Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, kegiatan ekonomi dan perluasan
daerah pemukiman menyebabkan pertambahan jumlah sampah yang dihasilkan dari
setiap penduduk, rumah tangga, badan hukum atau kegiatan usaha. Apabila tidak dikelola
dengan baik, sampah dapat menimbulkan masalah karena keberadaan sampah akan
mempengaruhi kesehatan manusia dan kondisi lingkungan (Kurnianty dkk, 2016). Hal
tersebut juga berlaku terhadap limbah termasuk limbah berbahaya karena keberadaannya
dapat mengancam kesehatan manusia, organisme lain maupun lingkungan (Singh, 2010).
Berkaitan dengan sifat limbah berbahaya, maka diperlukan penanganan khusus untuk
menghilangkan efek bahayanya sebelum dilepaskan ke lingkungan. Namun dalam
pengelolaan limbah berbahaya secara fisik, kimia maupun fisikokimia terbukti kurang
efisien, kurang tepat dan kurang ekonomis. Hal ini karena produk antara yang
terdegradasi terkadang dapat bersifat lebih beracun. Oleh karena itu, diperlukan peranan
bioteknologi dalam menangani pengelolaan limbah berbahaya. Dalam hal ini salah satu
metode yang digunakan yaitu dengan cara bioremediasi karena penerapannya telah
terbukti efektif, murah, mudah dan efisien (Singh, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana permasalahan yang ditimbulkan oleh limbah berbahaya
1.2.2 Apa keunggulan bioremediasi dalam mengatasi limbah berbahaya
1.2.3 Bagaimana aplikasi bioremediasi dalam mengatasi limbah berbahaya

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui permasalahan yang ditimbulkan oleh limbah berbahaya
1.3.2 Mengetahui keunggulan bioremediasi dalam mengatasi limbah berbahaya
1.3.3 Mengetahui aplikasi bioremediasi dalam mengatasi limbah berbahaya
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sampah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam
yang berbentuk padat. Secara garis besar, jenis-jenis sampah dibedakan menjadi (Sejati,
2009) :
a. Sampah organik/basah
Sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur,
sampah restoran, sisa sayuran, sisa buah, dll. Sampah jenis ini dapat terdegradasi.
b. Sampah anorganik/kering
Sampah yang tidak dapat terdegradasi secara alami. Contohnya: logam, besi, kaleng,
plastik, karet, botol, dll.
c. Sampah berbahaya
Sampah jenis ini berbahaya bagi manusia. Contohnya : baterai, jarum suntik bekas,
limbah racun kimia, limbah nuklir, dll. Sampah jenis ini memerlukan penanganan
khusus.
Sampah muncul sebagai konsekuensi dari aktivitas manusia maupun proses alam.
Apabila tidak ditangani dengan baik, maka dapat terjadi penumpukan dan menimbulkan
berbagai permasalahan yang kompleks. Sehingga harus dilakukan pengelolaan terhadap
keberadaan sampah agar tidak membahayakan lingkungan hidup disekitarnya (Kurnianty dkk,
2016)

2.2 Limbah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, limbah adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan. Menurut Damanhuri dan Padmi (2010), Terdapat keterkaitan antara bahan
baku, enersi, produk yang dihasilkan dan limbah dari sebuah proses industri, maupun
aktivitas manusia sehari-hari. Limbah dapat berasal dari proses produksi atau dari pemakaian
barang-barang yang dikonsumsi, yang dapat digambarkan sebagai berikut :
2.3 Limbah Berbahaya
2.3.1 Definisi Limbah berbahaya
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, definisi limbah berbahaya adalah
sebahai berikut :
 Bahan Berbahaya dan Beracun(B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen lain
yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia
dan makhluk hidup lain
 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(Limbah B3) adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
Sehingga pada dasarnya, suatu limbah dikatakan berbahaya apabila keberadaannya
dapat mengancam kesehatan manusia, organisme lain maupun lingkungan (Singh, 2010).
Menurut Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, limbah berbahaya memiliki
beberapa karakteristik antaralain mudah meledak, mudah menyala dan reaktif.

