Anda di halaman 1dari 24

MATA KULIAH : Dasar Kesehatan Gizi Masyarakat

NAMA DOSEN : Prof. dr. Nova H. Kapantouw, DAN, MSc, SpGK,


dr. Nancy S.H. Malonda, MPH
dr. Shirley E.S. Kawengian, DAN, MSi
Mauren Irinne Punuh, SKM, Msi
Yulianti Sanggelorang

“ GIZI LANSIA ”

KELOMPOK 1 / 2-C

NAMA NIM
NUR AFNI HUSAIN 17111101221
CHLARA ELYANA MELATUNAN 17111101185
GRACIA STEFANI MOTO 17111101184
PUTRI NURAFIAH LENDA 17111101215
SWEETA PONGANTUNG 17111101198
VICTORIA I. KONDOJ 17111101220

UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2018

1
PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat

dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gizi Lansia”.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta

pengetahuan kita tentang gizi lansia dan juga bagaimana kita memberitahukan kepada

masyarakat dan orang di sekitar kita tentang gizi lansia.

Kami juga menyadari bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan oleh sebab itu,

kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat,

mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Sebelumnya kami mohon maaf apabila dalam penulisan ini terdapat kesalahan kata-kata

yang kurang berkenan dan kami memohon kritik serta saran yang membangun dari anda demi

perbaikan makalah ini kedepan.

Semoga makalah yang sederhana ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang

membacanya.

Manado, 07 Maret 2018

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………. i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………... 1

1.1. LATAR BELAKANG ………………………………………………………… 1

1.2. RUMUSAN MASALAH …………………………………………………….. 2

1.3. TUJUAN PENULISAN ……………………………………………………… 2

1.4. MANFAAT PENULISAN …………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………… 3

2.1 KEBUTUHAN GIZI PADA LANSIA ………………………………………… 4

2.2 PERMASALAHAN KHAS TERKAIT GIZI PADA LANSIA ………………. 10

2.3 GIZI SEIMBANG PADA LANSIA …………………………………………… 12

2.4 MITOS DAN TABU TERKAIT MAKANAN PADA LANSIA ……………… 14

2.5 TINDAKAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KONDISI /

MASALAH PADA LANSIA …………………………………………………… 14

2.5.1 MASALAH ……………………………………………………………… 14

2.5.2 PENANGGULANGAN ………………………………………………… 19

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………. 20

3.1 KESIMPULAN ………………………………………………………………...... 20

3.2 SARAN ………………………………………………………………………….. 20

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai

menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini

seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak

dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi hingga bagi kebanyakan orang masa tua itu

merupakan masa yang kurang menyenangkan. Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang

kesejahteraan usia pada Bab Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi “lanjut usia adalah seorang yang

mencakup usia 60 tahun keatas”.

Sedangkan seorang menjadi lanjut usia dikerakan adanya beberapa proses individual,

antara lain :

1. Umur Biologis : Fungsi berbagai sistem organnya dibandingkan dengan orang lain

pada umur yang sama.

2. Umur Psikogis : Kapasitas adaptasi individu dibandingkan dengan orang lain pada

umur kronologis yang sama.

3. Umur Sosial : Sejauh mana individu dapat melakukan peran sosial dibandingkan

dengan anggota masyarakat dibandingkan dengan anggota

masyarakat lain pada umur kronologis yang sama.

4. Umur Fungsional : Tingkat kemampuan individu untuk berfungsi dimasyarakat

dibandingkan dengan orang lain pada umur kronologis yang sama.

4
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur 65 tahun sebagai usia yang

menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang berlangsung secara nyata dan

seseorang itu telah disebut lansia. Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya

dapat dikategorikan dalam dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar

melalui kesadaran yang mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam

menyikapi hidupnya cenderung menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau

menerima realitas yang ada (Hurlock, 1996 : 439).

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan kebutuhan gizi pada lansia ?

2) Apa permasalahan khas terkait gizi pada lansia ?

3) Apa yang dimaksud dengan gizi seimbang pada lansia ?

4) Apa saja mitos dan tabu terkait dengan makanan pada lansia ?

5) Apa tindakan pencegahan dan penanggulangan kondisi/masalah pada lansia ?

