Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam istilah biologi, tentu kita tidak lepas dari kata biji. Biji merupakan bakal
biji (ovulum) yang dihasilkan oleh tumbuhan berbunga dan dikenal sebagai alat
perkembangbiakan pada tanaman.
Biji menjadi salah satu bagian terpenting dari tumbuhan, karena dari bijilah
akan terbetuk tumbuhan baru. Pembentukan tumbuhan baru dari biji tentunya melalui
berbagai proses pertumbuhan dan perkembangan biji.
Perkembangan biji menyebabkan berkembangnya embrio yang ada didalam biji
dan akhirnya akan menghasilkan kecambah yang nantinya akan berkembang
membentuk tanaman baru.
Seperti yang telah diketahui baha perkembangan biji diikuti dengan
perkembangan struktur biji yang nantinya akan membentuk organ-organ pada
tanaman baru yang terbentuk.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis akan membahas tentang struktur dan
perkembangan biji, embrio dan kecambah pada makalah kali ini.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dalam
makalah ini adalah :
1. Bagaimana pengertian dari biji?
2. Bagaimana struktur dari biji monokotil dan dikotil?
3. Bagaimana struktur embrio dan kecambah?
4. Bagaimana perkembangan biji?
5. Bagaimana perkembangan embrio dan kecambah?
6. Bagaimana proses terjadinya poliembrio?
7. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkecambahan biji?

1
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tu]ujuan dari penulisan makalah
ini adalah :
1. Mengetahui pengertian biji.
2. Mengetahui struktur biji monokotil dan dikotil.
3. Mengetahui struktur embrio dan kecambah.
4. Mengetahui perkembangan biji.
5. Mengetahui perkembangan embrio dan kecambah.
6. Mengetahui proses terjadinya poliembrio.
7. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Biji


Biji merupakan suatu struktur kompleks, yang terdiri dari embrio atau lembaga,
kulit biji dan persediaan makanan cadangan. Dalam biji banyak tumbuhan, makanan
disimpan di dalam lembaga biji itu sendiri, pada tumbuhan lain, makanan disimpan
dalam jaringan di sekililingnya.
Biji berfungsi untuk penyebaran yang berperan penting untuk kelangsungan
hidup suatu jenis. Biji merupakan awal dari kehidupan tumbuhan baru di luar
induknya. Bagian utama dari biji adalah kulit biji, endosperma bila ada, dan embrio.
Biji merupakan perkembangan lebih lanjut dari bakal biji. Embrio dan endosperma
adlah produk fertilisasi, sedangkan kulit biji berkembang dari integumen bakal biji.
Dengan demikian biji telah memperlihatkan diri sebagai perkembangan penting
dalam reproduksi dan pemencaran Spermatophyta (tumbuhan berbunga atau
tumbuhan berbiji; Gr. sperma biji, phyton tumbuhan); dibandingkan dengan tanaman
yang lebih primitif seperti lumut, lumut hati dan pakis, yang tidak memiliki biji dan
menggunakan cara lain untuk menyebarkan diri. Ini tampak pada kenyataan bahwa
tumbuhan berbiji mendominasi relung-relung biologi sejak dari padang rumput
hingga ke hutan, baik di wilayah tropis maupun daerah beriklim dingin.
Kata "biji" berasal dari bahasa Sanskerta. Kata "biji" acap dipertukarkan
penggunaannya dengan "benih" dan "bibit". Dalam istilah teknis pertanian dan
kehutanan, "benih" adalah biji yang dipersiapkan khusus untuk menghasilkan
tanaman baru. Sedangkan "bibit" (atau juga disebut "semai") adalah tanaman muda
siap tanam hasil perkembangan benih, atau hasil perbanyakan tanaman dengan cara
yang lain (misalnya cangkok, stek, okulasi dan lain-lain).
Biji (bahasa Latin:semen) adalah bakal biji (ovulum) dari tumbuhan berbunga
yang telah masak. Biji dapat terlindung oleh organ lain (buah, pada Angiospermae
atau Magnoliophyta) atau tidak (pada Gymnospermae). Dari sudut pandang evolusi,
biji merupakan embrio atau tumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapat
bertahan lebih lama pada kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan.Bagi tumbuhan
biji (spermathophyta) biji ini merupakan alat perkembangbiakan yang utama, karena
3
biji mengandung calon tumbuhan baru (lembaga). Dengan dihasilkan biji, tumbuhan
dapat mempertahankan jenisnya, dan dapat pula terpencar ke 6 tempat lain. Semula
biji itu duduk pada suatu tangkai pada papan biji atau tembuni (placenta).

2.2. Struktur Biji Monokotil Dan Dikotil


Bagian-bagian biji secara umum dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:
bagian dasar biji dan bagian non dasar biji.
1. Bagian-Bagian Dasar Biji
a. Embrio
Embrio adalah suatu tanaman baru yang terjadi dari bersatunya gamet-
gamet jantan dan betina pada suatu proses pembuahan. Embrio yang
berkembangnya sempurna terdiri dari struktur-struktur sebagai berikut :
epikotil (calon pucuk), hipokotil (calon batang), kotiledon (calon daun) dan
radikula (calon akar). Tanaman di dalam kelas Angiospermae
diklasifikasikan oleh banyaknya jumlah kotiledon. Tanaman monokotiledon
mempunyai satu kotiledon misalnya : rerumputan dan bawang. Tanaman
dikotiledon mempunyai dua kotiledon misalnya kacang-kacangan
sedangakan pada kelas Gymnospermae pada umumnya mempunyai lebih
dari 2 kotiledon misalnya pinus, yang mempunyai sampai sebanyak 15
kotiledon. Pada rerumputan (grasses) kotiledon yang seperti ini disebut
scutellum, kuncup embrioniknya disebut plumulle yang ditutupi oleh upih
pelindung yang disebut koleoptil, sedangkan pada bagian bawah terdapat
akar embrionik yang disebut radicule yang ditutupi oleh upih pelindung
yang disebut coleorhiza.

b. Jaringan Penyimpan Cadangan Makanan


Pada biji ada beberapa struktur yang dapat berfungsi sebagai jaringan
penyimpan cadangan makanan, yaitu : Kotiledon, misalnya pada kacang-
kacangan, semangka dan labu. Endosperm, misal pada jagung, gandum, dan
golongan serelia lainnya. Pada kelapa bagian dalamnya yang berwarna
putih dan dapat dimakan merupakan endospermnya. Perisperm, misal pada
famili Chenopodiaceae dan Caryophyllaceae, Gametophytic betina yang
4
haploid misal pada kelas Gymnospermae yaitu pinus. Cadangan makanan
yang tersimpan dalam biji umumnya terdiri dari karbohidrat, lemak, protein
dan mineral. Komposisi dan presentasenya berbeda-beda tergantung pada
jenis biji, misal biji bunga matahari kaya akan lemak, biji kacang-kacangan
kaya akan protein, biji padi mengandung banyak karbohidrat.