2.3.2 Klasifikasi Limbah Berbahaya


Berdasarkan ada tidaknya karbon dalam penyusunnya, limbah berbahaya dapat
dikategorikan sebagai berikut (Singh, 2010) :

a. Limbah organik, dicirikan oleh adanya unsur karbon atau ikatan karbon pada
komponen penyusunnya. Jika limbah hanya mengandung karbon dan hidrogen
mereka disebut hidrokarbon. Jika atom karbon terikat pada logam, secara kimia
itu bersifat organologam. Di sisi lain senyawa yang memiliki struktur molekul
dengan benzena (C6H6) sebagai unit dasar adalah senyawa aromatik. Contoh
limbah organik antaralain; Alkohol, asam organik, hidrokarbon, formaldehid, dll.
b. Limbah anorganik, biasanya tidak mengandung unsur karbon, meskipun beberapa
diantaranya terdapat kandungan karbon dalam jumlah yang kecil, seperti natrium
bikarbonat dan natrium karbonat. Berbagai garam mengandung karbonat,
bikarbonat, asetat, nitrat, nitrit, fluorit, klorida, bromida, iodida, sulfat dan fosfat
hadir di luar batas ambang dalam air menjadi berbahaya bagi flora dan fauna.
Logam berat seperti tembaga, timbal, merkuri, arsen, kadmium, dan selenium
berbahaya ketika mereka melampaui batas aman yang ditentukan.

Ada pula bahan xenobiotik yang merupakan bahan yang tidak disintesis secara alami
oleh alam, dapat tergolong limbah organik maupun anorganik. Limbah ini sering beracun
bagi kehidupan dan biasanya juga sangat sulit mikroorganisme untuk bermetabolisme
karena mengandung pengaturan molekuler yang biasanya tidak hadir di alam. Kehadiran
kelompok buatan seperti chloro, nitro atau sulfat di banyak bahan kimia sintetis membuat
mereka tahan terhadap penguraian, karena mereka tidak lagi diakui oleh mikroba
pendegradasi. Contoh lain limbah xenobiotik yaitu klorpirifos, Glifosat, Atrazin,
Petroleum hidrokarbon, dll.
2.3.3 Sumber Limbah Berbahaya
Limbah berbahaya dihasilkan dari berbagai pihak, berikut sumber penghasil
limbah berbahaya menurut Amadi et al (2017) :
a. Sektor agrikultural dan agro-industri, dalam hal ini dapat berasal dari lahan
pertanian. Contoh limbah berbahaya yang dihasilkan yaitu limbah pestisida,
fertilizer dan limbah berbahaya lainnya dari aktivitas pertanian.
b. Sektor kesehatan, dapat bersumber dari rumah sakit, klinik dan laboratorium
medis. Contoh limbah berbahaya yang dihasilkan yaitu limbah patologis,
jarum suntik bekas, darah yang telah terkontaminasi.
c. Sektor komersial, umumnya berkaitan dengan aktivitas masyarakat secara luas.
Dapat bersumber dari pom bensin, bandara, bengkel, pencucian kendaraan
bermotor.
d. Sektor industri, merupakan pihak yang banyak menghasilkan limbah
berbahaya yang umumnya merupakan hasil samping dari kegiatan produksi.
Beberapa sumber yang menghasilkan limbah berbahaya antaralain; pabrik
tekstil, percetakan, pabrik bahan kimia dan tempat penyulingan minyak.
Sedangkan contoh limbah berbahaya yang dihasilkan yaitu Cadmium, asam
mineral, tinta, pewarna kimia, spent catalysts
e. Sektor pertambangan dan pengolahan mineral, contohnya pertambangan
uranium yang menghasilkan limbah radioaktif yang berbahaya

