Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Family-Centered Care
Pada tahun 1987, ACCH mengidentifikasi adanya delapan element Family-
CenteredCare (Shelton et al., 1987) yangdikemukanakn oleh C. Everest Koop dalam Surgeon
General's Report: Children With Special Health Care Needs (U.S. Departmentof Health and
Human Services, 1987)5. Sejak saat itu, definisi Family-Centered Care telah mendapatkan
perhatian social dan cultural dari keluarga (Johnson et al., 1992)5 dan mendukung peran
administrasi para staff. Family-Centered Care tidak hanya diperuntukkan pada standar praktik
perawatan pada anak sakit tetapi juga didukung USA dengan tindakan yang dilakukan
legislatifnya pada Maternal Child Health Block Grant Amendments in the Omnibus Budget
and Reconciliation Act of 1989, the Individuals with Disabilities Education Act, the
Developmental Disabilities Assistance and Bill of Rights Act, and the Mental Health
Amendments of 1990 (Johnson et al., 1992)
2.2 Konsep dari Family Centered Care pada ODHA
1. Martabat dan kehormatan Praktisi keperawatan mendengarkan dan menghormati
pandangan dan pilihan pasien. Pengetahuan, nilai, kepercayaan dan latar belakang
budaya pasien dan keluarg abergabung dalam rencana dan intervensi keperawatan
pada ODHA.
2. Berbagi informasi
Praktisi keperawatan berkomunikasi dan memberitahukan informasi yang berguna
bagi pasien dan keluarga dengan benar dan tidak memihak kepada pasien dan keluarga.
Pasien dan keluarga menerima informasi setiap waktu, lengkap, akurat agar dapat
berpartisipasi dalam perawatan dan pengambilan keputusan pada ODHA.
3. Partisipasi
Pasien pada ODHA dan keluarga termotivasi berpartisipasi dalam perawatan dan
pengambilan keputusan sesuai dengan kesepakatan yang telah mereka buat.
4. Kolaborasi
Pasien pada ODHA dan keluarga juga termasuk ke dalam komponen dasar
kolaborasi. Perawat berkolaborasi dengan pasien pada ODHA dan keluarga dalam
pengambilan kebijakan dan pengembangan program, implementasi dan evaluasi, desain
fasilitas kesehatan dan pendidikan profesional terutama dalam pemberian perawatan.
2.3 Penyebab dilakukan Family-Centered Care pada ODHA
1. Membangun sistem kolaborasi dari pada kontrol atau penyembuhan pada ODHA(
orang dengan HIV AIDS) .
2. Berfokus pada kekuatan dan sumber keluarga daripada kelemahan keluarga.
3. Mengakui keahlian keluarga dalam merawat ODHA( orang dengan HIV AIDS)
seperti sebagaimana profesional
4. Mebangun pemberdayaan daripada ketergantungan
5. Meningkatkan lebih banyak sharing informasi dengan pasien ODHA( orang dengan
HIV AIDS) , keluarga dan pemberi pelayanan dari pada informasihanya diketahui
oleh professional.
6. Menciptakan program yang fleksibel dan tidak kaku.
2.4 Elemen Family-Centered Care pada ODHA
Sembilan element Family-Centered Care pada ODHA( orang dengan HIV AIDS)
yaitu :
1. Keluarga dipandang sebagai unsur yang konstan sementara kehadiran profesi
kesehatan fluktuatif
2. Memfasilitasi kolaborasi keluarga professional pada semua level perawatan
kesehatan.
3. Meningkatkan kekuatan keluarga, dan mempertimbangkan metode-metode alternative
dalam koping.
4. Memperjelas hal-hal yang kurang jelas dan informasi lebih komplit oleh keluarga
tentang perawatan pada ODHA( orang dengan HIV AIDS) yang tepat.
5. Menimbulkan kelompok support antara orang tua dengan ODHA( orang dengan HIV
AIDS) .
6. Mengerti dan memanfaatkan sistem pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan
pelayanan pada ODHA( orang dengan HIV AIDS)
7. melaksanakan kebijakan dan program yang tepat, komprehensif meliputi dukungan
emosional dan finansial dalam memenuhi kebutuhan kesehatan keluarganya.