1.3 Tujuan Penulisan

1) Mengetahui kebutuhan gizi pada lansia

2) Mengetahui permasalahan khas terkait gizi pada lansia

3) Mengetahui gizi seimbang pada lansia

4) Mengetahui mitos atau tabu terkait makanan pada lansia

5) Mengetahui tindakan pencegahan dan penanggulangan kondisi/masalah pada lansia

1.4 Manfaat Penulisan

1) Dapat memahami kebutuhan gizi pada lansia

2) Dapat memahami permasalahan khas terkait gizi pada lansia

5
3) Dapat memahami gizi seimbang pada lansia

4) Dapat memahami mitos atau tabu terkait makanan pada lansia

5) Mengetahui tindakan pencegahan dan penanggulangan kondisi/masalah pada lansia

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KEBUTUHAN GIZI PADA LANSIA

Proses menua merupakan proses normal yang dimulai sejak pembuahan dan berakhir pada

kematian. Proses menua ditandai dengan peningkatan kehilangan jaringan aktif tubuh berupa

otot-otot tubuh yang disertai dengan perubahan dalam fungsi organ tubuh seperti fungsi jantung,

otak, ginjal dan hati.

Secara statistik dan kependudukan di Indonesia saat ini usia 19-49 tahun tergolong dalam

usia dewasa, usia 50-64 tahun tergolong dalam usia setengah tua, sedangkan usia 65 ke atas

tergolong dalam usia tua/lanjut (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004). Namun

kecepatan proses menua antar orang berbeda-beda. Seseorang pada usia 50 tahun mungkin

sudah kelihatan tua, sedangkan yang lain pada usia 65 tahun masih kelihatan muda. Oleh karena

itu, dikenal istilah umur kronologis, yaitu umur menurut tahun, dan umur biologis, yaitu umur

menurut tingkat proses menua. Umur biologis yang berjalan terlalu cepat banyak dipengaruhi

oleh kebiasaan makan yang kurang seimbang, kurang baiknya pemeliharaan kesehatan, serta

kurangnya aktivitas mental dan fisik.

Istilah “menua” sering kali dikaitkan dengan ketidakmampuan seseorang untuk berfungsi

secara efisien, proses berpikir yang menurun, dan kepikunan yang sudah berada di ambang

pintu (Roe, 1978). Proses menua (aging) adalah proses menghilangkan secara perlahan

kemampuan jaringan tubuh untuk mempertahankan struktur dan fungsi normlalnya, sehingga

tidak dapat bertahan terhadap beda-benda asing, termasuk mikroorganisme, dan menurunnya

kemampuan untuk memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994 dalam Budi-

Damojo dan Hadi Martono, 2004). Dengan demikian manusia secara berangsur akan kehilangan

daya tahan terhadap infeksi dan akan semakin banyak mengalami gangguan metabolik dan

7
struktural yang dinamakan “penyakit degeneratif” seperti hipertensi, aterosklerosis, diabetes

mellitus dan kanker. Orang tua sering mengakhiri hidupnya dengan gejala stroke,infrak miokard

(gagal jantung), dan metabolisme kanker.

Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang

sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa

ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok

orang yang homogen . Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda.

Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya,

karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan

kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik

dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-

perubahan yang dialaminya, selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh

sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena

berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan

untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus,

pernapasan dan ginjal.

Umur Harapan Hidup

Umur harapan hidup waktu lahir merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan

di suatu negara, seiring dengan meningkatnya social ekonomi, pemeliharaan kesehatan dan

lingkungan. Umur harapan hidup di Indonesia menigkat dari tahun ke tahun (lihat Tabel 9.1).

Umur harapan hidup perempuan ternyata lebih tinggi dari laki-laki. Profil Kesehatan

Indonesia tahun 2007 (Depkes RI, 2008) mencatat bahwa pada tahun 2007 di antara sepuluh

Negara anggota ASEAN, umur harapan hidup, Indonesia menduduki urutan ke-tujuh sesudah

Singapura (80 tahun), Brunei Darussalam (75 tahun), Malaysia dan Srilangka (74 tahun),

8
Vietnam (72 tahun), dan Thailand (71 rahun), serta urutan keempat terendah sesudah Laos (54

tahun), Kamboja (60 tahun), dan Myanmar (60 tahun).

