PENDAHULUAN
1
dilihat tinkatan (rank) batubara tersebut dan kemungkinan pemanfaatannya.
Kalisifikasi batubara ini dimaksudkan untuk memenuhi keinginan dari produsen,
konsumen serta ahli-ahli teknologi yang menggunakan batubara. Dasar
kalisifikasi yang dianjurkan banyak sekali ragamnya, yaitu : analisa struktur,
kriteria fisik, kelakuannya selama waktu digunakan hingga waktu tinggal dalam
kondisi tertentu. Metode klasifikasi ini dilakukan berdasarkan tingkat
pembatubaraan dan berdasarkan data analisa atau pengujian batubara tersebut.
Klasifikasi batubara berdasarkan tingkat pembatubaraan antara lain:
a. Batubara Lignit
b. Batubara Subbituminous
c. Batubara Bituminous
d. Batubara Antrasit
2
1.5. Metode Penulisan
Metode penyusunan laporan seminar tambang yang digunakan
adalah :
a. Metode Pustaka atau Studi Literatur
Dalam metode ini mengambil bahan atau sumber bacaan dari literatur-
literatur atau referensi, serta media elektronik seperti internet sebagai
masukan utama.
b. Metode Penyusunan Laporan
Dari data-data yang diperoleh dari buku-buku, referensi atau internet maka
diolah kembali dan disusun mengacu pada referensi dari literature yang
digunakan.
c. Kesimpulan
Diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pustaka dari berbagai
sumber yang telah dilakukan penulisan dan penyusunan dengan
permasalahan yang diteliti.
3
BAB II
DASAR TEORI
4
maksimum. Oleh karena itu dalam memutuskan ini perlu dimasukan juga
pertimbangan komersial. Untuk menentukan kesesuaian alat yang digunakan dalam
mencuci batubara syarat yang diperlukan adalah ukuran butir dari batubara yang
akan dicuci, spesifik gravity dan kapasitas produksi yang digunakan.
Fasilitas pencucian ini dinamakan "Coal Preparation Plants" yang
membersihkan batubara dari pengotor-pengotornya. (Tirasonjaya, F.,2006).
Pengotor batubara dapat berupa pengotor homogen yang terjadi di alam saat
pembentukan batubara itu sendiri, yang disebut dengan Inherent Impurities,
maupun pengotor yang dihasilkan dari operasi penambangan itu sendiri, yang
disebut Extraneous impurities.
Batubara dari ROM (run of mine) terdiri atas dua kategori yaitu batubara bersih
dan batubara kotor. Masing–masing kategori dilakukan pereduksian
ukuran/peremukan sedangkan batubara kotor dilanjutkan dengan proses pencucian.
Sebelum didirikan pabrik pencucian batubara maka batubara yang di ROM di
uji ketercucian batubara (washibility test). Setelah dilakukan washibility test
batubara mempunyai sifat mudah tercuci maka didirikan pabrik pencucian batubara
(coal whasing plant).
Recovery pencucian sangat tergantung pada batubara ROM yang mengandung
material pengotor berupa tanah (soil), parting, dan kapasitas peralatan pengolahan
serta perawatannya.
Pada prinsipnya coal whashing plant memiliki titik yield optimal dalam
menghasilkan produknya,tergantung dengan kualitaas dari feed yang masuk dalam
washpalnt. Pada industri pertambangan beberapa jenis metode pencucian batubara
yang umum di pakai dalam diantaranya jig method,dense medium separator
method (DMS), shaking table, flotation.
Dengan demikian pencucian batubara bertujuan untuk memisahkan dari
material pengotornya dalam upaya meningkatkan kualitas batubara sehingga nilai
panas bertambah dan kandungan air serta debu berkurang. Batubara yang terlalu
banyak pengotor cenderung akan menurunkan kualitas batubara itu sendiri sehingga
tidak dapat diandalkan dalam upaya penjualan ke konsumen. Pada umumnya
5
persyaratan pasar menghendaki kandungan abu tidak lebih dari 10 %, dan pada
umumya menghendaki nilai panas yang berkisar antara 6000-6900 kcal/kg.
