Anda di halaman 1dari 12

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR

NAMA : FAHMIZAN RIMAWAN


NIM : 41118310023

ABSTRAK
Tanah lempung Besitang adalah salah satu jenis tanah yang menimbulkan banyak kerusakan
karena sensitivitas yang tinggi terhadap perubahan kadar air, sehingga menyebabkan penurunan kuat
geser. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan tanah dengan penambahan kapur untuk meningkatkan
sifat fisis dan mekanis.
Penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki sifat fisis dan mekanis di uji di laboratorium
yang terdiri dari uji identifikasi dan uji karakteristik tanah. Uji batasan Atterberg, analisa saringan,
dan berat jenis dilakukan untuk mengetahui peningkatan sifat fisis, dan uji pemadatan dengan
standart proctor dan kuat geser dengan Direct Shear Test untuk mengetahui perubahan sifat
mekanis.Pengujian ini dilakukan pada variasi campuran tanah lempung yang dicampur dengan kadar
kapur 2 %, 4 %, 6 %, 8%, 10 %.
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa tanah lempung Besitang dengan
campuran kapur dapat menurunkan plastisity indeks sebesar 39.15 %, dan menaikkan berat isi kering
sebesar 0.114gr / cc pada penambahan kapur dari 0 % ke 10 %, dan menaikkan persentase lolos
saringan sebesar 4.7 % pada penambahan kapur 10 %, dan menaikkan berat jenis sebesar 12
% pada penambahan kapur 10 %. Pada pengujian kuat geser langsung nilai kohesi meningkat dari
0.16 kg /cm 2 menjadi 0.59 kg / cm 2, dan peningkatan juga terjadi pada nilai sudut geser sebesar
4 .20 0 pada penambahan kapur dari 4 % ke 6 %.

Kata kunci : Tanah lempung, kapur, kuat geser

1. PENDAHULUAN
Tanah didefenisikan sebagai material yang terdiri dari agregat ( butiran ), mineral –
mineral padat yang tersedimentasi ( terikat secara kimia ) satu sama lain dan dari bahan
organik yang telah melapuk ( yang berpartikel padat ) disertai dengan zat cair dan gas yang
mengisi setiap ruang – ruang kosong diantara partikel – partikel padat tersebut. Ukuran dari
setiap butiran tanah sangat bervariasi dan sifat fisis dari tanah sangat tergantung dari faktor
– faktor ukuran, bentuk dan komposisi kimia dari butiran. Tanah pada umumnya terdiri dari
kerikil ( gravel ), pasir ( sand ), lanau( silt) atau lempung ( clays ). Jenis ini sangat
tergantung pada partikel – partikel yang paling dominan pada tanah tersebut. Dari segi
mineral yang disebut tanah lempung adalah yang mempunyai partikel – partikel mineral
tertentu yang menghasilkan sifat plastis pada tanah apabila dicampur dengan air, jadi dari
segi mineral tanah dapat juga disebut bukan tanah lempung meskipun terdiri dari partikel –
partikel yang sangat kecil
Perilaku tanah lempung, terutama kuat uji geser perlu diselidiki. Karena sebagian
besar tanah yang ada di Indonesia termasuk dalam kategori tanah lempung. Salah satunya
tanah yang berada di daerah Besitang, Sumatera Utara. Ada beberapa sifat – sifat tanah
lempung yang perlu diperhatikan dalam suatu proyek bangunan, yaitu permeabilitas,
pemampatan dan kuat tekan, sedangkan sifat fisis, yaitu batas konsistensi, kadar air,
perbandingan ruang kosong ( void ratio ), kerapatan relatif, ukuran butiran.

Permasalahan yang biasanya timbul dari tanah lempung ini yaitu tingkat
sensitifitasnya yang terlalu tinggi terhadap perubahan kadar air, sehingga perlu dilakukan
stabilisasi, diantaranya dengan menggunakan kapur sebagai bahan stabilisasi.

Diharapkan setelah melakukan stabilisasi, sensitifitas tanah lempung terhadap kadar


air akan semakin rendah. Sehingga tanah lempung dapat digunakan sebagai penopang
pondasi bahan konstruksi.

