Anda di halaman 1dari 6

1

STUDI KASUS DRIFT LOSS PADA COOLING TOWER UNIT 3 DI


PT. INDONESIA POWER UPJP KAMOJANG UNIT PLTP
KAMOJANG
Failasuf Zohrarirani, Prima Dewi Permatasari
Program Studi Sistem Pembangkit Energi, Depatemen Teknik Mekanika dan Energi, Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya
Jl. Raya ITS, Sukolilo Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: FZohrarirani22@yahoo.com

Abstrak— Pada PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit dapat diperkecil dengan menggunakan drift eliminator pada
PLTP Kamojang, cooling tower digunakan sebagai sistem cooling tower. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis
pendingin utama. Cooling tower merupakan alat penukar ingin menganalisa tipe drift eliminator yang digunakan pada
kalor untuk mendinginkan air panas dari kondensor dan cooling tower dengan menghitung drift loss secara teori
membuang panas ke atmosfer. Namun terdapat permasalahan maupun aktual dan menghitung kinerja cooling tower.
pada cooling tower unit 3 di PT. Indonesia Power UPJP
Kamojang Unit PLTP Kamojang, yakni terjadi drift loss. Drift
loss dapat diperkecil dengan menggunakan drift eliminator II. TINJAUAN PUSTAKA
pada cooling tower. Berdasarkan permasalahan tersebut A. Prinsip Kerja Cooling Tower
penulis ingin menganalisa kinerja cooling tower dan Menurut cooling technology institute, Cooling tower
menganalisa tipe drift eliminator yang digunakan pada cooling
adalah sebuah alat pelepas kalor yang membuang panas ke
tower dengan menghitung drift loss secara teori maupun aktual
serta membandingkannya. Pengambilan data dilakukan atmosfer dengan mendinginkan aliran air sehingga mencapai
dengan metode studi literatur, metode wawancara, metode temperatur yang lebih rendah. Prinsip kerja dari sebuah
partisipasi dan metode observasi. Dari beberapa metode yang cooling tower adalah air panas yang keluar dari kondensor
telah dilakukan, hasil dari penelitian ini adalah cooling tower atau Heat Exchanger di pompa menuju puncak menara
unit 3 memiliki nilai standard desain efektivitas sebesar 65.3%. untuk disemprotkan menggunakan noozle. Air panas yang
Rata-rata nilai efektivitas cooling tower unit 3 tertinggi pada disemprotkan akan jatuh mengalir mengenai fill (bahan
tanggal 8 September 2015 adalah 74.5%. Jenis drift eliminator pengisi) yang berfungsi untuk memecah aliran. Didalam
yang digunakan di cooling tower unit 3 merupakan jenis menara air panas mengalami kontak langsung dengan udara
honeycomb. Drift eliminator jenis honeycomb dibatasi untuk
yang bergerak secara paksa karena pengaruh dari fan. Hal
nilai drift loss maksimal 0.05% dari laju aliran massa air.
Sehingga nilai drift loss maksimal yang diijinkan adalah 1.8 ini yang disebut sebagai konveksi paksa. Air yang sudah
kg/s. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai drift loss actual mengalami penurunan temperatur ditampung ke dalam bak
sebesar 4.184 kg/s. Nilai drift loss actual tersebut melebihi batas penampung. Sistem ini sangat efektif karena temperatur
nilai drift loss maksimal yang diijinkan. kondensasi yang terjadi dalam proses pendinginan sangat
rendah mendekati temperatur wet-bulb udara.
Kata Kunci— Cooling tower, Drift Eliminator, Drift loss
B. Drift Loss (D)
I. PENDAHULUAN Drift Loss (D) merupakan kerugian massa air akibat
PLTP merupakan pembangkit yang ramah lingkungan terbawa aliran udara yang belum menguap. Sehingga
karena sumber bahan bakar yang digunakan tidak menyebabkan sebagian air hilang ke atmosfer dan tidak ikut
menggunakan sumber bahan bakar fosil. Selain itu, PLTP berfungsi dalam perpindahan kalor. Jumlah drift loss terjadi
menerapkan sistem reinjeksi. Air yang telah keluar dari relatif dan dapat diperkecil dengan menggunakan drift
proses pendinginan di pembangkit akan diinjeksi kembali eliminator pada cooling tower. Saat nilai presentase untuk
kedalam sumur injeksi, agar air yang direinjeksi akan drift loss yang direkomendasikan tidak diketahui dari suatu
dipanaskan oleh perut bumi dan menghasilkan uap. pabrik, maka berikut ini merupakan nilai presentase untuk
Indonesia memiliki potensi energi panas bumi yang besar drift loss yang dipakai :
karena Indonesia merupakan salah satu negara yang Tabel 1. Presentase Drift Loss
wilayahnya dikelilingi cincin api pasifik atau ring of fire. Tipe Cooling Presentase Drift Keterangan
Salah satu sumber panas bumi yang telah dimanfaatkan Tower Loss (D)
adalah sumur uap di wilayah kamojang, Garut.
Pada PLTP memiliki sistem-sistem yang digunakan Natural draft 0.3 - 1% dari tanpa drift
untuk meningkatkan performa PLTP, salah satunya adalah cooling tower massa air eliminator
sistem pendinginan. Air yang digunakan untuk sistem pendingin
pendinginan komponen-komponen pada PT. Indonesia
Induced draft 0.1 – 0.3% dari tanpa drift
Power UPJP Kamojang Unit PLTP Kamojang merupakan
cooling tower massa air eliminator
air yang telah didinginkan oleh cooling tower. Cooling
pendingin
tower merupakan alat penukar kalor untuk mendinginkan
air panas dari kondensor dan membuang panas ke atmosfer. Induced draft + 0.005% dari dengan drift
Namun terdapat permasalahan pada cooling tower di cooling tower massa air eliminator
PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP pendingin
Kamojang, yakni terjadi drift loss yang berlebih. Drift loss
2