Batubara dari tambang terbuka dan tambang dalam harus dipisahkan terlebih
dahulu dari material pengotornya yang ditimbun terlebih dahulu di Coal Yard.
Dengan bantuan Whell Looader, raw coal dimuat ke hopper, umpan dari hopper ini
dipisahkan melalui grizzly, sehingga batubara yang memiliki ukuran diatas 75 mm
akan dimuat ke Picking Belt yang selanjutnya akan dipisahkan dari material
pengotornya melalui hand picking secara manual, sedangkan batubara yang
berukuran -75 mm akan dijadikan umpan pencucian.
6
Nut Coal -1 inch +0,5 inch
Pea Coal -0,5inch +0,25 inch
Slag and Fine ukurannya -0,25 inch
c. Melakukan uji endap apung (Sink & Float) masing – masing fraksi.
d. Menentukan kadar abu dan belerang pada masing – masing fraksi dan BJ.
e. Mengolah data dengan tabulasi terhadap data yang didapat.
f. Membuat daftar tabel
g. Membuat kurva ketercucian
h. Menginterpretasikan data dan kurva.
Contoh daftar tabel yang digunakan untuk washabily test dapat dilihat pada
(Gambar 1) dan contoh pembuatan kurva ketercucian batubara dapat dilihat pada
(Gambar 2) serta tabel 1 merupakan derajad kesulitan ketercucian batubara.
7
Gambar 2. Contoh kurva washability test
8
BAB III
PEMBAHASAN
9
Proses distribusi ukuran batubuara (Coal Sizing) mengunakan roll crusher
dengan ukuran dalam satuan mm sedangakan hammermill yang ukuran sudah
dalam satuan mess. Skema dari sirkuit coal sizing ditunjukkan pada (Gambar
3).
10
pengecilan ukuran atau sampel agar sampel lebih halus. Adapun tipe
alat penghancur yang sering digunakan:
Jaw Crusher
Roll Crusher
Hammer Mill Crusher
Swing Hammer Crusher
Mixing (pencampuran)
Spoting (pembagian)
Hopper (Penampung)
Hopper adalah bak penampung material padat sebelum diteruskan
kedalam crusher (mesin penghancur) dengan bantuan feeder (mesin
pengumpan). Hal yang harus dicermati dalam pemakaian hopper di
industri pengolahan bahan galian adalah pengurangan daya tampung
dari hopper. Hal ini merupakan kerugian karena hopper tidak dapat
11
menampung material padat sebagaimana mestinya sehingga akan
mempengaruhi proses kerja pengolahan bahan galian secara
keseluruhan karena hopper merupakan tahap awal dari proses
pengolahan bahan galian.
Dua masalah utama yang terjadi dalam hopper adalah timbulnya
arching dan rathole. Arching adalah fenomena yang terjadi dimana
pada bagian atas keluaran hopper material padat membentuk cekungan
ke dalam. Sedangkan rathole adalah lubang yang tidak terisi oleh
material padat dan terdapat pada bagian tengah dari hopper.
Pada dasarnya aliran keluar pada hopper dapat dibagi menjadi tiga
jenis yaitu mass flow, funnel flow, expanded flow. Mass flow adalah
bentuk aliran dimana seluruh material padat dalam hopper bergerak
dengan serentak kebawah menuju keluaran hopper. Kondisi ini dapat
terjadi bila dinding hopper memiliki kemiringan yang tajam dan halus.
Funnel flow adalah bentuk aliran dimana hanya material solid yang
berada diatas lubang keluaran hopper saja yang bergerak kebawah.
Expanded flow adalah bentuk aliran mass flow 4 yang dilanjutkan
dengan bentuk aliran funnel flow. Hal ini dapat terjadi karena
terciptanya rathole yang stabil.