Tanah lempung mengembang merupakan masalah global dalam bidang sipil. Banyak
daerah di Indonesia yang memiliki jenis tanah lempung mengembang. Di Indonesia Pulau
Sumatera khususnya di Besitang Sumatera Utara. Di daerah tersebut tanah lempungnya
masih tergolong tanah lempung yang kurang baik apabila digunakan sebagai penopang
pondasi bangunan konstruksi apapun terutama konstruksi jalan raya.

Tanah lempung mengembang merupakan tanah yang memiliki tingkat sensitifitas


tinggi dan mempunyai sifat kembang susut yang dapat menimbulkan kerusakan pada
bangunan yang berdiri diatasnya, tanah ini juga memiliki potensi mengembang dan
menyusut sangat tinggi akibat perubahan kadar air didalam tanah. Tanah lempung
mengembang mempunyai daya dukung yang cukup baik, bila dalam keadaan tidak jenuh
air dan buruk bila dalam keadaan jenuh air.

Sehingga perlu dilakukan alternatif perbaikan tanah lempung mengembang untuk


mendapatkan tanah yang lebih stabil. Dalam hal ini langkah yang diambil adalah dengan
menstabilisasi tanah lempung dengan mengubah sifat fisis dan mekanis tanah sehingga
kekuatan dan daya dukungnya dapat meningkat. Peningkatan kekuatan daya dukung akan
mengakibatakan tanah lempung Besitang menjadi lebih stabil dan mampu mendukung
beban dari permukaan yang lebih besar tanpa mengakibatkan terjadi suatu deformasi yang
besar. Tanah lempung Besitang ini juga termasuk kedalam tanah lempung yang
mengembang yang mempunyai nilai liquid limit dan plastis limit yang tinggi untuk
menurunkan nilai – nilai tersebut stabilisasi kapur diharapkan dapat menurunkan nilai- nilai
tersebut. Stabilisasi yang diuraikan dalam penelitian ini adalah stabilisasi tanah lempung
dengan menambah kapur yang dapat menyebabkan perubahan fisis dan mekanis pada
tanah.
2. METODE PENELITIAN
Bahan uji yang diteliti yaitu tanah lempung yang diambil dari daerah Besitang
Sumatera Utara. Pengambilan contoh tanah dilakukan dengan cara menggali langsung
tanah dengan kedalaman 1 meter – 1.50 meter. Sampel tanah tersebut ada 2 yaitu sampel
tanah terganggu ( Disturbed Samples ) yang dimasukkan ke dalam kantong plastik dan
tanah yang tidak terganggu ( Undisturbed Samples ) yang dimasukkan ke dalam pipa
paralon.

Kapur yang digunakan dalam percobaan ini adalah jenis kapur padam yang banyak
didapatkan di toko – toko bahan bangunan.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang dilaksanakan di Laboratorium


Mekanika Tanah Institut Teknologi Medan. Pada benda uji dilakukan terlebih dahulu
pengeringan sampai tercapai kondisi kering udara. Persiapan sampel untuk propertis, tanah
dihancurkan dan selanjutnya dilakukan penyaringan dengan saringan No. 40. Kemudian
dilakukan uji Atterberg, analisa ukuran butiran, pemadatan, berat jenis dan uji kuat geser (
Direct Shear Test )

2.1. Pelaksanaan Penelitian


Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan jurusan Teknik Sipil Institut teknologi Medan ( ITM ).
Adapun pelaksanaan penelitian meliputi :
- Tahapan persiapan
- Tahapan penelitian pendahuluan
- Pengujian utama

2.2. Tahapan Pelaksanaan Pengujian


Manfaat hasil pengujian di laboratorium, sangat tergantung pada tahapan persiapan
contoh tanah yang akan digunakan, yaitu meliputi :
- Pengambilan tanah dari daerah Besitang, Sumatera Utara
- Prosedur pengambilan tanah dari lapangan
- Penyediaan kapur sebagai bahan stabilisasi
- Serta pembuatan benda uji di laboratorium

2.3. Tahapan Penelitian Pendahuluan


Adapun tiga pengujian yang dilakukan terlebih dahulu pada tahapan penelitian
pendahuluan yaitu indeks propertis, antara lain :
- Analisa saringan ( Sieve Analysis )
- Berat jenis ( Spesific Gravity )
- Batas konsistensi ( Atterberg Limit )
- Pemadatan ( compaction )
Pengujian pendahuluan ini bertujuan untuk mencari sifat – sifat fisis tanah.