Fisiologi Proses Menua

Pada proses menua pun terjadi perubahan pada kulit, rongga mulut, mata, dan pendengaran

(Roe, 1987).

1. Perubahan Komposisi Tubuh

Pada proses ini terjadi penaunaan massa tanpa lemak (lean body mass) dan massa tulang,

sedangkan massa lemak tubuh meningkat. Sebagian dari perubahan tersebut terjadi karena

aktivitas beberapa jenis hormon yang mengatur metabolisme menurun sesuai dengan umur

(seperti insulin, hormon pertumbuhan dan androgen) sedangkan yang meningkat

(prolaktin). Penurununan aktivitas beberapa jenis hormon ini menyebabkan penurunan

massa lemak sedangkan peningkatan aktivitas hormon lainnya meningkatkan massa lemak.

Hal ini bukan disebabkan karena proses menua saja. Sebagian besar disebabkan oleh

menurunnya aktivitas fisik dengan bertambahnya umur yang pada akhirnya menurunnya

Angka Metabolisme Basal (AMB). Dengan menurunnya AMB, kebutuhan energi orang tua

lebih rendah daripada usia dewasa, sehingga konsumsi makanan hendaknya dikurangi.

2. Perubahan Pada Kulit dan Bagian-Bagiannya

Perubahan pada kulit pada usia lanjut antara lain adalah kulit mengering, mengerut, timbul

bintik-bintik karena pigmentasi, kehilangan elastisitas, dilatasi kapiler terutama pada muka,

dan timbulnya kutil-kutil. Fungsi imun pada sel-sel kulit berkurang, hal ini untuk sebagian

besar menjelaskan mudahnya terjadi infeksi jamur dan tumor ganas pada usia lanjut.

Perubahan pada rambut yag terjadi pada usia lanjut adalah rambut memutih dan mudah

rontok. Rontoknya rambut pada laki-laki dapat menimbulkan kebotakan pada tempat-

tempat tertentu pada bagian kepala atau di seluruh kepala. Proses menua pada kulit dapat

9
terjadi pada usia dini Karena paparan sinar matahari secara kronis dan pengaruh keturunan

3. Kehilangan Gigi

Kehilangan gigi merupakan bagian dari proses menua. Gigi mungkin diganti,hal ini dapat

menyebabakan rasa tidak nyaman sewaktumengunyah. Disamping itu, orang lanjut usia

sering mengalami sakit gigi. Semua ini dapat menyebabkan berkurangnya jenis dan jumlah

makanan yang dikonsumsi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan yang pada akhirnya

dapat menyebabkan kekurangan gizi. Menurut hasil Riskesdes 2007 (Depkes, 2008)

sebanyak 17,6 % usia lanjut mengalami kehilangan seluruh gigi asli.

4. Perubahan Pada Sistem Otak dan Saraf

Dengan bertambahnya usia sel-sel otak akan berkurang. Berkurangnya aliran darah ke otak

sebagai akibat perubahan pembuluh darah yang mengalami aterosklerosis (penyempitan

pembuluh darah) juga menyebabkan menurunnya fungsi otak. Penyakit usia lanjut yang

disebut penyakit Parkinson berkaitan dengan menurunnya produksi pengantar saraf

dopamine. Penyakit ini disertai dengan melambatnya kemampuan bergerak (bradykinesia),

tremor, dan kehilangan ekspresi pada muka (Roe, 1987). Kehilangan sel-sel otak, perubahan

pada sususnan fisik sel otak, atau berkurangnya aliran darah ke sel-sel otak dihubungkan

dengan dimensia atau kepikunan yang tidak dapat diperbaiki. Sejenis dengan dimensia yang

dinamakan tipe Alzheimer menyebabkan daya ingat, fungsi kognitif dan kemampuan untuk

menjaga diri sendiri menurun dengan cepat. Untuk mengatasi mudah lupa, orang lanjut usia

dianjurkan untuk menjalani hidup sehat, aktif bersosialisasi, bersikap positif daan optimis,

serta menjaga agar otak tetap aktif dengan banyak menulis dan membaca. Hidup sendiri

sering mempercepat proses dimensia. Penyakit dimensia dan depresi sering berlatar

belakang keturunan. Namun hal ini banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara lain

10
susunan makanan. Kekurangan zat-zat gizi tertentu seperti vitamin B1, B2, B6, B12, C dan E

serta seng untuk jangka waktu panjang menyebabkan percepatan penurunan daya ingat.