8. Menunjukkan desain transportasi perawatan kesehatan fleksibel, accessible, dan
responsive ODHA( orang dengan HIV AIDS) terhadap kebtuhan pasien pada
9. Implementasi kebijakan dan program yang tepat komprehensif meliputi dukunga
nemosional dengan staff. Element Family Centered Care
Menurut ( Shelton, 2012), terdapat beberapa elemen Family Centered Care, yaitu:
1. Perawat menyadari bahwa keluarga adalah bagian yang konstan dalam kehidupan
ODHA( orang dengan HIV AIDS) sementara system layanan dan anggota dalam
system tersebut berfluktuasi.
Kesadaran perawat bahwa keluarga adalah bagian yang konstan, merupakan hal yang
penting. Fungsi perawat sebagai motivator menghargai dan menghormati peran ODHA(
orang dengan HIV AIDS) keluarga dalam merawatan serta bertanggung jawab penuh dalam
mengelola kesehatan pada pasien ODHA( orang dengan HIV AIDS). Selain itu, perawat
mendukung perkembangan sosial dan emosional, serta memenuhi kebutuhan pada pasien
ODHA( orang dengan HIV AIDS) dalam keluarga. Oleh karena itu, dalam menjalankan
sistem perawatan kesehatan, keluarga dilibatkan dalam membuat keputusan, mengasuh,
mendidik, dan melakukan pembelaan terhadap hak pada pasien ODHA( orang dengan HIV
AIDS) mereka selama menjalani masa perawatan. Keputusan keluarga dalam perawatan pada
pasien ODHA( orang dengan HIV AIDS) merupakan suatu pertimbangan yang utama karena
keputusan ini didasarkan pada mekanisme koping dan kebutuhan yang ada dalam keluarga.
Dalam pembuatan keputusan, perawat memberikan saran yang sesuai namun keluarga tetap
berhak memutuskan layanan yang ingin didapatkannya. Beberapa hal yang diterapkan untuk
menghargai dan mendukung individualitas dan kekuatan yang dimiliki dalam satu keluarga
seperti :
1). Kunjungan yang dibuat dirumah keluarga atau ditempat lain dengan waktu dan lokasi
yang disepakati bersama keluarga
2). Perawat mengkaji keluarga berdasarkan kebutuhan keluarga,
3). Orangtua adalah bagian dari keluarga yang menjadi fokus utama dari perawatan yang
diberikan mereka turut merencanakan perawatan dan peran mereka dalam perawatan anak
4). Perencanaan perawatan yang diberikan bersifat komprehensif dan perawatan
memberikan semua perawatan yang dibutuhkan misalnya perawatan pada pasien ODHA(
orang dengan HIV AIDS)., dukungan kepada orangtua, bantuan keuangan, hiburan dan
dukungan emosional
2. Memfassilitassi kerjasama antara keluarga den perawat di semua tingkat pelayanan
kesehatan, merawat anak secara individual, pengembangan program, pelaksanaan dan
evaluasi serta pembentukan kebijakan hal ini ditujukan ketika
1) Kalaborasi untuk memberikan perawatan kepada anak peran kerjasama antara
orangtua dan tenaga perofesional sangat penting dan vital. Keluarga bukan sekedar
sebagai pendamping, tetapi terlibat didalam pemberian pelayanan kesehatan kepada
anak mereka. Tenaga professional memberikan pelayanan sesuai dengan keahlian dan
ilmu yang mereka peroleh sedangkan orangtua berkontribusi dengan memberikan
imformasi tentang anak mereka. Dalam kerja sama antara orangtua dengan tenaga
professional, orangtua bisa memberikan masukan untuk perawatan anak mereka. Tapi,
tidak semua tenaga professional dapat menerima masukan yang diberikan. Beberapa
disebabkan karena kurangnya pengalaman tenaga professional dalam melakukan
kerjasama dengan orang tua.