2.4. Pelaksanaan Pengujian Kuat Geser Langsung


Pelaksanaan pengujian kuat geser langsung dilakukan di laboratorium Mekanika
Tanah Institut Teknologi Medan. Lamanya pelaksanaan penelitian ini disesuaikan dengan
waktu yang diperlukan untuk dapat memperoleh keseluruhan data - data hasil pengujian.
Untuk pelaksanaan pengambilan contoh dilakukan dengan dua tahapan, yaitu :
- Pengujian dengan tanah yang tidak terganggu ( Undisturbed Samples )
- Pengujian dengan tanah yang terganggu ( Disturbed Samples ), yang telah
dicampur dengan kapur padam dengan masing – masing persentase panambahan
kapur adalah 0 %, 2 %, 4 %, 6 %, 8 %, 10 %.

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar manfaat kapur
yang digunakan sebagai bahan stabilisasi pada tanah lempung terhadap nilai kuat geser.
Pengujian kuat geser langsung dilakukan dengan menggunakan kotak geser yang berbentuk
lingkaran sesuai dengan gambar 3.2.1a. Contoh tanah yang digunakan dalam penelitian ini
berbentuk cincin 3.2.3a dan diletakkan diantara dua buah batu berpori 3.2.2a ( porous stone
). Kemudian contoh tanah diletakkan dalam kotak geser dan ditempatkan pada alat kuat
geser langsung dengan pembebanan sebesar 10 kg, 20 kg, 30 kg. Ada tiga buah dial yang
digunakan dalam pengujian ini yaitu dial deformasi horizontal, dial deformasi vertikal, dan
dial proving ring, dial deformasi vertikal diletakkan dibagian atas kotak geser, sesuai
dengan gambar 3.2b, dan laju pergerakan geser harus diantara 0.02 sampai 0.1 inchi / menit
( 0.27 sampai 6.36 mm / menit ). Pembacaan dial vertikal dilakukan berdasarkan waktu
yang telah ditentukan, dan pembacaan dial proving ring dilakukan berdasarkan pembacaan
terhadap dial horizontal. Pembacaan dial proving ring bertujuan untuk mendapatkan beban
horizontal pada contoh tanah.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Pengaruh Penambahan Kapur Terhadap Berat Jenis
Nilai berat jenis pada kondisi asli adalah 2,71 dan setelah penambahan kapur 2%
berat jenis menjadi 2,72 , 4 % adalah 2,74 , 6 % adalah 2,76 , 8 % adalah.2,79 , 10 % adalah
2,83. Peningkatan nilai dari asli ke penambahan kapur 2 % adalah 1 % , 2 % ke 4% adalah
2 % , 4 % ke 6 % adalah 2 % , 6 % ke 8 % adalah 3 % , dan 8 % ke 10 % adalah 4 %.

Penambahan kapur terhadap tanah menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan


nilai berat jenis seiring dengan bertambahnya persentase kapur yang digunakan ( Gambar
1 ). Hal ini disebabkan, karena bercampurnya antara dua bahan dengan berat jenis yang
berbeda.

Selain itu, campuran kapur dengan tanah mengakibatkan mengecilnya rongga –


rongga pori yang telah ada dan merekatkan partikel – partikel tanah, sehingga sebagian
tanah akan dikelilingi bahan kapur yang lebih keras dan lebih sulit ditembus air. Rongga
pori yang terisolasi oleh lapisan kapur akan terukur sebagai volume butir sehingga
memperbesar volume butir.
Tabel 1 Hasil Uji Penambahan Kapur Terhadap Berat Jenis
No Kapur % Berat Jenis
1 0 2.71
2 2 2.72
3 4 2.74
4 6 2.76
5 8 2.79
6 10 2.83
Berat Jenis