5. Sistem kardiovaskular

Dengan bertambahnya usia, struktur dan fungsi jantung serta sistem peredaran darah

mengalami perubahan. Beban jantung bertambah sebagai akibat dari bertambahnya

resistensi terhadap aliran darah yang disebabkan oleh pengendapan bahan-bahan yang

bersifat aterosklerotik dan menurunnya elastisitas arteri-arteri utama. Dengan demikian

darah yang dipompakan pada setiap detak jantung akan berkurang sehingga aliran darah

melalui pembuluh koroner yang membawa zat-zat gizi ke jantung akan berkurang pula.

6. Sistem ginjal

Fungsi ginjal berubah pada usia lanjut yang disebabkan oleh kehilangan sel-sel dan

penurunan aliran darah ke ginjal sebesar 30%. Karena kecepatan menyaring sel-sel ginjal

menurun, pengeluaran sisa-sisa metabolisme obat dan produk makanan akan berlangsung

lebih lama. Dengan demikian, mudah terjadi penumpukan garam dan gula dalam darah pada

usia lanjut. Kemampuan ginjal pada usia lanjut untuk memekatkan urine menurun. Itulah

sebabnya orang usia lanjut hendaknya banyak minum.

7. Sistem endoktrin

Proses menua banyak menyebabkan perubahan fisiologis pada sistem endoktrin, namun hal

ini tidak terjadi secara merata. Perubahan ini banyak terjadi sebagai akibat suatu penyakit.

8. Keseimbangan cairan

Keseimbangan cairan perlu diperhatikan pada usia lanjut. Dehidrasi menyebabkan

peningkatan kadar natrium dan kalium darah. Hal ini merupakan alasan tambahan agar

orang lanjut usia banyak minum dan mengurangi konsumsi garam.

9. Fungsi saluran cerna

11
Kekuatan dan elastisitas saluran cerna makanan menurun pada proses menua; hal ini

memperlambat gerakan usus, sehingga risiko terhadap konstipasi meningkat (empat hingga

delapan kali lebih sering terjadi pada usia lanjut daripada usia dewasa). Orang lanjut usia

sering mengalami kontraksi pada larynx yang menyebabkan kerukaran menelan.

10. Perubahan pada rongga mulut

Pengeluaran cairan ludah berkurang pada usia lanjut. Hal ini menyebabkan dehidrasi pada

mulut, menipisnya jaringan gusi, dan mengerutnya jaringan ikat pada mulut. Di samping

itu, dapat terjadi perubahan sensoris berupa kurang sensitifnya indra pengecap dan

penciuman serta timbulnya rasa nyeri pada lidah.

11. Perubahan pada mata

Proses menua berpengaruh terhadap beberapa komponen mata yang berkaitan dengan

penglihatan. Ketajaman penglihatan berkurang dan kemampuan untuk memusatkan diri

pada objek jarak dekat berkurang, yang biasanya telah terjadi pada usia setengah tua. Hal

itu disebabkan oleh ketidakmampuan lensa yang menua mengubah lekukan yang diperlukan

untuk penglihatan jarak dekat (presbyopia). Katarak mata pada usia lanjut, yang

menyebabkan keburaman lensa, disebabkan oleh peningkatan densitas serabut di dalam

lensa. Sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan untuk melihat.

Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:

1. Kelompok zat energi, termasuk ke dalam kelompok ini adalah :

a. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum, ubi, roti,

singkong dll. Selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu dll.

b. Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega, margarin,

susu dan hasil olahannya.

2. Kelompok zat pembangun

12
Kelompok ini meliputi makanan-makanan yang banyak mengandung protein, baik protein

hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacang-kacangan dan olahannya.

3. Kelompok zat pengatur

Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral, seperti

buah-buahan dan sayuran.

