DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 1
1
III.2.4 Efek Farmakologi ................................................................................................................... 297
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Apa saja sifat-sifat alkaloid ?
Apa saja pemanfaat alkaloid dalm kehidupan sehari-hari?
I.3 Tujuan
Untuk memahami tentang senyawa-senyawa alkaloid.
Untuk memahami struktur dan tata nama dari senyawa alkaloid.
Untuk memahami sifat- sifat senyawa alkoid.
Memahami aplikasi alkaloid dalam kehidupan sehari-hari.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
B. Sifat Fisika
Umumnya alkaloid mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki
lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat
berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa. Alkaloid
yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut pada titik lebur tertentu. Sedikit
alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa alkaloid seperti nikotin dan koniin berupa
cairan. (Kristanti, 2008)
6
1. Alkaloid turunan ornitin
Ornitin adalah salah satu bagian dari asam amino yang memiliki lima atom
karbon, termasuk asam glutaman dan prolin (Cordell 1981 : 49). Alkaloid yang
diturunkan dari ornitin yaitu pitolidin, tropan, kelompok nikotin dan pirolisidin.
2. Alkaloid turunan lisin
Homolog tertinggi berikutnya dari golongan asam amino lisin adalah lisin-
kelompok asam pipekolik yang memiliki enam atom karbon dan biosintesis lisin
lebih kompleks dari pada ornitin. Alkaloid yang diturunkan dari lisin yaitu
pelletierin, anaferin, pseudoapeletierin, anabasin, lupinin (quinolisidin), piperidin.
Bagaimanpun, ada beberapa kelompok alkaloid yang diturunkan oleh lisin yang
tidak memiliki perbandingan turunan ortinin yaitu lobelin, spartein, matrin,
lytrine, dan licopodein (Cordell 1981: 138).
3. Alkaloida turunan asam nikotinat
Biosintesis alkaloid yang berasal dari asam amnino non-esensial yaitu asam
nikotinat. Nikotin telah dianggap sebagai turunan dari asam nikotina. Terdapat
lima kelompok yang diturunkan dari asam nikotinat yaitu alekolin, ricinin,
anatabin, dioscorin, dan nikotin (Cordell 1981 : 196).
4. Alkaloida turunan fenilalanin dan tirosin
Alkaloid yang diturunkan asam amino fenilalanin dan tirosin sangat bermacam-
macam di alam dengan bermacam-macam tipe struktur. Berikut contoh fenilalalin
yaitu, meskalin, pelotin, morfin dan contoh alkaloid dari tirosin yaitu betanidin,
aranotin dan securinin. (Cordell 1981 : 275).
5. Alkaloid asam antranilat
Tumbuhan kelompok Rutaceae merupakan yang paling kaya kandungan alkaloid
turunan asam antranilat. Alkaloid yang diturunkan oleh asam antranilat yaitu
ehinopsin, selain itu memilki furan atau cincin piran yang tersambung pada cincin
piridin (dictamin dan flindersin, furoquinolin, quinozolin, vasicin, alkaloid evodia
: rutaecarpin dan evodinamin (Cordell 1981 : 236).
6. Alkaloid turunan triptofan
Triptofan adalah prekusor biosintetis dari beberapa alkaloid, kecuali untuk
alkaloid yang paling sederhana dan jarang untuk beberapa sumber karbon. Contoh
7
alkaloid yang diturunkan oleh triptofan yaitu alkaloid indol, tripamin, fisostigin,
alkaloid ergot : ergotamin dan ergonovin (Cordell 1981 : 574).
7. Alkaloid turunan histidin
Histidin dan amin histamin adalah yang paling banyak mendistribusikan senyawa
yang mengandung inti inidazole. Contoh alkaloid yang diturunkan dari histidin
yaitu casmiroedin, pilokardin dan alkaloid lainnya : dolichotelin, longistrobin dan
isolongistrobin (Cordell 1981 : 833-840).
8. Alkaloid turunan dari poliasetat
Contoh alkaloid yang diturunkan dari poliasetat yaitu shihunine, pinidine,
coniiene, carpain, dan casin. Pada masa lalu senyawa yang mengandung nitrogen
dari prekusor poliasetat masih termasuk ke dalam klasifikasi alkaloid (Cordell
1981 : 204-213).
