Anda di halaman 1dari 8

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Kontusio Muskularis


3.1.1 Definisi
Kontusio merupakan suatu istilah yang digunakan untuk cedera pada jaringan
lunak yang diakibatkan oleh kekerasan atau trauma tumpul yang langsung
mengenai jaringan, seperti pukulan, tendangan, atau jatuh.2
Kontusio adalah cedera jaringan lunak, akibat kekerasan tumpul,mis : pukulan,
tendangan atau jatuh.3
Kontusio adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada
kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah,
sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya.

3.1.2 Etiologi
a) Benturan benda keras.
b) Pukulan.
c) Tendangan/jatuh

3.1.3 Manifestasi klinis


a) Perdarahan pada daerah injury (ecchymosis) karena rupture pembuluh
darah kecil, juga berhubungan dengan fraktur.
b) Nyeri, bengkak dan perubahan warna.
c) Hiperkalemia mungkin terjadi pada kerusakan jaringan yang luas dan
kehilangan darah yang banyak.3

3.1.4 Gejala
a) Nyeri
b) Bengkak
c) Perubahan warna

11
12

d) Kompres dingin intermitten kulit berubah menjadi hijau/kuning, sekitar


satu minggu kemudian, begkak yang merata, sakit, nyeri dan
pergerakan terbatas.
e) Kontusio kecil mudah dikenali karena karakteristik warna biru atau
ungunya beberapa hari setelah terjadinya cedera.
f) Kontusio ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada
kulit.
g) Bila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah
yang terbatas disebut hematoma.
h) Nyeri pada kontusio biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan
yang menyertai sedang sampai berat.

3.1.5 Patofisiologi
Kontusio terjadi akibat perdarahan di dalam jaringan kulit, tanpa ada kerusakan
kulit. Kontusio dapat juga terjadi di mana pembuluh darah lebih rentan rusak
dibanding orang lain. Saat pembuluh darah pecah maka darah akan keluar dari
pembuluhnya ke jaringan, kemudian menggumpal, menjadi Kontusio atau biru.
Kontusio memang dapat terjadi jika sedang stres, atau terlalu lelah. Faktor usia
juga bisa membuat darah mudah menggumpal. Semakin tua, fungsi pembuluh
darah ikut menurun.
Endapan sel darah pada jaringan kemudian mengalami fagositosis dan didaur
ulang oleh makrofag. Warna biru atau ungu yang terdapat pada kontusio
merupakan hasil reaksi konversi dari hemoglobin menjadi bilirubin. Lebih lanjut
bilirubin akan dikonversi menjadi hemosiderin yang berwarna kecoklatan.
Tubuh harus mempertahankan agar darah tetap berbentuk cairan dan tetap
mengalir dalam sirkulasi darah. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi pembuluh
darah, jumlah dan kondisi sel darah trombosit, serta mekanisme pembekuan darah
yang harus baik. Pada purpura simplex, penggumpalan darah atau pendarahan
akan terjadi bila fungsi salah satu atau lebih dari ketiga hal tersebut terganggu.
13

3.1.6 Penatalaksnaan
Mengurangi/menghilangkan rasa tidak nyaman :
a) Tinggikan daerah injury
b) Berikan kompres dingin selama 24 jam pertama (20-30 menit setiap
pemberian) untuk vasokonstriksi, menurunkan edema, dan menurunkan
rasa tidak nyaman.
c) Berikan kompres hangat disekitar area injury setelah 24 jam prtama (20-
30 menit) 4 kali sehari untuk melancarkan sirkulasi dan absorpsi.
d) Lakukan pembalutan untuk mengontrol perdarahan dan bengkak.
e) Kaji status neurovaskuler pada daerah extremitas setiap 4 jam bila ada
indikasi.3
Menurut teori yang lain penatalaksanaan pada cedera kontusio adalah
sebagai berikut:
a) Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan
kapiler.
b) Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat
pemulihan jaringan-jaringan lunak yang rusak.
c) Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan
berikutnya.

3.1.7 Komplikasi
a) Paralisisneralisis
b) Sindrom post traumatic (post contusion sindrom)
c) Epilepsy post trauma
d) Osteomyelik
e) Atelectasis
f) Hiperthermi
g) Syock
14

3.2 Trauma Thorax


3.2.1 Definisi
Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks dan atau
organ intra toraks, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena trauma tajam.
Memahami kinematis dari trauma akan meningkatkan kemampuan deteksi dan
identifikasi awal atas trauma sehingga penanganannya dapat dilakukan dengan
segera.4
Secara anatomis rongga toraks di bagian bawah berbatasan dengan rongga
abdomen yang dibatasi oleh diafragma, dan batas atas dengan bawah leher dapat
diraba incisura jugularis. Otot-otot yang melapisi dinding dada yaitu: m.latissimus
dorsi, m.trapezius, m.rhomboideus mayor dan minor, m.serratus anterior, dan
m.intercostalis. Tulang dinding dada terdiri dari sternum, vertebra torakalis, iga
dan skapula. Organ yang terletak di dalam rongga toraks : paru-paru dan jalan
nafas, esofagus, jantung, pembuluh darah besar, saraf dan sistem limfatik.4,5