Oleh sebab itu desain hopper sangatlah penting. Desain sebuah
hopper ditentukan dari material apa yang akan mengisi hopper.
Karakteristik material padat yang akan mengisi hopper akan menjadi
acuan utama sehingga kita dapat menentukan panjang area silinder dan
panjang area kerucut dari hopper. Karakteristik material juga akan
menentukan lebar dari diameter keluaran hopper dan kemiringan
selimut kerucut sehingga dengan desain yang tepat diharapkan tidak
terbentuk arching dan rathole. Dengan desain yang tepat kita juga dapat
menentukan bentuk aliran keluar yang akan terjadi.
Pemilihan material sebagai liner untuk hopper memiliki peranan
yang besar. Material yang bersifat sticky cenderung memiliki daya
adhesi yang besar. Oleh karena itu penting untuk mendapatkan material
12
liner yang memiliki permukaan yang bersifat smooth tetapi mampu
menahan impact yang terjadi di dalam hopper.
Feeder (Pengumpan)
Feeder adalah mesin pengumpan yang berfungsi untuk
menghantarkan material padat kedalam crusher (mesin penghancur)
dari hopper (bak penampung). Feeder diperlukan untuk menghasilkan
laju masuk material padat yang relatif konstan atau variable speed ke
dalam crusher. Laju material padat yang masuk diharapkan teratur agar
kerja crusher dapat menjadi optimal. Dengan laju material padat yang
masuk teratur maka crusher akan terhindar dari kondisi crusher yang
mendadak kosong ataupun mendadak penuh. Kondisi crusher yang
kosong atau terlalu penuh akan mengurangi efektifitas kerja crusher.
Terdapat beberapa jenis feeder yang dikenal di industri, diantaranya
adalah belt feeder, apron feeder, rotary table feeder, chain feeder,
rotary plow feeder, screw feeder dan vibratory feeder.
3.1.2 Tahap Pra pencucian/Pneumatic Cleaning.
Tujuan dari tahap ini adalah menghilangkan material pengotor yang melekat
pada batubara dan mengurangi batubara yang berukuran -0,5 mm atau kurang 3/8
inchi. Pada tahap ini akan memisahkan batubara (high-ash) dengan batubara (low-
ash). Batubara kadar abu tinggi berada diatas sedangkan batubara kadar rendah
berada dibawah. Skema dapat dilihat pada (Gambar.4).
13
3.1.3 Tahap Pencucian.
Proses pencucian batubara dapat menggunakan dua prinsip pemisahan,
yaitu :
a. Pemisahan batubara murni dengan pengotornya berdasarkan sifat densitas
relatifnya. Batubara murni mempunyai densitas sekitar 1,3 sedangkan
pengotornya mempunyai densitas relative diatas 2,2.
14
yang mempengaruhi efisiensi proses alat-alat ini antara lain ukuran dan bentuk
partikel.
Larutan yang digunakan di laboratorium biasanya berupa larutan organik.
Prinsip endap-apung dipakai dalam skala industri untuk memisahkan batubara
bersih dari pengotornya, tetapi tentu saja tidak mungkin menggunakan larutan
organik untuk operasi pemisahannya karena biayanya akan sangat mahal dan sangat
berbahaya. Operasi pemisahan skala industri dikenal nama pemisahan media berat
(dense medium separation= DMS atau heavy medium separation= HMS).
Prinsip pemisahan media berat adalah bentuk dan ukuran partikel tidak
boleh berperan terlalu besar, pemisahan hanya didasarkan pada perbedaan densitas
relatif. Agar bentuk dan ukuran partikel di dalam operasi pemisahan media berat,
maka media pemisahannya harus tidak dalam keadaan mengalir (stationer).
Semakin kecil arus media pemisah di dalam operasi pencucian, semakin kecil pula
pengaruh ukuran dan bentuk partikel.
