripada kemungkinan perbedaan
dan pemaknaan itu justifikasi, karena praktik” Kebenaran perlu diperdebatkan
berargumentasi dan pembrian apabila dipisahkan dari paktik. Pierre
pemaknaan selalu didahului dan diikuti mengkritik Cartesian yang selalu berakat
uji emperi secara terus-menerus dan dari” saya ragu” dalam penelitian. Orang
merupakan upaya berfikir rasionalistik. mengadakan penelitian adalah dalam rangka
4. Positivisme hanya mengakui Realitas mencai keyakinan, dan keyakinan tentang
emperi sensual saja. Rasionalisme kebenaran hanya diperoleh dengan cara
mengenal tiga realitas yakni : emperi mencari dalam parktik.
sensual, emperi logik atau teoritik dan Willian James mengembangkan lebih
emperi etik. Rasionalisme juga mengakui lanjut telaah Pierre . ”Yang praktis” adalah
bahwa penghayatan manusia juga yang konkrit, individual dan yang khusus,
meliputi : nilai baik-buruk . emperi yang dan yang efektif melawan yang abstrak dan
layak- pantas, dan bermoral atau tidak. yang umum. Jammes seorang nominalist
Persamaan postivisme dengan menolak ”generality of meaning”. Arti
rasionalime dari segi ontologi adalah pragmatis adalah membentuk idee guna
keduannya menganut faham monisme memenuhi kebutuhan dan minatnya bukan
mengenai realitas yakni realitas ini mengkopi realitas. Kebenaran idee dapat
tunggal. diuji lewat verifikasi dan eksperimental.
Selama idee yang teruji memenuhi
C. Pragmatisme
kebutuhan maka membuktikan bahwa
Ada dua ide utama dari pragmatisme
kebenaran ilmiah itu memenuhi kebutuhan
yakni : (1) manusia adalah makluk yang aktif
praktis.
dan kreatif. (2) Manusia memadukan
Dewey mengembangkan teori
kebenaran dan value dalam action. Paduan
kebenaran dengan menggunakan metode
antara kebenaran dan value dalam action
pragmatik. Untuk menguji kandungan kritis
akan menampilkan kebenaran yang praktis (
dari Idee maka kita harus bekerja dalam
peieree, 1905), yang fungsional (william
konteks kegunaan melalui berfikir reflektif
Jmes, 1909), yang berguna praktis (John
maupun lewat pemecahan masalah.
Dewey,1916).
Merumuskan korespodensi antara ide

6 REGION Volume I. No. 1. Maret 2009


dengan fakta mudah tetapi membuat kesadaran dan tidak hanya oleh metoda
korespodensi dengan makna praktis yang objektif semata. Terdapat harmoni yang
menjadi masalah. dalam antara manusia dan alam. Alam
Pada Cartesian : ” saya tahu ” adalah sistim yang logis dan spiritual, hal ini
merupakan titik beragkat penelitian. Pada tercermin dalam usaha manusia untuk
Pierre dan Dewey mengkui adanya ”situasi mencari penghidupan yang lebih baik. Jiwa
yang meragukan ” Fakta bagi Dewey merupakan bagian yang sebenarnya dari
menjadi acuan untuk membuat penelitian. dari proses alam. Proses ini dalam bagian
Fakta yang disusun strukturnya lewat reflektif yang tinggi menunjukan dirinya sebagai
atau eksperimentasi akan menjadi aktivitas, akal, jiwa atau perorangan.
kebenaran apabila telah teruji dengan Prinsip idealisme yang pokok adalah
pembuktian adanya korespodensi antara kesatuan organik. Kaum idealisme condong
fakta dengan idee dan telah diuji engan untuk menekankan teori koherensi atau
praktek. konsistensi dalam memperoleh kebenaran.
Suatu putusan (judgment) akan benar jika ia
D. Idealisme
sesuai dengan putusan-putusan lain yang
Kata Idealisme dalam filsafat memiliki
sudah diterima sebagai ”benar” .(Titus ,
arti yang berbeda dengan bahasa sehari-
Smith, Nolan.1984, hal 316)
hari. Menurut Idealisme realitas terdiri dari
Idealisme dikelompokan menjadi tiga
ide-ide, fikiran-fikiran ,akal (mind), atau jiwa
yakni : idealisme subyektif, idealisme
(selves) dan bukan benda material maupun
obyektif dan personalisme. (Titus, Smith
kekuatan. Idealisme menekankan mind lebih
Nolan, 1984:315-327)
dahulu daripada materi. Akal adalah yang riil
a. Idealisme subyektif-immaterialisme yang
sedang materi adalah produk sampingan.
kadang-kadang disebut mentalisme atau
Dengan demikan maka idealisme
fenomenalisme. Menurut idealisme:
menganggap bahwa dunia pada dasarnya
akal, jiwa dan persepsinya merupakan
hanya sebuah mesin besar dan harus
segala yang ada. Benda-benda seperti
ditafsirkan sebagai materi atau kekuatan
pohon dan bangunan itu ada tetapi
saja.
hanya ada dalam akal yang
Idealisme adalah pandangan dunia
mempersepsikannya. Yang menjadi
atau metafisik yang mengatakan bahwa
permasalahan bukan benda-benda itu
realitas dasar terdiri atas ide, fikiran dan jiwa.
tapi bagaimana mempersepsikannya.
Dunia dipahami dan ditafsirkan oleh
Tokoh dari aliran ini adalah George
penyelidikan hukum-hukum fikiran dan