2.2 PERMASALAHAN KHAS TERKAIT GIZI PADA LANSIA

Meskipun usia lanjut ini sudah tidak mengalami penurunan fungsinya, maka sering terjadi

gangguan gizi. Hal ini didasari oleh kebiasaan makan banyak pada waktu muda. Untuk masalah

gizi kurang pada lansia biasanya disebabkan oleh masalah sosial, rendahnya tingkat ekonomi,

atau bisa juga karena gangguan penyakit. Sedangkan kekurangan vitamin pada lansia terjadi

karena kurangnya asupan buah-buahan, sayuran, serta makanan yang banyak mengandung

serat.

Contohnya: pada lansia beberapa gigi-geligi, bahkan semuanya tanggal, sehingga terjadi

kesulitan dalam mengunyah makanan. Oleh sebab itu, apabila makanan tidak diolah

sedemikian rupa sehingga tidak memerlukan pengunyahan, maka akan terjadi gangguan dalam

perencanaan dan penyerapan oleh usus.

Di samping itu, alat pencernaan dan kelenjar-kelenjarnya juga sudah menurun, sehingga

makanan yang mudah dicerna tidak memberatkan fungsi kelenjar pencernaan. Makanan yang

tidak banyak mengandung lemak pada umumnya mudah dicerna. Kadar serat yang tidak dapat

dicerna sebaiknya tidak dikonsumsi oleh lansia, namun demikian makanan yang mengandung

serat yang lain harus banyak, agar dapat melancarkan peristaltik dan dengan demikian

melancarkan defikasi (buang air besar = BAB). Keperluan energi pada usia lanjut sudah

menurun. Oleh sebab itu, konsumsi makanan untuk lansia secara kuantitas tidak sama dengan

pada kelompok rentan yang lain. Yang penting di sini kualitas makanan dalam arti

13
keseimbangan zat gizi harus dijaga. Kegemukan pada lansia sangat merugikan bagi lansia itu

sendiri, karena merupakan resiko untuk berbagai penyakit seperti: kardio vaskular, diabeter

militus, hipertensi, dan sebagainya.

Ada juga masalah lain yang dialami oleh lansia, yaitu :

1. Gizi berlebih

Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar.

Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalagi

pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan

makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.

Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung,

kencing manis, dan darah tinggi.

2. Gizi kurang

Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan juga karena

gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang

dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan

kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki,

akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan

mudah terkena infeksi.

3. Kekurangan vitamin

14
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan kekurangan

protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan

menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.

2.3 GIZI SEIMBANG PADA LANSIA

Tubuh ansia akan menurun kondisinya, sehingga sangat mudah terserang berbagai

penyakit. Asupan gizi dan nutrisi pada Lansia yang terpenuhi akan membantu mengatasi hal

tersebut. Untuk memenuhi asupan gizi dan nutrisi pada lansia, bisa dilakukan dengan

merencanakan apa yang akan mereka konsumsi/makan setiap harinya. Perencaan kebutuhan

makanan bagi lansia secara umum adalah :

1. Makanan yang akan diberikan kepada lansia harus mengandung zat gizi yaitu zat tenaga,

zat pembangun, dan juga zat pengatur.

2. Aturlah porsi makanan lansia, jangan terlalu membuat mereka kenyang. Selain itu, daya

tampung makanan pada lambung di usia lansia ini sangatlah terbatas, sehingga porsi

makanannya juga akan berbeda dengan ketika mereka belum memasuki usia lansia. Untuk

memberi makan kepada mereka bisa dilakukan dengan ritme: pagi hari diberikan bubur

ayam, pukul 10.00 pagi diberikan roti, siang hari makan nasi, telur, sup dan buah pepaya,

pukul 16.00 makanan ringan seperti nagasari, dan malam hari bisa diberikan nasi, sayur

bayam, tempe goreng dan juga buah pisang.

3. Perbanyak minum air putih untuk lansia.

4. Hindarkan lansia dari makanan yang terlalu manis, mengandung minyak, dan juga makanan

berlemak.

5. Batasi minum kopi dan teh.

15
6. Berikan makanan yang bertekstur halus, karena kondisi lambung mereka sudah sulit untuk

mencerna makanan dengan tekstur keras.