Gambar 1 Hubungan Antara % Kapur dengan Berat Jenis


3.2. Pengaruh Penambahan Kapur Terhadap Batas Konsistensi
Hasil uji batas konsistensi menunjukkan bahwa penambahan kapur mampu
meningkatkan plastisitas tanah. Dari uji yang dilakukan menunjukkan bahwa penambahan
kapur dapat menurunkan plastisitas indeks tanah. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan
nilai batas cair, meningkatkan nilai batas plastis dan nilai batas susut. Penurunan indeks
plastisitas dapat menyebabkan penurunan nilai potensial pengembangan. Nilai batas
konsistensi dapat dilihat pada gambar 2 sampai gambar 5 dibawah ini.
Tabel 2 Hasil Uji Atterberg Terhadap Penambahan Kapur
No Kapur % Batas Cair Batas Plastis Indeks Batas
LL PL Plastisitas Susut
PI SL
1 0 80.62 17.71 62.91 22.39
2 2 75.12 21.13 53.99 27.37
3 4 73.11 23.18 49.93 30.09
4 6 66.34 31.68 34.66 36.61
5 8 65.66 34.84 30.82 40.27
6 10 62.89 39.13 23.76 47.75

LL
Nilai Liquit Limit

% Kapur

Gambar 2 grafik hubungan Antara Persen Kapur Dengan Nilai Liquit limit

PL
50
Nilai Plastis Limit

40

30

20

10
10 12
% Kapur

Gambar 3. Grafik Hubungan Antara Persen Kapur Nilai Plastis Limit


PI

Nilai Plastis Indeks


70
60

50
40

30
20

10 12
% Kapur

Gambar 4. Grafik Hubungan Antara Persen Kapur Dengan Nilai Plastis Indeks
Nilai Shrinkage Limit

Gambar 5. Grafik Hubungan Antara Persen Kapur Dengan Nilai Shrinkage Limit

3.3. Pengaruh Penambahan Kapur Terhadap Gradasi Butiran.


Hasil uji gradasi uji tanah untuk tanah asli menunjukkan bahwa jumlah butiran halus
lolos saringan nomor 200 adalah 38,34 % dan setelah penambahan persentase kapur 10 %
menjadi 33,64 %, menyebabkan perubahan komposisi fraksi, yaitu bertambahnya fraksi
tertahan saringan no. 200 ( lihat gambar 6 ).

Perubahan ini menyebabkan gradasinya beragam. Salah satu penyebabnya adalah


terjadinya penggumpalan akibat proses penambahan kapur, sebagian partikel berubah
ukuran menjadi lebih besar.
y = -0.4383x + 37.741

Passing Percent (%)


39
38
37
36
35
34
33
10 12
% Kapur

Gambar 6: Grafik Hubungan antara % Kapur Dengan fraksi Lolos Saringan no. 200

3.4. Pengaruh Penambahan Kapur Terhadap Pemadatan.


Karakteristik pemadatan adalah kepadatan ( densitas ) kering atau volume kering
maksimum ( MDD ) dan kadar air optimum ( OMC ). Hasil uji pemadatan menunjukkan
bahwa penambahan persentase kapur memperlihatkan kecenderungan peningkatan berat
volume kering maksimum, ( gambar 7 ). Dari gambar dapat dilihat nilai kadar air
maksimum, berat isi kering untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3. Hal ini
disebabkan karena mengecilnya rongga – rongga antara partikel campuran tanah akibat
penambahan kapur. Kenaikan berat volume kering maksimum, salah satu penyebabnya
adalah semakin merapat jarak antara partikel tanah, sehingga tanah lebih padat dan terjadi
penurunan kadar air optimum.

Tabel 3. Hasil Uji Pemadatan


No Kadar Kapur W optimum ( % ) D Maksimum
(%) ( gr / cc )
1 0 27,5 1,414
2 2 26,6 1,424
3 4 26,0 1,471
4 6 25,8 1,476
5 8 25,5 1,516
6 10 25,0 1,528
Berat Isi Kering (gr / cc )

Gambar 7. Grafik Hubungan Antara Kadar Air Dengan Berat Isi Kering

3.5. Pengaruh Penambahan Kapur Terhadap Kuat Geser Langsung


Pengujian kuat geser langsung dilakukan untuk mengetahui nilai kohesi dan sudut
geser yang terjadi pada tanah. Pengujian di laboratorium sangat dipengaruhi oleh metode
pembuatan contoh tanah selain jenis dan kepadatan contoh tanah.

Hasil pengujian kuat geser langsung terhadap panambahan kapur dapat dilihat pada
tabel4.
Tabel 4 Hasil pengujian kuat geser
No Kadar Kapur Kohesi Sudut Geser Dalam ( 0
(%) (Kg/ cm2) )
1 0 0,16 22,8
2 2 0,28 26,4
3 4 0,46 28,5
4 6 0,59 32,7
5 8 0,52 36,0
6 10 0,41 39,6

Grafik hubungan antara tegangan normal dan tegangan geser untuk setiap variasi
penambahan kapur dapat kita lihat pada gambar 8.
T egan gan G eser
( k g /c m 2 )

Gambar 8 : Grafik Hubungan Antara Tegangan Normal Dengan Tegangan Geser.