7 REGION Volume I. No. 1. Maret 2009


Berkeley dengan filsafatnya : personalitas yang sadar, oleh karena itu
Immaterialisme. Ia mengatakan bahwa realitas bersifat pluralistik. Kelompok ini
ide itu ada dan dipersepsikan oleh akal. menekankan realitas dan harga diri, nilai
”ada berarti dipersepsikan,” Akal adalah moral an kemerdekaa manusia. Bagi
yang melakukan persepsi. Tak mungkin kelpompok personalis, manusia
ada benda atau persepsi tanpa mengatasi alam jika ia mengadakan
seseorang mengetahui benda atau interpretasi terhadap alam ini. Sains
persepsi tersebut jadi benda mengatasi matrialnya dengan teori-
dipersepsikan oleh akal. teorinya, alam nilai menjangkau lebih
b. Idealisme Obyektif dengan tokohnya jauh lebih jauh daripada alam semesta
adalah Plato. Pendapatnya bahwa di sebagai penjelasan terakhir. Sebagai
belakang alam perubahan, emperis, aliran idealisme, personal menunjukkan
fenomena yang kita lihat dan kita rsakan perhatian yang besar pada etika dan
terdapat alam ideal yaitu alam sensi, lebih sedikit pada logika di banding
form, atau ide. Dunia di bagi menjadi dua dengan aliran idealisme mutlak. Oleh
yakni : pertama, dunia persepsi, dunia karena personalitas mempunyai nilai
penglihatan, suara dan benda-benda yang lebih tinggi daripada yang
individual. Dunia seperti ini bukan dunia lainnya,maka masyarakat harus diatur
sesungguhnya hanya merupakan dunia sedemikian rupa sehingga tiap orang
penampakan saja. Kedua, yakni alam dapat memperoleh kehidupan dan
konsep, idee, universal, atau esensi dan kesempatan yang sebesar-sebesarnya.
abadi. Kita mengenal benda-benda ideal Idealisme (plato) condong untuk
karena kita mengetahui konsep-konsep menghormati kebudayaan dan tradisi.
daricontoh-contoh dunia abadi. Ide adalal Mereka menganggap nilai-nilai kehidupan
transenden dan asli sedang persepsi dan mempunyai dasar dalam bidang yang lebih
benda-benda individual adalah copy atau tinggi daripada sekedar kelompok individual
bayangan dari ide tersebut. atau sosial. Kelompok idealisme modern (
c. Personalisme atau idealisme Personal Descartes, Leibsnitz) dan kelompok
menganggap realitas dasar bukan personalia kontemporer lebih mnenekankan
pemikiran yang abstrak atau pemikiran pada person atau kesadaran pribadi artinya
yang khusus tetapi merupakan manusia dianggap sebagai pelaku nilai yang
seseorang, suatu jiwa atau seorang dapat mengungkapkan nilai-nilai.
pemikir. Realitas termasuk dalam