Larutan yang ideal untuk pemisahan media berat adalah larutan yang
mempunyai densitas relatif yang pasti dan tetap seperti misalnya perchlorethylene
dan bromoform. Namun kedua larutan ini terlalu mahal bila dipakai untuk operasi
berkapasitas besar sehingga perlu ditemukan larutan lain yang lebih murah. Salah
satu alternatif yang pernah dicoba adalah dengan suatu larutan garam seperti
misalnya Natrium Klorida (NaCl), Kalsium Klorida (CaCl2), dan Zinc Klorida
(ZnCl2). Beberapa kerugian dengan larutan garam ini misalnya larutan bersifat
kental dan lengket sehingga gerakan partikel batubara relatif lambat, kecuali bila
densitas relatifnya lebih rendah, misalnya 1,35. Larutan bersifat korosif dan relatif
mahal. Selain itu, adanya garam yang tersisa dapat mempengaruhi sifat batubara
dan konsekuensinnya akan merugikan pemakai batubara.
Penggunaan larutan organik dan larutan yang mengandung garam tidak
memuaskan operasi pencucian batubara dalam skala besar. Kemudian media lain
dicoba dan ternyata sangat berhasil hingga sekarang. Media ini berupa partikel
padat yang sangat halus yang dicampur dengan air membentuk suspensi. Suspensi
adalah campuran bahan padat dengan bahan air. Partikel padat yang tidak larut
dalam air ini digiling sampai halus sekali sehingga partikel ini tidak bisa
15
mengendap selama operasi pencucian , akan tetapi terdistribusi secara merata ke
seluruh bagian larutan. Cairan yang dipakai dalam preparasi batubara adalah
suspensi air (densitas relatif = 1) dengan material padat mineral magnetit.
Tahap pencucian ini terjadi di dalam baum jig dan hydrocyclone.
a. Baum Jig
Batubara pre-treatment yang berukuran -75 mm dialirkan ke baum jig
melalui lubang umpan (jig fedd sluice). Pada baum jig, umpan mengalami
konsentrat gaya berat, sehingga diperoleh tiga macam produk yaitu :
16
2. Produk menengah (middling). Produk menengah dari baum jig
diangkut dengan elevator A. dan ditumpahkan ke dalam bak
penampung kotoran (discard bin).
3. Batuan pengotor (Discard). Batuan pengotor dari pengotor produk
baum jig diangkut dengan elevator B yang kemudian ditumpahkan ke
dalam discard bin. Selanjutnya produk menengah dan produk
pengotor ini dibuang ke tempat pembuangan dengan alat angkut truck.
Skema dari Jig-Table Cleaning Circuit ditunjukkan pada (Gambar 5).
b. Hydrocyclone
Umpan (feed) dari hydrocyclone berasal dari effluent sump dan main
sump. Material yang masuk ke dalam hyrocylone tersebut akan mengalami
konsentrasi gaya karena adanya gaya sentrifugal yang terjadi di dalam
cyclone, sehingga akan menghasilkan produk limpahan atas (overflow) dan
produk limpahan bawah (under flow). Limpahan bawah tersebut selanjutnya
17
akan menjadi umpan pada slurry screen. Produk limpahan atas dari
hydrocyclone selanjutnya diproses pada peralatan sebagai berikut :
1. Head Box
Pada head box produk limpahan atas dari cyclone tersebut terbagi lagi
menjadi dua macam produk, yaitu produk limpahan atas dari head box yang
dipompakan lagi pada lounder untuk dipakai pencucian kembali dan produk
limpahan bawah yang selanjutnya dialirkan ke thickener. Pengotor batubara
yang berasal dari lumpur dan juga batubara berbutir halus (fine coal) ikut
bersama air pencucian yang dialirkan ke tempat penampungan.
(R.Hutamadi dan Edie Kurnia Djunaedi,2005).
2. Bak Pengendap (Thickener)
Over flow dari cyclone dialirkan ke bak penampungan (thickener).