c. Pelindung Biji
Pelindung biji dapat terdiri dari kulit biji, sisa-sisa nucleus dan endosperm
dan kadang-kadang bagian buah. Tetapi umumnya kulit biji (testa) berasal
dari integument ovule yang mengalami modifikasi selama proses
pembentukan biji berlangsung. Biasanya kulit luar biji keras dan kuat
berwarna kecokelatan sedangkan bagian dalamnya tipis dan berselaput.
Kulit biji berfungsi untuk melindungi biji dari kekeringan, kerusakan
mekanis atau serangan cendawan, bakteri dan insekta.Dalam hal
penggunaan cadangan makanan terdapat beberapa perbedaan diantara sub
kelas monokotiledon dan dikotiledon dimana pada : Sub kelas
monokotiledon : cadangan makanan dalam endosperm baru akan dicerna
setelah biji masak dan dikecambhakan serta telah menyerap air. Contoh
jagung, padi, gandum. Sub kelas dikotiledon : cadangan makanan yang
terdapat dalam kotileodon atau perisperm sudah mulai dicerna dan diserap
oleh embrio sebelum biji masak. Contoh kacang-kacangan, bunga matahari
dan labu

2. Bagian-Bagian Non Dasar Biji


a. Kulit Biji (Spermodermis)
Kulit Biji (Testa) Kulit biji terletak paling luar. Testa berasal dari
intergumen ovule yang mengalami modifikasi selama pembentukan biji
berlangsung. Seluruh bagian intergumen dapat berperan dalam
pembentukan kulit biji. Lapisan ini mempunyai sifat yang bermacam-
macam, ada yang tipis, ada yang kaku seperti kulit, dan ada yang keras
seperti kayu atau batu. Bagian ini merupakan pelindung utama bagi bagian
biji yang ada di dalam. Lapisan luar ini juga dapat memperlihatkan warna
5
dan gambaran yang berbeda-beda misalnya merah, biru, pirang, kehijau-
hijauan, ada yang licin rata, dan ada pula yang mempunyai bentuk keriput.
Lapisan testa terdiri dari dari 3 bagian yaitu:
1) Lapisan terluar (Sarkotesta), adalah lapisan luar pada kulit biji
tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae). Biasanya tebal berdaging.
Pada waktu masih muda berwarna hijau, kemudian berubah menjadi
kuning, dan akhirnya merah.
2) Lapisan bagian tengah (Sklerotesta), suatu lapisan yang kuat dan keras,
berkayu, menyerupai kulit dalam (endocarpium) pada buah batu.
3) Lapisan terdalam (Endotesta), biasanya tipis seperti selaput, seringkali
melekat erat pada inti biji. Pada kulit luar biji itu masih dapat ditemukan
bagian-bagian lain seperti:
 Sayap (ala). Alat tambahan berupa sayap pada kulit luar biji, dan
dengan demikian biji mudah dipencarkan oleh angin, ch. pada
spatodea (Spathodea campanulata P.B.), kelor (Moringa oleifera
Lamk).
 Bulu (coma). Penonjolan sel-sel kulit luar biji yang berupa rambut-
rambut yang halus, memudahkan biji ditiup oleh angin, ch. pada
kapas (Gossypium), biduri (Calotropis gigantea Dryand).
 Salut biji (arillus). Biasanya berasal dari pertumbuhan tali pusar,
misalnya pada bijidurian (Durio zibethinus Murr), dll.
 Salut Biji semu (arillodium). Seperti salu biji, tetapi tidak berasal
dari tali pusar. Melainkan tumbuh dari bagian sekitar liang bakal biji
(micropyle).
4) Pusar biji (Hilus). Bagian kulit luar biji bekas perlekatan dengan tali
pusar, biasanya kelihatan kasar dan mempunyai warna yang berlainan
dengan bagian lain kulit biji. Pusar biji jelas kelihatan pada biji
tumbuhan berbuah polong, misalnya ; Kacang panjang (Vigna Sinensis
Edl), kacang merah (Phaseolus vulgaris L), dll.
 Liang biji (micropyle). Ialah liang kecil bekas jalan masuknya buluh
serbuk sari ke dalam bakal biji pada peristiwa pembuahan. Tepi liang

6
inii seringkali tumbuh menjadi badan berwarna keputih-putihan,
lunak, yang disebut karunkula (caruncula). Jika badan yang berasal
dari tepi liang ini sampai merupakan salut biji, maka disebut salut
biji semu (arillodium).
 Bekas-bekas pembuluh pengangkutan (Chalaza). Yaitu tempat
pertemuan integument dengan nukleus, masih kelihatan pada biji
anggur (Vitis vinifera.L).
 Tulang biji (Raphe). Yaitu tali pusar pada biji, biasanya hanya
kelihatan pada biji yang berasal dari bakal biji yang mengangguk
(anatropus), dan pada biji biasanya tak begitu jelas lagi, masih
kelihatan misalnya pada biji jarak (Ricinus communis L).

b. Tali Pusar (Funiculus)


Tali pusar merupakan bagian yang menghubungkan biji dengan tembuni,
jadi merupakan tangkainya biji. Jika biji masak, biasanya biji terlepas dari
tali pusarnya (tangkai biji), dan pada biji hanya tampak bekasnya yang
dikenal sebagai pusar biji.

c. Inti Biji (Nucleus Seminis)


Inti biji ialah semua bagian biji yang terdapat di dalam kulitnya, oleh sebab
itu inti biji juga dapat dinamakan isi biji.
1) Putih Lembaga (albumen). Jaringan berisi cadangan makanan untuk
masa permulaan kehidupan tumbuhan baru (kecambah) sebelum dapat
mencari makanan sendiri.
2) Embrio. Embrio adalah suatu tanaman baru yang terjadi dari bersatunya
gamet jantan dan betina pada suatu proses tumbuhan. Embrio
merupakan sporofit muda, pada beberapa tumbuhan embrionya
mempunyai kloroplas dan berwarna hijau. Embrio dikelilingi oleh
kotiledon dan endosperma yang merupakan persediaan makanan. Calon
tumbuhan baru yang akan tumbuh menjadi tumbuhan baru terdiri dari
yaitu:

