Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan paling mendasar bagi makhluk hidup, sebab jika
tidak ada air maka tidak ada kehidupan. Manusia, hewan dan tumbuhan dapat
hidup bila disekitarnya terdapat air.
Pada zaman dahulu manusia mencari sumber-sumber air untuk dijadikan
tempat bermukim misalnya disekitar mata air, danau atau sepanjang bantaran
sungai. Karena jika mereka tinggal di tempat yang tidak ada air maka pastilah
mereka mati. Seiring dengan bertambahnya populasi manusia maka daerah
disekitar mata air manjadi penuh, sehingga permukiman secara otomatis akan
berkembang dan menjauh dari sumber air. Hal inilah yang mendorong
manusia untuk menggunakan akal budinya agar mendekatkan air ke
permukimannya. Cara yang digunakan untuk mendekatkan air adalah
dialirkan secara gravitasi dengan membuat saluran-saluran baik terbuka
maupun tertutup, dimana saluran terbuka dibuat dengan menggali saluran dari
sumber air menuju permukiman sedangkan saluran tertutup dibuat dengan
menggunakan pipa dari kayu atau bambu.
Dengan meningkatnya rasa ingin tahu manusia terhadap segala sesuatu maka
manusia mulai berpikir untuk mengembangkan saluran air bersih yang terbuat
dari kayu dan bambu. Manusia mulai berpikir untuk menggunakan bahan lain
yang dapat dibentuk menyerupai pipa agar dapat mengalirkan air dari sumber
air ke permukimannya.
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sampai masa modern
maka manusia dapat membuat saluran air dengan menggunakan bahan-bahan
tambang seperti tanah liat, logam-logam dan plastik untuk menggantikan
kayu dan bambu yang tidak tahan terhadap perubahan suhu dan cuaca.
Hingga saat ini kita dapat melihat pipa yang terbuat dari stainless steel dan
kaca.

makalah IAD&L -1-


1.2. Rumusan Masalah
Masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah bagimana Pengaruh Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi terhadap perkembangan pipa air bersih.
1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami
besarnya pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap perkembangan
pipa air bersih sebagai saluran air tertutup.

makalah IAD&L -2-


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
a. Pengertian Air Bersih
Air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem
penyediaan air minum, dimana persyaratan yang dimaksud adalah
persyaratan dan segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia,
biologis dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi
tidak menimbulkan efek samping.
Sumber : Sasongko, Djoko, 1985. Teknik Sumber Daya Air.
Erlangga. Jakarta.
b. Pengertian air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi
syarat - syarat kesehatan air minum sehingga air tersebut dapat
langsung diminum. Pengertian dan standar kualitas air minum
adalah batas operasional dan kriteria kualitas air dengan
memasukkan pertimbangan non teknis, misalnya kondisi sosial-
ekonomi, target atau tingkat kualitas produksi, tingkat
kesehatan yang ada dan teknologi yang tersedia.
Sumber : Sasongko, Djoko, 1985. Teknik Sumber Daya Air.
Erlangga. Jakarta.
c. Pengertian pipa
Pipa adalah saluran tertutup sebagai sarana pengaliran atau
transportasi fluida, sarana pengaliran atau transportasi energi dalam
aliran. Pipa biasanya ditentukan berdasarkan ukuran nominalnya,
sedangkan tube adalah merupakan salah satu jenis pipa yang
ditetapkan berdasarkan diameter luarnya.
Sumber : Aqfa, Ikhwanul, 2011, Analisa Sistem Jaringan
Pendistribusian Pipa Air Bersih, Teknik Sipil, Universitas
Sumatera Utara.

makalah IAD&L -3-


d. Pengertian Pipa Galvanis
Pipa galvanis Adalah sebuah pipa yang menggunakan material seng
(Zn) sebagai bahan tambahan maupun sebagai pelapis pipa
utamanya dengan menggunakan metode galvanisasi seperti
dijelaksan di atas baik dengan menggunakan pencelupan panas atau
elektrokimia dan lain sebagainya.
Sumber : Aqfa, Ikhwanul, 2011, Analisa Sistem Jaringan
Pendistribusian Pipa Air Bersih, Teknik Sipil, Universitas
Sumatera Utara.
e. Pengertian Pipa PVC (Polyvinyl Cloride)
Pipa Polyvinyl Chloride (PVC) adalah pipa yang terbuat dari
plastic dan beberapa kombinasi vinyl lainnya. Memiliki sifat yang
tahan lama dan tidak gampang dirusak. Pipa PVC juga tidak
berkarat atau membusuk.
Sumber : Aqfa, Ikhwanul, 2011, Analisa Sistem Jaringan
Pendistribusian Pipa Air Bersih, Teknik Sipil, Universitas
Sumatera Utara.