2) Kerjasama dalam mengembangkan masyarakat dan pelayanan rumah sakit Pada tahap
ini pada pasien ODHA( orang dengan HIV AIDS) dengan kebutuhan khusus
merasakan mamfaat dari kemampuan orangtua dan perawat dalam mengembangkan,
melaksanakan dan mengevaluasi program. Hal yang harus diutamakan pada tahap ini
adalah kalaborasi dengan bidang yang lain untuk menunjang proses perawatan.
Family Centered Care memberikan kesempatan kepada orangtua dengan professional
untuk berkontribusi melalui pengetahua dan pengalaman yang mereka miliki untuk
mengembangkan perawatan terhadap pasien ODHA( orang dengan HIV AIDS). di
rumah sakit. Pengalaman merawat pasien ODHA( orang dengan HIV AIDS).
membuat orangtua dapat memberikan perspektif yang penting, berkaitan dengan
perawatan anak serta cara perawat untuk menerima dan mendukung keluarga (Shelton
1987, dalam Fretes, 2012).
3) Kalaborasi dalam tahap kebijakan Family Centered Care dapat tercapai melalui
kalaborasi orangtua dan tenaga professional dalam tahap kebijakan. Kalaborasi ini
untuk memberikan mamfaat kepada orangtua pasien ODHA( orang dengan HIV
AIDS). dan tenaga professional. Orangtua bisa menghargai kemampuan yang mereka
miliki dengan memberikan pengetahuan mereka tentang sistem pelayanan kesehatan
serta kompotensi mereka. Keterlibatan mereka dalam membuat keputusan menambah
kualitas pelayanan kesehatan. Orangtua dapat melakukan peran mereka sebagai role
model kepada pasien ODHA( orang dengan HIV AIDS). Peran orangtua dengan
mengambil bagian dalam hubungan kolborasi dengan tenaga professional,
memberikan kesehatan kepada orangtua memjalankan peraturan dalam kehidupan
mereka. Kaloborasi yang harus dilakukan oleh perawat dengan keluarga dalam
berbagai tingkat pelayanan baik dirumah sakit maupun masyarakat dapat dilakukan
dengan beberapa cara, kemampuan bekerjasama, kesempatan berintraks, penilaian
kepribadian, perencanaan perawatan untuk setiap pasien ODHA( orang dengan HIV
AIDS) dan Pengembangan dimasyarakat dan pelayanan kesehatan (Shelton, 1987,
dalam Fretes, 2012)
4) Menghormati keanekaragaman ras, etnis budaya dan sosial ekonomi dalam keluarga
tujuannya adalah untuk menunjang keberhasilan perawatan pada pasien ODHA(
orang dengan HIV AIDS) mereka dirumah sakit dengan mempertimbangkan tingkat
perkembangan pasien diagnosa medis. Hal ini akan menjadi sulit apabila program
perawatan diterapkan bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut dalam keluarga.
5) Memberikan imformasi yang lengkap dan jelas kepada keluarga dan secara
berkelanjutan dengan dukungan penuh memberikan imformasi kepada keluarga
bertujuan untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan orangtua terhadap perawat
pada pasien ODHA( orang dengan HIV AIDS). Selain itu, dengan demikian
imformasi keluarga akan merasa menjadi bagian yang penting dalam perawatan pada
pasien ODHA( orang dengan HIV AIDS).. Ketersedian imformasi tidak hanya
memiliki pengaruh emosional, melainkan hal ini merupakan faktor kritikal dalam
melibatkan partisipasi keluarga secara penuh dalam proses membuat keputusan
terutama untuk setiap tindakan medis dalam perawatan pada pasien ODHA( orang
dengan HIV AIDS).
6) Mendorong dan mempasilitasi keluarga untuk saling mendukung
Pada bagian ini, Shelton menjelaskan bahwa dukungan yang lain yang dapat
diberikan kepada keluarga adalah dukungan antar keluarga. Elemen ini awalnya
diterapkan pada perawatan pada pasien ODHA( orang dengan HIV AIDS) dengan
kebutuhan kusus misalnya down syndrome atau autisme. Perawat ataupun tenaga
professional yang lain memfasilitasi keluarga untuk mendapatkan dukungan dari
keluarga lain yang juga memiliki masalah yang sama mengenai pada pasien ODHA(
orang dengan HIV AIDS).. Dukungan antara keluarga ini berfungsi untuk:
1). Saling memberikan dukungan dan menjalin hubungan persahabatan
2). Bertukar imformasi mengenai kondisi dan perawatan pada pasien ODHA(
orang dengan HIV AIDS)
3).Memamfaatkan dan meningkatkan system pelayanan yang ada untuk
kebutuhan perawatan pada pasien ODHA( orang dengan HIV AIDS).
komunikasi peran perawat dan orangtua pasien ODHA( orang dengan HIV AIDS)..