7
 Radikula (akar lembaga atau calon akar). Pada biji dikotil radikula
berkembang menjadi akar tunggang. Sedangkan pada monokotil
berkembang menjadi akar serabut.
 Cotyledon (daun lembaga). Merupakan daun kecil yang terletak di
bawah daun pertama kecambah.
 Cauliculus (batang lembaga). Terdiri dari : ruas batang di atas daun
lembaga (internodium epicotylum), dan ruas batang di bawah daun
lembaga (internodium hypocotylum).
3) Putih Lembaga (Albumen). Putih lembaga adalah bagian biji, yang
terdiri atas suatu jaringan yang menjadi tempat cadangan makanan bagi
lembaga. Tidak setiap biji mempunyai putih lembaga. Seperti misalnya
pada biji tumbuhan berbuah polong (Leguminosae), cadangan makanan
tidak tersimpan dalam putih lembaga, melainkan dalam daun lembaga,
oleh sebab itu daun lembaganya menjadi tebal. Melihat asalnya jaringan
yang menjadi tempat penimbunan zat makanan cadangan tadi kita dapat
membedakan putih lembaga dalam:
 Putih lembaga dalam (endospermium). Jika jaringan penimbun
makanan itu terdiri atas sel-sel yang berasal dari inti kandung
lembaga sekunder yang kemudian setelah dibuahi oleh salah satu inti
sperma lalu membelah-belah menjadi jaringan penimbun makanan
ini. Hanya dapat ditemukan pada tumbuhan biji tertutup
(Angiospermae).
 Putih lembaga luar (perispremium). Jika bagian ini berasal dari
bagian biji di luar kandung lembaga, entah dari nuselus entah dari
selaput bakal biji. Biji yang sebagian besar terdiri atas putih lembaga
dalam, misalnya biji jagung (Zea mays L) dan biji rumput
(Gramineae) umumnya, sedang biji yang untuk sebagian besar hanya
terdiri atas putih lembaga luar ialah biji lada (Piper nigrum L.). Ada
pula biji yang cadangan makanannya tersimpan baik dalam putih
lembaga luar maupun dalam, jadi kedua-duanya ada pada biji tadi,
seperti misalnya pada biji pala (Myristica fragrans Houtt).

8
Pada dasarnya biji mempunyai susunan yang tidak berbeda dengan bakal biji,
tetapi dipergunakan nama-nama yang berlainan untuk bagian-bagian yang sama
asalnya, misalnya : Integumentum pada bakal biji, kalau sudah menjadi biji
merupakan kulit biji (spermodermis) (Rifai, 1976).
Bagian-bagian biji tersebut tidak terdapat pada seluruh jenis biji-bijian.
Masing-masing biji memiliki perbedaan pada strukturnya. Perbedaan paling
mencolok yang sering ditemukaan adalah pada struktur biji monokotil dan biji
dikotil.

Berikut ini merupakan table perbedaan struktur biji monokotil dan dikotil:

2.3. Struktur Embrio Dan Kecambah


Seperti yang telah dibahas pada struktur biji, bahwa didalam biji terdapat
embrio (lembaga) yang merupakan salah satu komponen penting dari biji. Maka dari
itu berikut ini akan dibahas tentang struktur dari embrio.
Namun selain struktur embrio, akan dibahas pula tentang struktur dari
kecambah yang merupakan tumbuhan baru yang muncul akibat perkembangan
embrio didalam biji.

9
1. Struktur Embrio
Lembaga atau embryo merupakan calon tumbuhan baru, yang nantinya akan
tumbuh menjadi tumbuhan baru, lembaga didalam biji telah memperlihatkan ketiga
bagian utama tubuh tumbuhan yaitu :

a. Akar lembaga atau calon akar (radicula)


Yang biasanya akan tumbuh terus merupakan akar tunggang ( untuk
tumbuhan yang tergolong dicotyledoneae). Akar lembaga ini ujungnya
menghadap kearah liang biji, dan pada perkecambahan biji, akar itu akan
tumbuh menembus kulit biji (spermodermis) dan keluar. Pada rumput
(Gramineae), akar lembaga dalam biji terselubungi oleh suatu sarung yang
dinamakan sarung akar lembaga (coleorhiza). Pada perkecambahan biji
rumput sarung calon akar itu juga akan tertembus dan sisanya akan tinggal
sebagai badan yang melingkar pada pangkal akar

b. Daun lembaga (cotyledon)


Yang merupakan daun pertama suatu tumbuhan. Daun lembaga dapat
mempunyai fungsi yang berbeda-beda yaitu :
 Sebagai tempat penimbunan makanan, yang lalu kelihatan tebal,
seringkali mempunyai bentuk cembung pada satu sisi dan rata pada sisi
yang lain, jumlahnya biasanya dua, dan duduk berhadapan pada sisi yang
rata. Dalam hal yang demikian nampaknya biji seperti terdiri atas dua
belahan atau dua keping saja, oleh sebab itu daun lembaga seringkali
dinamakan belahan biji atau keping biji, yang sebenarnya tidak tepat.
 Sebagai alat untuk melakukan asimilasi, jadi bertugas seperti daun-daun
biasanya.

c. Batang lembaga (cauliculus)


Yang sering kali dapat dibedakan dalam dua bagian yaitu:
 ruas batang diatas daun lembaga (internodium epicotylum)
 ruas batang dibaah daun lembaga (internodium hypocotylum )

10
Batang lembaga beserta calon-calon daun merupakan bagian lembaga yang
dinamakan pucuk lembaga (plumula) jumlah daun lembaga pada biji
merupakan salah satu ciri yang penting dalam mengadakan penggolongan
tumbuhan biji.
 Tumbuhan bijinya yang mempunyai lembaga dengan satu daun lembaga.
Disini daun lembaga mempunyai bentuk seperti perisai dan bertugas
untuk mengisap makanan dari putih lembaga,dan dinamakan skutelum.
Tumbuhan yang lembaganya hanya mempunyai satu daun lembaga
disebut tumbuhan biji tunggal (monocotyledoneae), karena biji tampak
utuh atau tunggal.
 Tumbuhan yang bijinya mempunyai lembaga dengan dua daun lembaga,
dengan adanya dua daun lembaga tersebut dinamakan tumbuhna biji
belah (dicotyledoneae).
 Tumbuhan yang bijinya mempunyai lembaga dengan lebih dari dua daun
lembaga, biji dengan lemabaga yang mempunyai lebih dari dua daun
lembaga hanya dapat kita dapati pada golongan tumbuhan biji terbuka
(gymnospermae).

2. Struktur Kecambah
a. Radikula
Radikula merupakan bakal calon akar yang tumbuhn selama masa
perkecambahan. Fungsinya adalah sebagai bagian tanaman yang akan
berkembang menjadi akar tanaman yang akan menyokong dan menyuplai
bahan – bahan makanan untuk diproses pada bagian tanaman lainnya.
b. Plumula
Plumula merupakan bakal calon batang yang tumbuh selama masa
perkecambahan. Fungsinya adalah sebagai bagian tanaman yang akan
mengalami perkembangan ke atas untuk membentuk batang dan daun.
c. Sumbu tubuh
 Epikotil
 Hipokotil

11
2.4. Perkembangan Biji
Tujuan utama dari perkembangan biji adalah sbb:
 Pemantapan pola dasar tubuh tumbuhan, sumbu akar - pucuk
 Akumulasi cadangan makanan untuk proses perkecambahan
 Persiapan dormansi biji

