Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia sekaligus investasi keberhasilan

pembangunan bangsa. Untuk pembangunan kesehatan diarahkan untuk

mencapai Indonesia yang sehat, yaitu suatu keadaan dimana seseorang hidup

dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai

akses terhadap pelayanan kesehatan, serta memiliki derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya (Dinkes, 2008).

Departemen kesehatan telah merencanakan Gerakan Pembangunan

Berwawasan Kesehatan yang dilandasi paradigm sehat untuk mewujudkan hal

tersebut. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola piker atau model

pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang

dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor dan upayanya lebih

diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan, dan perlindungan kesehatan. Secara

makro paradigma sehat berarti semua sektor memberikan konstribusi positif

bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat, secara mikro berarti

pembangunan kesehatan lebih menekan upaya promotif dan preventif tanpa

mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI, 2009:1).

Pencapaian kemajuan pembangunan dibidang kesehatan dapat dinilai dengan

pencapaian target pembangunan kesehatan, salah satu target pembangunan


dibidang kesehatan adalah tercapainya 65% rumah tangga yang berperilaku

hidup bersih dan sehat.

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

dan kemampuan hidup sehat bagi setip orang agar terwujudnya derajat

kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan

Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku

dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan

kesehatan yang bermutu, adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang

optimal di seluruh wilayah Indonesia. Program promosi kesehatan diperlukan

untuk melaksanakan pembangunan kesehatan, karena program promosi

kesehatan berorientasi pada proses pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku

hidup bersih dan sehat melalui peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan

kesehatannya (Depkes RI, 2009).

Kesehatan merupakan aspek penting yang harus memperoleh perhatian

dimana pengelolaannya harus dilakukan oleh seluruh masyarakat. Langkah

paling sederhana yang menjaga kesehatan yang dapat dilakukan melalui tindakan

preventif dan promotif. Demikian pula terhadap pencegahan timbulnya penyakit

dapat diusahakan melalui pemberdayaan perilaku hidup bersih dan sehat

(Promkes pusat promosi kesehatan, 2013).

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi

sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM adalah indeks yang mengukur

pencapaian kesuluruhan Negara. Pencapaian ini meliputi 3 indikator yaitu

tingkat Pendidikan, derajat kesehatan dan kemampuan ekonomi masyarakat.

Pemeliharaan kesehatan masyarakat akan memacu produktifitas kinerja


masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena

itu menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan

dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan masyarakat Indonesia (Dinkes,

2006:1).

PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran

atas hasil pembelajaran yng menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong

dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan

kesehatan masyarakat (Dinkes, 2008). Pembinaan perilaku hidup bersih dan

sehat PHBS) dilakukan melalui pendekatan tatanan yaitu: PHBS di rumah

tangga, PHBS di sekolah, PHBS di tempat kerja, PHBS di institusi kesehatan

dan PHBS di tempat umum.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan

pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan keluarga,

kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi memberikan

informasi dan melakukan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,

perilaku, melalui pendekatan pimpinan bina suasana dan pemberdayaan

masyarakat agar masyarakat mengenali dan mengatasi masalah sendiri mengenai

tatanan rumah tangga, institusi pendidikan dan tempat ibadah agar dapat

menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga memelihara dan

meningkatkan kesehatannya (Dinkes, 2006 : 3).

Keluarga mempunyai beberapa masalah dan dilihat dari dampaknya, ada

masalah yang berdampak jangka pendek, jangka menengah maupun jangka

panjang, karena itu kesehatan dalam keluarga perlu diantisipasi dengan baik.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyikapi masalah kesehatan

keluarga adalah dengan cara membudayakan hidup sehat, mulai dari kebiasaan
buang air besar, tidak merokok dan istirahat yang cukup. Membangun budaya

hidup sehat mempengaruhi kualitas keluarga sehingga perhatian gaya hidup

sehat sangat dibutuhkan (Cholil, 2007). Dalam rangka membangun kesehatan

keluarga dan masyarakat diperlukan berbagai upaya untuk menumbuhkan

kesadran pentingnya menjaga kesehatan melalui kesadaran pemahaman

pengetahuan hidup bersih dan sehat. Dengan terwujudnya lingkungan dan

perilaku hidup sehat serta meningkatnya kemampuan masyarakat, derajat

kesehatan peroraga, keluarga dan masyarakat dapat ditingkatkan secara optimal

(Sutedjo, 2006;Siswanto, 2003).

Salah satu pembangunan di Indonesia adalah menggerakkan dan

memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

PHBS dapat diterjemahkan sebagai sekumpulan perilaku yang dipraktikkan

sebgai kesadran dari hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang dan

keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan mampu berperan

aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Untuk melihat keberhasilan

PHBS di ukur dengan pencapaian indikator rumah tangga sehat (Winarno,

2007).

Menurut Blum (1974, dalam Notoatamodjo, 2007), derajat kesehatan

dipengaruhi oleh emapt faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku faktor

keturunan dan faktor pelayanan kesehatan. Dari keempat faktor tersebut, faktor

kedua yaitu faktor perilaku sangatlah berpengaruh dalam kesehatan seseorang,

terutama dalam penerapan PHBS (perialaku hidup bersih dan sehat) baik

dilingkungan pribadi, keluarga maupun masyarakat. Faktor yang mempengaruhi

PHBS sebagian terletak didalam individu itu sendiri, yang disebut faktor intern
dan sebagian terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern (faktor

lingkungan).

Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di Negara-negara

berkembang terutama anak-anak meninggal dunia akibat berbagai penyakit yang

disebabkan oleh kurangnya air minum yang aman, sanitasi dn hygiene yang

buruk. Selain itu, terdapat bukti pelayanan sanitasi yang memadai, persediaan air

yang aman, system pembuangan sampah serta pendidikan hygiene dapat

menekan angka kematian akibat diare sampai 65%, serta penyakit-penyakit

lainnya sebanyak 26%.

Program perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS) yang direncanakan

pemerintah sudah berjalan 15 tahun, tetapi keberhasilannya masih jauh dari

harapan. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa

rumah tangga yang mempraktikkan PHBS baru mencapai 38,7%. Padahal

Rencana Strategis (Restra) Kementerian Kesehatan tahun 2010. 2014

mencantumkan target 70% rumah tangga sudah mempraktekkan PHBS.