2.2 Landasan Hukum atau aturan-aturan tentang pengaliran air bersih


melalui pipa.
a. Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 Tahun 2002 tentang Syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
b. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
c. Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
SPAM (Sistim Penyediaan Air Minum).
d. Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/PER/IV/2010
tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih dan air
minum.

makalah IAD&L -4-


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Perkembangan Pipa Air Bersih


a. Pipa dari Kayu atau Bambu
Sejarah manusia memproduksi pipa berawal ketika manusia mulai
membutuhkan aliran air dari suatu tempat ketempat lain tanpa harus
menggunakan tenaga manusia. Pada kota-kota dijaman pertengahan
digunakan kayu gelondongan yang dilubangi yang berfungsi memenuhi
ketersediaan air di kota. Pada zaman prasejarah terekam adanya bukti
sebagaimana dilaporkan bahwa pada masa itu air yang merupakan
minuman sehari-hari manusia dialirkan dari gunung mengalir kerumah-
rumah penduduk dengan pipa bambu (lihat gambar 1). Hal ini terjadi
karena manusia pada zaman itu belum mengenal bahan tambang sebagai
bahan pembentuk pipa.

Gambar 1. Pengaliran air menggunakan pipa bambu

makalah IAD&L -5-


b. Pipa dari Tanah Liat
Pada zaman Kerajaan Majapahit, Pipa air dibuat dari tanah liat dengan
bentuk dasar silinder lurus, lengkung atau huruf ”T”. Pipa ini dibuat
langsung dengan tangan dimana masing-masing ujungnya dibuat
sedemikian rupa sehingga memudahkan penyambungan antar pipa. Pipa
ini menunjukan bukti bahwa pada masa itu Kerajaan Majapahit telah
mengalami kemajuan. (lihat gambar 2)

Gambar 2. Pipa air dari tanah liat pada masa Kerajaan Majapahit.

c. Pipa dari Timbal


Timbal telah dikenal sejak zaman kuno. Hal ini kadang-kadang
ditemukan bebas di alam, tetapi biasanya diperoleh dari bijih galena
(PbS), anglesite (PbSO4), Kerusit (PbCO3) dan minum (Pb3O4).
Timbal adalah, bahan tahan lembut mudah dibentuk dan kuat terhadap
korosi. Bangsa Romawi kuno menggunakan timbal untuk membuat pipa
air, beberapa di antaranya masih digunakan sampai sekarang. Sayangnya
untuk orang-orang Romawi kuno, timbal merupakan racun kumulatif
dan penurunan kekaisaran Romawi telah disalahkan, sebagian, pada
memimpin dalam pasokan air. Timbal digunakan untuk tangki garis
yang menyimpan cairan korosif, seperti asam sulfat (H2SO4).

makalah IAD&L -6-


Gambar 3. Alat penyambung pipa dari bahan Timbal

d. Pipa Galvanis
Pipa Galvanis biasanya dikenal dengan nama GIP (Galvanised Iron
Pipe) adalah sebuah pipa yang menggunakan material seng (Zn) sebagai
bahan tambahan maupun sebagai pelapis pipa utamanya dengan
menggunakan metode galvanisasi seperti dijelaksan di atas baik dengan
menggunakan pencelupan panas atau elektrokimia dan lain sebagainya.
Penggunaan pipa besi atau pipa galvanis di Inggris dan Perancis mulai
umum di awal abad ke 19. Aliran pertama pipa besi untuk Philadelphia
dibangun pada 1817, dan untuk kota New York pada tahun 1832. Baru
pipa digunakan untuk pengangkutan bahan bakar (minyak & gas)
dimulai di Inggris menggunakan lembaran besi yang dibentuk
menggunakan silinder kemudian sisi-sisinya di las. Lalu pada tahun
1887 di Amerika dibuatlah pipa pertama berbahan baja (Betlehem steel).
Pada pertengahan abad 19 barulah pipa seamless (tanpa celah /
sambungan) dicoba untuk diproduksi untuk beberapa kebutuhan.
Di Jerman dikembangkan proses yang dinamakan Mannesmann process
pada tahun 1885 dan mulai digunakan di Inggris pada tahun 1887.
Kemudian di Amerika dibangun pabrik pipa seamless pada tahun 1895.

makalah IAD&L -7-


Memasuki abad ke 20 seamless tube mulai dibutuhkan di berbagai
belahan dunia menyusul revolusi industri yang melahirkan teknologi
Otomotif, pengolahan minyak, pengaliran minyak, sumur bor, serta
boiler.

