Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami sehingga akhirnya kami dapat membuat makalah Keperawatan
Anak II.

Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Atresia Ani Pada Anak” ditulis untuk
memenuhi tugas kelas tutor D pada blok mata kuliah Keperawatan Anak II.

Pada kesempatan yang baikini, kami menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada
kami dalam pembuatan makalah ini terutama kepada :

1. Ibu Ns. Rokhaida, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.An selaku dosen tutor “Kelas D” pada blok
Keperawatan Anak II.
2. Orang tua kami yang telah memberikan semangat, dukungan serta doa untuk menyelesaikan
makalah ini.
3. Semua aspek yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Jakarta,20 agustus 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 1

DAFTAR ISI............................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 3

A. Latar Belakang ............................................................................................. 3


B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan .......................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 5
A. Pengertian Imperforate Anus (Atresia Ani) ................................................ 5
B. Etiologi Imperforate Anus (Atresia Ani) ..................................................... 5
C. Klasifikasi ....................................................................................................5
D. Patofisiologi Imperforate Anus (Atresia Ani).............................................. 6
E. Pathway Imperforate Anus (Atresia Ani) .................................................... 7
F. Menifestasi Klinis Imperforate Anus (Atresia Ani)..................................... 8
G. PemeriksaanpenunjangImperforate Anus (Atresia Ani) .............................. 8
H. PenatalaksanaanMedis Imperforate Anus (AtresiaAni)...............................8
I. Asuhankeperawatan DHF ............................................................................ 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 11
A. Daftar pustaka ........................................................................................... 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Atresia ani atau anus imperforate disebut sebagai malformasi anorektal, adalah
suatu kelainan congenital tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna, termasuk
Agenesis ani, Agenesis rekti, dan Atresia rekti. Insiden1 : 5000 kelahiran yang dapat
muncul sebagai penyakit tersering yang merupakan syndrom VACTRERL (Vertebrata,
Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb).
Dalam asuhan neonates tidak sedikit dijumpai adanya kelainan cacat congenital
pada anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feses karena terjadi
gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang anus
akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada
pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum.
Atresia ani merupakan kelainan congenital yang tergolong rendah angka
kejadiannya dibandingkan penyakit lain dalam saluran pencernaan. Kejadian di Amerika
Serikat 600 anak lahir dengan atresia ani. Data yang didapatkan kejadian atresia ani
timbul dengan perbandingan 1 dari 5000 kelahiran hidup, dengan jumlah penduduk
Indonesia 200 juta dan tingkat kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan
lahir 1400 bayi dengan penyakit atresia ani.’

B. RumusanMasalah
1. Apa pengertian atresia ani?
2. Apa etiologi atresia ani?
3. Apa patofisiologi atresia ani?
4. Bagaimana pathway atresia ani?
5. Apa manifestasi klinik dari atresia ani?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada atresia ani?
7. Apa saja penatalaksanaan medis pada atresia ani?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada atresia ani?

3
C. TujuanPenulisan
1. Agar mengetahui pengertian atresia ani
2. Agar mengetahui etiologi atresia ani
3. Agar mengetahui patofisiologi atresia ani
4. Agar mengetahui pathway atresia ani
5. Agar mengetahui manifestasi klinik dari atresia ani
6. Agar mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada atresia ani
7. Agar mengetahui apa saja penatalaksanaan medis pada atresia ani
8. Agar mengetahui asuhan keperawatan pada atresia ani

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Imperforate anus adalah tidak komplit perkembangan embrionik pada distal usus
(anus) atau tertutupnya anus secara abnormal.
Menurut kamus kedokteran, atresia berarti tidak adanya lubang pada tempat yang
seharusnya berlubang. Sehingga atresia ani berarti tidak terbentuknya lubang pada anus.

B. Etiologi
Secara pasti belum diketahui, namun ada beberapa faktor, antara lain :
1. Putusnya saluran cerna dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur.
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu / 3 bulan.
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rectum
bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai
keenam usia kehamilan.

C. Klasifikasi
Klasifikasi internasional yang paling umum untuk malformasi anorektal adalah klasifikasi
Wingspread pada tahun 1984 (tabel 1). Namun malformasi anorektal memunyai dampak yang
luas dan klasifikasi Wingspread dianggap tidak memunyai nilai prognosis dan terapis, sehingga
Pena pada tahun 1995 (tabel 2) membuat klasifikasi yang lebih sederhana.