Data profil kesehatan indonesia tahun 2009 menyebutkan bahwa baru

64,41% sarana yang telah dibina kesehatan lingkungannya, yang meliputi institusi

pendidikan (67,52%), tempat kerja (59,15%), tempat ibadah (58,84%), fasilitas

kesehatan (77,02%) dan sarana lain (62,26%). Hal ini menunjukkan bahwa

pembinaan PHBS di tatanan selain rumah tangga, yaitu di tatanan institusi

pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas

kesehatan juga masih belum berjalan sebagaimana mestinya.

Banyak faktor yang mempengaruhi hidup bersih dan sehat. Mengingat

perilaku hidup bersih dan sehat memiliki kaitan langsung terhadap timbulnya

berbagai penyakit seperti diare, demam berdarah, leptospirosis, infeksi saluran


nagfas (ISPA), penyakit kulit dan penyakit saluran pencernaan (Singgih, 20140.

Berbagai faktor penghambat masyarakat untuk melakukan perilaku hidup bersih

dan sehat antara lain meliputi pendidikan dan pengetahuan terhadap PHBS.

Masing-masing faktor ini saling berinteraksi, dan pengaruh terhadap fase akhir,

yaitu prktek PHBS (Anies, 2006).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di kota Malang. Hasil

wawancara singkat yang dilakukan peneliti terhadap 18 warga Muharto,

didapatkan bahwa 16 orang warga dari 18 orang warga tidak ada kemauan untuk

melakukan perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS) dalam cangkupan buang

sampah. Didapatkan bahwa setiap warga membuang sampah bukan pada

waktunya, sehingga sampah yang seharusnya bersih pada waktunya menjadi

tempat sampah yang penuh dengan sampah kering dan basah, sehingga

menjadikan lingkungan RW 05/06/07 Muharto terlihat kotor, berbau busuk dan

terlihat sampah berserakan dimana-mana. Selain itu ketidakdisiplinan warga

membuang sampah menjadi faktor utama dalam kasus PHBS: Buang sampah.

Waktu yang seharusnya membuang sampah rumah tangga antara pukul 05.00

sampai dengan 06.00 pagi, tetapi di atas pukul 09.00 banyak warga yang masih

membuang sampah, dan juga ada beberapa warga yang mengeluhkan pemulung

yang membuka bungkusan-bungkusan plastik sampah sampai berserakan

kemana-mana.

Banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya faktor ekonomi, social,

budaya, dan perilaku tidak sehat serta diperburuk dengan sikap kurang peduli

terhadap kesehatan (Dinkes, 2008).

Salah satu penyebab tingkat perolehan tingkat keberhasilan program PHBS di

kelurahan Muharto adalah kemauan dan motivasi. Motivasi merupakan suatu


usaha untuk meningkatkan dalam mencapi suatu tujuan (Fudjartanto, 2002).

Motivasi sangat dibutuhkan sebagai penggerak yang ada dalam individu untuk

melakukan sesuatu (Sukmadinata, 2003).

Pada penelitian ini, banyak warga yang memiliki motivasi negatif dikarenakan

beberapa hal antara lain adalah kurangnya pengetahuan warga masyarakat serta

sosial budaya yang kurang dalam masyarakat. Hal ini sesuai dengan temuan

dalam penelitian ini bahwa banyak sampah yang berserakan dimana-mana dan

kurangnya fasilitas sehingga menyebabkan motivasi rendah dalam hal

membuang sampah. Penelitian ini sesuai yang dikemukakan oleh taufik (2007)

lingkungan adalah tempat dimana seseorang tinggal. Lingkungan dapat

mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu.

Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam memotivasi

seseorang dalam mengubah tingkah lakunya. Dalam sebuah lingkungan yang

hangat dan terbuka, akan menimbulkan rasa kesetiakawanan yang tinggi

Motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsic karena motivasi

intrinsic timbul dalam diri individu itu sendiri tanpa da rangsangan dari luar

(Djamarah, 2002). Motivasi intrinsik lebih murni dan langgeng serta tidak

bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain (Syah, 2004).

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

sebgai brikut: “Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan motivasi

masyarakat untuk melakukan PHBS di kelurahan Muharto RW 05/06/07.

1.2 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum


Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mengetahui

masyarakat di daerah kelurahan Muharto RW 05/06/07.

1.3.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui:

1. Hubungan tingkat faktor pengetahuan dengan motivasi masyarakat

untuk melakukan program PHBS di Kelurahan Muharto RW 05/06/07.

2. Hubungan tingkat faktor pendidikan dengan motivasi masyarakat untuk

melakukan program PHBS di Kelurahan Muharto RW 05/06/07.

3. Hubungan faktor peranan petugas kesehatan dengan motivasi

masyarakat untuk melakukan program PHBS di Kelurahan Muharto RW

05/06/07.

4. Hubungan faktor tokoh masyarakat dengan motivasi masyarakat untuk

melakukan program PHBS di Kelurahan Muharto RW 05/06/07.

1.3 Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas/Pengelola Program PHBS

Sebagai masukan dalam perencanaan program kesehatan bagi

masyarakat dan penyusunan program PHBS di kelurahan Muharto RW

05/06/07.

2. Bagi Keperawatan

Manfaat penelitian ini bagi keperawatann yaitu hasil penelitian ini di

harapkan dapat memberikan peningkatan terhadap kualitas asuhan

keperawatan khusunya pada keperawatan komunitas. Peran perawat konitas

dalam penatalaksanaan PHBS adalah sebagai health educator, pelaksana


pelayanan kesehatan dan sebagai pengamat kesehatan. Hal ini menjadi

penting bagi masyarakat , karena PHBS yang baik akan dapat menunjang

kesehatan lingkungan masyarakat.

3. Bagi masyarakat

Memberikan informasi tentang pentingnya berperilaku hidup bersih

dan sehat.

4. Bagi Peneliti

Sebagai bentuk pengalaman nyata dalam konsep teori dan riset di

lapangan dan sebagai bahan informasi utuk memperluas atau memperkaya

wawasan bagi peniliti maupun pembaca/pemerhati kesehatan masyarakat

khususnya dalam berperilaku hidup sehat dan bersih.

5. Bagi Ilmu Pengetahuan

Memberikan tambahan referensi pada ilmu kesehatan komunitas.