8 REGION Volume I. No. 1. Maret 2009


Idealisme menerima penjelasan lah yang berjasa besar menunjukkan bahwa
ilmiah yang modern tentang alam, dan Geisteswissenscahften memiliki integrasi
memberi tempat kepada agama. Nilainilai dan otonomi sendiri; artinya bahwa metode
moral an agama terdapat dalam alam, maka dan pengetahuan yang dicapainya tidak
idealisme sesuai dengan banyakinstitusi dan diredusikan dari Naturwissenschaften.
aspirasi manusia. Pengikut aliran ini Geisteswissenscahften memiliki seni
memberi dukungan moral pada institusi pemahaman dan interprestasi yang
spritual manusia.Daya tarik idealisme dikemudian disebut hermeneutika. Jadi
didasarkan atas aspirasi moral manusia dan hermeneutika bukan lagi hanya pandangan
tidak hanya atas logika atau epistemologi. sebuah disiplin pilologi tetapi hermeneutika
Kekuatan idealisme terletak pada memberikan model pemahaman tentang
tekanannya terhadap person (pribadi) dan kehidupan manusia (leben).
segi mental spritual dari kehidupan. Sebagai Terlepas dari suara skeptis dan kritik
falsafi, membenarkan bahwa pribadi itun usaha Dilthey mendapat sambutan luar biasa
mempunyai arti dan harga diri. Manusia dari para ilmuan social. Clark Hull (1943)
memiliki nilai yang lebih tinggi daripadai menyatakan bahwa ilmu-ilmu social yang
lembaga- lembaga dan benda –benda. behavioristik perlu ditata kembali. Charles
Taylor dalam salah satu artikelnya:
E. Hermeneutika
”Interpretation and the science of man”
Makna hermeneutika bagi ilmu-ilmu social
(1979:25) menyatakan, bahwa ilmu-ilmu
dan ilmu-ilmu kemanusiaan menjadi menarik
social yang naturalistic dan posisitivistik
manakala pada abad XIX muncul masalah
harus dikoreksi. Ia beranggapan bahwa
baru tentang karakteristik dan tata hubungan
pemahaman dan interprestasi dan aktivitas
antara Naturwissenschaften (ilmu-ilmu
manusia memerlukan intersubjektivitas,
kealaman) dan Geisteswissenscahften (ilmu-
makna-makna umum, dan ini membutuhkan
ilmu kehidupan). Dari perdebatan antara
hermeneutika.
kedua bidang ilmu ini kemudian muncul
Hermeneutika berasal dari bahasa
suatu kesadaran histories baru bahwa terjadi
Yunani: hermeneuein, diterjemahkan
kesalahan yang sangat fundamental yang
”menafsirkan” kata bendanya hermeneia
disebabkan oleh “imperalisme intelektual”,
artinya ”tafsiran”. Aristoteles dalam organon
yakni ilmu-ilmu kealaman (natural sciences)
menggunakan kata: Peri hermeneies, On
dianggap sebagai satu-satunya model
Interpretation. (Palmer, 1980: 12). Istilah
eksplanasi dan metodelogi bagi seluruh
Yunani ini mengingatkan kita pada tokoh
legitimasi ilmiah dan klaim kognitif. Dilthey-

