Alinyemen Horisontal ialah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal ATAU
proyeksi horisontal sumbu jalan tegak lurus bidang horisontal/kertas .
Alinyemen horisontal merupakan trase jalan yang terdiri dari garis lurus dan garis lengkung.
Garis lengkung ditempatkan antara 2 garis lurus untuk mendapatkan perubahan jurusan yang
bertahap.
Sedapatnya mungkin menghindari broken back, artinya tikungan searah yang hanya
dipisahkan oleh tangen yang pendek.
Pada bagian yang relatif lurus dan panjang, jangan sampai terdapat tikungan yang
tajam yang akan mengejutkan pengemudi.
Kalau tidak sangat terpaksa jangan sampai menggunakan radius minimum, sebab
jalan tersebut akan sulit mengikuti perkembangan-perkembangan mendatang.
Dalam hal kita terpaksa menghadapi tikungan dengan lengkung majemuk harus
diusahakan agar R1 > 1,5 R2.
Pada tikungan berbentuk S maka panjang bagian tangen diantara kedua tikungan
harus cukup untuk memberikan rounding pada ujung-ujung tepi perkerasan.
Untuk menetapkan alinyemen horizontal pada suatu rute, section ataupun segment dari suatu
jalan, perlu diketahui terlebih dahulu ‘Topography” yang akan dilalui oleh trase jalan yang
akan di design. Keadaan topograpi tersebut kemudian akan dijadikan dasar dalam
menetapkan besarnya kecepatan rencana dari jalan yang akan direncanakan, setelah kelas
jalan tersebut ditentukan.
Full Circle – FC (Lengkung Penuh) yaitu, Lengkung yang hanya terdiri dari bagian
lengkung tanpa adanya peralihan. Yang dimaksud disini adalah hanya ada satu jari2
lingkaran pada lengkung tersebut. (lihat perbedaan dengan SCS)
Ditinjau secara keseluruhan alinyemn vertikal harus dapat memberikan kenyamanan kepada
pemakai jalan disamping bentuknya jangan sampai kaku. Untuk mencapai itu harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Sedapat mungkin menghindari broken back, grad line atinya jangan sampai kita
mendesaign lengkung vertikal searah (cembung maupun cekung) yang hanya
dipisahkan oleh tangen yang pendek.
Menghindari hidden dip, artinya kalau kita mempunyai alinymen vertikal yang relatif
datar dan lurus, jangan sampai didalamnnya terdapat lengkung-lengkung cekung yang
pendek yang dari jauh kelihatannya tidak ada atau tersembunyi.
Landai penurunan yang tajam dan panjang harus diikuti oleh pendakian agar secara
otomatis kecepatan yang besar dari kendaraan dapat dikurangi.
Kalau pada suatu potongan jalan kita menghadapi alinyemen vertikal dengan
kelandaian yang tersususun dari prosentase kecil sampai besar, maka kelandaian yang
paling curam harus ditaruh pada bagian permulaan landai, berturut-turut kemudian
kelandaian yang lebih kecil. Sampai akhirnya yang paling kecil.
Kecepatan rencana
Kecepatan rencana yang diambil harus disesuaikan dengan ketetapan yang telah
dipakai pada alinyemen horizontal. Dengan demikian klasifikasi medan yang telah
ditetapkan untuk alinyemen horizontal berikut wilayah-wilayah kecepatan rencananya
harus dijadikan pegangan untuk menghitung tikungan-tikungan pada alinyemen
vertikal. Kalau hal ini tidak dijaga akan diperoleh ketidak seimbangan, misalnya
disatu pihak kita mempunyai kecepatan rencana yang tinggi untuk alinyemen
horizontal, sedangkan alinyemen vertikalnya hanya mempunyai kecepatan rencana
yang lebih rendah atau sebaliknya. Ini berarti akan merugikan pemakai jalan atau
bahkan bias membahayakan pemakai jalan.
Topography
Keadaan topography ini earat hubungannya dengan volume pekerjaan tanah. Untuk
terrain yang berat sering kita terpaksa harus menggunakan angka-angka kelandaian
maximum pada alinyemen vertikal agar volumem pekerjaan tanah dapat dikurangi.
Pada perencanaan jalan baru kita harus agak berhati-hati dalam menetapkan
alinyemen vertikal. Sebab sekali kita kurang bijaksana dalam menetapkan kelandaian
jalan, perbaikannya akan menuntut biaya yang sangat besar. Disamping itu penetapan
kelandaian harus sedemikian sehingga tinggi galian atau dalamnya timbunan masih
dalam batas-batas kemampuan pelaksanaan.
Fungsi jalan
Dalam merencanakan jalan (terutama didaerah perkotan) sering kita hadapi bahwa
rencana jalan kita akan crossing dengan existing road. Sebelum menetapkan bentuk
tersebut kita harus mengetahui betul, apa sebetulnya fungsi jalan kita maupun fungsi
jalan yang dicross oleh kita jalan tersebut. Sehingga dengan demikian dapat kita
tentukan bentuk-bentuk crossing tersebut. Dari bentuk-bentuk crossing tersebut baru
dapat kita tentukan alinyemen vertikalnya.
Tanah dasar
Kadang-kadang kita terpaksa membuat jalan diatas tanah dasar yang sering kena
banjir. Disini kita harus hati-hati artinya jangan sampai alinyemen vertikal kita tidak
cukup tinggi. Kedudukan alinyemen vertikal harus sedemikian sehingga : Permukaan
air banjir tidak mencapai lapis-lapis perkerasan. Cukup tinggi sampai kita dapat
memasang culvert yang betul-betul bisa berfungsi.