Hirarki Family Centerd Care terdiri dari 3 tahap yaitu:
1. Keterlibatan orangtua
Pada tahap ini orang tua dan perawat untuk pertama kalinya melakukan
intraksi. Perawat berperan penuh dalam memberikan asuhan keperawatan dan
bertindak sebagai pemimpin dalam memberikan perawatan dan orangtua dilibatkan
dalam perawatan ini. Sedangkan orangtua dan keluarga harus menghargai kehidupan
pada pasien ODHA( orang dengan HIV AIDS) yang konstan, menghargai
pengetahuan dan menerima perbedaan yang dimiliki oleh pasien ODHA( orang
dengan HIV AIDS)..
2. Partisipasi orangtua
Pada tahap ini ditandai dengan telah terbinanya hubungan kerjasama antar
orangtua dan perawat. Anggota keluarga yang lain dapat dilibatkan dalam hubungan
ini. Peran orantua adalah berpartisipasi dalam asuhan keperwatan saat diminta oleh
perawat maupun saat dibutuhkan oleh pasien ODHA( orang dengan HIV AIDS).
Partisipasi orangtua dalam merawatpasien ODHA( orang dengan HIV AIDS)
dirundingkan bersama dan orangtua berpartisifasi secara sukarela. Sedangkan perawat
bertanggungjawab terhadap semua bentuk perawatan yang diberikan orangtua
maupun yang diberikan oleh perawat sendiri serta memberikan pendidikan kesehatan
yang dibutuhkan orangtua dan pasien. Komunikasi pada tahap ini adalah orangtua dan
perawat saling memberikan imformasi mengenai kondisi pasien. Orangtua
memberikan imformasi mengenai kebiyasaan dan tingkah laku pada pasien ODHA(
orang dengan HIV AIDS) selama dirumah untuk membantu perawat saat
merencanakan dan melakukan intervensi keperawatan sedangkan perawat
memberikan imformasi mengenai segala bentuk perawatan yang diberikan dan
perkembangan kondisi selama perawatan .
3. Family Centered Care
Hubungan yang terjalin pada tahap ini adalah perawat dan orangtua saling
menghormati peran masing-masing dan melibatkan anggota keluarga dalam
perawatan pada pasien ODHA( orang dengan HIV AIDS). Orangtua menghargai
perawatan sebagai konselor atau konsultan sedangkan perawat menyadari bahwa
orangtua mampu merawat pasien ODHA( orang dengan HIV AIDS) dalam semua
aspek. Oleh karena itu perawat mengkomunikasikan setiap keputusan yang akan
diambil mengenai perawatan pasien ODHA( orang dengan HIV AIDS). dengan
orangtua atau keluarga
2.5 Intervensi Family Centre Care pada ODHA
Profesi keperawatan merupakan ladang amal, ilmu dan kemanusiaan. Hal ini
dikarenakan bahwa perawat tidak hanya berfokus pada pelayanan yang diberikan kepada
pasien atau sering disebut sebagai Patient Centered Care (PCC) tapi juga perawat
memberikan pelayanan dengan melibatkan keluarga pasien atau sering disebut Family
Centered Care (FCC).
Beberapa tindakan yang dapat diterapkan sebagai bentuk aplikasi di tatanan klinik
terkait penerapan Family Centered Care (FCC):
1. Orientasi keluarga: Mengorentasikan keluarga di lingkungan tatanan klinis atau ICU
baik lingkungannya, peralatan-peralatannya, dan tindakan medisnya.
