Anda di halaman 1dari 2

Pembahasan (Diskusi)

Pada praktikum kali ini, dilakukan proses pencelupan kain poliester dengan zat warna
dispersi (Disperse Scarlet B 200%) menggunakan suhu dan tekanan tinggi (HT/HP). Tekanan
berfungsi untuk menaikkan suhu proses dan membantu difusi zat warna ke dalam serat.
Pencelupan dengan metode ini dilakukan pada mesin tertutup tanpa bantuan zat pengemban
karena perpindahan atau pergerakan rantai molekul serat polyester mulai aktif pada suhu tinggi
(120-130oC) sehingga dapat memberi ruang bagi molekul-molekul zat warna untuk
meningkatkan penyerapan zat warna ke dalam serat. Metode HT/HP ini memiliki keuntungan
yaitu salah satunya adalah mempercepat proses difusi zat warna karena pada suhu tinggi (120-
130oC) kecepatan difusi zat warna nya meningkat, begitupun dengan kecepatan penyerapan
serta migrasi zat warna menjadi lebih besar.

Dari ketiga kain, resep yang digunakan sama hanya memvariasikan zat pendispersi
yaitu sebesar (0 ml/l; 0,5 ml/l; 1 ml/l) pada 3 kain. Zat pendispersi sendiri sangat berperan
penting dalam proses pencelupan ini karena fungsinya untuk mendispersikan zat warna
sehingga tersebar merata ke dalam larutan celup. Semakin banyak zat pendispersi yang
digunakan, maka akan semakin banyak zat warna yang terdispersi sehingga dapat mencegah
terjadinya agregasi zat warna dalam larutan celup. Apabila terjadi agregasi, dapat menimbulkan
ketidakrataan pada kain yang mengakibatkan hasil pencelupannya menjadi belang.

Zat pendispersi tergolong ke dalam zat aktif permukaan yang terdiri dari gugus hidrofob
(tidak suka air) dan gugus hidrofil (suka air). Gugus hidrofil menarik air dan gugus hidrofob
terarah ke zat warna. Dengan demikian, zat pendispersi berfungsi sebagai koloid pelindung
terhadap partikel zat warna yang terlepas dari molekul zat warna. Selain itu, dengan adanya zat
pendispersi ini akan mengurangi resiko terjadinya koagulasi zat warna yang mengakibatkan
molekul zat warna menjadi lebih besar sehingga sukar masuk (berdifusi) ke dalam serat yang
hanya akan menempel dipermukaan kain. Maka semakin banyak zat pendispersi yang
digunakan, maka ketuaan warnanya akan lebih besar pula.

Adapun yang menjadi aspek penilaian atau evaluasinya dilakukan secara visual dengan
seluruh anggota kelompok. Hasil yang diperoleh adalah dengan membandingan kain hasil
celupnya satu sama lain. Berikut penjelasan singkatnya:

1) Perbandingan kain 1 dan kain 2


Pada proses pencelupan, kain 1 tidak ditambahkan zat pendispersi dan kain 2
ditambahkan zat pendispersi sebesar 0,5 ml/l. Secara visual, kain 2 yang ditambahkan
zat pendispersi lebih rata dibanding dengan kain 1 begitupun dengan ketuaan
warnanya, kain 2 akan lebih tua warnanya dibanding kain 1.
2) Perbandingan kain 1 dan kain 3
Pada proses pencelupan, kain 1 tidak ditambahkan zat pendispersi dan kain 3
ditambahkan zat pendispersi sebesar 1 ml/l. Secara visual, kain 3 yang ditambahkan zat
pendispersi lebih rata dibanding dengan kain 1 begitupun dengan ketuaan warnanya,
kain 3 akan lebih tua warnanya dibanding kain 1.
3) Perbandingan kain 2 dan kain 3
Pada proses pencelupan, kain 2 ditambahkan zat pendispersi sebesar 0,5 ml/l dan kain
3 ditambahkan zat pendispersi sebesar 1 ml/l. Secara visual, kain 3 yang ditambahkan
zat pendispersi sebesar 1 ml/l lebih rata dibanding dengan kain 1 begitupun dengan
ketuaan warnanya, kain 3 lebih tua warnanya dibanding kain 2.

Dari penjelasan tersebut, terlihat adanya kesesuaian antara teori dan praktikum. Namun
penggunakan zat pendispersi sendiri tidak boleh berlebihan karena zat pendispersi dapat
meningkatkan kelarutan zat warna sampai mencapai titik optimum. Apabila sudah diatas titik
optimum, kelarutan zat warna menjadi terlalu tinggi sehingga zat warna yang telat diserap
mudah terlepas kembali (tingkat penyerapannya menjadi rendah).

Setelah itu, dilakukan proses cuci reduksi (reduction cleaning) menggunakan natrium
hidrosulfit di bantu oleh soda kostik yang akan menghasilkan gas hidrogen untuk mereduksi
sisa zat warna yang tidak terfiksasi dalam serat dan menghilangkan zat lainnya.

Kesimpulan

- Semakin banyak zat pendispersi yang digunakan, hasil kerataan kain semakin baik
karena zat pendispersi dapat mencegah agregasi zat warna di dalam larutan celup.
- Semakin banyak zat pendispersi yang digunakan, hasil ketuaan warnanya semakin baik
karena zat pendispersi dapat mengurangi resiko terjadinya koagulasi zat warna.
- Setelah proses pencelupan dengan metode HT/HP, dilakukan proses cuci reduksi (R/C)
untuk menghilangkan sisa zat warna yang tidak terfiksasi di dalam serat.

Anda mungkin juga menyukai