Gambar 4. Pipa Galvanis (Galvanised Iron Pipe)

e. Pipa PVC (Polyvnil Cloride)


Pencarian manusia akan material sintetis baru yang memiliki sifat dan
kelebihan tertentu yang tidak bisa didapatkan dari material alami di
sekitarnya terus mengalami perkembangan. Mulai dari penemuan
plastik, bakelit hingga PVC, semuanya dipicu oleh kebutuhan manusia
akan material dengan kriteria yang diinginkan.
PVC adalah salah satu material sintetis dengan sejarah industrial yang
panjang. Lucunya material sintetis ini ditemukan secara tidak sengaja
oleh ahli kimia dan fisika dari Perancis yang bernama Henri Victor
Regnault pada tahun 1838, ketika itu secara tak sengaja Regnault
menemukan serbuk putih dalam botol berisi gas vinil klorida yang
terekspos oleh sinar Matahari. Kemudian pada tahun 1872, PVC

makalah IAD&L -8-


ditemukan lagi oleh Eugen Baumann pada percobaan yang
dilakukannya. Pada kedua hasil percobaan, PVC dihasilkan sebagai
residu putih di dalam botol labu dengan gas vinyl chlorida yang hilang
saat terekspos cahaya matahari. PVC sangat sulit diaplikasikan untuk
penggunaan komersil pada saat itu.
Terobosan yang paling signifikan pada industri PVC pada era awal
terjadi saat perusahaan BF Goodrich menyewa seorang ilmuwan
industri bernama Waldo Semon yang mengembangkan material
pengganti karet alam yang mahal. Eksperimen dia menghasilkan PVC
yang kemudian dicampurkan dengan plasticizer yang membuat PVC
menjadi lebih fleksibel dan mudah diproses lalu kemudian dapat
digunakan secara luas oleh publik.
Walaupun penggunaan PVC sempat terancam ditinggalkan saat resesi
pada tahun 1920an, Waldo Semon menemukan ide penggunaan PVC
untuk pelapis anti air. Kemudian penjualan pun kembali membaik
seiring dengan makin meluasnya range produk, bahkan pada saat
perang dunia kedua, PVC sangat diminati karena dapat menjadi bahan
pengganti material tradisional untuk melapisi instalasi listrik di kapal
militer. Pada tahun 1950an, lebih banyak lagi perusahaan yang
memproduksi PVC di berbagai belahan dunia. Ditambah lagi dengan
inovasi yang membuat penggunaan PVC menjadi lebih tahan lama oleh
para developer yang berefek pada penggunaan PVC secara luas di
bidang konstruksi bangunan.
Keistimewaan PVC antara lain:
1. Tahan terhadap cahaya,
2. Tahan terhadap bahan kimia korosif,
3. Tahan terhadap suhu yang cukup ekstrim,
4. Tidak bersifat flammable

makalah IAD&L -9-


Gambar 5. Pipa PVC (Polyvinyl Cloride)

3.2 Sejarah Perkembangan Air Minum di Indonesia


Ditahun 1443 terekam adanya bukti tertulis sebagaimana dilaporkan bahwa
pada masa itu air yang merupakan minuman sehari-hari orang Asia
Tenggara dialirkan dari gunung mengalir kerumah-rumah penduduk dengan
pipa bambu.
Seperti dilaporkan bahwa pada tahun 1613 air minum disalurkan langsung
ke Istana Aceh sedangkan sumur diperuntukan bagi daerah yang jauh dari
sungai. Dimulailah penjajahan Belanda melalui misi dagangnya yang
terkenal VOC (mulanya pada tahun 1613 VOC menyewa mendirikan loji
tidak permanen dengan sewa 1.200rijkdaader atau 3.000 gulden tapi
kemudian mereka dengan liciknya membuat bangunan tembok permanen
dengan bahan batu dan beton dan dijadikan benteng pertahanan mereka),
kemudian mereka membumi hanguskan Bandar Sunda Kelapa dan
mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia, resmilah Belanda menjajah
Indonesia dengan diselingi oleh penjajah Perancis ( 1808-1811) dan
penjajahan Inggris (1811-1816) penduduk Jakarta waktu itu sekitar 15.000
jiwa dan air minum masih sangat sederhana dengan memanfaatkan sumber
air permukaan (sungai) yang pada masa itu kualitasnya masih baik.
Di Asia Tenggara kebiasaan penduduk untuk mengendapkan air sungai
dalam gentong atau kendi selama 3 minggu atau satu bulan telah dilakukan
untuk mendapatkan air minum yang sehat.