9 REGION Volume I. No. 1. Maret 2009


mitologis yang bernama Hermes, yaitu alkitab. Artinya hermeneutika menunjuk pada
seorang utusan yang mempunyai tugas prinsip-prinsip dasar dalam menafsirkan
menyampaikan pesan Yupiter kepada alkitab. Pengertian ini pertama kali
manusia. Tugas hermes adalah diperkenalkan oleh JC Danhauer dalam
menterjemahkan pesan-pesan dari dewa dari bukunya: Hermeneutica sacra sive methodus
gunung Olympus ke dalam bahasa yang exponedandarum sacracum litterarum.
dimengerti manusia. Oleh karena itu fungsi Kedua, hermeneutika sebagai metodologi
Hermes adalah penting sebab bila terjadi filologi.Disini hermeneutika dianggap sebagai
kesalah pahaman tentang pesan dewa-dewa the methods of biblical hermeneutics yang
akibatnya akan fatal bagi seluruh umat pada dasarnya sinonim dengan teori tentang
manusia. Hermes harus mampu interpretasi, misalnya dipakai dalam
menginterprestasikan atau menyampaikan menafsirkan teks-teks klasik dengan tokoh-
sebuah pesan ke dalam bahasa yang tokoh utamanya misalnya Friedrich August
dipergunakan oleh pendengarnya (Maryono, dan Friederich Ast. Ketiga, hermeneuitika
1993:23). sebagai ilmu tentang pemahaman linguistik
Dalam tradisi Yunani kuno kata (linguistic understanding). Dalam hal ini
Hermeneuein dan hermenia dipakai dalam Schliermacher membedakan hermeneuitika
tiga makna,yaitu 1) ”mengatakan”, to say, sebagai ilmu dan sebagai seni pemahaman.
(2) ”menjelaskan” , to explain dan (3) Disini hermeneutika memberikan semacam
”menterjemahkan” to translate. Tiga makna prinsip-prinsip dasar bagi semua interpretasi
inilah yang dalam kata inggris diekspresikan teks.Inilah awal yang menandai
dalam kata: to interpret. Interprestasi dengan hermeneuitika sebagai suatu studi
demikian menunjukkan pada tiga hal pokok: pemahaman dalam arti yang umum.
pengucapan lisan (an oral ricitation), Keempat, hermeneuitika sebagai dasar
penjelasan yang masuk akal (a reasonable metodologi bagi Geisteswissenschaften.
explation), dan menterjemahkan dari bahasa William Dilthey adalah filsuf yang
lain (a reasonable explation) dan terjemahan memperkenalkan hermeneuitika sebagai
dari bahasa lain ( a translation from another disiplin yang memfokuskan pada
language) (Palmer, 1969:13-14). pemahaman mengenai seni, aktivitas-
Dalam perkembangannya, kata aktivitas dan karya-karya manusia. Kelima,
hermeneutika sekurang-kurangnya heremeneuitika sebagai fenomenologi
memperoleh tujuh makna. Pertama, tentang Dasein dan pemahaman
hermeneuitika berarti teori mengenai tafsir eksistensial. Pengertian ini diperkenalkan

10 REGION Volume I. No. 1. Maret 2009


oleh Martin Heidegger menyatakan bahwa ”recovering a consciounsness” terhadap
analsis Being and Time adalah sebuah suatu historiskalitas (Geschich-tlichkeit).
hermeneutika tentang Dasein. Keenam, Ilmu-ilmu alam secara fundamental
hermeneuika sebagai sistem interpretasi dan struktural diarahkan pada produksi
fenomenologi sebagaimana dimaksud Paul pengetahuan teknis. Ilmu pengetahuan
Ricoeur dalam karyanya: De i‟interpretation hermueneutis mencoba menangkap
(1965). Disini hermeneuitika dipakai sebagai interpreatsi terhadap kenyataan dengan
metode bagi ilmu-ilmu sosial (Lihat Farmer, tujuan menciptakan pemahaman
1969;hal 33-45). intersubyektif-timbal balik. Peranan ilmu
Asumsi dasar teori hermeneutika historis-hermeuneutis mencegah ilmu-ilmu
adalah bahwa kita sebagai pembaca teks emperis-analitis dari bahaya determenisme
tidak memiliki akses langsung kepada atau naturalisme yang berlebihan. Selain itu
penulis atau pengarang teks karena juga mencegah ilmu-ilmu sosial kritis dari
perbedaan ruang,waktu,dan tradisi. bahaya rasionalisme yang tanpa arah
Pengarang mengespresikan diri dalam (Ignas`kleden,1987:36)
bahasa teks,dengan demikian ada makna Menurut Gadamer dalam bukunya :
subjektif. Masalahnya bagaimana membawa Truth and Method (1990) hermeunitika
keluar makna subjektif sebagai ekspresi dianggap sebagai disiplin atau suatu
objektif kepada orang lain. Boleh dikatakan “universal Hermeneutics” tetapi banyak yang
bahwa hermeneutika adalah menyangkal. Hirch dalam buku Validity in
mengungkapkan horizon masa lalu kepada interpretetion (1967: 180) berpendapat
dunia masa kini. Pemikir yang bahwa hasil-hasil yang dicapai hermeunitika
mengembangkan teori hermeneutika adalah tidak lebih dari “ Probality judgments”: and
Wilhelm Dilthey dan Emilio Betti. interpretation hypotesis is ultimately a
Meneruskan pandangan ”idealisme kritis” probality judgment that by evidance‟. Untuk
Kant-namun demikian Dilthey tidak termasuk itulah maka Gadamer (dalam
dalam Neo-Kantian-yang menulis Critique of Madison,1988:29-30) memberikan kaidah
Pure Reason, Dilthey meneruskannya dasar dalam interpretasi : pertama,
menjadi Critique of historical Reason sebagai interpretasi harus koheren, artinya
dasar epistemologi bagi ilmu-ilmu interpretasi harus koheren dengan diri
kemanusiaan (human scienes). Problem sendiri, interpretasi harus menghadirkan
pemahaman manusia bagi Dilthey adalah gambaran yang terpadu dan tidak ada
kotradiksi di dalamnya. Intepretasi harus