1.4 Keaslian Penelitian

1. Penelitian

Peneliti terdahulu terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat

adalah penelitian yang dilakukan oleh Destya Andi Pratama (2009) dengan

judul faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi keluarga untuk

melakukan program perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Mangunharjo

Jatipurno Kabupaten Wonogiri. Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif dengan metode survey yang menggunakan pendekatan cross sectional

dimana variable-variabel yang termasuk faktor resiko dan variable-variabel

yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama


(Notoatmojo, 2002). Peneliti dalam pengambilan sampel menggunakan teknik

proportional stratified random sampling yaitu mengambil sampel anggota populasi

secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi yang

dianggap homogen. Peneliti menggunakan instrument kuesoner. Pada jenis

pengukuran ini peneliti menggunakan data secara formal kepada subjek untuk

menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh peneliti (Arikunto, 2006).

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah pada variable independen. Variable independen pada penelitian

tersebut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi keluarga,

sedangkan variable independen dari penelitian peneliti adalah faktor-faktor

yang mempengaruhi warga. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah variable dependennya yaitu perilaku hidup bersih dan sehat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku

2.1.1. Pengertian Perilaku

Masalah kesehatan yang sering ditemukan di Indonesia di bagi

menjadi beberapa kelompok, diantaranya masalah perilaku kesehatan

(Notoatmojo, 2007). Bentuk perilaku yang tidak menunjang kesehatan adalah

kurangnya memanfaatkan fasilitas kesehatan, kebersihan lingkungan yang tidak

terjaga, kebiasaan buang sampah sembarangan, kebiasaan buang besar

sembarangan.

Perilaku kesehatan menurut Skinner dan Notoatmojo adalah suatu

respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan

dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makan, minuman dan

lingkungan (Notoatmojo, 2007).

Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya

perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan

diperlukan contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para

petugas terutama petugas kesehatan dan diperlukan juga undang-undang

kesehatan untuk memperkuat perilaku tersebut (Notoatmojo, 2003).


2.1.2. Teori Perilaku dari Segi Biologis

Dari segi biologis, perilaku merupakan aktivitas organisme yang

mempunyai bentangan yang luas. Menurut Soekidjo (2006: 133) yang

dimaksud perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang

dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh perilaku luar.

Para ahli mengatakan bahwa perilaku sama dengan tindakan atau

aktivitas yang dilakukan individu sebagai akibat adanya stimulus atau

rangsang. Hal ini sesuai dengan pendapat skinner yang dikutip oleh Soekidjo

(2006: 133) yang menyatakan bahwa perilaku merupakan reaksi seseorang

terhadap stimulus dari luar. Sedangkan menurut M Ichsan (1998: 11) yang

dimaksud oleh aspek perilaku adalah suatu proses keadaan mental yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman

serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan

respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar

maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindkan:

berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan)

(Sarwono, 1993).

Menurut Soekidjo (2006: 137) perilaku hidup sehat adalah perilaku

yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk menciptakan dan

meningkatkan kesehatannya. Sedangkan menurut Rusli Lutan (2000: 14)

Perilaku sehat adalah setiap tindakan yang mempengaruhi peluang secara


langsung atau jangka panjang semua konsekuensi fisik yang terwujud jadi

lebih baik.

Dapat disimpulkan bahwa perilaku sehat yang berkaitan dengan upaya

seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya melalui

interaksi dengan lingkungan, khusunya yang berhubungan dengan kesehatan.

2.1.3. Teori Perilaku Sehat dalam Psikologi

Menurut skinner (1893) dalam Notoatmojo seorang ahli psikologi,

merumuskan bahwa prilaku kesehatan merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini

terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian

organisme tersebut merepon, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R”

atau stimulus organism respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Perilaku Tertutup (Covert Behaviour)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap

stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang

yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati

secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert

bihaviour atau unobservable bihaviour, misalnya: seseorang

ibu hamil tau pemeriksaan kehamilan.


2) Perilaku Terbuka (overt bihaviour)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus

tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang

dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain. Oleh

sebab itu disebut overt bihaviour tindakan atau praktik misalnya

seorang ibu memeriksakan kehamilan atau membawanya ke

puskesmas untuk di imunisasi.

Seperti telah disebutkan diatas, sebagian besar perilaku manusia adalah operant response.

Oleh sebab itu, untuk membentuk jenis respon atau perilaku perlu diciptakan adanya

suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning. Prosedur pembentukan

perilaku dalam operant conditioning menurut Skinner adalah sebagai berikut.

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforce

berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.

b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang

membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen

tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya

perilaku yang dimaksud.

c. Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan

sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing

komponen tersebut.

d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen

yang telah tersusun. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka

hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku


(tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau ini sudah

terbentuk maka dilakukan komponen (perilaku) yang kedua kemudian diberi

hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi). Demikian

berulang-ulang sampai komponen kedua terbentuk.

Sebagai ilustrasi, misalnya dikehendaki agar anak mempunyai kebiasaan

menggosok gigi sebelum tidur. Untuk berperilaku seperti ini maka anak

tersebut harus:

 Pergi ke kamar mandi sebelum tidur

 Mengambil sikat dan odol

 Mengambil air dan berkumur

 Melaksanakan gosok gigi

 Menyimpan sikat gigi dan odol

 Pergi ke kamar tidur

Kalau dapat diidentifikasi hadiah-hadiah (tidak berupa uang) bagi masing-masing

komponen perilaku tersebut (komponen 1-6), maka akan dapat dilakukan

pembentukan kebiasaan tersebut.

Contoh di atas adalah suatu penyederhanaan prosedur pembentukan perilaku

melalui operant conditioning. Di dalam kenyataannya prosedur itu banyak dan bervariasi

sekali dan lebih kompleks daripada contoh di atas. Teori Skinner ini sangat besar

pengaruhnya terutama di Amerika Serikat. Konsep-konsep behavior control, behavior

theraphy, dan behavior modification yang dewasa ini berkembang adalah bersumber pada

teori ini.
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi

pendidikan yang membagi perilaku manusia itu kedalam 3

kelompok yakni:

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukanpenginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia yakni, indera penglihatan, indera pendengaran,

indera penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuaan

di dapatkan dari indera penglihatan dan pendengaran.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang

(overt behavior). Pengetahuan yang dicakup didalam

domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu: tahu

(know), memahami (comprehension), aplikasi

(application), analisis (analysa), sintesis (syntesa), evaluasi

(evaluation).

2. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau

objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam

kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus sosial. Selain bersifat positif

atau negative, sikap memiliki tingkat kedalaman yang


berbeda-beda ( sangat benci, agak benci , dsb). Sikap itu

tidaklah sama dengan perilaku tidaklah selalu mencerinkan

sikap seseorang, sebab sering kali terjad bahwa sesorang

memperhatikan tindakan yang bertentangan dengan

sikapnya. Sikap dapat berubah dengan diperoleh

tambahan informasi tentang objek tersebut melalui

persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono,

1993). Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial,

menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan suatu perilaku.

3. Tindakan (Pratice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu

tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata dibutuhkan faktor pendukung atau suatu

kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas

(Notoatmojo S, 2007). Tingkatan- tingkatan praktik itu

adalah:

1. Persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih

berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil.
2. Respon terpimpin (guided response) adalah apabila

seseorang dapat melakukan sesuatu sesuai dengan

urutan yang benar.

3. Mekanisme (mechanism) adalah apabila seseorang

melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau

sesuatu itu sudah merupakan sesuatu kebiasaan.

4. Adaptasi (adaptation) adalah suatu tindakan atau pratik

yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan

itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi keenaran

tindakan tersebut.

2.1.4. Teori Umum Perilaku Sehat

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia

itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan,

berbicara, bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan

sebagai aktifitas organism, baik yang dapat diamati secara langsung maupun

tidak langsung (Notoatmojo, 2007).

Beberapa pengertian kaitannya dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) adalah :

1. Perilaku sehat, adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk

memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri

dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan

Masyarakat.
2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), adalah wujud

pemberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu

mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada 5 program prioritas yaitu

KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, dan Dana

Sehat/Asuransi Kesehatan.

3. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), adalah upaya

untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu

kondisi bagi perorangan, keluarga kelompok dan masyarakat, dengan

membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan

edukasi, untuk memberikan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui

pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan

pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian

masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri,

terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat/dapat

menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan

meningkatkan kesehatannya 9Dinkes, 2006).

4. Tatanan, adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja,

bermain, berinteraksi dan lain-lain. Dalam hal ini ada 5 tatanan PHBS

yaitu Rumah Tangga, Sekolah, Tempat Kerja, Sarana Kesehatan dan

Tempat Umum.

5. Kabupaten/Kota Sehat, adalah kesatuan wilayah administrasi

pemerintah terdiri dari desa-desa, kelurahan, Kecamatanyang secara

terus menerus berupaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

hidup sehat dengan prasarana wilayah yang memadai, dukungan


kehidupan social, serta perubahan perilaku menuju masyarakat aman,

nyaman dan sehat secara mandiri.

6. Manajemen PHBS, adalah pengolahan PHBS yang dilaksanakan

melalui 4 tahap kegiatan, yaitu:

1) Pengkajian

2) Perencanaan

3) Penggerakan pelaksanaan

4) Pemantauan dan penilaian

Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan,sedaran dan

kemauan masyarakat agar hidup sehat, serta meningkatkan peran aktif

masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan

derajat hidup yang optimal (Dinkes, 2006)

Ada 5 tatanan PHBS yaitu Rumah Tangga, Sekolah, Tempat Kerja,

Sarana Kesehatan dan tempat tempat umum. Tatanan adalah dimana

sekumpulan orang hidup, bekerja bermain, berinteraksi dan lain-lain.

Untuk mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ditiap

tatanan diperlukan pengelolaan manajemen program PHBS melalui

tahap pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan sampai dengan

pemantauan dan penilaian.

2.1.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Hidup Sehat

Pada bagian ini diuraikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku hidup sehat. Soekidjo Notoadmojo (1993: 62) berpendapat bahwa

perilaku hidup sehat pada dasarnya adalahsuatu respon seseorang (organisme)


terhadap stimulus yang terkait dengan makanan, kebersihan diri, kebersihan

lingkungan dan kebiasaan terhadap sakit dan penyakit.

1. Perilaku terhadap Makanan dan minuman

Menurut pendapat Purnomo dan Abdul Kadir (1994: 23) Air

yang sehat adalah air bersih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak

mengandung hama dan tidak mengandung zt-zatkimia yang

berbahaya. Minum air yang sudah dimasak sampai mendidih ±100º C

sebanyak 6-8 gelas sehari. Bila banyak mengeluarkan keringat dan

buang air, jumlah yang diminum hendaknya perlu ditambah agar

tubuh tidak kekurangan cairan.

2. Perilaku terhadap Kebersihan Diri Sendiri

Upaya utama dan yang paling utama agar seseorang dapat

tetap dalam keadaan sehat adalh menjaga kebersihan diri sendiri.

Tujuan dari kebersihan diri sendiri adalah agar seseorang mengetahui

manfaat kebersihan diri sendiri dan mampu membersihkan bagian-

bagian tubuh, serta mampu menerapkan perawatan kebersihan diri

sendiri dalam upaya peningkatan hidup sehat. Setiap orang haruus

selalu berupaya memelihara dan meningkatkan taraf kebersihan diri

sendiri, antara lain dengan cara:

a) Mandi, mandi adalah membersihkan kotoran yang menempel

pada badan dengan menggunakan air bersih dan sabun.

Menurut Purnomo dan Abdul Kadir (1994: 7) manfaat mandi

adalah sebagai berikut, menghilangkan kotoran yang melekat

pada permukaan kulit, menghilangkan keringat, merangsang

syaraf dan mengembalikan kesegaran tubuh.


b) Membersihkan mulut dan Gigi

Menurut Purnomo dan Abdul Kadir (1994: 12) mulut berupa

rongga yang dibatasi oleh jaringan lemak, dibagian belakang

berhubungan dengan tenggorokan dan di depan ditutup oleh

bibir. Gigi menurut Sadatoen (1986: 99) adalah alat-alat

system pencernaan makanan yang memegang peranan penting

dalam kesehatan tubuh. Menggosok gigi sebaiknya dilakukan

sesaat setelah selesai makan pagi dan pada waktu malam ketka

akan tidur dengan menggunakan sikat pribadi. Setiap dua

bulan sekali juga harus diperiksa secara teratur ke dokter gigi.

Menurut pendapat Sedatoen (1986: 104) guna gigi adalah

terutama untuk mengahaluskan makan dan juga digunakan

untuk berbicara.

c) Memakai Pakaian yang Bersih

Fungsi pakaian menurut pendapat purnomo dan Abdul Kadir

(1994: 14) adalah untuk melindungi kulit dari kotoran yang

bersal dari luar dan juga untuk membantu mengatur suhu

tubuh. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pakaian

ini adalah: pakaian hendaknya diganti, setiap selesai mandi,

dan bila kotor atau basah karena kena keringat atau kena air.