Memperhatikan kebutuhan asupan gizi dan nutrisi seimbang pada lansia adalah salah satu

cara untuk menjaga kesehatan mereka. Asupan gizi dan porsi makanan yang sesuai, akan

membantu mereka selalu bugar dan tidak mudah terserang penyakit.

Angka Kecukupan Gizi Usia Lanjut (> 65 tahun)

Zat Gizi Laki-laki Perempuan

Energi (kkal) 2050 1600

Protein (g) 60 50

Vitamin A (RE) 600 500

Vitamin D (µg) 15 15

Vitamin E (mg) 15 15

Vitamin K (µg) 65 55

Tiamin (mg) 1,0 1,0

Riboflavin (mg) 1,3 1,1

Niasin (mg) 16 14

Asam folat (µg) 400 400

Piridoksin (mg) 1,7 1,5

Vitamin B12 (µg) 2,4 2,4

Vitamin C (mg) 90 75

Kalsium (mg) 1000 1000

Fosfor (mg) 600 600

Magnesium (mg) 300 270

Besi (mg) 13 12

16
Yodium (µg) 150 150

Seng (mg) 13,4 9,8

Selenium (µg) 30 30

Mangan (mg) 2,3 1,8

Fluor (mg) 3,1 2,7

Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004

2.4 MITOS DAN TABU TERKAIT MAKANAN PADA LANSIA

Seiring bertambahnya usia dan berkurangnya kemampuan daya tahan tubuh dalam

menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh, lansia sering dijumpai masalah-

masalah kesehatan dan mitos-mitos yang mengiringnya. Ada beberapa mitos dan tabu yang

menjadi larangan dan anjuran yang sering kali dikaitkan dengan dugaan kebiasaan yang terjadi

di masyarakat. Padahal belum tentu semua dugaan itu benar. Alhasil larangan menjadi

semacam mitos dalam kegiatan makan khususnya bagi lansia.

Ada beberapa contoh makanan yang mitos dan tabu untuk dikonsumsi oleh lansia :

1. Kalkun

Ada mitos yang menyebutkan bahwa mengkonsumsi kalkun menyebabkan kantuk.

Sehingga banyak orang tidak memberikan kalkun kepada lansia karena akan

menyebabkan cepat mengantuk. Hal itu tidak benar, rasa kantuk seseorang disebabkan

kandungan tryptophan atau asam amino dalam tubuh. Daging kalkun tidak memiliki

asam yang memungkinkan terciptanya zat-zat tersebut.

2. Alpukat

Buah ini jangan sering-sering dimakan oleh lansia karena kandungan lemaknya tinggi.

Memang ada benarnya juga, tapi lemak yang terkandung di dalam buah alpukat ini

17
adalah lemak baik alias HDL. Di dalam alpukat juga terdapat biotin, magnesium, seng

dan asam folat.

2.5 TINDAKAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KONDISI /

MASALAH PADA LANSIA

MASALAH

Masalah kesehatan terutama pada usia lanjut yang dapat merupakan penyebab

kematian ternyata banyak berkaitan dengan gizi; untuk sebagian hal ini dapat di cegah

melalui asupan gizi yang seimbang. Keadaan kesehatan yang bersifat kronis meningkat

dengan menigkatnya umur; hal ini menyebabkan kelemahan dan ketidakmampuan orang

yangf lanjut usia yang kemudian meningkatkan ketergantungannya pada orang lain

(Gibney M.J., A Macdonald, dan H.M Roche, 2003).

1. Kehilangan Massa Otot

Pada proses menua, seseorang akan kehilangan massa otot; hal ini lebih nyata terlihat

pada perempuan. Penurunan massa otot dan massa sel tubuh disertai dengan

penurunan kekuatan otot serta gangguan fungsi kekebalan tubuh dan fungsi paru-paru.

Penurunan kekuatan otot ini merupakan penyebab sebagian besar ketidak mampuan

orang lanjut usia dalam berbagai hal, diantaranya kemampuan berjalan. Penyebab

kehilangan massa otot ini hingga sekarang belum diketahui dengan pasti. Faktor-

faktor yang berpengaruh adalah berkurangnya aktivitas fisik dan hormon

pertumbuhan yang disertai kekurangan gizi (terutama kekurangan energi protein) serta

penyakit dan proses menua.