Selama perkembangan biji, embrio berdiferensiasi menjadi 2 sistem organ,


yaitu :
 Sumbu embrio. Sumbu embrio terdiri atas meristem akar dan pucuk yang
akan membentuk tumbuhan dewasa setelah perkecambahan biji.
 Kotiledon, merupakan sistem organ yang berdiferensiasi paling akhir, yang
akan mengalami penuaan setelah perkecambahan dan bertanggung jawab
untuk mensintesis dan menyimpan cadangan makanan untuk proses
perkecambahan.
Berikut ini merupakan tahapan dari proses selama perkembangan biji:
 Histodiferensiasi: 1 sel zigot membelah secara mitotik dan berdiferensiasi
menjadi embrio (matang morfologi tercapai).
 Pembesaran: tidak ada pembelahan sel. Terjadi pembesaran sel dan
akumulasi cadangan makanan (protein, diikuti oleh lemak dan KH sampai
masak fisiologi tercapai).
 Pemasakan: terjadi penurunan metabolisme karena penurunan KA. Embrio
tidak aktif.
Perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi selama perkembangan biji adalah
sbb:
 Bobot basah
Bobot basah benih meningkat segera setelah proses fertilisasi, karena
pembelahan dan perkembangan sel, dan mencapai maksimum setelah lewat
matang morfologis
 Bobot kering
Bobot kering mulai meningkat setelah benih mencapai matang morfologis,
dan mencapai maksimum pada saat masak fisiologi

12
 Kadar air benih
Pada saat fertilisasi kadar air benih masih tinggi ( + 80 %), dan mulai
menurun pada saat berat kering mulai meningkat

2.5. Perkembangan Embrio Dan Kecambah


Setelah biji mengalami perkembangan, maka berikutnya akan terjadi
perkembangan pada embrio yang menyebabkan terjadinya perkembangan kecambah.

1. Perkembangan Embrio
Setelah terjadi perkembangan biji, maka proses selanjutnya adalah
embriogenesis, embriogenesis sendiri adalah proses terbentuknya embrio,
mencakup dari fertilisasi sampai fase dormansi. Peristiwa yang terjadi selama
embriogenesis adalah sebagai berikut:
 Pemantapan bentuk dasar tumbuhan.
 Pola aksial → pembentukan sumbu basal-apikal (pucuk – akar)
 Pola radial menghasilkan tiga sistem jaringan
 Penyusunan jaringan meristematik untuk mengelaborasi struktur setelah
masa embrio (daun, akar , bunga dsb.)
 Pemantapan penyimpanan cadangan makanan yang cukup untuk
perkecambahan embrio sampai kecambah bersifat autotrof.

Perkembangan yang berlangsung selama embriogenesis adalah sbb:


a. Zigot mengalami polarisasi apikal-basal, sel apikal yang kecil dengan
sitoplasma kental dan sel basal yang besar dengan sitoplasma encer. Sel
basal akan membentuk struktur berumur pendek yang di sebut suspensor
sedangkan sel apikal akan menjadi embrio.
b. Tahap globuler, embrio berupa kumpulan sel dengan struktur berbentuk
bundar.
c. Tahap hati, embrio bertambah masa dan jumlah selnya serta membentuk
cekungan di bagian apikal sehinggga strukturnya menyerupai hati.

13
d. Tahap torpedo, merupakan tahap awal ketika prekursor dari kotiledon, akar,
dan batang mulai dapat dikenali.
e. Tahap kotiledon, kotiledon memanjang pada magnoliopsida ada dua yang
kotiledon yang mengalami perkembangan sedangkan pada liliopsida hanya
satu kotiledon (skutelum) yang berkembang.

Perkembangan embrio ditandai dengan:


a. Embrio mencapai ukuran penuh.
b. Embrio mengalami perubahan perkembangan pada tingkat sel secara terus
menerus.
c. Sel-sel embrio dan kotiledon mulai mensintesis dan menyimpan protein,
lipid dan pati , akan memberikan energi dan bangunan dasar untuk
perkacambahan dan pertumbuhan
d. Biji mengering, kehilangan 80 persen kadar air sebelumnya.
e. Biji memasuki masa dormansi.

 Embriogenesis Liliopsida (Monokotil)


 Zigot membelah melintang asimetris membentuk sel apikal yang kecil dan
sel basal yang besar. Sel basal membesar tanpa membelah membentuk
haustorium sel tunggal. Seluruh embrio berasal dari sel apikal. Sel apikal
membelah melintang menjadi 2.
 Sel membelah berkali-kali membentuk proembrio tahap globular.
 Proembrio menjadi berbentuk oval , bagian tengah membentuk plumula.

14
 Tahap kotiledon, terbentuk kotiledon tunggalyang kemudian menjadi
skutelum, pada sisi ini pembelahan sel lebih cepat dari sisi lain sehingga
kesimetrisan embrio berubah, sel-sel pada sisi yang pertumbuhanya lambat
menjadi plumula dan epikotil.

 Embriogenesis Magnoliopsida (Dikotil)


 Zigot membelah asimetris membentuk sel apikal yang kecil dan sel basal
yang besar
 Sel apikal berkembang menjadi embrio, sel basal selanjutnya membelah
melintang membentuk suspensor
 Sel apikal membelah memanjang membentuk proembriotetrad. Suspensor
membelah melintang beberapa kali.
 Sel apikal membelah vertikal dengan bidang pembelahan tegak lurus
bidang pertama, pada tahap ini proembrio barada pada tahap 8 sel.setiap sel
membelah melintang menghasilkan stadium 16 sel, setiap sel akan
membelah secara periklinal menghasilkan protoderma di sebelah luar yang
akan berdiferensiasi menjadi epidermis.
 sel sebelah dalam akan membentuk meristem dasar, sistem prokambium,
hipokotil. Pada tahap ini embrio berada pada tahap globular.
 Embrio tahap globular mengalami pendataran dibagian apeks, pada tahap
ini embrio pada tahap hati.
 Embrio tahap torpedo
 Pemanjangan terus terjadi membentuk embrio tahap kotiledon
 Suspensor membantuk embrio masuk dalam endospermauntuk mendapat
makanan
 Embrio tahap kotiledon tumbuh dan melengkung di dalam biji. Suspensor
sudah mengecil.
Berdasarkan perbedaan perkembangan proembrio sampai tahap empat sel,
embrio magnoliopsida dapat dikelompokkan menjadi lima tipe, yaitu:
1) Tipe Cruciferae
 Sel apikal dari proembrio dua sel membelah secara longitudinal

15
 Sel basal berperan sedikit atau tidak sama sekali pada perkembangan
embrio selanjutnya
2) Tipe Astread
 Sel apikal dari proembrio dua sel membelah secara longitudinal
 Sel basal dan sel apikal berperan dalam pembentukan embrio
3) Tipe Solanad
 Sel apikal dari proembrio dua sel membelah secara transversal
 Sel basal hanya sedikit berperan atau tidak sama sekali pada
perkembangan embrio selanjutnya
 Sel basal berkembang menjadi suspensor yang terdiri atas dua atau lebih
sel
4) Tipe Caryophylad
 Sel apikal dari proembrio dua sel membelah secara transversal
 Sel basal hanya sedikit berperan atau tidak sama sekali pada
perkembangan embrio selanjutnya
 Sel basal tidak mengadakan pembelahan selanjutnya. Bila ada berasal
dari perkembangan sel apikal.
5) Tipe Chenopodial
 Sel apikal dari proembrio dua sel membelah secara transversal
 Sel basal dan sel apikal berperan dalam pembentukan embrio selanjutnya