makalah IAD&L -10-


Di Pulau Jawa sebagaimana dilaporkan oleh Raffles pada tahun 1817
penduduk selalu memasak air terlebih dulu dan diminum hangat-hangat
untuk menjamin kebersihan dan kesehatan dan dilaporkan bahwa orang
Belanda mulai mengikuti kebiasaan ini terutama di Kota Banjarmasin yang
airnya keruh.
Pada tahun 1818 salah satu syarat penting untuk pemilihan pusat kota serta
Istana Raja ditentukan oleh faktor tersedianya air minum.
Di Jakarta tahun 1882 tercatat keberadaan air minum di Tanah Abang yang
mempunyai kualitas jernih dan baik yang dijual oleh pemilik tanah den gan
harga F 1,5 per drum, sedangkan untuk air sungai dijual 2-3 sen per pikul
(isi dua kaleng minyak tanah).
Pada masa pra-kemerdekaan, Dinas Pengairan Hindia Belanda (1800 -
1890) membangun saluran air sepanjang 12 kilometer dan bendungan yang
mengalirkan air dari Sungai Elo ke pusat kota Magelang untuk memenuhi
kebutuhan air bersih dan mengairi sawah di wilayah Magelang.

Gambar 6. Mata air Umbulan pada tahun 1915-1916


Pemerintah Penjajahan Hindia Belanda di Surabaya, tahun 1890,
memberikan hak konsesi kepada pengusaha Belanda warga Kota Surabaya,
Mouner dan Bernie, yang dinilai berjasa merintis penyediaan air bersih di
Surabaya.

makalah IAD&L -11-


Konsesi ini berupa pengelolaan mata air Umbulan, Pasuruan, untuk
dialirkan ke Kota Surabaya dengan memasang pipa sepanjang 20 kilometer
selama dua tahun. Tahun 1900, pemerintah mendirikan perusahaan air
minum dan instalasinya diresmikan tiga tahun kemudian. Untuk
memberikan proteksi pada perusahaan tersebut, pemerintah mewajibkan
penghuni rumah mewah untuk menjadi pelanggan. Tiga tahun setelah
berdirinya perusahaan air minum itu, sambungan instalasi air minum di
Surabaya mencapai 1.588 pelanggan. Status perusahaan air minum pada
bulan Juli 1906 dialihkan dari pemerintah pusat menjadi dinas air minum
kotapraja.
Pada tahun 1905 terbentuklah Pemerintah Kota Batavia dan pada tahun
1918 berdiri PAM Batavia dengan sumber air bakunya berasal dari Mata Air
Ciomas, pada masa itu penduduk kurang menyukai air sumur bor yang
berada di Lapangan Banteng karena bila dipakai menyeduh teh menjadi
berwarna hitam (kandungan Fe/besi nya tinggi).
Urusan ke-Cipta Karya-an masih sekitar pembanguan, perbaikan dan
perluasan Gedung Gedung Negara. Pemerintah Pusat belum menangani air
minum dikarenakan keterbatasan keuangan serta tenaga ahli dibidang air
minum. Tahun 1953 dimulailah pembangunan Kota Baru Kebayoran di
Jakarta, pada saat itu dilakukan pelimpahan urusan air minum ke pemerintah
Propinsi Pulau Jawa dan Sumatera. Pada tahun 1955 diadakan Pemilu yang
pertama.
Ditahun 1959 terbentuklah Djawatan Teknik Penjehatan yang mulai
mengurusi air minum, dimulai pembangunan air minum di kota Jakarta
(3.000 l/dt), Bandung (250 l/dt), Manado (250 l/dt), Banjarmasin (250 l/dt),
Padang (250 l/dt) dan Pontianak (250 l/dt) dengan sistim “turn key project”
loan dari Pemerintah Perancis. Terbitlah UU no. 5 Tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah dan mulailah dibentuk PDAM sampai sekarang.
Melalui SK Menteri PUTL no 3/PRT/1968 lahir Direktorat Teknik
Penyehatan, Ditjen Cipta Karya.