Jangan biasakan memakia pakaian orang lain untuk mencegah

tertularnya penyakit.

3. Perilaku terhadap Kebersihan Lingkungan

Perilaku terhadap kebersihan lingkungan adalah respon

seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia


(Soekidjo, 1997: 122). Manusia selalu hidup dan berada di suatu

lingkungan, seperti lingkungan tempat tinggal, tempat belajar, tempat

melakukan aktifitas jasmani dan olahraga ataupun tempat melakukan

rekreasi

4. Perilaku terhadap Sakit dan Penyakit

Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu

bagaimana manusia berespon, baik secara pasif (mengetahui, bersikap,

dan mempersepsi penyakit) serta rasa sakit yang ada pada dirinya dan

diluar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan

dengan penyakit dan sakit tersebut (Soekidjo, 1997: 121).

Perilaku manusia terhadap sakit dan penyakit, menurut

Soekidjo (1007: 121-122), meliputi:

a) Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan

b) Perilaku pencegahan penyakit

c) Perilaku pencarian pengobatan

d) Perilaku pemulihan kesehatan.

2.2.1. Sampah

Sampah merupakan bahan buangan dari kegiatan rumah tangga,

komersial, industri atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan manusia-manusia

lainnya. Sampah juga merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang

sudah tidak terpakai (Purwanto & Nurhidayat, 2006).

Menurut Soemirat Slamet (2010) sampah adalah sesuatu yang tidak

lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sampah ada yang mudah

membusuk dan adapula yang tidak mudah membusuk. Sampah yang mudah
membusuk terdiri dari zat-zat organic seperti sayuran, sisa daging, daun dan

lain sebagainya, sedangkan sampah yang tidak mudah membusuk berupa

plastik, kertas, karet, logam, abu sisa pembakaran dan lain sebagainya.

2.2.2. Jeni-jenis Sampah

I. Sampah Rumah Tangga

a. Sampah Basah

Sampah jenis ini dapat diurai (Digradable) atau biasa

dikatakan dapat membusuk. Contohnya ialah sisa

makanan, sayuran, potongan hewan, daun kering dan

semua materi yang berasal dari mahluk hidup.

b. Sampah Kering

Sampah yang terdiri dari logam besi tua, kaleng bekas

dan sampah kering non logam seperti kayu, kertas, kaca,

keramik, batu-batuan dan sisa kain

c. Sampah Lembut

Contohnya sampah ini adalah debu dari penyapuan

lantai rumah, gedung, penggergajian kayu dan abu dari

rokok atau pembakaran kayu.

d. Sampah Besar

Sampah yang terdiri dari buangan rumah tangga yang

besar-besar seperti meja, kursi, kulkas, televisi, radio dan

peralatan dapur.
II. Sampah Komersial

Sampah yang berasal dari kegiatan komersial seperti

pasar, pertokoan, rumah makan, tempat hiburan, tempat

penginapan, bengkel dan kios. Demikian pula dari institusi

seperti perkantoran, tempat pendidikan, tempat ibadah dan

lembaga-lembag non komersial lainnya.

III. Sampah Bangunan

Sampah yang berasal dari pembangunan termasuk

pemugaran dan pembongkaran suatu bangunan seperti

semen, kayu, batu-bata dan genting.

IV. Sampah Fasilitas Umum

Sampah ini berasal dari pembersihan dan penyapuan

jalanan, trotoar, taman, lapangan, tempat rekreasi dan fasilitas

umum lainnya. Contohnya ialah daun, ranting, kertas

pembungkus, plastik dan debu.

2.3 Aplikasi Promosi Kesehatan

2.3.1 Aplikasi Promosi Kesehatan di Keluarga /Rumah Tangga

Program kesehatan di masyarakat menekankan pada kegiatan kampanye dan

aktivitas lainnya dengan target-target sasaran tertentu di dalam masyarakat. Fasilitator

masyarakat dan petugas kesehatan setempat seperti sanitarian/petugas kesehatan

lingkungan, PKK, kader desa, dan bidan desa secara bersama-sama dapat melakukan

kegiatan promosi kesehatan. Target/sasaran kegiatan seperti ibu muda yang


mempunyai anak bayi/balita, ibu hamil, remaja putrid, kelompok perempuan dan

kelompok laki-laki, karang taruna, kelompok miskin, dan kelompok menengah ke

atas. Yang perlu diperhatikan adalah kemampuan membaca dari masyarakat dan

kesederhanaan pesan yang disampaikan.

Beberapa jenis kegiatan yang dapat dilakukan dalam promosi kesehatan di

rumah tangga di dalam masyarakat adalah:

1. Penyuluhan kelompok terbatas;

2. Penyuluhan kelompok besar (masa);

3. Penyuluhan perorangan (penyuluhan antar teman/peergroup education);

4. Pemutaran film/video;

5. Penyuluhan dengan metode demonstrasi;

6. Pemasangan poster;

7. Pembagian leaflet

8. Kunjungan/wisata kerja daerah lain;

9. Kunjungan rumah;

10. Pagelaran kesenian;

11. Lomba kebersihan anatar – RT/RW/Desa;

12. Kegiatan pemeiharaan dan membersihkan tempat-tempat umum;

13. Kegiatan penghijauandisekitar sumber air;


14. Pelatihan kader unit kesehatan

PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah

tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkanperilaku hidup bersih dan

sehat serta berperan aktifdalam gerakan kesehatan di masyarakat.

PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mencapai rumah tangga ber PHBS

yang melakukan sepuluh PHBS yaitu:

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan;

2. Member ASI eksklusif;

3. Menimbang balita;

4. Menggunakan air bersih

5. Menggunakan jamban sehat;

6. Memberantas jentik demam berdarah di rumah sekali seminggu;

7. Makan buah dan sayur setiap hari;

8. Melakukan aktivitas fisik setiap hari;

9. Tidak merokok di dalam rumah.

2.2.3 Aplikasi Promosi Kesehatan di Masyarakat

Dengan kebijakan dan strategi ini, perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan di semua sektor harus mampu mempertimbangkan dampak negatif

dan positif terhadap sektor kesehatan, baik bagi individu, keluarga maupun

masyarakat. Di sektor kesehatan sendiri upaya kesehatan lebih mengutamakan upaya-


upaya preventif dan promotif yang proaktif, tanpa mengabaikan upayakuratif dan

rehabilitative. Dasar pandangan baru dalam pembangunan kesehatan ini disebut

“paradigma sehat”. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuanhidup sehat bagisetiap penduduk agar dapat menunjukkan

derajat kesehatan yang optimal. Derajat kesehatan merupakan salah satu faktor yang

sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang

sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing manusia (Ahmad Kholid,

2012).