C. Kinerja Cooling Tower Perhitungan intensitas curah hujan dapat dilakukan


1. Laju Perpindahan kalor dengan metode rasional. Metode rasional digunakan
Perpindahan kalor yang terjadi adalah perpindahan kalor berdasarkan asumsi bahwa curah hujan yang terjadi
secara konveksi paksa, karena udara digerakkan dengan mempunyai intensitas yang seragam dan merata diseluruh
bantuan fan. Secara umum, perpindahan kalor secara bagian pengaliran. Persamaan metode rasional adalah
konveksi paksa dapat dinyatakan dengan hukum Newton sebagai berikut :
tentang pendinginan sebagai berikut : (8)
(1) Dimana :
(2) Q = Debit [m3/s]
Dimana : C = Koefisien curah hujan
m = laju aliran massa [kg/s] I = Intensitas curah hujan [mm/h]
cp = kalor spesifik [Kj/kg .K] A = Luas permukaan alat ukur [m2]
Q = Debit air [ /s]
= T1 – T2 [ ] Curah hujan juga dipengaruhi oleh koefisien curah
= massa jenis air [kg/ hujan. Berikut merupakan koefisien curah hujan :
2. Range dan Approach Table 2. Koefisien Curah Hujan
Range adalah selisih temperatur air masuk dan
temperatur air keluar cooling tower. Sedangkan approach Lokasi Koefisien Curah Hujan
adalah selisih antara temperatur bola-basah udara yang Lawns 0.05 – 0.35
masuk dan temperatur air yang keluar. Range yang tinggi
Forest 0.05 – 0.25
menunjukkan bahwa cooling tower mampu menurunkan
temperatur air secara efektif dan kinerjanya baik. Sedangkan Cultivated Land 0.08 – 0.41
semakin rendah nilai approach, semakin baik unjuk kerja Meadow 0.1 – 0.5
cooling tower.
Sehingga range dan approach dapat dirumuskan sebagai Park 0.1 - 0.25
berikut : Unimproved Areas 0.1 – 0.3
Range [ = Tin - Tout (3)
Pasture 0.12 – 0.62
Approach [ = Tout - Twb (4)
Dimana : Residential Areas 0.3 – 0.75
Tin = temperatur air masuk [ Business Areas 0.5 – 0.95
Tout = temperatur air keluar [
Twb = temperatur wet bulb [ Industrial Areas 0.5 – 0.9
3. Efektivitas ( Asphalt Streets 0.7 - 0.95
Efektivitas adalah metode yang digunakan untuk
Brick Streets 0.7 – 0.85
menghitung kemampuan memindahkan kalor secara actual
yang dibandingkan dengan nilai kalor maksimal yang Roofs 0.75 – 0.95
dipindahkan. Concrete Streets 0.7 – 0.95
(5)
(6)
Sehingga efektifitas cooling tower dapat dirumuskan III. METODOLOGI
dengan: A. Metode Pengambilan Data
Metode penulisan yang digunakan dalam mendapatkan
x 100 % (7)
data untuk penyusunan laporan kerja praktek ini adalah:
1. Metode Studi Literatur dan Studi Pustaka
D. Intensitas Curah Hujan Metode ini dilakukan dengan membaca buku manual
Pada cooling tower unit 3 drift loss yang keluar dari operasional perusahaan dan buku pendukung tentang
menara menyerupai hujan. Sehingga untuk menghitung nilai cooling tower untuk mendapatkan data spesifikasi desain
drift loss actual penulis mengasumsikan nilai drift loss cooling tower unit 3.
actual sama dengan nilai intensitas curah hujan. 2. Metode Wawancara
Metode ini dilakukan dengan tanya jawab atau diskusi
dengan tenaga kerja perusahaan untuk mendapatkan
informasi tentang drift loss yang terjadi pada cooling
tower unit 3 dan juga untuk mendapatkan data
operasional cooling tower unit 3
3. Metode Partisipasi
Metode ini dilakukan dengan melibatkan diri secara
langsung dalam kegiatan-kegiatan yang ada di
perusahaan, terutama kegiatan yang berhubungan
dengan cooling tower
4. Metode Observasi
Metode ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan
secara langsung terhadap drift loss yang terjadi pada
Gambar 1. Kondisi disekitar Cooling Tower Unit 3 cooling tower unit 3, serta mengambil data secara
langsung untuk menghitung nilai drift loss actual
3