Tabel 1. Klasifikasi Malformasi Anorektal Wingspread

5
Tabel 2. Klasifikasi Malformasi Anorektal Menurut Pena.

D. Patofisiologi
Terdapat dua tipe yaitu letak tinggi yang mana terdapat penghalang diatas otot
levatorani. Tipe letak rendah penghalang dibawah otot livatorani. Anus dan rectum
berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang
berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitor urinary dan strukturan orectal
.Terjadi stenosis anal karna adanya penyempitan pada kanal anorectal. Terjadinya atresia
anal karna tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7 dan
10 minggu dalam perkembangan fetal.
Kegagalan migrasi dapat juga karna kegagalan dalam agenesis sacral dan
abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar anus
menyebabkan fecal tidak dapat dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi.
Malformasi congenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus,
rectum, atau batas di antara keduanya. Ada dua klasifikasi anus imperforate, berhubungan
dengan penempatan ujung distal kolon (rectum). Pada anus imperforate tinggi, rectum
berakhir di atas suspensorium puborektal, dengan lokasi abnormal di perineum. Bayi
yang terkena dapat mengalami kontinentia rectal setelah pengobatan.
Bersamaan dengan anus imperforate, hal-hal berikut ini yang dapat terjadi :
1. Pada perempuan, terdapat fistula antara rectum dan vagina
2. Pada laki-laki, terdapat fistula antara rectum dan saluran kemih pada skrotum.
Tampilan kelainan ini berfariasi, tergantung dari keparahannya. Anus imperforate ringan
tampak sebagai lekukan anal yang dalam dan menunjukkan reaksi otot yang kuat
terhadap tusukan jarum, mengindikasi persarafan di tempat tersebut. Pada anus
imperforata yang lebih berat mula-mula tampak sebagai perineum datar tanpa lekukan
dan respon otot yang buruk terhadap tusukan jarum, dan hal tersebut terjadi karena
persarafan dan pembentukan otot yang terganggu. Defek yang berat mencakup adanya
kelainan (anomali) lain. Bayi pada awalnya tampak mempunyai labia yang kurang,
berkembang, testes yang tidak mengalami desensus, dan genetalia ganda. Hasil yang baik
dapat diperoleh setelah pembedahan dilakukan.

6
E. Pathway

Kelainan kongenital

- Gangguan pertumbuhan
- Fusi
- Pembentukan anus dan
tonjolanembriogenik

Atresia ani

Feses tidak keluar


Vistel
rektrovaginal
Feses menumpuk

Peningkatan tekanan Feses masuk


Reabsorbsi sisa intraabdominal ke uretra
metabolisme
tubuh
Operasi anoplasti Mikroorganisme
masuk kesaluran
Keracunan kemih

Ansietas Perubahan defekasi :


Mual, muntah Dysuria
- Pengeluaran tak
Resiko terkontrol
Ketidak kerusakan - Iritasi mukosa gg. rasa nyaman
seimbangan integritas
nutrisi kurang kulit
dari kebutuhan gg. eliminasi
tubuh urin

nyeri

Abnormalitas spingter Trauma jaringan


Nyeri rektal
Gangguan rasa
nyaman 7
Perawatan tidak
Inkontinensia defekasi
adekuat

Resiko infeksi

F. Manifestasi klinis
1. Kegagalan lewatnya meconium saat/setelah lahir
2. Tidak ada atau stenosis kanal rectal
3. Adanya membrane anal
4. Fistula eksternal pada perineum
5. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
6. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).

G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan fisik rectum: kepatenan rectal dan dapat dilakukan colok dubur dengan
menggunakan selang atau jari
2. Ultrasound dan Ct scan untuk menentukan lesi
3. Pewarnaan radiopak dimasukan kedalam traktus urinaris, misalnya suatu sistro
uretrogrammik turasiakan memperlihatkan hubungan rektro urinaris dan kelainan
urinarius.
4. Pemeriksaan urin, perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat mekonium.

H. Penatalaksanaan medis
1. Kaji bayi setelah lahir
2. Gunakan thermometer rectal untuk menentukan kepatenan rektal
3. Tanpa meconium dalam 24 jam setelah lahir
4. Atresia ani letak tinggi dan intermediet dilakukan sigmoid kolostomi atau TCD
dahulu, setelah 6-12 bulan baru dikerjakan tindakan defrinitif (PSARP).
5. Atresia ani letak rendah dilakukan perineal anoplasti, dimana sebelumnya dilakukan
tes provokasi dengan stimulator otot untuk identifikasi batas otot sfinger ani ekternus.
6. Bila terdapat fistula dilakukan cut back incicion.