11 REGION Volume I. No. 1. Maret 2009


komprehensif artinya harus memandang psikomotorik subyek ( Dewey, 1964; Piaget
pikiran pengarang secara komprehensif. & Inhenlder, 1971,Thomas 1979, Kuhn,
Ketiga, Intepretasi harus teliti. Keempat 2001). Perbedaan di antara ketiganya
intepretasi harus kontekstual baik dalam terletak pada factor-faktor yang
konteks sejarah maupun kebudayaan. mempengaruhi subyek dalam mengkontruksi
Keenam intepretasi harus sugestif realitas. Apakah factor internal atau
merangsang intepretor melakukan penelitain mekanisme- meanisme psikologis”
dan intepretasi lebih lanjut. Keenam, (personal); atau factor eksternal atau
intepretasi harus potensial artinya validitas mekanisme- mekanisme social”(soisologis);
interpretasi terkait dengan masa depan atau factor “ mekanisme-mekanisme
(Madison, 1988: 30) interpsikologis dan hubungan dialektis antara
individu dengan masyarakat.
F. Kontruktivisme
Secara konseptual, teori dan filsafat
Konstruktivisme pertama kali dikemukakan
kontruktisme memiliki tiga aliran pemikiran
oleh Giambatistia Vico, seorang
utama: pertama, realitas merupakan
epistemology Italia tahun 1710 dalam
konstruksi pemikiran dan imajinasi subyek
karyanya „ De Antiquissima Italorum
atas realitas obyek yang di amati dan
Saplentia”, Kemudian dipopulerkan oleh
dialami. Dalam filsafat ilmu disebut sebagai
Marrk Balwin serta diperdalam dan diperluas
konstrukstusme-kognitif atau konstruktivisme
oelh Jean Piaget (Suparno,1997:24).
personal, yang akar-akar teoritikny dari
Kontrukstisme digunakan dalm konteks
pemikiran Plato, Bacon,Herbert, dan Piaget.
pembentukan pengetahuan, nilai, sikap oleh
Sedang alam teori pendidikan ada dalam teoi
subyek, terutama dilihat dari dimensi”aktif
Bruner,Ausubel,Gagne,Novak, Hanesian dan
atau proses” yakni bagaimana pengetahuan,
Pusner.
nilai, dan sikap dibangun atau dikontruksi
Kedua,Realitas sebagai hasil dari proses
oleh subyek.
interalsi antar personal, antar snbyek dan
Inti dari pandangan kontruktifisme
dari hubungan –hubngan dialetis individu
adalah bahwa realist tidak ada dengan
dengan konteks lingkungan kehidupan
sendirinya melainkan sebagai hasil bentukan
sosial tertentu. (pembentukan realitas
atau kontruksi dari subyek (personal, inter-
berdasar interksi- dialogis dengan pribdai-
personal, dan komunal) , dan bawa
prbadi lain mealalui psyhological tools yaitu
kebenaran pengetahuan, niali dan sikap
artifak-artifak simbolik-tanda, symbol, teks,
senantiasa berubah melalui proses
rumus,, alat-alat grafis (Kozulin, 1998).
rekontruksi skema kognitif , afektif dan