2.2.3.1 Srategi promosi kesehatan di masyarakat anatara lain:

1. Program tersebut di rencanakan sendiri oleh masyarakat berdasarkan atas

identifikasi dan analisis situasi yang dihadapi oleh masyarakat, dilaksanakan,

dikelola dan dimonitor oelh masyarakat.

2. Ada pembinaan teknis terhadap pelaksanaan program tersebut oleh tim teknis

pada tingkat kecamatan.

3. Ada dukungan dan kemudahan pelaksanaan oleh tim lintas program di

tingkat kabupaten dan provinsi.

4. Advokasi di tingkat provinsi da kabupaten

5. Menjalin kemitraan di tingkat kecamatan.

6. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan masyarakat.


2.2.2.2 Bentuk Promosi Kesehatan dalam Pencapaian Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) di Masyarakat

Tempat-tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh

pemerintah/swasta, tau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat

seperti sarana pariwisata, transportasi sarana ibdah, sarana perdagangan dan olahraga,

rekreasi, san saraa sosial lainnya.

Menurut (Ahmad Kholid, 2012) ada beberapa indikator yang dipakai sebagai

ukuran untuk menilai PHBS di tempat-tempat umum, yaitu:

a. Menggunakan air bersih;

b. Menggunakan jamban;

c. Membuang sampah pada tempatnya;

d. Tidak merokok ditempat umum;tidak meludah sembarangan;

e. Memberantas jentuk nyamuk;

f. Dan sebagainya.
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka desain penelitian

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian ini

dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan, variable, dan fenomena-fenomena

yang terjadi saat sekarang dan menyajikan apa adanya (Subana, 2005). Penelitian

yang akan dilakukan adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat warga di jl.Muharto

kec.Kedungkandang RW 05/06/07 Kota Malang.

4.2 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka penelitian merupakan tahapan dalam penelitian. Pada kerangka

penelitian akan dijelaskan alur penelitian dari menentukan populasi sampai

menentukan kesimpulan (Alimul, 2007). Kerangka penelitian ini disajikan pada

gambar 4.1 sebagai berikut:


Populasi: 290 KK jl.Muharto RW 05/06/07, Kecamatan Kedungkandang kota
Malang

Sampel: 290 KK jl. Muharto RW 07 kec.Kedungkandang Kota Malang

Teknik Simple random sampling

290 KK jl.Muharto RW 07 kec.Kedungkandang Kota Malang

Identifikasi Variabel: faktor-faktor yang memepengaruhi warga daalam


perilaku hiduup bersih dan sehat (PHBS)

Pengumpulan data: Kuesioner

Tabel Data Distribusi Frekuensi

kesimpulan

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian


4.3 Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu

(Sastroasmoro & Ismael, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah 290 orang warga

Jl. Muharto RW 07 Kecamatan Kedungkandang Kota Malang.

NO RT JUMLAH KK
1. RT I 92
2. RT II 65
3. RT III 71
4. RT IV 105
5. RT V 60
6. RT VI 85
7. RT VII 131
8. RT VIII 85
9. RT IX 86
10. RT X 45
11. RT XI 75
12. RT XII 65
13. RT XIII 95
Total keseluruhan 1060 KK
Sumber : Ketua RW 07 Jl. Muharto kecamatan Kedungkandang Kota Malang

Tabel. 4.1 Populasi KK di RW 07 07 Jl. Muharto kecamatan Kedungkandang Kota


Malang

4.3.2 Sampel

Sampel adalah merupakan dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah 290 orang warga Jl.

Muharto RW 07 Kecamatan Kedungkandang Kota Malang.

Penentuan besar sampel dapat dihitung menggunakan rumus (Nursalam, 2013 : 172) :

𝐍. 𝐳 𝟐 . 𝐩. 𝐪
𝒏=
𝐝𝟐 (𝐍 − 𝟏) + 𝐳 𝟐 . 𝐩. 𝐪
Keterangan :

n = perkiraan besar sampel

N = perkiraan besar populasi

z = nilai standart normal untuk ά = 0,05 (1,96)

p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%

q = 1 – p (1000% - p)

atau

𝐍
𝒏=
𝟏 + 𝑵 (𝒅)𝟐

Keterangan :

n = besar sampel

N = besar populasi

d = derajat penyimpangan terhadap populasi yang di inginkan 10% (0,10), 5% (0,05),

1% (0,01)

1060
𝑛=
1 + 1060(0,05)2

1060
=
1 + 2,65
1060
=
3,65
= 290,41 -> 290 KK
4.3.3 Sampling

Sampling adalah proses penyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili

populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan

sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek

penelitian (Nursalam, 2013:173). Teknik sampling yang akan digunakan adalah simple

random sampling. Hakikatnya adalah bahwa setiap anggota atau unit dari populasi

mempunyai kesempatan yang sama untuk di seleksi sebagai sampel (Notoadmodjo,

2005).

4.4 Teknik Pengambilan Sampling

Menurut Nursalam (2013 : 173) cara pengambilan sampel dapat digolongkan

menjadi dua, yaitu: sampel probabilitas probability sampling atau sering disebut

random sample dan sampel non probabilitas (nonprobability sampling). Dalam

penelitian ini , peneliti menggunakan random sampling. Random sampling adalah

pengambilan sampel secara random atau acak. Dalam teknik random sampling

dibagi menjadi 5 (lima) yaitu : (1) pengambilan secara acak sederhana (simple random

sampling), (2) pengambilan sampel secara acak sistematis (systematic random sampling),

(3) pengambilan sampel secara acak stratifikasi (stratified random sampling), (4)

pengambilan sampel secara kelompok atau gugus (Cluster random sampling), (5)

pengambilan sampel secara gugus bertahap (multistage sampling). Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan teknik simple random sampling pengambilan secara acak

sederhana.