Untuk menghitung nilai drift loss actual yang 20:00 3750 47 28 16 16 4.18
diasumsikan sebagai nilai intensitas curah hujan maka 21:00 3750 47 28 16 16 4.18
diperlukan alat pengukur curah hujan. Dikarenakan alat ukur 22:00 3750 47 28 16 16 4.18
yang terbatas, maka dibuat suatu alat pengukur curah hujan
23:00 3750 46 27 15 16 4.1798
sederhana. Standart minimal alat penampung hujan yang
00:00 3750 45 27 14 15 4.1796
disarankan BMKG adalah memiliki diameter minimal 14
cm. Alat pengukur hujan sederhana yang digunakan adalah
berupa gelas ukur berdiameter 14 cm. Dengan persamaan yang sama, yakni persamaan 1, 3, 4
dan 7, maka didapatkan nilai perpindahan kalor, range,
IV. HASIL ANALISA DATA approach dan efektivitas cooling tower unit 3 pada tanggal 8
September 2015, yakni sebagai berikut :
A. Perhitungan Kinerja Cooling Tower unit 3 Tabel 7. Hasil Perhitungan Kinerja Cooling Tower Pada Tanggal 8
September 2015
Didapatkan data Spesifikasi desain cooling tower unit 3
PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP Kamojang Jam q range approach efektivitas
sebagai berikut : (WIB) (watt) (⁰C) (⁰C) (%)
Tabel 3. Spesifikasi desain cooling tower unit 3
Klasifikasi Mechanical draft water 08:00 275866.8 18 9 66.66667
cooling tower 09:00 275880 18 9 66.66667
Unit Unit 3 10:00 275906.4 18 9 66.66667
Tipe Double cross flow induced 11:00 306562.7 20 7 74.07407
draft 12:00 308885.1 20 7 74.07407
Laju aliran massa air 3600 kg/s 13:00 308885.1 20 7 74.07407
pendingin 14:00 308885.1 20 7 74.07407
Temperatur air masuk 43 15:00 308885.1 20 7 74.07407
Temperatur air keluar 27
16:00 308885.1 20 9 68.96552
Wet bulb 18.5
17:00 293412.8 19 10 65.51724
Konsumsi total daya fan 642 kW
pada kecepatan maksimum 18:00 293412.8 19 11 63.33333
Drift loss 0.05% dari laju aliran 19:00 297825 19 12 61.29032
massa air 20:00 297825 19 12 61.29032
Jumlah cell 5 cell/unit 21:00 297825 19 12 61.29032
Jumlah fan 5/unit 22:00 297825 19 12 61.29032
Tinggi fan stack 8.3 m 23:00 297810.8 19 12 61.29032
00:00 282123 18 13 58.06452
Dengan menggunakan persamaan 1, 3, 4 dan 7, maka
nilai standart desain kinerja cooling tower unit 3 adalah
sebagai berikut : B. Grafik Hasil Perhitungan Kinerja Cooling Tower Unit 3
Tabel 5. Hasil perhitungan nilai standart desain kinerja cooling tower Nilai Perpindahan Kalor CT 8 Sep 2015
unit 3
Perpindahan Range Approach Efektifitas
320
kalor
240.7 MW 65.3% 310
16 8.5
300
Selain data spesifikasi desain cooling tower, didapatkan 290
data operasional untuk menghitung kinerja cooling tower 280
aktual dimana data diambil tiap jam pada tanggal 8 270
September 2015
Tabel 6. Data Operasional Cooling Tower Pada Tanggal 8 September 2015 260
250