9. Alkaloid dari turunan jalur isoprenoid
Beberapa contoh alkaloid yang memiliki turunan unit mevalonat, tetapi ada
banyak alkaloid yang berasal hampir secara ekslusif dari unit terpen yang masih
harus dijelaskan. Alkaloid hemiterpenoid terdiri dari satu unit alkaloid yang
merupakan alkaloid furquinolin dan echinulin dan alkaloid ergot contohnya :
alchorneine, pterogynin. Alkaloid monoterpenoid contohnya chaksine, alkaloid
guanidine dari Cassia lispidula Vahl. yang linier dengan untit monoterpen.
Alkaloid sesquiterpen conthnya golongan dendrobine, alkaloid nupkar :
deoxinuparidin dan alkaloid celastraceous kompleks seperti maytolin. (Cordell
1981 : 846 – 868)
B. Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer, dimana
alkaloida dikelompokkan atas: (Kristanti, 2008)
1. Alkaloida Sesungguhnya
Alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas
fisiologis yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa, umumnya mengandung
nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat
dalam tanaman sebagai garam asam organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan
tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak
8
memiliki cincin heterosiklik dan alkaloida quarterner yang bersifat agak asam daripada
bersifat basa.
2. Protoalkaloida
Protoalkaloida merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen asam
amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh berdasarkan
biosintesa dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian amin biologis sering
digunakan untuk kelompok ini.
3. Pseudoalkaloida
Pseudoalkaloida tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa ini
biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelompok ini yaitu
alkaloida steroidal dan purin.
9
N-metil pelletirein
Pelletierin
Piperidin
Piperin
Psudoplletierin
Sedamin
Alkaloid Quinolizidin Quinolizidin Citisin
Lupanin
Spartein
Alkaloid Indolizidin Indolizidin Kastanospermin
Alkaloid
L-Tirosin Feniletilamin Swansonin
Feniletilamino
Adrenalin
Analamin
Dopamin
Noradreanlin
Tiramin
Alkaloid Benziltetra-
Kodein
Tetrahidroisoquinolin hidroisoquinolin
Morfin
Norkoklaurin
Papaverin
Tetrandrin
Tebain
Tubokurarin
L-Tirosin/ Alkaloid Alkaloid
Autumnalin
L-Fenilanin Fentilisoquinolin Amarillidaceae
Crinin
Floramulitin
Galanthamin
Galanthin
Haemanthamin
Licorin
Licoredin
Oxomaritidin
Vittatin
L-Triptopan Alkaloid Indol Alkaloid Indol Arundacin
10
sederhana
Arundamin
Psilocin
Serotonin
Triptamin
Zolmitripan
Alkaloid Karbolin
Elaeagnin
sederhana
Harmin
Terpenoid indol Ajmalisin
Katarantin
Sekologanin
Tabersonin
Alkaloid Quinolin Quinolin Kloroquinin
Sinconidin
Quinin
Quinidin
Alkaloid Pirroloindol Indol A-Iohimbin
Cimonantein
Cimonantein
Korinantein
Korinanteidin
Dihidrokorinanthein
Korinanthin
Alkaloid Ergot Ergobin
Ergotamin
Ergocriptin
L-Histidin Alkaloid Imidazol Imidazol Histamin
Pilocaprin
Pilosin
Alkaloid Manzamin Xestamonzamin Xestamonzamin A
Xestamonzamin B
L-Arginin Alkaloid Marin Karbolin Saxitixin
Tetrodotoxin
Asam
Alkaloid Quinazolin Quinazolin Peganin
Antranilat
Alkaloid Quinolin Quinolin Asetilfolodin
11
Akutin
Bukarin
Diktamnin
Dubunidin
Fagarin
Flindersin
Foliosidin
Glikoperin
Haplopin
Helietidin
Kokusaginin
Maculosin
Perfamin
Perforin
Polifidin
Skimmianin
Alkaloid Akridon Akridin Akronisin
Rutakridon
Asam
Alkaloid Piridin Piridin/ Pirrolidin Anabasin
Nikotinat
Kassinin
Kelapanin
Evolin
Evonolin
Evorin
Maimirsin
Nikotin
Regelidin
Wilforin
Alkaloid
Protoalkaloid L-Tirosin Fniletilamin Hordenin
Feniletilamino
Meskalin
Alkaloid Terpenoid
L-Triptopan Indol Iohimbin
Indol
L-Ornithin Alkaloid Pirrolizidin Pirrolizidin 4-Hidroksistasidrin