Ni x n
𝑛𝑖 =
N

(Sugiyono, 2007 : 75)


Keterangan :

ni : Ukuran tiap strata sample

Ni : Ukuran populasi

n : Ukuran total sampel

N : Ukuran total populasi

NO RT JUMLAH POPULASI SAMPEL


KK
1. RT I 92 92 25
x 290 = 25
1060
2. RT II 65 65 18
x 290 = 18
1060
3. RT III 71 71 19
x 290 = 19
1060
4. RT IV 105 105 29
x 290 = 29
1060
5. RT V 60 60 17
x 290 = 17
1060
6. RT VI 85 85 23
x 290 = 23
1060
7. RT VII 131 131 36
x 290 = 36
1060
8. RT VIII 85 85 23
x 290 = 23
1060
9. RT IX 86 86 24
x 290 = 24
1060
10. RT X 45 45 12
x 290 = 12
1060
11. RT XI 75 75 20
x 290 = 20
1060
12. RT XII 65 65 18
x 290 = 18
1060
13. RT XIII 95 95 26
x 290 = 26
1060
Total sampel 290
4.5 Kriteria Sampel Penelitian

a. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu, warga Jl.Muharto RW 07.

a. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang

tidak memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab sehingga tidak dapat

menjadi responden penelitian (Notoatmodjo, 2010). Kriteria eksklusi

penelitian ini adalah responden dari warga Jl. Muharto RW 07.

4.5 Definisi operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Alimul, 2007:79)

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Instrument Indikator Skala Hasil ukur


Operasional
Tingkat Suatu tingkat Kuesioner - Warga tahu tentang Ordinal Kuesioner terdiri dari 6
pengetahuan pengetahuan Nilai : pentingnya pertanyaan. Nilai
masyarakat warga tentang Selalu : 5 mempraktikkan tertinggi adalah 6 dan
dalam teori dan Sering : 4 PHBS: Buang nilai terendah 0.
melakukan praktik dalam Kadang- sampah
program PHBS, yang kadang : 3 - Warga tahu cara
PHBS dimana warga Jarang : 2 membuang sampah
sebagian warga Tidak yang benar
mempunyai pernah : 1 - Warga pernah
tingkat mengikuti
pengetahuan edukasi/penyuluha
rendah, sedang n tentang PHBS
dan tinggi - Warga tahu
dalam PHBS. indikator-indikator
PHBS.
Tingkat Tingkat Kuesioner - Tingginya Ordinal Kuesioner tentang
Pendidikan pendidikan Nilai : pengetahuan warga tingkat pendidikan
warga Selalu : 5 tentang PHBS terdiri dari 3 pertanyaan.
berpengaruh Sering : 4 khusunya buang Dari 18 responden jika:
dalam tingkat Kadang- sampah meskipun - Hasil 100% jika
pengetahuan kadang : 3 tingkat pendidikan Tingkat
tentang PHBS. Jarang : 2 formal/non- pendidikan
Tidak formalnya rendah tinggi
pernah : 1 - Warga tidak buang - Hasil 50% jika
sampah di sungai. tingkat
pendidikan
sedang
- Hasil ≤50% jika
tingkat
pendidikan
rendah
Peranan Peranan Kuesioner - Petugas Ordinal kuesioner tentang
Petugas petugas Nilai : mengadakan peranan petugas
Kesehatan kesehatan Selalu : 5 penyuluhan kesehatan terdiri dari 3
untuk Sering : 4 tentang pertanyaan.
meningkatkan Kadang- PHBS:Buang - Hasil 100% jika
masyarakat kadang : 3 sampah peranan petugas
yang sehat Jarang : 2 - Petugas kesehatan kesehatan tinggi.
dalam program mengedukasi - Hasil 50 % jika
PHBS. warga cara tingkat peranan
mempraktikkan petugas
PHBS: Buang kesehatan
sampah. sedang.
- Warga paham, - Hasil ≤50% jika
tahu peranan petugas
mempraktikkan kesehatan
PHBS: Buang rendah.
sampah sesuai
yang diedukasi
petugas kesehatan.

Peranan Tokoh Kuesioner - Tokoh masyarakat Ordinal Kuesioner tentang


Tokoh masyarakat Nilai : menggerakkan peranan tokoh
Masyarakat sangat Selalu : 5 warga dalam masyarakat terdiri dari 3
berpengaruh Sering : 4 kebersihan pertanyaan.
dalam Kadang- lingkungan. - Hasil 100% jika
membawa kadang : 3 - Tokoh masyarakat peranan tokoh
warganya Jarang : 2 rutin mengajak masyarakat
untuk Tidak warga dalam tinggi.
melakukan pernah : 1 mempraktikkan - Hasil 50% jika
suatu ha yang PHBS: Buang peranan petugas
positif. sampah contohnya: kesehatan
kerja bakti. sedang.
- Warga tidak buang - Hasil ≤ 50% jika
sampah di sungai peranan tokoh
- Lingkungan tempat masyarakat
tinggal bersih. rendah.

4.6 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Jl. Muharto RW 05/06/07 kecamatan

Kedungkandang Kota Malang. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal

12 Oktober 2015 sampai pada tanggal 5 November 2016.

4.7 Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Pada jenis

pengukuran ini peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk

menjawab pertanyaan secara tertulis dan subjek menjawab secara bebas tentang

sejumlah pertanyaan yang diajukan oleh peneliti (Arikunto, 2006). Kusioner tentang

PHBS: buang sampah terdiri dari 15 pernytaan yang menggunakan skala Likert yang

setiap itemnya diberi skor 1 untuk jawaban tidak pernah, skor 2 utuk jawaban jarang,

skor 3 untuk jawaban kadang-kadang, skor 4 unytuk jawaban sering dan skor 5 untuk

jawaban selalu. Rentang minimum-minimumnya adalah 15x1 = 15 sampai dengan

15x5 = 75, sehingga ruas jarak sebenarnya adalah 75-15 = 60. Setiap tahun deviasi

standarnya bernilai σ = 60/6 = 10 dan mean teoritisnya adalah µ = 15x3 = 45,

sehingga digunakan rumus :


X < (µ-1,0σ) Rendah

(µ-1,0σ) ≤ X < (µ-1,0σ) Cukup

(µ-1,0σ) ≤ X Tinggi

PHBS : Buang sampah rendah → X < [45-1,0(10)] = < 35

PHBS : Buang sampah cukup → [45-1,0(10)] ≤ X < [45+1,0(10)] = 35-55

PHBS : Buang sampah tinggi → [45+1,0(10)] ≤ X = > 55

Setelah data terkumpul dan dikelompokkan kemudian dianalisis statistik.