08:00
09:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
00:00

Jam Tin Tout Twb Tdb Cp


(WIB) (kg/s) (⁰C) (⁰C) (⁰C) (⁰C) (kj/kg.K)
08:00 3666.667 46 28 19 20 4.1798 Grafik 1 Grafik Nilai Perpindahan Kalor Terhadap Waktu
09:00 3666.667 47 29 20 21 4.18
10:00 3666.667 48 30 21 22 4.1804 Sumbu absis menyatakan waktu dan sumbu ordinatnya
11:00 3666.667 48 28 21 22 4.1804 menyatakan nilai perpindahan kalor cooling tower. Dari
grafik 1 dapat diketahui bahwa pada pukul 12:00 sampai
12:00 3694.444 48 28 21 22 4.1804
pukul 16:00 memiliki nilai perpindahan kalor tertinggi,
13:00 3694.444 48 28 21 22 4.1804 yakni sebesar 308.8 MW. Sedangkan nilai perpindahan
14:00 3694.444 48 28 21 22 4.1804 kalor yang terendah adalah pukul 08:00 sampai pukul 10:00,
15:00 3694.444 48 28 21 22 4.1804 yakni sebesar 275 MW. Hal ini dikarenakan selisih
16:00 3694.444 48 28 19 20 4.1804 temperatur air masuk dengan temperatur air hasil
17:00 3694.444 47 28 18 19 4.18 pendinginan ( pada pukul 12:00 sampai pukul 16:00
18:00 3694.444 47 28 17 17 4.18 cukup besar, yakni sebesar 20 . Pada pukul 19:00 sampai
19:00 3750 47 28 16 16 4.18 pukul 00:00 memiliki nilai laju aliran massa tertinggi yakni
4