I. Diagnose keperawatan
1. Inkontinen bowel (tidak efektif fungsi ekskretorik) b.d tidak lengkapnya
pembentukan anus
2. Gangguan integritas kulit b.d kolostomi
3. Resiko infeksi b.d prosedur pembedahan
4. Kecemasan keluarga b.d prosedur pembedahan dan kondisi bayi

8
5. Kurangnya pengetahuan b.d kebutuhan perawatan dirumah dan pembedahan

J. Asuhan keperawatan

Perencanaan
1. Anak akan menunjukan konsistensi tinja lembek terbentuknya tinja tidak nyeri dan tidak
ada perdarahan
2. Sekeliling kulit area kolostomi akan berwarna pink kering, dan bebas dari kerusakkan
kulit, insisiakan bedas dari kemerahan tidak membengkak dan drainage
3. Tidak adanya infeksi
4. Orang tua akan mengekspresikan perasaan dan pemahaman terhadap kebutuhan
intervensi perawatan dan pengobatan
5. Keluarga akan memperlihatkan kemampuan dalam melakukan perawatan kolostomi
temporer dan dilatasi anal

Implementasi
1. 1 dan 2 meningkatkan fungsi usus dan integritas kulit
 Berikan perawatan kulit pada anoplasty dan jaga area tetep bersih
 Kaji adanya kemerahan, bengkak dan drainage
 Posisikan bayi miring kesamping dengan kaki fleksi atau dengan posisi prone
dan panggul ditinggikan untuk mengurangi edema dan tekanan pada area
pembedahan
 Gunakankan tongkolostomi yang hipoalergi untuk menlindungi kulit yang
sensitive
 Pertahakan puasa dan berikan terapi hidrasi melalui IV sampai fungsi usus
normal
 Kaji kolostomi warna pink dan tidak ada puluren pembengkakan atau
kerusakan kulit
 Dilatasi anal setelah pembenahan sesuai program
3 Mencegah infeksi
 Kaji tanda-tanda infeski
 Mengganti balutan atau kerusakan alami
 Hindari bahan-bahan yang dapat mengkontaminasi insisi
 Jaga kulit tetap kering dan tidak ada perembesan
 Pantau kolostomi dengan konstan
4 Memberikan support emosional pada keluarga
 Ajarkan untuk mengekspresikan perasaan
 Berikan informasi tentang kondisi pembedahan dan perawatan dirumah
 Ajarkan keluaraga untuk berpartisipasi dalam keperawatan bayi
 Berikan pujian pada orang tua saat melakukan wawancara pada bayi
 Lakukan boding orang tua bayi
 Jelaskan kebutuhan terapi IV, NGT pengukuran tanda-tanda vital dan
pengkajian

9
5 memberikan pengajaran untuk perawatan dirumah
 Ajarkan perawatan kolostomi dan partisipasi keluarga dalam perawatan sampai
mereka dapat melakukan perawatan
 Konsulkan keperawat enterostomal bila perlu
 Berikan pujian saat melakukan perawatan dan jawab secara jujur apa yang
dibutuhkan keluarga
 Ajarkan untuk mengenal tanda tanda dan gejala yang dilaporkan pada perawa
 Ajarkan bagaimana memberikan pengaman pada bayi, melakukan dilatasi pada
anal
 Berikan intruksi secara tertulis dan verbal tentang alat alat yang dibutuhkan
untuk perawatan dirumah
 Tekankan tetap mengadakan stimulasi pada bayi untuk mensupport tumbuh
kembang bayi

10
BAB III
PENUTUP

Simpulan

Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal


anus atau tertutupnya anus secara abnormal. Dengan kata lain tidak adanya lubang pada
anus atau buntunya saluran rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir
atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat
terjadi pada seluruh saluran tubuh. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforate.
Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat
saluran seperti keadaan normalnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal keperawatan : “ Penanganan Kejadian Atresia Ani Pada Anak”. Oleh : Rudi Haryono

Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden (2002). Keperawatan Pediatri . Edisi 3. Jakarta : EGC
2002.

Suriadi, Skp, MSN dan Rita Yuliani, Skp, M.Psi . Asuhan Keperawatan Pada Anak . Edisi 2.

Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma . Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA, NIC-NOC (2015) . Jilid 1. Penerbit Mediaction Jogja .

12

Anda mungkin juga menyukai