Stacidrin
12
II.5 Biosintesis Senyawa Alkaloid
Asam amino baik penyusun protein (L-Arginin, L-Histidin, L-Lisin, L-Fenilalanin, L-
Tryptophan dan L-Tirosin) ataupun yang bukan penysusun protein (L-Ornithine, asam
antranilat dan asam nikotinat) merupakan prekusor alkaloid sejati dan protoalkaloid. Namun,
penting untuk dicatat bahwa alkaloid seharusnya berasal langsung dari prekusor asam
amino, misalnya asetat (prekusor lisin). Kemiripan dari alkaloid untuk setiap molekul dari
metabolisme sekunder merupakan akibat dari proses derivasi pada blok aktif yang dibangun,
hanya ada dua blok aktif dasar untuk senyawa sekunder yang berperan dalam pembentukan
alkaloid sejati dan protoalkaloids. Asetil koenzim A (asetil CoA) digunakan dalam jalur
asetat, dan asam sikimat di jalur sikimat (Aniszewski, 2007).
13
yang lebih rendah. Alkaloid dari hewan permukaan seperti muscopyridine berasal dari kijang
kesturi dan castoramine dari berang-berang Kanada telah dilaporkan. Namun, dalam kasus
terakhir alkaloid telah diperoleh sebagai hasil makan dari bunga lily air dari spesies Nuphar.
Amfibi merupakan hal penting yang luar biasa karena keragaman alkaloid yang beracun atau
berbahaya ditemukan dikulitnya atau pada kulit eksudatnya misalnya bufotalin dari kodok
yang umum, Bufo. Antropofa, feromon dan agen pertahanannya misalnya trail pheromone.
Metil-4-metilpirol-2-karboksilat dalam Atta, spesies semut pemotong daun. Organisme laut
(alga dan invertebrata laut) telah menghasilkan keragaman yang besar dalam alkaloid
misalnya Saxitoksin, sebuah konstituen neurotoksisk pada pasang merah Gonyaulax
catonella dan alkaloid isoxazolin yang terbrominasi dari spons kuning Vergonia aerophobia.
Telah ditemukan juga bahwa mikroorganisme mengandung alkaloid, beberapa contoh
menjadi alkaloid Aspergillus, piosianin dari Pseudomonas aeruginosa dan kanoklavin-1 dari
jamur ergot, Claviceps purpurea. (Roberts dan Wink, 1998).
1. Soxhletasi
Soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan
menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin
balik (kondensor). Disini sampel disimpan dalam alat soxhlet dan tidak dicampur
langsung dengan pelarut dalam wadah yang di panaskan, yang dipanaskan hanyalah
pelarutnya, pelarut terdinginkan dalam kondensor dan pelarut dingin inilah yang
selanjutnya mengekstraksi sampel. (Salisbury, 1995)
Prinsip soxhletasi :
14
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia
ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan
penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh
kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong
menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan
sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak
tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. (Salisbury, 1995)
a. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap
pemanasan secara langsung.
b. Digunakan pelarut yang lebih sedikit
c. Pemanasannya dapat diatur
Kerugian metode ini adalah: (Salisbury, 1995)
a. Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah
terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh
panas.
b. Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam
pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
c. Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut
dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat
yang berada di bawah kondensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan
uap pelarut yang efektif.
2. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Ekstraksi
15
refluks digunakan untuk mengektraksi bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan.