3.2.2 Epidemiologi
Trauma toraks semakin meningkat sesuai dengan kemajuan transportasi dan
kondisi sosial ekonomi masyarakat. Data yang akurat mengenai trauma toraks di
Indonesia belum pernah diteliti.
Di Bagian Bedah FKUI/RSUPNCM pada tahun 1981 didapatkan 20% dari
pasien trauma mengenai trauma toraks. Di Amerika didapatkan 180.000 kematian
pertahun karena trauma. 25% diantaranya karena trauma toraks langsung.
Di Australia, 45% dari trauma tumpul mengenai rongga toraks. Dengan adanya
trauma pada toraks akan meningkatkan angka mortalitas pada pasien dengan
trauma. Pneumotoraks, hematotoraks, kontusio paru dan flail chest dapat
meningkatkan kematian : 38%,42%,56% dan 69%.6,7

3.2.3 Etiologi
Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul dan trauma
tajam. Penyebab trauma toraks tersering adalah oleh karena kecelakaan kendaraan
bermotor (63-78%). Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima jenis tabrakan
(impact) yang berbeda, yaitu depan, samping, belakang, berputar dan terguling.
15

Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat yang lengkap
karena setiap orang memiliki pola trauma yang berbeda. Penyebab trauma toraks
oleh karena trauma tajam dibedakan menjadi 3, berdasarkan tingkat energinya
yaitu: trauma tusuk atau tembak dengan energi rendah, berenergi sedang dengan
kecepatan kurang dari 1500 kaki per detik (seperti pistol) dan trauma toraks oleh
karena proyektil berenergi tinggi (senjata militer) dengan kecepatan melebihi
3000 kaki per detik. Penyebab trauma toraks yang lain oleh karena adanya
tekanan yang berlebihan pada paru-paru bisa menimbulkan pecah atau
pneumotoraks (seperti pada scuba).4,8

3.2.4 Gangguan Anatomi dan Fisiologi akibat Trauma Thorax


Akibat trauma dari pada toraks, ada tiga komponen biomekanika yang dapat
menerangkan terjadinya luka yaitu kompresi, peregangan dan stres. Kompresi
terjadi ketika jaringan kulit yang terbentuk tertekan, peregangan terjadi ketika
jaringan kulit terpisah dan stres merupakan tempat benturan pada jaringan kulit
yang bergerak berhubungan dengan jaringan kulit yang tidak bergerak. Kerusakan
anatomi yang terjadi akibat trauma dapat ringan sampai berat tergantung besar
kecilnya gaya penyebab terjadinya trauma. Kerusakan anatomi yang ringan
berupa jejas pada dinding toraks, fraktur kosta simpel. Sedangkan kerusakan
anatomi yang lebih berat berupa fraktur kosta multiple dengan komplikasi,
pneumotoraks, hematotoraks dan kontusio paru. Trauma yang lebih berat
menyebabkan perobekan pembuluh darah besar dan trauma langsung pada
jantung.5
Akibat kerusakan anatomi dinding toraks dan organ didalamnya dapat
menganggu fungsi fisiologi dari sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler.
Gangguan sistem pernafasan dan kardiovaskuler dapat ringan sampai berat
tergantung kerusakan anatominya. Gangguan faal pernafasan dapat berupa
gangguan fungsi ventilasi, difusi gas, perfusi dan gangguan mekanik/alat
pernafasan. Salah satu penyebab kematian pada trauma toraks adalah gangguan
faal jantung dan pembuluh darah.4,5
16

3.2.5 Mekanisme Trauma Dada


a) Akselerasi
Kerusakan yang terjadi merupakan akibat langsung dari penyebab trauma.
Gaya perusak berbanding lurus dengan massa dan percepatan (akselerasi) sesuai
dengan hukum Newton II (Kerusakan yang terjadi juga bergantung pada luas
jaringan tubuh yang menerima gaya perusak dari trauma tersebut.
Pada luka tembak perlu diperhatikan jenis senjata dan jarak tembak;
penggunaan senjata dengan kecepatan tinggi seperti senjata militer high velocity
(>3000 ft/sec) pada jarak dekat akan mengakibatkan kerusakan dan peronggaan
yang jauh lebih luas dibandingkan besar lubang masuk peluru.
b) Deselerasi
Kerusakan yang terjadi akibat mekanisme deselerasi dari jaringan. Biasanya
terjadi pada tubuh yang bergerak dan tiba-tiba terhenti akibat trauma. Kerusakan
terjadi oleh karena pada saat trauma, organ-organ dalam yang mobile (seperti
bronkhus, sebagian aorta, organ visera, dsb) masih bergerak dan gaya yang
merusak terjadi akibat tumbukan pada dinding toraks/rongga tubuh lain atau oleh
karena tarikan dari jaringan pengikat organ tersebut.
c) Torsio dan Rotasi
Gaya torsio dan rotasio yang terjadi umumnya diakibatkan oleh adanya
deselerasi organ-organ dalam yang sebagian strukturnya memiliki jaringan
pengikat/fiksasi, seperti Isthmus aorta, bronkus utama, diafragma atau atrium.
Akibat adanya deselerasi yang tiba-tiba, organ-organ tersebut dapat terpilin atau
terputar dengan jaringan fiksasi sebagai titik tumpu atau poros-nya.
d) Blast injury
Kerusakan jaringan pada blast injury terjadi tanpa adanya kontak langsung
dengan penyebab trauma. Seperti pada ledakan bom.
Gaya merusak diterima oleh tubuh melalui penghantaran gelombang energi.