3750 kg/s. Namun selisih temperatur air masuk dengan Sumbu absis menyatakan waktu dan sumbu ordinat
temperatur air hasil pendingin tidak sebesar saat siang hari, menyatakan nilai Approach cooling tower. Pada grafik 3
sehingga nilai perpindahan kalornya juga tidak sebesar saat terlihat bahwa saat pukul 08:00 sampai pukul 10:00 nilai
siang hari. approach cooling tower tidak berubah atau konstan pada
Nilai perpindahan kalor dipengaruhi oleh perbedaan nilai 9 . Namun, pada pukul 11:00 nilai approach cooling
temperatur antara temperatur air masuk dengan temperatur tower mengalami penurunan. Nilai approach mengalami
air hasil pendinginan. Selain itu, nilai perpindahan kalor kenaikan pada pukul 16:00 dan terus meningkat hingga
cooling tower juga dipengaruhi oleh nilai laju aliran massa pukul 00:00. Pada grafik 4.5 nilai approach tertinggi terjadi
(ṁ). Semakin besar nilai laju aliran massa maka akan pada pukul 00:00, yakni sebesar 13 . Sedangkan pada
semakin lama selang waktu ketika air panas disemprotkan pukul 11:00 sampai pukul 15:00 memiliki nilai approach
sampai air keluar cooling tower. Hal ini memungkinkan terendah, yakni sebesar 7 .
semakin lama proses perpindahan kalor antara air panas Dari grafik 3 dapat dilihat bahwa nilai approach tertinggi
dengan udara masuk cooling tower. Sehingga kalor yang terjadi pada pagi dan malam hari. Sedangkan nilai approach
dilepas oleh air panas akan semakin banyak dan temperatur terendah terjadi pada siang hari. Hal ini dikarenakan pada
air keluar cooling tower akan semakin rendah. saat pagi dan malam hari nilai temperatur bola basah (Twb)
memiliki nilai yang rendah. Sedangkan pada siang hari nilai
temperatur bola basahnya memiliki nilai yang tinggi.
Range CT 8 Sep 2015
Semakin tinggi nilai Twb maka akan semakin kecil nilai
20.5 approach cooling tower dan semakin kecil nilai approach
20 maka akan semakin baik kinerja dari cooling tower tersebut.
19.5 Efektivitas CT 8 Sep 2015
19
80
18.5 70
18 60
17.5 50
40
17 30
08:00
09:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
00:00

20
10
Grafik 2. Grafik Nilai Range Terhadap Waktu 0
08:00
09:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
00:00
Sumbu absis menyatakan waktu dan sumbu ordinatnya
menyatakan nilai range cooling tower. Dari grafik 2 dapat Grafik 4 Grafik Nilai Efektivitas Terhadap Waktu
diketahui bahwa pada pukul 12:00 sampai pukul 16:00
memiliki nilai range tertinggi yakni sebesar 20 . Sumbu absis menyatakan waktu dan sumbu ordinat
Sedangkan nilai range yang terendah adalah pukul 08:00 menyatakan nilai efektivitas cooling tower. Pada grafik 4
sampai pukul 10:00, yakni sebesar 18 . Hal ini dikarenakan terlihat bahwa saat pukul 08:00 sampai pukul 10:00 nilai
pada siang hari beban pendinginan air yang masuk ke efektivitas cooling tower tidak berubah atau konstan pada
cooling tower lebih besar, sehingga nilai massa jenis air nilai 66.67%. Pada ada pukul 11:00 nilai efektivitas cooling
akan meningkat dan nilai perpindahan panas dalam air yang tower mengalami kenaikan menjadi 74.04%. Nilai approach
dilepas ke atmosfer akan semakin besar. Hal tersebut mengalami penurunan pada pukul 16:00 dan terus menurun
menyebabkan nilai range yang dihasilkan juga akan hingga pukul 00:00. Pada grafik 4 nilai efektivitas tertinggi
semakin besar. Semakin besar nilai range cooling tower terjadi pada pukul 11:00 hingga pukul 15:00, yakni sebesar
maka semakin baik kinerja dari cooling tower tersebut. 74.04%. Sedangkan pada pukul 00:00 memiliki nilai
Dari grafik 1 dan 2 terlihat bahwa kedua grafik tersebut efektivitas terendah, yakni sebesar 58.06%.
memliki tren yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Dari grafik 4 terlihat bahwa efektivitas cooling tower
range akan mempengaruhi nilai perpindahan kalor. Semakin tertinggi terjadi ketika siang hari. Sedangkan efektivitas
tinggi nilai range maka akan semakin tinggi pula nilai cooling tower terendah terjadi ketika pagi dan malam hari.
perpindahan kalor. Hal ini dikarenakan ketika siang hari nilai dari temperatur
bola basah lebih besar dan lebih mendekati temperatur air
Approach CT8 Sep 2015 hasil pendinginan. Sehingga semakin tinggi nilai Twb
14 cooling tower maka akan semakin besar pula nilai
12 efektivitasnya. Semakin besar nilai kalor aktual yang dilepas
10 maka akan semakin besar efektivitas dari cooling tower.
8
Semakin tinggi nilai perpindahan kalor, range dan
6
efektivitas maka akan semakin tinggi kinerja dari cooling
tower. Sedangkan semakin rendah nilai approach maka
4
akan semakin tinggi kinerja cooling tower. Sehingga dari
2
nilai perpindahan kalor, nilai range, nilai approach dan
0
efektivitas cooling tower yang didapatkan, dapat dinyatakan
08:00
09:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
00:00