(Salisbury, 1995)
Prinsip refluks:
16
Pelletierin dan Cystisin. Hasil lambat ditunjukkan oleh Efedrin, Beta eucain,
Emetin, Colchisin dan Physostigmin.
b. Gugus Metoksi
Larutan dalam Asam Sulfat + Kalium Permanganat = terjadi formaldehid,
dinyatakan dengan reaksi SCHIFF. Kelebihan Kalium Permanganat dihilangkan
dengan Asam Oksalat. Hasil positif untuk Brucin, Narkotin, koden, Chiksin,
Kotarnin, Papaverin, Kinidin, Emetin, Tebain, dan lain-lain
c. Gugus Alkohol Sekunder
Reaksi SANCHES : Alkaloida + Larutan 0,3% Vanilin dalam HCl pekat,
dipanaskan diatas tangas air = merah-ungu.Hasil positif untuk Morfin, Heroin,
Veratrin, Kodein, Pronin, Dionin, dan Parakonidin.
d. Gugus Formilen
Reaksi WEBER & TOLLENS : Alkaloida + larutan Floroglusin 1% dalam Asam
Sulfat (1:1), dipanaskan = merah.
Reaksi LABAT : Alkaloida + Asam Gallat + asam Sulfat pekat, dipanaskan diatas
tangas air = hijau-biru. Hasil positif untuk Berberin, Hidrastin, Kotarnin, Narsein,
Hidrastinin, narkotin, dan Piperin.
e. Gugus Benzoil
Reaksi bau : Esterifikasi dengan alcohol + Asam Sulfat pekat = bau ester. Hasil
positif untuk Kokain, Tropakain, Alipin, Stivakain, Beta eukain, dan lain-lain.
f. Reaksi GUERRT
Alkaloida didiazotasikan lalu + Beta Naftol = merah-ungu. Hasil positif untuk
kokain, Atropin, Alipin, Efedrin, tropakain, Stovakain, Beta eukain, dan lain-lain.
g. Reduksi Semu
Alkaloida klorida + kalomel + sedikit air = hitam Tereduksi menjadi logam raksa.
Raksa (II) klorida yang terbentuk terikat dengan alkaloid sebagai kompleks. Hasil
positif untuk kokain, Tropakain, Pilokarpin, Novokain, Pantokain, alipin, dan
lain-lain.
h. Gugus Kromofor
17
Reaksi KING : Alkaloida + 4 volume Diazo A + 1 volume Diazo B + natrium
Hidroksida = merah intensif. Hasil positif untuk Morfin, Kodein, Tebain dan lain-
lain.
Reaksi SANCHEZ : Alkaloida + p-nitrodiazobenzol (p-nitroanilin + Natrium
Nitrit + Natrium Hidrolsida) = ungu kemudian jingga. Hasil positif untuk
alkaloida opium kecuali Tebain, Emetin, Kinin, kinidin setelah dimasak dengan
Asam Sulfat 75%.
18
BAB III
ISI
19
nikotin mengalami perubahan struktur karena adanya senyawa–senyawa
kimia di sekitarnya (Susilowati, 2006)
Pada biosintesis nikotin, cincin pirolidin berasal dari asam amino ornitin
dan cincin piridin berasal dari asam nikotinat yang ditemukan dalam tumbuhan
tembakau. Gugus amino yang terikat pada ornitin digunakan untuk membentuk
cincin pirolidin dari nikotin (Susilowati, 2006).
20
III.1.2 Biosintesis Asam Nikotinat
21
Reaksi 1,2-dihidropiridina pada C-5 lebih konsisten daripada posisi C-3.
(Petroski,1991)
b. Cara Isolasi
(Kartika Ratnasari,2012)
Isolasi dari Senyawa Asam Nikotinat
Sebanyak 80 gram daun tembakau dikeringkan, ditambahkan 650
ml NaOH 4 M kemudian di panaskan dalam penangas air 50°C selama 2
22
jam kadang-kadang digoyang-goyangkan. Larutan di saring dan filtrat di
tampung dalam beaker glass. Residu daun tembakau diekstraksi kembali
dengan 400 ml NaOH 4 M dengan cara yang sama sebelumnya. Filtrat di
kumpulkan dengan filtrat yang pertama, selanjutnya di destilasi hingga
mendapatkan destilat kuning muda. Destilasi diuji secara kualitatif
dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dan menggunakan pewarnaan
reagen dragendroff. Destilat dipekatkan dengan alat evapolator suhu
45°C. HCL (p) sebanyak 3 ml ditambahkan hingga dicapai pH 3.