Pembelahan embrio pertama yang dilakukan oleh zigot adalah transversal, yang
membagi sel telur yang telah dibuahi itu menjadi sebuah sel basal dan sebuah sel
terminal Sel terminal akhirnya akan membentuk sebagian besar embrio itu. Sel
basal akan terus membelah diri secara transversal, menghasilkan suatu benang sel-
sel yang disebut suspensor (penggantung), yang akan menjaga agar embrio tetap
berada di integumen bakal-biji dan memindahkan zat-zat makanan ke embrio
tersebut dari tumbuhan induk dan, pada beberapa tumbuhan, dari endospermanya.
Sementara itu, sel terminal akan membelah diri beberapa kali dan membentuk
suatu proembrio yang berbantuk bola yang bertaut dengan suspensor tadi.
Kotiledon, atau keping biji, mulai terbentuk sebagai benjolan pada proembrio

16
tersebut. Dikotil, dengan kedua kotiledonnya, berbentuk seperti jantung pada tahap
ini. Hanya satu kotiledon saja yang berkembang pada monokotil.
Segera setelah kotiledon-kotiledon yang belum sempurna ini muncul, embrio
akan memanjang. Di antara kotiledon terdapat meristem apikal dari tunas
embrionik. Ada ujung berlawanan dari sumbu embrio tersebut, di mana suspensor
akan bertaut, terdapat ujung dari akar embrionik, juga dengan sebuah meristem.
Setelah biji berkecambah, meristem apikal yang terletak pada ujung tunas dan akar
akan menyokong pertumbuhan primer selama tumbuhan itu hidup. Ketiga
meristem primer—protoderm, meristem dasar, dan prokambium—juga ada pada
embrio. Dengan demikian, perkembangan embrio menghasilkan dua ciri bentuk
tumbuhan; sumbu akar-tunas, dengan meristem pada ujung yang berlawanan; dan
pola radial protoderm, meristem dasar, dan prokambium, kumpulan yang akan
menyebabkan munculnya ketiga sistem jaringan (jaringan dermal, jaringan dasar,
dan jaringan pembuluh). Sementara embrio berkembang, biji akan menumpuk
protein, minyak, pati dan menahan zat-zat makanan ini dalam tempat penyimpanan
sampai biji tersebut berkecambah.

2. Perkembangan Kecambah
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio.
Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses
perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang
menjadi batang, dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar.
Embrio yang tumbuh belum memiliki klorofil, sehingga embrio belum dapat
membuat makanan sendiri. Pada tumbuhan, secara umum makanan untuk
pertumbuhan embrio berasal dari endosperma. Proses perkecambahan benih
merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi,
fisiologi dan biokimia. Pada tanaman, tahapan dalam perkecambahannya terdiri
dari:
a. Proses Penyerapan Air (Imbibisi)
Perembesan air kedalam benih (imbibisi), merupakan proses penyerapan air
yang berguna untuk melunakkan kulit benih dan menyebabkan pengembagan
embrio dan endosperma. Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit benih
17
permeabel terhadap air dan tersedia cukup air dengan tekanan osmosis tertentu.
Dalam tahap ini, kadar air benih naik menjadi 25-35 %, sehingga kadar air
didalam benih itu mencapai 50-60% dan hal ini menyebabkan pecah atau
robeknya kulit benih. Selain itu, air memberikan fasilitas untuk masuknya
oksigen kedalam benih. Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel untuk
gas, tetapi apabila dinding sel diimbibisi oleh air maka gas akan masuk ke
dalam sel secara difusi. Hal tersebut dikarenakan selain membutuhkan air,
benih yang berkecambah juga memerlukan suhu sekitar 10-40°C dan oksigen.
Apabila dinding sel kulit benih dan embrio menyerap air, maka suplai oksigen
meningkat pada sel-sel hidup sehingga memungkinkan lebih aktifnya
pernapasan. Sebaliknya, CO2 yang dihasilkan oleh pernapasan tersebut lebih
mudah mendifusi keluar (Manurung dan Ismunadii, 1988 : Kozlowski 1972)

b. Aktivasi Enzim
Aktivasi enzim terjadi setelah benih berimbibisi dengan cukup. Enzim-enzim
yang teraktivasi pada proses perkecambahan ini adalah enzim hidrolitik seperti
α-amilase yang merombak amylase menjadi glukosa, ribonuklease yang
merombak ribonukleotida, endo-β-glukanase yang merombak senyawa glukan,
fosfatase yang merombak senyawa yang mengandung P, lipase yang merombak
senyawa lipid, peptidase yang merombak senyawa protein.

c. Perombakan Cadangan Makanan


Terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, dan protein
menjadi bentuk-bentuk yang terlarut.

d. Translokasi Makanan Ke Titik Tumbuh


Setelah penguraian bahan-bahan karbohidrat,protein,lemak menjadi bentuk-
bentuk yang terlarut kemudian ditranslokasikan ke titik tumbuh.

e. Pembelahan dan Pembesaran Sel


Assimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik
menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan
18
sel-sel baru. Merupakan tahap terakhir dalam penggunaan cadangan makanan
dan merupakan suatu proses pembangunan kembali.

f. Munculnya Radikal dan Pertumbuhan Kecambah


Munculnya radikal adalah tanda bahwa proses perkecambahan telah sempurna.
Proses ini akan diikuti oleh pemanjangan dan pembelahan sel-sel. Proses
pemanjangan sel ada dua fase yakni; fase 1 (fase lambat) dimana pemanjangan
sel tidak diikuti dengan penambahan bobot kering dan fase 2 (fase cepat), yang
diikuti oleh penambahan bobot segar dan bobot kering. Pertumbuhan dari
kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada
titik-titik tumbuh, pertumbuhan kecambah ini tergantung pada persediaan
makanan yang ada dalam biji. Kecambah mulai mantap setelah ia dapat
menyerap air dan berfotosintesis (autotrof). Semula, ada masa transisi antara
masih disuplai oleh cadangan makanan sampai mampu autotrof. Saat autotrof
dicapai proses perkecambahan telah sempurna.
 Perkembangan Kecambah Dikotil
Kotiledon tumbuhan dikotil yang kaya akan makanan akan tetap tertinggal
dalam tanah saat berkecambah bila perkembangannya hipogeal, contohnya
adalah kapri; atau muncul ke permukaan tanah secara epigeal, contohnya pada
kacang-kacangan, lobak dan selada. Dalam kedua kasus tersebut, bengkokan
yang terbentuk di dekat apeks batang mendorong tanah ke atas sambil menarik
daun atau kotiledom muda yang lunak itu. Bengkokan pada batang ini
terbentuk akibat pertumbuhan tak imbang di kedua sisi hipokotil atau epikotil,
sebagai responsnya terhadap etilen segera setelah berkecambah. Saat
bengkokan muncul dari tanah, cahaya merah yang bekerja melalui Pfr memacu
meluruskan bengkokan (Salisbury, 1995).
Tampaknya melurusnya bengkokan diakibatkan oleh terhambatnya sintesis
etilen oleh cahaya di dalam bengkokan tersebut. Perbedaan pertumbuhan yang
disebabkan oleh pemanjangan sel yang lebih cepat di sisi bawah (cekung)
dibandingkan dengan sisi atas (cembung) menyebabkan bengkokan menjadi
lurus. Bersamaan dengan pelurusan ini, cahaya meningkatkan pembukaan helai