2. Terbentuknya Family Care Specialist (FCS): Perawat yang tergabung dalam FCS ini
yang mengkoordinasi dan bertanggungjawab dalam menerapkan strategi supaya
keluarga juga terlibat dalam perawatan pasien kritis
3. Visitasi terbuka: visitasi dengan melibatkan keluarga didalamnya
4. Mengijinkan keluarga untuk ada didekat pasien selama pasien dilakukan
tindakan/prosedur
5. Dibentuk dan dijalankannya family support group
6. Mendorong keterlibatan keluarga dalam perawatan
Beberapa penelitian dibawah ini menunjukan bahwa adanya pengaruh positif dari
pendekatan family centered care terhadap kualitas perawatadan dan pengobatan pada orang
dengang HIV/AIDS
Hasil penelitian dari (Dallas et al., 2016) menunjukan bahwa remaja berusia 14
sampai 21 tahun. Pada sesi ke 3yaitu lima keinginan yang digunakan sebagai alat untuk
remaja berpartisipasi dalam pembuatan keputusan bersama. Remaja dan keluarga di
pertemukan, sesi ini berguna (98%, 98%) dan bermanfaat (98%,100%), meski merasa
kesedihan (25%, 17%). Peningkatan family centered care planning pada remaja dalam jumlah
skor subscale A (berguna, bermanfaat, sesuatu yang ada dalam pikiran saya, sesuatu yang
harus saya lakukan, sabar) itu semua lebih baik daripada mengontrol remaja pada sesi 3.
Tidak ada kejadian buruk.
Salah studi eksplorasi yang di teliti oleh (Achema and Ncama, 2016) mengatakan
bahwa nilai keluarga di Afrika menempatkan anak sebagai peran penting dalam
mengidentifikasi perawatan dan menyediakan kebutuhan dasar untuk mereka. Oleh karean itu
orang yang berada disekeliling anak yang sakit cenderung membuat mereka merasa lebih
baik, seperti yang dipaprkan oleh praktisi perawat dan pembeli pelayanan. Perawat
menyebutkan bahwa keluarga sebagai penyedia dalam dukungan perawatan yang dapat
memberika kasih sayang pada anak untuk meringankan penyakit mereka. Keluarga mampu
memberika obat antiretroviral dan obat-obat lainya. Meskipun beberapa partisipan
menunjukan gangguan pada struktur keluarga dalam keluarga yang memiliki ekonomi
rendah, isolasi, penarikan diri, serta perampasan perawatan karena ancaman kemiskinan
yang berakibat pada perawatan anak.
Berdasarkan penelitian (Lyon et al., 2011) menunjukan bahwa Intervensi Asuhan
Keperawatan dengan pendekatan family centre diberikan dengan perlakuan khusus terhadap
spiritualitas dan keyakinan penderita dan keluarga terhadap HIV. Kelompok kontrol
penderita HIV menunjukkan kepercayaan dan keyakinan bahwa HIV adalah hukuman dari
Tuhan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok intervensi family centre (p=0,02).
Perbandingan antara kelompok perlakuan dewasa dan kelompok perlakuan perinatal pada
pra-perlakuan masing-masing menunjukkan bahwa mereka percaya bahwa HIV adalah
hukuman dari Tuhan. Setelah dilakukan intervensi asuhan keperawatan dengan pendekatan
family centre, kelompok perlakuan penderita HIV dewasa menunjukkan penurunan pada nilai
spritualitas bahwa HIV adalah hukuman, sementara kepatuhan terhadap HAART meningkat
(p=0,04). Sementara nilai spiritualitas keluarga penanggung jawab pasien lebih tinggi
daripada penderita HIV dewasa (p<= 0,0001). Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan
antara spiritualitas dan keyakinan pasien bahwa HIV adalah hukuman dari Tuhan dengan
kepatuhan berobat. Dukungan keluarga yang bersifat friendly, memfasilitasi kebutuhan
spiritual dan religius sangat membantu penyembuhan dan kepatuhan berobat penderita HIV.
Komunikasi yang baik dalam keluarga memiliki dampak khusus terhadap psikologi penderita
HIV dan kepercayaan spiritual mereka terhadap penyakitnya. Pendekatan family centre yang
berfokus pada keluarga.

Anda mungkin juga menyukai