2. Kegemukan (Obesitas)

18
Masalah yang sering timbul pada orang usia lanjut adalah kelebihan berat badan dan

obesitas. Hal ini disebabkan kurangnya aktivitas fisik yang tidak disertai dengan

pengurangan makan. Kegemukan dapat menganggu fungsi tubuh, meningkatkan

tekanan pada paru-paru, serta mencetuskan penyakit-penyakit kronis seperti diabetes

melitus dan tekanan darah tinggi. Penimbunan lemak, terutama dibagian tengah tubuh,

meningkatkan resiko terjadinya resistensi terhadap insulin, hipertensi dan

hiperkolesterolemia. Namun demikian, orang lanjut usia yang gemuk memiliki

reseiko paling rendah terhadap patah tulang pinggung. Hal ini sebagian disebabkan

tebalnya lemak yang melindungi tubuh secara fisik dan sebagian mungkin juga karena

lebuh tingginya kadar esterogen pada orang gemuk karena perubahan prekursor

steroid menjadi estrogen di dalam jaringan lemak.

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 dengan

menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai patokan menunjukan bahwa 1,6%

orang lanjut usia menderita obesitas sedangakan 8,7% orang lanjut usia menunjukan

berat badan lebih (Dep-kes.RI,2004). Angka obesitas pada perempuan lanjut usia

lebih tinggi daripada laki-laki, masing-masing sebesar 5,0% dan 1,5%. Demikian

halnya dengan berat badan lebih dengan angka 29,0% pada perempuan dan 11,2%

pada lai-laki. IMT normal ditunjukan oleh 61,0% laki-laki dan 71,1% perempuan usia

lanjut, berat badan kurang oleh 9,4% perempuan dan 11,3% laki-laki; dan kurus oleh

0,27%perempuan dan 0,26% laki-laki.

Kegemukan pada orang lanjut usia dapat dicegah melalui olahraga secara teratur

dan membatasi makanan yang padat energi. Pemeliharaan berat bdan dalam batas-

batas normal pada orang lanjut usia diperlukan untuk menjaga kekuatan fisik, daya

tahan terhadap infeksi, serta pencegahan penurunan mutu kulit dan mutu kehidupan.

19
3. Fungsi Kekebalan

Infeksi merupakan penyebab penyakit dan kematian yang umum pada orang berusia

lanjut. Orang lanjut usia lebih peka terhadap infeksi; hal ini sebagian mungkin

disebabkan oleh penurunan fungsi kekebalan berkaitan dengan usia. Penurunan fungsi

kekebalan dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit kanker dan artritis. Hal ini

dapat dicegah melalui asupan gizi yang seimbang dan olahraga secara teratur. Khusus

untuk mencegah penurunan fungsi kekebalan dalam proses menua, tindakan yang bisa

dilakukan antara lain adalah menjaga asupan zat-zat gizi tertentu yang lebih tinggi dari

pada yang dianjurkan untuk keadaan sehat. Zat-zat gizi yang penting untuk

memelihara fungsi imun adalah protein, seng, vitamin A, vitamin E, vitamin C,

piridoksin, dan riboflavin.

Asam amino tidak esensial glutamin memegang peranan penting dalam sintesis

DNA dan RNA. Glutamin terutama disimpan dalam otot rangka tubuh, dan digunakan

oleh sel-sel saluran cerna, limfosit, dan mikrofag (fagosit). Saat seseorang mengalami

proses menua, peranan massa tubuhnya secara keseluruhan dalam metabolisme

protein turun dan serta pembentukan serta ketersediaan glutaminnya juga dapat

terganggu. Dengan demikian respons tubuh terhadap infeksi dan trauma akan

menurun. Glutamin dapat disintesis di dalam tubuh dari asam glutamat, yang banyak

terdapat di dalam padi-padian, kacang kedelai; daging tanpa lemak, dan telur. Di

samping itu glutation dan zat-zat fitokimia, seperti flavonoid dan karotenoid

tampaknya juga memegang peranan dalam fungsi kekebalan. Sumber baik glutation

adalah daging, sayur, dan buah-buahan. Protein yang terdapat dalam whey susu,

walaupun hanya sedikit mengandung glutation, dapat merangsang produksi glutation

endogen.