12 REGION Volume I. No. 1. Maret 2009


Pemikiran ini disebut sebagai kontrukstisme Ilmu-ilmu sosial beriskan asumsi niali-nilai
interpersonal atau konstruktivisme dan kesadaran multidimensional serta saling
sosiokultural, yang akal pemikirannya dapat berjalinan membentuk teori tentang PIPS. Di
dilacak pada pemikiran Marxian. Indoesia gagasan IPSterpadu juga
Ketiga,realitas sebagai hasil kontruksi dikemukakan oleh Somantri (2001)
atau bentukan masyarakat dan budaya di didasarkan pandangan bahwa konstruk si
mana pribadi-pribadi berada. Realitas tidak teoritis dapat memanfaatkan teori-teoribyang
lain sebagai hasil bentukan atau kontruksi ada dari berbagai bidang ilmu keilmuanlain
sosial dan kultural (rality as a social and yang dipandang layak dan bermanfaat bagi
culturak constructionatau imajinasi sosial ( tujuan yang diharapkan.
reality as a socisl imajination). Individu dapat Kedua, secara teoritik pengkajian
membangun realitas karena stimulasi dari integratif sangat penting mendasar untuk
lingkungan melalui makna-makna yang menghindari kemungkinan terjadinya bias
diperoleh di dalam aktivitas masyarakat teori. Pendekaan integratif semakin
melaui ”interaksi simbolik” yang diciptakan diperkokoh dengan adanya kesepakatan
oleh masyaakat. Dalam teori filsafat pakar PIPS yang terhimpun dalam
pemikiran in disebut sebagai konstruktivisme organisasi NCSS padatahun 1993, bahwa
sosiologis yang akar-akar teoritiknya dan Social Studies is powerful when it is
filosofisnya ad dalam pemikiran Weber, integrative” (Brophy& Alleman , 1996:213).
Marx, Mead, Kuhn, Luckman dan Berger. Menurut NCSS: PIPS sebagai kajian terpadu
Dalam rangka pemikiran kurikulum terdiri dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora
PIPS ketiga aliran tersebut dapat digunakan untuk mengebagkan kompetesi
secara terintegratif.. Capra dan Ritzer kewarganegaraan. PIPS merupakan bentuk
menyebut sebagai pendekatan holistik atau kajian terorganisasi dan sistemik yang
pendekatan Terpadu (integrted Approach). berasal dri disiplin ilmu-disiplin ilmu
Hal ini berdasar pada asumsi epistemologis : Antropologi,, arkeologi, ekonomi, geografi,
Pertama, secara filosofis kajian PIPS sejarah, hukum, filsafat, poliik, psikologi,
dibangun secaravsinergis, integratik, dan agama, dan sosiologi, mapunmateri-materi
sistemik sehingga mampu merefleksikan yang berkaitan dengan humaniora,
”realitas dinamis” dari PIPS . Dalam matematika, dan ilmu alam.
historitas ilmu-ilmu sosial nampak bahwa
pengembangan pemikiran an kajian PIPS
saling berkaitan dan terintegrai. Konstruksi