2.3.4 Masalah yang Ditimbulkan oleh Limbah Berbahaya


2.3.4.1 Pada Udara
Emisi dari kendaraan, pembangkit listrik termal, limbah proses industri dapat
menyebabkan polusi udara dan pemanasan global serta perubahan iklim. Selain
itu juga menimbulkan berbagai masalah kesehatan pada manusia seperti iritasi
pada mata, hidung dan tenggorokan, masalah pernapasan seperti bronkitis dan
pneumonia, sakit kepala, mual dan reaksi alergi. Dalam jangka panjang, dapat
menyebabkan penyakit pernafasan kronis, kanker paru-paru, bahkan penyakit
jantung, kerusakan saraf, otak, hati dan ginjal.
2.3.4.2 Pada Perairan
Perairan dapat bertintak sebagai penampungan limbah pestisida. Masuknya
pestisida ke dalam perairan dapat melalui berbagai jalur, antara lain: pemakaian
langsung untuk membasmi hama tanaman, buangan limbah perkotaan dan
industri, limpasan dari area persawahan, pencucian melalui tanah, penimbunan
aerosol dan partikulat, curah hujan dan penyerapan dari fase uap pada antar fase
udara-air. Contoh bahan aktif limbah pestisida yang pernah terdeteksi di
perairan antaralain; organoklorin, organofosfat, piretroid dan karbamat. Limbah
pestisida yang bersifat karsinogenik jika dilepaskan ke perairan akan berdampak
pada :
a. Pengaruh letal yang langsung menyebabkan kematian ikan
b. Kontaminasi subletal pada ikan, limbah akan terakumulasi dan
mempengaruhi proses fisiologis, kegagalan dalam perkembangbiakan,
ketahanan, kerentanan, morfologi, dan pengaruh lainnya termasuk laju
pertumbuhan
c. Terjadi biomagnifikasi, yaitu kontaminasi dan akumulasi residu pestisida di
dalam tubuh mahluk hidup melalui rantai makanan. sehingga manusia yang
berada pada puncak rantai makanan berpotensi tinggi terkontaminasi dan
mengakumulasi residu pestisida yang dapat berdampak negatif bagi
kesehatan. (Taufik, 2011)
2.3.4.3 Pada Tanah
Logam berat secara alami sudah ada di dalam tanah dan tidak dapat
terdegradasi, dapat menetap di tanah dan air untuk waktu yang lama, sehingga
akan terus meningkat dari waktu ke waktu. Logam berat yang terakumulasi pada
tanah dapat mengakibatkan penurunan aktivitas mikroba, kesuburan, kualitas
tanah, hasil tanah secara keseluruhan dan masuknya bahan beracun ke dalam
rantai makanan. Selain melalui pernapasan dan penetrasi pada kulit, masuknya
logam berat ke dalam tubuh ternak secara alami dapat melalui rumput atau
beberapa jenis leguminosa pakan ternak yang tercemar oleh logam berat. Hal ini
karena logam berat dalam tanah akan terserap oleh akar dan masuk ke dalam
jaringan tanaman sehingga terakumulasi dalam pakan ternak. Ternak yang
mengkonsumsi pakan tersebut dalam jangka waktu lama akan
mengakumulasikan logam berat pada organ tubuhnya sehingga menyebabkan
kelainan patologis (Ahmad, 2018).

2.3.5 Bioteknologi dalam Memanajemen Limbah Berbahaya


Permasalahan dalam upaya memanajemen limbah berbahaya merupakan
tantangan bagi masyarakat saat ini. Dengan sifatnya yang berbahaya, maka
diperlukan penerapan teknologi yang sesuai dan tepat dalam memanajemen
limbah berbahaya tersebut sesuai dengan karakteristik masing-masing. Namun
dalam upaya pelaksanaannya, dibutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk
mengolah limbah berbahaya menjadi bahan yang aman untuk dilepas ke
lingkungan. Sehingga dalam aplikasinya, banyak pihak yang begitu saja
membuang limbah berbahaya ke lingkungan tanpa diolah terlebih dahulu. Hal ini
tentu akan berdampak buruk apabila dibiarkan terus menerus. Disisi lain, dalam
pengolahan limbah berbahaya juga masih menghasilkan hasil samping berupa
bahan berbahaya lain sehingga proses pengolahan tersebut tidak terjadi secara
efisien.
Aplikasi bioteknologi mampu menjawab permasalahan dalam manajemen
limbah berbahaya. Bioteknologi dapat secara langsung dimanfaatkan dalam
mendetoksifikasi limbah berbahaya, membersihkan lingkungan, menghasilkan
bahan yang dapat terurai, serta mengembangkan pembuangan limbah yang ramah
lingkungan dan aman. Hal ini tergantung pada penerapan proses biologis yang
dilakukan yang mencakup reaksi organisme untuk menguraikan limbah berbahaya.
Bioremediasi merupakan alternatif yang tepat dalam penerapan bioteknologi
untuk mengatasi limbah berbahaya dengan efektif, murah, mudah dan efisien
(Singh, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, R.Z. 2018. “Mikoremediasi Menghilangkan Polusi Logam Berat pada Lahan Bekas
Tambang untuk Lahan Peternakan”. WARTAZOA. Vol. 28 No. 1
Amadi, C.C., Okeke, O.C., and Amadi, D.C. 2017. “Hazardous Waste Management: A
Review of Principles and Methods”. International Journal of Advanced Academic
Research. Vol. 3 No. 8
Damanhuri, T., dan Padmi, E. 2010. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah. Bandung: Program
Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB
Kurnianty, Y., Nararaya, W.H.B., Turawan R.N., Nurmuhammad, F. 2016. “Mengefektifkan
Pemisahan Jenis Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Terpadu di Kota
Magelang”. Varia Justicia. Vol. 12 No. 1
Sejati, K. 2009. Pengolahan Sampah Terpadu. Yogyakarta: Kanisius
Singh, N.P. 2010. “Biotechnology in hazardous waste management.” Recent Trends in
Biotechnology. Vol. 1
Taufik, I. 2011. “Pencemaran Pestisida pada Perairan Perikanan di Sukabumi- Jawa Barat”.
Media Akuakultur. Vol. 6 No. 1

Anda mungkin juga menyukai