Material yang masuk ke thickener merupakan material pengotor yang
telah bercampur membentuk lumpur, walau pada kenyataannya masih
banyak produk batubara umuran 0,5 mm yang terbawa bersama
kotorannya. Didalam thickener dengan bantuan flocculant terjadi proses
pengendapan. Air yang digunakan akan diproses untuk dapat digunakan
kembali batubara akan di ditambahkan reagen sehingga batubara akan
mengapung diatas cairan. Air akan dialirkan kembali kepencuian dan
batubara bersih akan masuk ke mesin pengering. Skema dari Water
Clarification Circuit ditunjukkan pada (Gambar.6).
18
Sumber : Inspector’s Guidance Manual Coal Preparation Plants,1998
Gambar 6. Water Clarification Circuit
19
spesific gravity 1,5 –1,6. Modifikasi Baum jig adalah Batac jig yang biasa
digunakan untuk batubara ukuran halus.
Untuk batubara ukuran sedang, prinsipnya sama yaitu pulsing (tekanan)
air hembusan berasal dari samping atau dari bawah bed. Untuk menambah bed
atau mineral keras yang digunakan untuk meningkatkan stratifikasi dan
menghindari percampuran kembali, mineral yang digunakan biasanya adalah
felspar yang berupa lump silica dengan ukuran 60 mm.
Gambar 8. Jig
20
Dense medium cyclone bekerja karena adanya kecepatan dense medium,
batubara dan pengotor oleh gaya centrifugal. Batubara bersih ke luar menuju ke
atas dan pengotornya menuju ke bawah. Gambar 9 menunjukkan contoh dense
medium bath dan dense medium cyclone. Faktor penting dalam operasi berbagai
dense medium sistem didasarkan pada magnetite dan efisiensi recovery magnetite
yang digunakan lagi.
3.2.2 Hydrocyclone
Hydrocyclone adalah water based cyclone dimana partkel-partikel berat
mengumpul dekat dengan dinding cyclone dan kemudian akan ke luar lewat cone
bagian bawah. Partikel-partikel yang ringan (partikel bersih) menuju pusat dan
kemudian ke luar lewat vortex finder. Diameter cyclone sangat berpengaruh
terhadap efektifitas pemisahan. Kesesuaian ukuran partikel batubara yang akan
dicuci adalah 0,5 – 150 cm dengan spesifik gravity 1,3 – 1,5.
21
3.2.3 Shaking Tables
Proses shaking table adalah dengan meja miring terdiri dari rib-rib (tulang-
tulang) bergerak ke belakang dan maju terus menerus dengan arah yang horisontal.
Partikel-partikel batubara bersih (light coal) bergerak ke bawah table, sedangkan
partikel-partikel kotor (heavy partical) merupakan partikel yang tidak diinginkan
terkumpul dalam rib dan bergerak ke bagian akhir table.
Batubara ukuran halus dapat dicuci dengan alat ini secara murah tetapi
kapasitasnya kecil dan hanya efektif untuk melakukan pencucian pada batubara
dengan spesific gravity lebih besar 1,5 dengan ukuran partikel batubara yang dicuci
0,5 – 15 mm.
22
membedakan karakteristik permukaan batubara. Campuran batubara dan air
dikondisikan dengan reagen kimia supaya gelembung udara melekat pada batubara
dan mengapung sampai ke permukan, sementara itu partikel-partikel yang tidak
diinginkan akan tenggelam. Gelembung udara naik ke atas melalui slurry di dalam
cell dan batubara bersih terkumpul dalam gelembung busa berada di atas.
Kesesuaian ukuran butir batubara yang dicuci < 0,5 mm dengan spesifik gravity 1,3.
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
• Macam-macam alat yang digunakan dalam pencucian batu bara yaitu jig,
dense medium separator (DMS), hydrocyclone, shaking tables, dan froth
flotation.
4.2 Saran
24
• Ketika ingin melakukan pencucian batubara maka harus
dipertimbangkan karakteristik output dengan keperluan pasar atau
konsumen yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan maksimal.
25
DAFTAR PUSTAKA
26