3.2.6 Manifestasi Klinis


1. Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.
2. Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.
3. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.
17

4. Dyspnea, takipnea
5. Takikardi
6. Tekanan darah menurun
7. Gelisah dan agitasi
8. Kemungkinan cyanosis
9. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah
10. Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit
11. Ada jejas pada thorak
12. Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena
leher
13. Bunyi muffle pada jantung
14. Perfusi jaringan tidak adekuat
15. Pulsus paradoksus (tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi
dengan pernapasan) dapat terjadi dini pada tamponade jantung.

3.2.7 Pemeriksaan Penunjang


a) Radiologi : foto thorax (AP).

b) Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.

c) Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.

d) Hemoglobin : mungkin menurun.

e) Pa Co2 kadang-kadang menurun.

f) Pa O2 normal / menurun.

g) Saturasi O2 menurun (biasanya).

h) Toraksentesis : menyatakan darah/cairan,


18

3.2.8 Tatalaksana
Penatalaksanaan Medis
1. Konservatif
 Pemberian analgetik
 Pemasangan plak/plester
 Jika perlu antibiotika
 Fisiotherapy
2. Operatif/invasive
 Pamasangan Water Seal Drainage (WSD).
 Pemasangan alat bantu nafas.
 Pemasangan drain.
 Aspirasi (thoracosintesis).
 Operasi (bedah thoraxis)
 Tindakan untuk menstabilkan dada:
a) miringkan pasien pada daerah yang terkena.
b) Gunakan bantal pasien pada dada yang terkena
 Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif,
didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
a) Gejala contusio paru
b) Syok atau cedera kepala berat.
c) Fraktur delapan atau lebih tulang iga.
d) Umur diatas 65 tahun.
e) Riwayat penyakit paru-paru kronis.
 Pasang selang dada dihubungkan dengan WSD, bila tension
Pneumothorak mengancam.
 Oksigen tambahan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Noviana
    Belum ada peringkat
  • Tipskds
    Tipskds
    Dokumen2 halaman
    Tipskds
    Noviana
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Noviana
    Belum ada peringkat
  • Islw
    Islw
    Dokumen4 halaman
    Islw
    Noviana
    Belum ada peringkat
  • Tawassuth Tawaazun Tasaamuh Musawa/'Adalah: Prinsip-Prinsip Ajaran Islam Menurut Aswaja
    Tawassuth Tawaazun Tasaamuh Musawa/'Adalah: Prinsip-Prinsip Ajaran Islam Menurut Aswaja
    Dokumen21 halaman
    Tawassuth Tawaazun Tasaamuh Musawa/'Adalah: Prinsip-Prinsip Ajaran Islam Menurut Aswaja
    Noviana
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Miranti Sastraningrum
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen12 halaman
    Bab 2
    Noviana
    Belum ada peringkat
  • ULKUS PEPTUKUM
    ULKUS PEPTUKUM
    Dokumen16 halaman
    ULKUS PEPTUKUM
    Noviana
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen15 halaman
    Bab Iii
    Miranti Sastraningrum
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen3 halaman
    Bab I Pendahuluan
    Noviana
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Miranti Sastraningrum
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen14 halaman
    Bab Iii
    Noviana
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Noviana
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Noviana
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen37 halaman
    Bab Iii
    Noviana
    Belum ada peringkat
  • Bab I-Heg
    Bab I-Heg
    Dokumen4 halaman
    Bab I-Heg
    Noviana
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen16 halaman
    Bab Iii
    Noviana
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    Noviana
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen2 halaman
    Bab Iv
    Noviana
    Belum ada peringkat
  • Vitiligo
    Vitiligo
    Dokumen3 halaman
    Vitiligo
    Noviana
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Noviana
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen2 halaman
    Bab Iv
    Noviana
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen16 halaman
    Bab Iii
    Noviana
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen22 halaman
    Bab Iii
    Noviana
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen8 halaman
    Bab Ii
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen16 halaman
    Bab Iii
    Noviana
    Belum ada peringkat
  • Makalah Depresi
    Makalah Depresi
    Dokumen5 halaman
    Makalah Depresi
    Noviana
    Belum ada peringkat