19
daun, pemanjangan tangkai daun, pembentukan klorofil dan perkembangan
kloroplas, seperti terjadi juga pada daun rumputan (Salisbury, 1995).
Sebagian besar pertumbuhan daun yang terpacu cahaya setidaknya pada
tumbuhan dikotil, disebabkan oleh HIR. Contoh yang baik ditunjukkan oleh
daun primer kacang-kacangan. Tumbuhan yang tumbuh di bawah cahaya
merah redup selama sepuluh hari memiliki daun yang agak lebih lebar dan
jumlah selnya juga beberapa kali lebih banyak daripada daun yang tumbuh di
tempat gelap. Ketika tumbuhan itu dipindahkan ke cahaya putih, pemelaran sel
dan pertumbuhan daun sangat meningkat. Dalam hal ini cahaya biru yang
bekerja melalui sistem HIR lah yang menyebabkan pemelaran sel dengan cara
mengasamkan dinding sel epidermis; jadi merenggangkan sel-sel tersebut
sehingga seluruh daun melar lebih cepat meskipun dengan tekanan turgor tetap
(Salisbury, 1995).
Ketika fotosintesis mulai terjadi di daun dan kotiledon batang menjadi lebih
pendek dan lebih kekar. Tentu saja, kecambah yang tumbuh di tempat gelap tak
dapat memanjang setelah pasokan makanannya habis; tapi, bila karbohidrat
atau lemak masih mencukupi, cahaya masih juga menghambat pemanjangan
batang (Salisbury, 1995).
 Perkembangan Kecambah Monokotil
Bahan makanan yang terkumpul pada biji-biji terdapat dalam endosperma, dan
kegiatan utama kotiledon ialah peruraian dan translokasi cadangan makanan ini
untuk pertumbuhan bibit tanaman. Pada perkecambahan jagung dan beberapa
famili rumput-rumputan, butir-butimya yang mengandung perisai atau scutelum
dan sisa-sisa endosperma, tetap tertinggal di dalam tanah. Koleoptilnya, yang
dianggap sebagai bagian dari kotiledon, menutupi dan melindungi plumula
sewaktu tumbuh ke atas melalui tanah (Tjitrosomo, 1983).
Sistem perakaran primer, yang dibentuk dari raclikula, tidak pemah menjadi
besar dan dapat digunakan untuk sementara. Akar-akar primer ini dilengkapi
oleh sistem perakaran sekunder yang lebih kuat, asalnya liar, yang terbentuk
dari buku-buku bawah pada batang. Buku-buku ini adalah bagian dari plumula
yang dengan demikian didorong menembus ke atas tanah pada waktu
perkecambahan. Jika akar-akar sekunder timbul pada saat gerakan ini, maka
20
dapat dipastikan bahwa alcar-akar tersebut akan rusak. Juga, daun-daun muda
tumbuhan rumput-rumputan tidak akan mampu mendorong tanah untuk keluar
kecuali kalau tetap di lindungi oleh koleoptil. Mekanisme yang mengendalikan
dan menggabungkan berbagai perkembangan tersebut merupakan peristiwa
yang menarik (Tjitrosomo, 1983).
Bila ujung koleoptil menembus permukaan tanah, maka laju pembentukan
auksinnya sangat dikurangi oleh adanya cahaya. Maka proses-proses
pertumbuhan menjadi kebalikannya,. Perpanjangan ujung mesokotil berhenti,
plumula timbul dari koleoptil, dan akar tumbuh dari buku pertama (Tjitrosomo,
1983).

 Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses perkecambahan terbagi atas :


a. Perkecambahan Epigeal
Perkecambahan epigeal merupakan perkecambahan yang ditandai dengan
bagian hipokotil terangkat keatas permukaan tanah. Hipokotil benih
memanjang dan mengangkat keping biji menembus permukaan tanah,
kemudian keping biji membuka dan epikotil benih tumbuh menjadi tunas.
Kotiledon sebagai cadangan energi akan melakukan proses pembelahan
dengan sangat cepat untuk membentuk daun. Perkecambahan ini misalnya
terjadi pada kacang hijau (Phaseolus radiatus) dan tanaman jarak.

b. Perkecambahan Hypogeal
Perkecambahan hipogeal merupakan perkecambahan yang ditandai dengan
terbentuknya bakal batang yang muncul ke permukaan tanah, sedangkan
kotiledon tetap berada di dalam tanah (hipokotil tetap berada di dalam

21
tanah). Tipe perkecambahan hipogeus hipokotil benih tidak memanjang
tetapi epikotil benih yang memanjang menembus permukaan tanah. Contoh
tipe ini terjadi pada kacang kapri dan jagung.

2.6. Poliembrio
Poliembrioni adalah peristiwa terdapatnya lebih dari satu embrio dalam satu
biji. Dalam hal ini ketika suatu biji dikecambahkan maka akan terdapat lebih dari
satu tanaman yang akan tumbuh dari satu biji tanaman tersebut. Poliembrioni terjadi
pada bakal biji yang telah mengalami pembuahan kemudian timbul beberapa embrio.
Salah satu embrio berasal dari perkawinan sel telur dan inti sperma, sedangkan yang
lainnya terbentuk di luar kandung embrio, misalnya pada nuselus, atau integument.
Orang yang melaporkan pertama kali, terjadinya poliembrioni adalah Antoni van
Leeuwenhoek pada tahun 1719, pada biji jeruk.
Poliembrio pada angiospermae kemungkinan terjadi karena hal-hal berikut ini:
1. Pembelahan pada saat proembrio
a. Zigot membelah tidak teratur membentuk kelompok sel yang tumbuh simultan dan
membentuk beberapa embrio.
b. Proembrio membentuk tunas kecil yang dapat berfungsi sebagai embrio
c. Embrio yang membentuk filament menjadi bercabang dan masing-masing tumbuh
menjadi embrio
2. Apomiksis
Apomiksis adalah reproduksi aseksual yaitu proses reproduksi tanpa terjadinya
fusi gamet betina dan gamet jantan.
Pada reproduksi aseksual terdapat adanya 2 proses yang selalu
berkesinambungan (tak terputuskan), yaitu:
a. Meiosis: suatu proses pembelahan sel-sel sporofitik yang diploid menjadi
sel-sel gametik yang haploid. Misalnya pada mikrosporogenesis (terjadinya