20
4. Anemia Gizi

Anemia gizi menyebabkan penururnan kapasitas darah untuk mengangkut oksigen.

Akibatnya jaringan tubuh kekurangan oksigen sehingga menyebabkan penurunan

denyut jantung rasa lemah, dan sesak napas. Riskesdas 2007 (Depkes RI, 2008)

melaporkan prevalensi anemia secara keseluruhan pada usia 65-74 tahun sebesar

10,4% dan usia diatas 75 tahun sebesar 17,7%.

5. Anemia Gizi Besi

Anemia yang paling banyak dialami orang lanjut usia adalah Anemia Gizi Besi. Orang

yang lanjut usia pada umumnya mempunyai nilai hemoglobin yang sama dengan

orang muda. Laki-laki lanjut usia cenderung mempunyai nilai hemoglobin yang lebih

rendah dari pada orang muda. Perempuan pada usia muda cenderung mempunyai nilai

hemoglobin lebih rendah karena kehilangan darah selama haid; nilai hemoglobin ini

akan meningkat pada masa menopause. Namun pada usia 80 tahun keatas nilai

hemoglobin akan menurun, karena pembuatan sel darah merah dalam sumsum tulang

belakang (erythropoiesis) menjadi kurang efisien. Hal ini disebabkan oleh perubahan

yang terjadi pada sumsum tulang belakang. Seperti telah dikemukakan di bab

sebelumnya, angka Anemia Gizi Besi pada orang usia lanjut indonesia saat ini masih

tinggi.

6. Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik terjadi bila tubuh kekurangan faktor intrinsik yang dibutuhkan

untuk absorpsi vitamin B12. Hal ini memerlukan tindakan medis. Anemia ini juga

dinamakan anemia pernisiosa. Sebagai upaya pencegahan, orang berusia lanjut sering

diberi tambahan vitamin B12 dalam bentuk suplemen melalui injeksi intramuskular

atau berupa tablet.

21
PENANGGULANGAN

1. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik utama penting dalam meningkatkan kesehatan usia lanjut adalah olahraga

aerobik dan latihan beban.

2. Makanan seimbang dan bervariasi

Volume makanan untuk usia lanjut lebih rendah daripada volume untuk usia dewasa muda,

namun makanan ini hendaknya lebih padat protein, mineral, dan vitamin. Sebab kebutuhan

energi pada usia lanjut rata-rata lebih rendah sebanyak 300-500 kkal daripada usia dewasa

muda, namun kebutuhan protein, mineral dan vitamin umumnya sama.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang bisa diambil dari makalah tentang “Gizi Lansia” yaitu bahwa sangat

penting mengetahui tentang kebutuhan gizi untuk lansia, gizi seimbang bagi lansia, dan

sebagainya sehingga nantinya kita sebagai tenaga kesehatan masyarakat bisa menyampaikan

informasi tersebut kepada masyarakat sehingga masyarakat bisa mengetahui gizi apa saja yang

diperlukan untuk lansia.

3.2 SARAN

Sebaiknya informasi tentang gizi lansia harus terus disampaikan atau diinformasikan

kepada masyarakat, karena pada kenyataannya masih masih masyarakat yang belum

mengetahui tentang gizi yang diperlukan oleh lansia. Dengan masyarakat mengetahui gizi

lansia maka penyakit dan gangguan kesehatan pada lansia bisa dikurangi dan bisa dicegah.

23
DAFTAR PUSTAKA

Sediaoetama. Achmad. 2010. Ilmu Gizi I. Jakarta : Dian Rakyat

Irianto. Koes. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Public Health). Bandung : Alfabeta

Universitas Gadjah Mada. 2012. Buku 1: Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran

Semester. Penilaian Status Gizi. Yogyakarta.

Pusdisnakes-Depkes RI. 1989. Hematologi. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Buku Pedoman Pelayanan Gizi Lanjut

Usia. Jakarta : Katalog Dalam terbitan

Suryani. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi Ed. 2. Jakarta. EGC

24

Anda mungkin juga menyukai