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, dengan

menggunalkan program SPSS 16.0 for windows.

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan karakteristik

subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2013:191). Beberapa hal

yang harus perlu dipersiapkan peneliti sebelum melakukan penelitian yaitu

mempersiapkan prosedur pengumpulan data. Adapun langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Tahap persiapan

1. Mengajukan surat izin penelitian kepada ketua RW 05,06,07

2. Mempersiapkan alat bahan dan teknik yang akan dilakukan peneliti untuk

mendapatkan data yang diperlukan, adapun instrument yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuesioner

3. Permintaan persetujuan responden (Informed Consent) dengan diberikan

penjelasan secara lisan dan tertulis tentang tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan hak responden.


4. Responden yang bersedia menandatangani informed consent kemudian

mengisi kuesioner.

b. Tahap pelaksanaan

1. Mengecek nama, kelengkapan idenditas dan kesesuaian responden

2. Mengecek kembali jika pengisian yang salah atau kurang lengkap

3. Setelah itu data dicatat/dikumpulkan dan dicek kembali

c. Tahap pengolahan data

Mengolah data yang telah didapatkan dalam bentuk angka dan hitungan.

4.7 Pengolahan Data dan Analisa Data

4.7.1 Pengolahan Data

a) Editing

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioner

(Notoatmojo, 2010). Peneliti telah melakukan pemeriksaan atau pengecekan

pada kuesioner untuk memastikan jawaban dari responden dalam kuesioner

sudah lengkap, jelas, releva, dan konsisten (Hastono, 2007).

b) Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat pentingbila

pengolahan dan analisa data menggunakan computer, dalam pemberian kode

dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku untuk memudahkan

kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variable (Alimul, 2009).
c) Tabulating

Tabulating yaitu kegiatan menyusun data dalam bentuk tabel, mulai dari

penyusunan tabel utama yang berisi seluruh data dan informasi yang berhasil

dikumpulkan dan isinya sesuai dengan tujuan penelitian (Nursalam, 2013).

4.7.2 Analisa Data

a) Analisa Univariat

Analisa univaiat yaitu adalah analisis satu variable. Untuk menghitung

satu prosentase frekuensi karakteristik dari masing-masing responden yaitu

usia dan lama tinggal. Dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan

yaitu:

P = ∑ƒ × 100%

keterangan:

P = Prosentase (%)

Ƒ = Frekuensi

n = jumlah responden, (Arikunto, 2007)

4.8 Etika Penelitian

Pelaksanaan penelitian, peneliti perlu membawa rekomendasi dari

institusi untuk pihak lain dengan cara mengajukan permohonan izin kepada

institusi atau lembaga tempat penelitian yang dituju oleh peneliti. Setelah
mendapat persetujuan, barulah peneliti dapat melakukan penelitian dengan

menekankan masalah etika yang meliputi:

1. Lembar persetujuan (Informed consent)

Lembar persetujuan atau informed consent ini diberikan kepada

responden yang akan diteliti yang sudah menemukan kriteria.

Lembar persetujuan atau informed consent riset diberikan oleh peneliti

kepada responden yang berisi tentang informasi studi penelitian dan

penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian serta dampaknya,

sehingga responden dapat memutuskan apakah akan terlibat atau

tidak dalam penelitian. Jika subjek bersedia maka responden harus

mentandatangani lembar persetujuan dan apabila tidak bersedia

maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak

subyek.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Kerahasiaan mengacu pada tanggung jawab peneliti untuk

melindungi semua data yang dikumpulkan dalam lingkup proyek atau

peberitahuan kepada orang lain. Kerahasiaan informasi dijamin

peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang dilapokan sebagai

hasil penelitian. Anonimity mengacu pada tindkan merahasiakan

nama peserta terkait dalam partisipasi mereka dalam penelitian.

Untuk kerahasiaan peneliti tidak akan mencatumkan nama

responden tetapi pada lembar tersebut diberi kode atau inisial untuk

nama responden.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Semua informasi dari responden tetap dirahasiakan, dan

peneliti melindungi semua data yang dikumpulkan dalam lingkup

proyek dari pemberitahuan kepada orang lain dan hanya kelompok

anya kelompok data tertentu yang akan diperoleh pada hasil riset
Pada masalah ini banyak sekali warga yang memiliki perilaku yang tentang hidup

bersih dan sehat yang kurang, dikarenakan oleh bebebarapa hal antara lain kurangnya

pengetahuan warga serta sosial budaya yang kurang dalam masyarakat. Hal ini sesuai

dengan temuan dalam masalah ini bahwa banyak sekali warga yang kurang

mendisiplinkan diri dalam melakukan perilaku hidup sehat dan bersih yaitu buang

sampah. Banyak sekali warga yang mengeluh karena lingkungan kotor. Lingkungan

kotor itu sendiri karena warga itu sendiri yang kurang mendisiplinkan diri atau tidak

membiasakan diri dalam berperilaku hidup bersih dan sehat utamanya melakukan

buang sampah yang benar.

Pada masalah ini ditemukan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi warga

tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) diantaranya adalah tingkat

pengetahuan, tingkat pendidikan peranan petugas kesehatan, peranan tokoh

masyarakat. Kurangnya tingkat dari faktor-faktor itu semua lingkungan tempat tinggal

warga kotor, sampah berserakan dimana-mana dan sungai dekat pemukiman

tercemar oleh sampah.


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

PHBS: Buang Sampah

1. Jauhnya jarak Tingkat


TPS pengetahuan
2. Faktor Lingkungan
lingkungan pemukiman penuh
Tingkat
pendidikan sampah
3. Pemukiman
warga dekat
dengan sungai Peranan petugas
kesehatan Baik Buruk
4. Waktu petugas
kebersihan
Dampak negatif:
5. Kebiasaan warga Peranan tokoh
yang tidak baik masyarakat 1. Selokan
dalam membuang tersumbat oleh
sampah tidak sampah
pada tempatnya 2. Banjir ketika
hujan
3. Tidak sedapnya
aroma lingkungan
Keterangan: 4. Sampah
berterbangan
Diteliti:
ketika angin
Tidak di teliti: bertiup
5. Lingkungan kotor
dengan sampah
yang membusuk
6. Sungai tercemar
oleh sampah

Gambar 3.1: Skema Kerangka Konsep Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Perilaku Hidup Besih dan Sehat: Buang Sampah

Anda mungkin juga menyukai