22
mikrospora). Mikrospora akan menghasilkan gamet jantan (n).
Megasporogenesis (terjadinya megaspora) megaspore yang berfungsi akan
menghasilkan kantong embrio dengan bagian-bagiannya, yaitu sel telur,
sinergid dan antipoda (semuanya haploid (n)).
b. Pembuahan adalah fusi dari sel-sel gametik (sperma dan sel telur)
menghasilkan zigot (2n). Zigot merupakan generasi awal fase sporofitik
yang diploid.
Menurut Maheswari (1950) apomiksis pada tumbuhan Angiospermae
dibedakan menjadi yaitu:
a. Apomiksis Yang Tidak Berulang
Pada tipe ini sel induk megaspora mengalami pembelahan meiosis secara
normal, terbentuk kantong embrio yang haploid. Embrio mungkin berasal
dari sel telur yang tidak di buahi (parthenogenesis haploid) atau berasal dari
sel lain pada gametofit
b. Apomiksis Berulang
Kantong embrio beraal dari arkesporium (apospori generatif) atau bagian
lain dan nuselus (apospri somatik). Semua inti sel yang menyusun kantong
embnio bersifat diploid. Embnio berasal dan sel telur yang tidak dibuahi
(parthenogenesis diploid) atau dan sel lain pada gametofit (apogami
diploid).
Menurut Bhojwani & Bhatnagar (1999) apomiksis dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Reproduksi vegetatif, yaitu tanaman diperbanyak melalui bagian tubuhnya
(seperti akar, daun atau batang) selain menggunakan biji.
b. Agamospermi
Ada 2 tipe agamospermi, yaitu:
 Embrio berkembang dari suatu sel gametofit betina yang tidak
mengalami meiosis.
 Berasal langsung dari sel-sel somatik yang menyusun ovulum (bakal
biji), seperti nuselus dan integumen. Embrio yang berasal dari sel
somatik (2n) disebut embrio adventif.
Pada agamospermi dimana kantong embrio berasal dari sel induk
megaspora yang tidak mengalami meiosis disebut diplospori, dan yang
23
berasal dari sel soma (nuselus) disebut apospori. Jadi apomiksis berulang
adalah agamospermi.

Poliembrio terdiri atas dua macam, yaitu poliembrionik secara spontan dan
secara induksi. Berikut ini penjelasan rincinya.
1. Poliembrionik Secara Spontan
Merupakan poliembrionik yang terjadi secara alami, tidak terdapat pengaruh
dari orang lain, misalnya campur tangan manusia.
Pembentukan embrio mulai dari pembentukan gamet jantan dan betina.
 Jantan : mikrosporofit - tetrad – mikrospora – mikrosporofit (sudah matang
(2n))
 Betina : megasporofit - tetrad - 3 degenerasi - 1 ovum
Sperma masuk melalui mikrofil melalui 5 kemungkinan :
a. Androgenesis. Jantan (sperma) ke intipolar menjadi endosperma , jantan
menggantikan peran betina membentuk embrio. Tidak terjadi
fertilisasi.ovumnya mengalami degenerasi.
b. Semigami. Sperma jantan masuk , dengan inti ovum membentuk embrio,
jadi embrio terbentuk setengah-setengah tanpa mengalami fertilisasi.
penggabungan tanpa peleburan dan hasilnya tetep haploid.
c. Polyembrioni (Sejati)
 Jantan + betina melebur menjadi 2n
 Partenogenesis > tidak ada peleburan antara jantan dan betina, dari
bagian lain ( misal nucellus dan integumen)
d. Kromosom elimination. Terjadi fertilisasi tetapi kromosom jantan lalu
hilang, jadi yang lebih dominan yaitu betina (n).
e. Gynogenesis. Sperma masuk tetapi tidak terjadi fertilisasi, jadi sperma
tersebut masuk hanya untuk merangsang ovum mengalami pembelahan.

2. Poliembrionik Secara Induksi


Berupa kultur jaringan, terdapat pengaruh dari lain-lain, misalnya campur
tangan manusia. Terdiri atas 4, yaitu :

24
a. Androgenesis in vitro. Sering digunakan karena hasilnya lebih banyak
(paling banyak)
b. Gynogenesis in vitro. Tidak ada peran gamet jantan dalam pembentukan
embrio dan embrio sac akan berkembang menjadi polyembrio
c. Interspesific crossing. Pollen dari spesies yang berbeda diambil dimasukan
kedalam embriosac dan terjadi peristiwa pengurangan kromososm ( karena
dari spesies lain)
d. Irrediated pollen technic. Pollen dari spesies sama di radiasi lalu dimasukan
ke embriosac sehingga terbentuk biji poliembrio yang ketika ditanam akan
menghasilkan banyak tanaman.
Poliembrioni terjadi karena apomiksis dan amfimiksis dapat terjadi
bersamaan, maka akan terbentuk lebih dari satu embrio dalam satu biji.
Peristiwa ini sering dijumpai pada nangka, jeruk dan mangga.

2.7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkecambahan Biji


Biji dapat berkecambah bila tersedia faktor-faktor pendukung selama terjadinya
proses perkecambahan. Perkembangan benih dipengaruhi oleh faktor dalam
(internal) dan faktor luar (eksternal).

1. Faktor Dalam (Internal)


Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan biji antara lain :
a. Tingkat Kemasakan Biji
Biji yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak
mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan
makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo,
2002). Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar
20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologis atau
masak fungsional dan pada saat itu benih mencapai berat kering
maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah
maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain biji mempunyai mutu tertinggi
(Kamil, 1979).

25
b. Ukuran Biji
Biji yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang
lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama.
Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan
sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo,
2002). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan
produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat
permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo,
2002).

c. Dormansi Biji
Dikatakan dormansi apabila biji tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak
berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum
dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga
dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana biji-
biji sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi
yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang
cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt 2002).

d. Penghambat perkecambahan
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa
kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya
larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat
lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.

e. Gen
Gen adalah substansi/materi pembawa sifat yang diturunkan dari induk.
Gen mempengaruhi ciri dan sifat makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh,
tinggi tubuh, warna kulit, warna bunga, warna bulu, rasa buah, dan
sebagainya. Gen juga menentukan kemampuan metabolisme makhluk
hidup, sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.
Hewan, tumbuhan, dan manusia yang memiliki gen tumbuh yang baik akan
26
tumbuh dan berkembang dengan cepat sesuai dengan periode pertumbuhan
dan perkembangannya.
Meskipun peranan gen sangat penting, faktor genetis bukan satu-satunya
faktor yang menentukan pola pertumbuhan dan perkembangan, karena juga
dipengaruhi oleh faktor lainnya. Misalnya tanaman yang mempunyai sifat
unggul dalam pertumbuhan dan perkembangannya, hanya akan tumbuh
dengan cepat, lekas berbuah, dan berbuah lebat jika ditanam di lahan subur
dan kondisinya sesuai. Bila ditanam di lahan tandus dan kondisi
lingkungannya tidak sesuai, pertumbuhan dan perkembangannya menjadi
kurang baik. Demikian juga ternak unggul hanya akan berproduksi secara
optimal bila diberi pakan yang baik dan dipelihara di lingkungan yang
sesuai