13 REGION Volume I. No. 1. Maret 2009


FILSAFAT PENDIDIKAN IPS DI kebaikan berbagai aliran filsafat pendidikan.
INDONESIA
Kedua, terbuka kemungkinan untuk
Ilmu sosial di Indonesia sangat kuat
menempatkan kebudayaan Nasional yang
dipengaruhi oleh pendekatan nilai yang
dilandasi keimanan. Ketiga, bisa dijadikan
bertolak dari orientasi nilai atau sosial
ide sentral (central idea) bagi pembangunan
budaya dan sedikit sekali menggunakan
pendidikan.Keempat, bisa dijadikan sebagai
pendekatan struktural, yang melihat tingkah
philosophy of value, dan kelima, bisa
laku manusia dalam struktur sosial tertentu.
dijadikan sebagai philosophy of crisis.
Aliran positivistik memandang ilmu
Dengan pendekatan Recontructionist
harus menggunakan pendekatan metode
kita dapat meminjam beberapa filsafat
positivistik yakni menggunakan metode ilmu
pendidikan untuk direkonstruksikan amtara
alam, logika metode ilmu alam, di luar itu
lain : 1) prinsip pendidikan harus mempunyai
maka akan dianggap bukan ilmu. Bila ilmu
tujuan (Perenealism); 2) prinsip
sosial ingin dianggap sebagai science maka
kesinambungan pengalaman kebudayaan
harus mengadopsi metode ilmu alam. Hal ini
(Essentialism) ; 3) prinsip bahwa proses
agak kurang pas, karena sifat ilmu alam
perubahan budaya dimungkinkan oleh
adalah given (ada dengan sendirinya) yang
tindakan ” intelligence reflective thinking” dan
merupakan datum. Ilmu sosial bersifat
harus merupkn bagian integral dari proses
factum yakni kebenaran ilmu sosial
pendidkan dan proses perubahan sosial
ditentukan oleh sesuai tidaknya pengetahuan
(Progresivism). Sedang dari Recontructionist
tersebut terhadap apa yang dilakukan
sendiri kita bisa mengadopsi dan
sekelompok orang terhadap realitas
memodifikasi konsep-konsep yang berkaitan
sosialnya.
dengan sifat mengakui keunggulan bangsa
Menurut Soemantri bahwa dalam
lain, kemudian di tata kembali sesuai dengan
mengembangkan filsafat pendidikan di
kepentingan dan cita-cita bangsa Indonesia.
Indonesia yang berada dalam kondisi
Dengan demikian kita bisa
kemajemukan, maka filsafat pendidikan yang
mengadopsi paradigma berpikir barat
perlu dikembangkan di Indonesia adalah ke
(scientific methods) dan mengintepretasi
arah membangun pendekatan dan pola pikir
hasil pemikiran tersebut dengan nilai agama
reconstructionist atau A Restructured
dan budaya bangsa sebagai paradigma
philosophy of education. Pemilihan
dasar bagi pengembangan fisafat
pendekatan reconstructionist tersebut
pendidikan Indonesia.
brdasarkan alasan : pertama,
memungkinkan kita untuk mengambil

14 REGION Volume I. No. 1. Maret 2009


Berdasar filosofis sebagaimana synnoetic, ethics dan synoptics. Symbolic
ditawarkan diatas maka secara ontologi meliputi pendidikan bahasa, matematika.
pendidikan harus secara konsisten Emperic meliputi lingkungan fisik (kimia,
memandang manusia sebagai makluk fisikan biolgi,) dan lingkungan sosial,
rasional dan sadar nilai. Dalam tataran lingkungan psikologi dan budaya. Esthetic
praktis pendidikan perlu mengembangkan meliputi musik , satra, seni gerak Synnoetic
kemamuan peserta didik untuk melakukan meliputi drama, pembahasan tentang film
penalaran secara rasional,kritis dan analitis. dan berbagai jenis cerita. Ethics yakni
Untuk itu perlu dijarkan logika, filsafat,ilmu- pendidikan kesadarn untuk menghormati dan
ilmu alam,ilmu-ilmu sosial dan Humaniora mematuhi secara sukrela norma dan nilai –
dan lmu pengetahaun lainnya agar ia mampu nilai yang ada.Synoptics yakni pendidikan
berperan dan merespons persoaln yang berkaitan dengan sejarah,filsafat dan
kehidupan masa depanya. agama yang dimaksudkan sebagai bekal
Dalam konteks epistemologi para mengintegrasikan seluruh pengetahuan yang
pendidik dan peneliti perlu memahami dimiliki.
konsep dasar intraceptive/ pereneal Dengan perbendaharaan makna
knowledge (ilmu yang dikembangkan tersebut maka pendidikan akan mampu
bersumber dari ajaran agama) dan mengembangkan intelektualitas manusia
extraceptive/ acquired knowledge ( ilmu sekaligus mengontol perilakunya agarv
pengetahuan yang diperoleh dan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan
dikembangkan manusia dengan keagamaan. Hal ini merupakn wujud nyata
pemanfaatan indera dan intelektualitasnya) dari integrasi adagium intelectus quarens
dan menempatkannya pada posisi saling fides (rasio dan intelektualitas lebih
berhubungan dan saling melengkapi karena dikedepankan dari pada agama, moral atau
keduanya merupakan tanda-tanda keimanan) dan fides quarens intelectus
kekuasaan Tuhan. (agama, moral dan keyakinan lebih
Secara aksiologis, paradigma filosofis diutamakan daripada rasio dan
harus meletakan pendidikan sebagai intelektualitas) dalam filsafat pendidikan.
aktivitas yang sarat akan nilai atau bermakna
(repertoire of meanings) yang akan DAFTAR PUSTAKA
ditransformasi an di internalisasikan ke Achmad Sanusi, (1998), Pendidikan
dalam peserta didik. Makna-makna tersebut Alternatif, Bandung: PT. Grafindo
Media Pratama.
meliputi symbolic,emperic,esthetic,