Sebanyak 50 mM 2, 4, 6 trinitrophenol dan 50 mM NaOH di tambahkan
ke dalam campuran, kemudian campuran diaduk secara perlahan hingga
terbentuk kristal kuning dan kristal dipisahkan dengan penyaringan.
Kristal di rekristalisasi dengan aquadest mendidih sebanyak 1 L. sebanyak
12,5 gram kristal di tambah 20 ml NaOH 1 M, diaduk selama 5 menit.
Larutan di ekstraksi dengan dietil eter dan fraksi dietil eter dievaporasi
dengan rotary evapolator sehingga diperoleh nikotin.
Konversi Nikotin menjadi Asam Nikotinat
Dalam labu didih volume 1 L di masukkan 560 ml HNO3 (p) dan
di tambahkan Kristal nikotin sebanyak 42 g,selanjutnya dilakukan
penggoyangan hingga campuran homogen (dilakukan dalam lemari asam).
Campuran dipanaskan dalam penangas air (dilakukan dilemari asam)
hingga suhu mencapai 70ᵒC,campuran dipanasi selama 10-12 jam.
Campuran dalam labu didih dituang dalam cawan dengan permukaan lebar
dan dievaporasi selama 10 jam dalam penangas air. Evaporate
dipindahkan kedalam beaker glass dan ditambahkan 80ml aquadest dan
dipanasi hingga larut. Larutan dibiarkan dingin hingga terbentuk Kristal
kuning dan kemudian di saring untuk memishkan Kristal dengan larutan.
Kristal dilarutkan kembali dengan 40ml aquadest dan diberi arang aktif
(sebaiknya digunakan arang dari tulang hewan). Sebanyak 84g kristal
dilarutkan dengan aquadest mendidih sebanyak 180ml dan ditambahkan
Kristal garam basa fosfat sebanyak 160g dan diaduk secara konstan.
Campuran dipanaskan hingga hamper mendidih selama 5 menit sambal
23
diaduk dan dibiarkan dingin pada suhu ruang. Setelah dingin dimasukkan
ke dalam ice bath sambal kadang-kadang diaduk. Kristal disaring dan
dibilas dengan aquadest dingin 3 kali sebanyak 100ml. untuk mendapatkan
pemurniaan maka dilakukan rekristalisasi.
Analisa Kandungan Nikotin dengan HPLC
Daun tembakau kering angina dihaluskan dengan grinder dan
dikeringkan dakam drying cabinet suhu 60ᵒC selama 24 jam. Tepung daun
tembakau sebanyak 0,5 g diekstrak dengan larutan buffer fosfat 25mM pH
7,8 sebanyak 10ml. campuran diagitasi pada shaker selama 24 jam.
Larutan disaring dengan kertas whatman no 2 kemudian diencerkan 10kali
dengan aquadest. Filtrat disaring dengan kertas milipore 0,45 µm dan
diinjeksikan pada HPLC sebanyak 20 µL dengan phase gerak 40%
methanol pH 7,25 (diatur dengan asam phosphate) 0,2% etanolamin
dengan laju aliran 0,5 ml/menit pada panjang gelombang 254 nm.
24
furoquinolin, quinazolin, vasicin, alkaloid evodia : rutaecarpin dan evodimanin
(Cordell,1981 : 236-257).
25
26
III.2.3 Proses Isolasi Senyawa (IW.G.Gunawan. 2009)
Sintesis Metil-N(2,3-xilil)antranilat dengan pereaksi Diazometana
Kedalam labu erlenmeyer dimasukkan 5 gram (0,021 mol) asam N(2,3-
xilil)antranilat dan 10 ml eter, diaduk hingga terbentuk suspensi, kemudian
didinginkan pada suhu 0oC. Tambahkan sedikit demi sedikit diazometana melalui
corong. Penambahan dihentikan bila larutan telah berwarna kuning pucat, tanda
27
diazometana telah berlebih. Selanjutnya pelarut eter diuapkan dan kristal yang
terbentuk direkristalisasi dengan pelarut etanol.