bahwa kinerja cooling tower tertinggi terjadi pada siang hari


dan kinerja cooling tower terendah terjadi saat pagi dan
Grafik 3. Grafik Nilai Approach Terhadap Waktu
malam hari.
5

C. Tipe Drift Eliminator Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa drift eliminator
Jenis drift eliminator dibagi menjadi dua jenis, yakni honeycomb yang digunakan pada cooling tower unit 3 di
herringbone atau blade-types dan honeycomb atau cellular- PT.Indonesia Power UPJP Kamojang Unit PLTP kamojang
types. Drift eliminator jenis honeycomb lebih efisien terdapat banyak kerusakan. Material dari drift eliminator
mengurangi drift loss jika di aplikasikan pada cooling tower mengalami korosi, selain itu banyak drift eliminator yang
aliran counterflow. Sedangkan drift eliminator jenis blade- terlepas dari pengaitnya. Kerusakan tersebut menunjukkan
types lebih efisien mengurangi drift loss jika diaplikasikan bahwa drift eliminator jenis honeycomb kurang efisien
pada cooling tower aliran crossflow. diaplikasikan pada cooling tower unit 3 di PLTP Kamojang
dan kerusakan tersebut dapat menyebabkan drift loss
melebihi batas yang direkomendasikan.
D. Drift Loss pada Cooling Tower Unit 3
Pada Design Manual Book Cooling Tower Unit 2 dan 3
diketahui bahwa, drift eliminator jenis honeycomb dibatasi
untuk nilai drift loss yang direkomendasikan maksimal
0.05% dari laju aliran massa air. Sehingga dapat dihitung
nilai drift loss secara teori sebagai berikut :
Diketahui : mair = 3600 kg/s
Gambar 2. drift eliminator jenis blade-types
Maka, Drift Loss (D) = 0.05% x 3600
= x 3600 = 1.8 kg/s
Sedangkan tipe cooling tower unit 3 di PT. Indonesia Sehingga nilai drift loss yang direkomendasikan tidak
Power UPJP Kamojang Unit PLTP Kamojang merupakan boleh melebihi 1.8 kg/s.
cooling tower aliran crossflow dan jenis drift eliminator Untuk menghitung drift loss actual, penulis
yang digunakan merupakan jenis honeycomb atau cellular- mengasumsikan nilai drift loss actual sama dengan nilai
types dengan material PVC. intensitas curah hujan. Alat penampung hujan yang
digunakan diletakkan didekat stack fan cooling tower.
Pengamatan dilakukan pada hari selasa, 8 September 2015
pada jam 10.00 – 11.00 WIB. Selama satu jam alat
penampung hujan menampung air sebanyak 120 ml.
Sehingga, Q = 120 ml/h = 120 cc/h = 120 cm3/h = 0.00012
m3/h = 3.33x10-8 m3/s. Maka dapat dilakukan perhitungan
intensitas curah hujan sebagai berikut :
Diketahui : D = 14 cm ; Q = 3.33x10-8 m3/s ; C untuk
area industri = 0.5
Ditanya : I
Jawab :
Gambar 3. Drift Eliminator Tipe Honeycomb
2 2
= = 153.93 cm2 = 0.015393 m2
Jika drift eliminator jenis honeycomb dipalikasikan pada
cooling tower aliran crossflow, maka drift eliminator jenis
= = 4.326 x10-6 m/s
honeycomb akan dipasang secara vertical dan menyebabkan
butiran air yang menabrak sekat akan terjebak atau Hasil perhitungan curah hujan diatas perlu dikalikan luas
terkumpul diantara sekat tersebut. Hal ini mengakibatkan area yang terkena hujan. Penulis mengasumsikan luas area
drift eliminator menjadi bertambah berat dan akan mudah yang terkena hujan adalah luas dari cooling tower unit 3.
terlepas dari pengaitnya. Luas area cooling tower unit 3 adalah 59.5 m x 22.02 m =
1310.19 m2.
Sehingga :
Drift Loss actual = Intensitas curah hujan
= 4.326 x 10-6 m/s x Acooling tower
= 4.326 x 10-6 m/s x 1310.19 m2
= 0.00566 m3/s
Gambar 4. air yang terjebak diantara sekat drift eliminator jenis
= 4.184 kg/s
honeycomb Sehingga nilai drift loss actual sebesar 4.184 kg/s. Jika
dibandingkan dengan nilai drift loss maksimal yang
diijinkan, nilai drift loss actual melebihi nilai drift loss
maksimal yang diijinkan. Hal ini membuktikan bahwa
dalam kondisi actual terjadi drift loss berlebih pada cooling
tower unit 3 yang menyerupai hujan.
Drift loss dapat terjadi karena tekanan yang diberikan
pompa atau laju aliran air yang besar. Dari data operasional
cooling tower unit 3, dapat diketahui bahwa nilai laju aliran
air melebihi standard nilai laju aliran air. Dimana nilai laju
aliran air actual adalah 3666,67 kg/s – 3750 kg/s, sedangkan
standard desain nilai laju aliran air adalah sebesar 3600 kg/s.
Gambar 5. Drift Eliminator Cooling Tower Unit 3 Selain itu, drift loss dapat terjadi karena terdapat banyak
6