f. Hormon
Hormon merupakan zat yang berfungsi untuk mengendalikan berbagai
fungsi di dalam tubuh. Meskipun kadarnya sedikit, hormon memberikan
pengaruh yang nyata dalam pengaturan berbagai proses dalam tubuh.
Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada
makhluk hidup beragam jenisnya. Hormon pada tumbuhan sering disebut
fitohormon atau zat pengatur tubuh. Beberapa di antaranya adalah auksin,
sitokinin, giberelin, etilen, dan asam absisat.
1) Auksin, berfungsi untuk memacu perpanjangan sel, merangsang
pembentukan bunga, buah, dan mengaktifkan kambium untuk
membentuk sel-sel baru.
2) Sitokinin, memacu pembelahan sel serta mempercepat pembentukan
akar dan tunas.
3) Giberelin, merangsang pembelahan dan pembesaran sel serta
merangsang perkecambahan biji. Pada tumbuhan tertentu, giberelin
dapat menyebabkan munculnya bunga lebih cepat.
4) Etilen, berperan untuk menghambat pemanjangan batang, mempercepat
penuaan buah, dan menyebabkan penuaan daun.

27
5) Asam absisat, berperan dalam proses pengguguran daun, dan
menghambat pertumbuhan atau dormansi.
6) Kalin, berperan dalam pembentukan organ (akar – rizokalin, batang –
kaulokalin, daun – filokalin, dan bunga – antokalin/florigen).

2. Faktor Luar
Faktor luar utama yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya :
a. Air
Air oleh biji dipengaruhi oleh sifat biji itu sendiri terutama kulit
pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya,
sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis
bijinya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo,
2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap
masuk ke dalam biji hingga 80 sampai 90 persen (Darjadi,1972) dan
umumnya dibutuhkan kadar air biji sekitar 30 sampai 55 persen (Kamil,
1979). Biji mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia.
Pada kondisi media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan
merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan
atau bakteri (Sutopo, 2002).
Menurut Kamil (1979), kira-kira 70 persen berat protoplasma sel hidup
terdiri dari air dan fungsi air antara lain:
1) Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar
terjadi pengembangan embrio dan endosperm.
2) Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
3) Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan
berbagai fungsinya.
4) Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon
ke titik tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma baru.

b. Suhu
Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya
perkecambahan biji dimana presentase perkembangan tertinggi dapat
28
dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C (Sutopo, 2002). Suhu
juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan
ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi biji, cahaya dan zat
tumbuh gibberellin.

c. Oksigen
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat
disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air
dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan
menghambat proses perkecambahan biji (Sutopo, 2002). Kebutuhan
oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-
organisme yang terdapat dalam biji (Kuswanto. 1996). Menurut Kamil
(1979) umumnya biji akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29
persen oksigen dan 0.03 persen CO2. Namun untuk benih yang dorman,
perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam biji
ditingkatkan sampai 80 persen, karena biasanya oksigen yang masuk ke
embrio kurang dari 3 persen.

d. Cahaya
Kebutuhan biji akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi tergantung
pada jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh cahanya
terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas
cahaya, lamanya penyinaran (Kamil, 1979). Menurut Adriance and Brison
dalam Sutopo (2002) pengaruh cahaya terhadap perkecambahan biji dapat
dibagi atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak,
golongan yang memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan,
golongan dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta
golongan dimana biji dapat berkecambah baik pada tempat gelap maupun
ada cahaya. Klasifikasi biji berdasar pengaruh cahaya :
1) Memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan. Misalnya :
selada
2) Tidak memerlukan cahaya. Misalnya : bayam
29
3) Dapat berkecambah pada tempat gelap ataupun terang. Misalnya :
kubis, kacang-kacangan

e. Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang
baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari
organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002).
Pengujian viabilitas benih dapat digunakan media antara lain substrat
kertas, pasir dan tanah.

30
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa
hal sebagai berikut:
1. Biji merupakan suatu struktur kompleks, yang terdiri dari embrio atau
lembaga, kulit biji dan persediaan makanan cadangan.
2. Bagian-bagian biji secara umum dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:
bagian dasar biji (embrio, jaringan penyimpan cadangan makanan, pelindung
biji) dan bagian non dasar biji (kulit biji, tali pusar, inti biji).
3. Struktur embrio terdiri atas akar lembaga, daun lembaga an batang lembaga.
Sedangkan struktur kecambah terdiri atas radikula, plumula, dan sumbu tubuh
(epikotil, hipokotil).
4. Selama perkembangan biji, embrio berdiferensiasi menjadi sumbu embrio
dan kotiledon.
5. Perkembangan embrio dimulai dari tahap fertilisasi sampai pada tahap
dormansi. Sedangkan perkembangan kecambah meliputi proses
perkembangan embrio dan endosperm yang menghasilkan tumbuhan baru.
6. Polyembrioni merupakan peristiwa dimana terdapat lebih dari satu embrio di
dalam satu biji.
7. Perkecambahan dpengaruhi oleh factor internal maupun eksternal.

3.2. Saran
Berdasarkan hasil penulisan makalah ini penulis ingin memberikan beberapa
saran kepada pembaca agar dapat mencari dari sumber yang lainnya juga, karena
masih banyak hal yang belum dibahas tentang, perkembangan biji, embrio dan
kecambah dalam makalah ini.

31
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Retno. 2017. Makalah Struktur dan Perkecambahan Biji. Tersedia


pada: https://id.scribd.com/document/359032517/Makalah-Struktur-Dan-
Perkecambahan-Benih Diakses pada tanggal 04 Mei 2018.

Fatmawati, Vivy. 2015. Paper Embriogenesis. Tersedia pada: https://www.acade


mia.edu/15432473/PAPER_EMBRIOGENESIS_FIKS Diakses pada tanggal
04 Mei 2018.

Kartikasari, Agustin Dian. 2015. PPT Embriologi Tumbuhan, Perkembangan Embrio


dan Biji. Tersedia pada: https://www.slideshare.net/agustinsoetopo/ ppt-
embriologi-tumbuhan-perkembangan-embrio-dan-biji Diakses pada tanggal 04
Mei 2018.

Palupi, Endah R. 2015. Pembentukan dan Perkembangan Benih. Tersedia pada:


https://dastekben.files.wordpress.com/2015/03/pembentukan-dan-perkemba
ngan-biji-benih.pdf Diakses pada tanggal 04 Mei 2018.

Rahmat, Faisal. 2015. Struktur Biji. Tersedia pada: https://www.academia.edu/


25831118/II._TINJAUAN_PUSTAKA_2.1_Struktur_Biji_2.1.1_Pengertian_
Biji Diakses pada tanggal 04 Mei 2018.

Smith, Aaron. 2014. Perkembangan Biji. Tersedia pada: https://id.scribd.com/


doc/228100520/Perkembangan-Biji-docx Diakses pada tanggal 04 Mei 2018.

32

Anda mungkin juga menyukai