15 REGION Volume I. No. 1. Maret 2009


Al Rasyidin,(2005),Rekonstruksi Filsafat dan Musda I HISPISI Jawa Barat,
Pendidikan” sebagai Pengantar untuk UPI Bandung.
Wacana Filsafat Pendidikan Taylor, (19790, Interpretation and The
Indonesia, Jurnal Analytica Islamica, Science of Man, California :
Vol 7, No1, Tahun 2005. University of California Press.
Awan Mutakin, (2008), Hakekat Manusia Titus, Smith Nolan, (1984), Living Issues in
Dalam Dinamika Sosial Budaya, Philosophy ( terj) Rasyidi: Persoalan-
Bandung. persoalan Filsafat,Jakarta: Grafindo.
Capra, F,(1997), Titik Balik Peradaban,
Yogyakarta: Yayasan Bentang Http://re-searchengines.com/mangkoes6-04-
Budaya. 4.html tanggal 20 September 2008.
Hirch, (1967), Validity in Interpretation, New Http://loekisno.wordpress.com/2008/02/10/be
Haven : Yale University Press. rkenalan-dengan-hermeuneutik/
Ignas Kleden, (1987), Sikap Ilmiah dan Kritik Http://tumoutou.net/3_sem1_012/nunu_h.ht
Kebudayaan, Jakarta : LP3ES. m
Madison, G.B., (1988), The Hermeneutics of
Postmodernity, Bloomington and
Indianapolis : Indiana University
Press.
Muhammad Numan Soemantri,(2001),
Menggagas Pembaharuan
Pendidikan IPS, Bandung:
Rosdakarya.
Noeng Muhadjir,( 2006), Filsafat Ilmu
Kualitatif & Kuantitatif untuk
Pengembangan Ilmu dan Penelitian,
Yogyakarta: Rake sarasin.
Palmer, (1969), Hermeneutics, Evanston
USA : Northwestern University Press.
R. Fraenkel, Jack, (1980), Helping Students
Think Value Strategies for Teaching
Social Studies, New Jersey :
Prentice-Hall.
Rochyati Wiriyaatmadja, (2002),
Pembelajaran IPS Pada Tingkat
Sekolah Dasar, Makalah Pada
Seminar Nasional dan Musda I
HISPISI Jawa Barat, UPI Bandung.
S. Hamid Hasan, (1996), Pendidikan Ilmu
Sosial, Jakarta : Depdiknas.
S. Kenworthy, Leonard, (1981), Social
Studies For The Eighties, Canada :
John Willey & Sons.
Skinner, Quentin, (1986), The Return Of
Grand Theory In Human Sciences,
London: Cambridge University Press.
Suarma Al Muchtar, (2002), Analisis
Pembaharuan Kurikulum Pendidikan
IPS, Makalah Pada Seminar Nasional

16 REGION Volume I. No. 1. Maret 2009


17 REGION Volume I. No. 1. Maret 2009

Anda mungkin juga menyukai