kerusakan pada drift eliminator yang digunakan di cooling B. Saran


tower unit 3. 1. Perlu dilakukan perbaikkan terhadap drift eliminator
Dari hasil pengamatan secara langsung, drift loss lebih pada cooling tower unit 3 untuk mengurangi drift loss.
banyak terjadi ketika pagi, sore dan malam hari. Hal ini 2. Perlu dipertimbangkan penggunaan jenis drift eliminator
dikarenakan pada pagi, sore dan malam hari, udara yang tipe blade pada cooling tower unit 3 untuk
dihisap oleh fan semakin lembab dan kandungan air dalam meminimalisir kerusakan dan Drift Loss berlebih
udara semakin banyak. Semakin banyak drift loss maka 3. Perlu dipertimbangkan pengurangan tekanan pompa atau
akan semakin banyak air yang hilang dari sistem air dan laju aliran air untuk mengurangi drift loss.
tidak berfungsi sebagai pengambil kalor dengan cara 4. Perlu dilakukan perawatan dan pembersihan yang rutin
penguapan. Hal ini juga dapat menyebabkan kinerja cooling sesuai jadwal untuk mengurangi kerusakan dan
tower menurun. Dapat dibuktikkan dari grafik kinerja menghindari penurunan kinerja cooling tower.
cooling tower terhadap waktu, bahwa kinerja cooling tower 5. Perlu dilakukan penilitian lebih lanjut tentang pengaruh
terendah terjadi saat pagi, sore dan malam hari. Drift loss tipe drift eliminator terhadap kinerja cooling tower.
juga dapat menyebabkan percepatan kerusakan pada fan
cooling tower karena butiran air yang terbawa oleh aliran DAFTAR PUSTAKA
udara akan melewati fan cooling tower sebelum keluar dari [Hensley, John C., Cooling Tower Fundamentals, Second
menara. Drift loss yang belebih juga akan mengakibatkan Edition, SPX Cooling Technologies Inc., K9nsas,
daerah sekitar cooling tower basah dan licin, hal tersebut 2006.
dapat membahayakan pekerja di PLTP Kamojang. Stocker, Wilbert F., and Jerold, William C., Air
Conditioning and Refrigeration. Second Edition, Mc-
V. PENUTUP Graw Hill, New York, 1978.
A. Kesimpulan Lucas M, Martinez P.J, Viedma A.; 2009: Experimental
Study on the Thermal Performance of a Mechanical
Dari beberapa analisa yang telah dilakukan, dapat
Cooling Tower with Different Drift Eliminators;
disimpulkan bahwa :
journal Energy Conversion and Management,
1. Semakin tinggi nilai perpindahan kalor, range dan
ScienceDirect
efektivitas maka akan semakin tinggi kinerja dari
Moran.J.Michael, Shapiro.N.Howard, Termodinamika
cooling tower. Sedangkan semakin rendah nilai
Teknik Edisi 4 Jilid 2, Erlangga, Jakarta, 2002.
approach maka akan semakin tinggi kinerja cooling
Incropa, DeWitt, Bergman, Lavine.; ____ ;Fundamentals oh
tower. Cooling tower unit 3 memiliki nilai standard