3.6. Hubungan Persentase Kapur Dengan Nilai Kohesi Dan Sudut Geser
Besarnya kuat geser tanah dipengaruhi oleh kualitas dari bahan, lekatan antar butiran
dan kepadatannya. Kualitas bahan berhubungan erat dengan kekasaran dan kekuatan.
Bahan keras artinya tidak mudah hancur dan menjadi butir – butir yang lebih kecil atau
berubah bentuk, karena pengaruh perubahan kadar air.

Ikatan antara butir merupakan kemampuan saling mengunci antar butiran, dan
adanya rekatan yang merekatakan permukaan butiran tersebut. Semakin kuat ikatan antar
butir akan menghasilkan nilai kuat geser semakin tinggi dan begitu pula sebaliknya. Dapat
dilihat bahwa hasil pengujian menunjukkan nilai kuat geser efektif terjadi pada
penambahan 6 % kapur sebesar 0.59, walaupun penambahan kapur lebih tinggi akan
menghasilkan nilai kuat geser tidak jauh berbeda. Maka penambahan kapur yang paling
efektif adalah antara 0 % sampai 6 %.

Dari analisa yang dilakukan sebagaimana diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa stabilisasi dengan kapur pada tanah lempung ini dapat memperbaiki sifat fisis dan
mekanis tanah. Penambahan kapur pada tanah lempung akan mengakibatkan daya dukung
sebanding dengan peningkatan kuat geser tanah.
Nilai Kohesi (kg/cm 2)

Gambar 9. Grafik Hubungan Kadar Kapur dengan Nilai Kohesi


Sudut Gesek (... o)

Gambar 10. Grafik Hubungan Kadar Kapur dengan Sudut Gesek

4. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Hasil uji Atterberg dengan variasi kapur 0 %, 2 %, 4 %, 6 %, 8 %, 10 % terjadi
penurunan nilai indeks plastisitas sebesar 39.15 % dari penambahan kapur 0 % ke 10
%.
2. Hasil uji pemadatan diperoleh peningkatan berat isi kering ( MDD ) sebesar 0.114 gr /
cc dari penambahan kapur 0 % ke 10 %, dan penurunan terhadap kadar air optimum (
OMC ) sebesar 2.5 % dari penambahan kapur 0 % ke 10 %.
3. Hasil uji kuat geser langsung terhadap penambahan kapur adalah terjadinya
peningkatan nilai sudut geser sebesar 4.20 0 dari penambahan kapur 4 % ke 6%, dan
menunjukkan peningkatan nilai kohesi maksimum pada penambahan 6 % kapur
sebesar 0.59 kg / cm 2
DAFTAR PUSTAKA
Arfan Muhammad ( 2002 ), ” Pengaruh Kapur Pada Tanah Eksfansif Mengandung Batu
bara Terhadap Kuat Geser ”, Teknik Sipil, UGM.

Bowles Joseph. E ( 1991 ), ” Mekanika Tanah ” edisi 2, Erlangga, Jakarta.

Das. B. M ( 1991 ), ” Mekanika Tanah ( Prinsip – prinsip Rekayasa Geoteknis ) ”, jilid 1


dan 2, Erlangga, Jakarta.

Fitrianto Adi ( 2002 ), ” Perbaikan Sifat Teknis Tanah Negeri Lama Rantau Parapat
Dengan Stabilisasi Semen Tiga Roda ”, Teknik Sipil, ITM.

Ingless. O. G dan Metcalf ( 1972 ), ” Soil Stabilization ”, Sydney, Butterworth.

Sinaga Masdinar ( 2003 ), “ Meningkatkan Daya Dukung Tanah Lempung Besitang


Dengan Cara Stabilisasi Semen Padang “, Teknik Sipil, ITM.

Waruwu A’azokhi ( 2003 ) “ Pengaruh Penambahan Semen Pada Tanah Lempung


Terhadap Nilai CBR ”, Teknik Sipil, ITM.

Anda mungkin juga menyukai