28
III.2.4 Efek Farmakologi
Asam N(2,3-xilil)antranilat merupakan turunan dari asam antranilat yang
mempunyai efek analgesik dengan mekanisme kerja menghambat sintesis
prostaglandin dengan cara menghambat aktivitas enzim siklooksigenase (Anonim,
1989).
29
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Alkaloid adalah senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan,
bersifat basa, dan struktur kimianya mempunyai sistem cincin heetrosiklik dengan nitrogen
sebagai hetero atomnya. Unsur-unsur alkaloid adalah karbon, hydrogen, nitrogen, dan
oksigen. Alkaloid yang struktur kimianya tidak mengandung oksigen hanya ada beberapa
saja. Ada pula alkaloid yang mengandung unsur selain keempat unsur yang telah
disebutkan. Adanya nitrogen dalam lingkar pada struktur kimia alkaloid menyebabkan
alkaloid bersifat alkali (Sumardjo, 2006 : 438).
Penggolongan Alkaloid, Menurut Condell 1981, klasifikiasi alkaloid berdasarkan asal
atau biosintesisnya yaitu: Alkaloid turunan ornitin, alkaloid turunan lisin, alkaloida turunan
asam nikotinat, alkaloida turunan fenilalanin dan tirosin, alkaloid asam antranilat, alkaloid
turunan triptofan, alkaloid turunan histidine, alkaloid turunan dari poliasetat, alkaloid dari
turunan jalur isoprenoid.
Alkaloida turunan asam nikotinat. Biosintesis alkaloid yang berasal dari asam amino non-
esensial yaitu asam nikotinat. Nikotin telah dianggap sebagai turunan dari asam nikotina.
Terdapat lima kelompok yang diturunkan dari asam nikotinat yaitu alekolin, ricinin,
anatabin, dioscorin, dan nikotin (Cordell 1981 : 196).
Alkaloid asam antranilat, tumbuhan kelompok Rutaceae merupakan yang paling kaya
kandungan alkaloid turunan asam antranilat. Alkaloid yang diturunkan oleh asam antranilat
yaitu ehinopsin, selain itu memilki furan atau cincin piran yang tersambung pada cincin
piridin (dictamin dan flindersin, furoquinolin, quinozolin, vasicin, alkaloid evodia :
rutaecarpin dan evodinamin (Cordell 1981 : 236).
30
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Siafudin. 2012. Senyawa Alam Metabolit Sekunder Teori, Konsep, dan Teknik Pemurnian.
Yogyakarta. Grup Penerbitan CV Budi Utama.
Kartika Ratnasari, Devi., 2012. dkk. Konversi Pada Daun Tembakau Menjadi Asam Nikotinat
(Prvitamin B) Sebagai Pilihan Produk Industri Hilir Berbahan Baku Tembakau.
Susilowati, E., Y., 2006, Identifikasi Nikotin dari Daun Tembakau (Nicotiana tabacum) Kering
dan Uji Ekstrak Daun Tembakau Sebagai Insektisida Penggerek Batang Padi Sebagai
(Scirpophaga innonata). Universitas Indonesia
Cahyono, Bambang. 1998. TEMBAKAU, Budi daya dan Analisis Tani. Yogyakarta. Kanisius
Cordell, A.F. 1981. Introduction to Alkaloids. New York: John Wiley and Sons, Inc
Anonim. 1989. Martindale The Extra Pharmacopoei, 29th edition. The Pharmaceutical Press.
London
Aniszewski, T., 2007, Alkaloids – Secrets of Life: Alkaloid Chemistry, Biological Significance,
Applications And Ecological Role, First edition, Elsevier, Amsterdam.
31
Aniszewski, T., 2015, Alkaloids: Chemistry, Biology, Ecology and Application Second Edition,
Elsevier, Amsterdam.
Roberts, M.F., dan Wink, M., 1998, Alkaloids: Biochemistry, Ecology and Medicinal
Applications, Plenum Press, New York
32