Heat and Mass Tranfer Sixth Edition ; ________
desain efektivitas, yakni sebesar 65.3%. Kinerja cooling
Design Manual (Vol. CD 01) Units 2 & 3 Cooling Tower
tower tertinggi pada tanggal 8 dan 9 September 2015
(Ke-3)
terjadi ketika siang hari. Rata-rata nilai efektivitas
Mulyono, Analisa Beban Kalor Menara Pendingin Basah
cooling tower unit 3 tertinggi adalah 74.5% dan nilai
Induced-Draft Aliran Lawan Arah; Jurusan Teknik
efektivitas tersebut diatas nilai standart desain
Mesin Politeknik Negeri Semarang.
efektivitas. Hal ini menunjukan bahwa kondisi operasi
Fikri, Hidayatul., Analisa Efektivitas dan Laju Perpindahan
cooling tower masih baik dan layak untuk dioperasikan.
Panas dengan Variasi Beban pada Cooling Tower
2. Drift eliminator jenis honeycomb lebih efisien
untuk Mendapatkan Nilai Unjuk Kerja Maksimal;
mengurangi drift loss jika diaplikasikan pada cooling
Program Studi Sistem Pembangkitan Energi Politeknik
tower aliran counterflow dan drift eliminator jenis blade-
Elektronika Negeri Surabaya, 2014.
types lebih efisien mengurangi drift loss jika
Arifin, Ridwan Nur., Analisis Efiesiensi Kerja Cooling
diaplikasikan pada cooling tower aliran crossflow.
Tower pada Malam Hari di PT. Indonesia Power Uit
Sedangkan PLTP Kamojang menggunakan cooling
Bisnis Pembangkitan Kamojang Unit Darajat; Jurusan
tower aliran crossflow dan drift eliminator yang
Teknik Mesin-Fakultas Teknik Universitas Jenderal
digunakan adalah jenis honeycomb. Drift eliminator
Achmad Yani, 2014.
jenis honeycomb yang digunakan pada cooling tower
Pratiwi, Nimas P., Nugroho, Gunawan, dan Hamidah, Nur
unit 3 terdapat banyak kerusakan. Kerusakan tersebut
L., Analisa Kinerja Cooling Tower Induced Draft Tipe
menunjukkan bahwa drift eliminator jenis honeycomb
LBC W-300 Terhadap Pengaruh Temperatur
kurang efisien diaplikasikan pada cooling tower unit 3 di
Lingkungan; Fakultas Teknologi Industri Institut
PLTP Kamojang.
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
3. Drift eliminator jenis honeycomb dibatasi untuk nilai
drift loss maksimal 0.05% dari laju aliran massa air.
Sehingga nilai drift loss maksimal yang diijinkan adalah
1.8 kg/s. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai drift
loss actual sebesar 4.184 kg/s. Nilai drift loss actual
tersebut melebihi batas nilai drift loss maksimal yang
diijinkan. Drift loss lebih banyak terjadi ketika pagi, sore
dan malam hari. Semakin banyak drift loss maka akan
semakin banyak air yang hilang dari sistem air dan tidak
berfungsi sebagai pengambil kalor dengan cara
penguapan. Hal ini juga dapat menyebabkan kinerja
cooling tower menurun.

Anda mungkin juga menyukai