makalah IAD&L -12-


Tiga waduk yang dibangun di wilayah Jawa Barat dengan membendung
Sungai Citarum, yaitu Waduk Jatiluhur (1966), Waduk Cirata (1987), dan
Waduk Saguling (1986) menandai era dimulainya penanganan sumberdaya
air secara terpadu. Waduk Jatiluhur, seluas sekitar 8.300 hektare,
dimanfaatkan untuk mengairi sekitar 240.000 hektare sawah di empat
kabupaten di utara Jawa Barat. Air waduk juga digunakan untuk pembangkit
listrik tenaga air (PLTA) dengan kapasitas terpasang 150 MW dan sebagai
sumber air baku untuk air minum Jakarta (sekitar 80% kebutuhan air baku
untuk Jakarta dipasok dari waduk ini melalui Saluran Tarum Barat).
Pembangunan sistem air minum secara lebih terencana mulai dilaksanakan
pada periode pembangunan lima tahunan (Pelita). Dalam Pelita I (1969 -
1973), kebijaksanaan pembangunan air minum dititikberatkan pada
rehabilitasi maupun perluasan sarana-sarana yang telah ada, serta
peningkatan kapasitas produksi melalui pembangunan baru dan seluruhnya
didanai oleh APBN. Target pembangunan sebesar 8.000 l/detik.
Pembangunan air minum melalui pinjaman OECF (overseas economic
cooperation fund) di kota-kota Jambi, Purwekerto, Malang, Banyuwangi
dan Samarinda.
Pada Pelita II (1974 - 1978) pemerintah mulai menyusun rencana induk air
bersih, perencanaan rinci dan pembangunan fisik di sejumlah kota Pada saat
itu Pemerintah mulai menyusun Rencana Induk (master plan) Air Minum
bagi 120 kota, DED untuk 110 kota dan RAB untuk 60 kota, dan
pengembangan institusi Pemerintah mengambil langkah-langkah untuk
memperbaiki pengelolaan air minum dengan mendorong dilakukannya
peralihan status dari Jawatan/Dinas menjadi Perusahaan Daerah Air Minum.
Dimulai pembangunan Air Minum di 106 Kabupaten/Kota, yang dilanjutkan
pembentukan BPAM (Badan Pengelola Air Minum) sebagai
embrio PDAM yang mengelola prasarana dan sarana air minum yang telah
selesai dibangun. Pemerintah Pusat bertanggung jawab dalam pembangunan
‘unit produksi” dan Pemda di jaringan distribusi, dalam perjalanan waktu
kebijakan ini agak tersendat oleh karena keterlambatan Pemda dalam
menyiapkan dana “sharingnya”.

makalah IAD&L -13-


Periode berikutnya (Pelita III, 1979 - 1983), pembangunan sarana air minum
diperluas sampai kota-kota kecil dan ibu kota kecamatan (IKK), melalui
pendekatan kebutuhan dasar. Pada awal tahun 1981 pula diperkenalkan
“dekade air minum” (Water Decade) yang dideklerasikan oleh PBB.
Terjadi penyerahan kewenangan pembangunan air minum perdesaan dari
Departemen Kesehatan kepada Departemen Pekerjaan Umum. Program
pembangunan dengan menitik beratkan pada pemanfaatan kapasitas
terpasang, o/p prasarana yang telah terbangun, pengurangan kebocoran.
Pada Pelita IV (1984 - 1988) pembangunan sarana air minum mulai
dilaksanakan sampai ke perdesaan Target perdesaan 14 juta jiwa di 3.000
desa. Diawal era 90-an terjadi perubahan organisasi yang tadinya berbasis
sektoral, menjadi berbasis “wilayah”. Dimulai didengungkannya program
KPS (kerjasama pemerintah dan swasta) di sektor air minum, contohnya
mulai digarap Air Minum “Umbulan” Kabupaten Pasuruan sayang belum
bisa terealisir karena adanya kendala “tarif air minum-nya” serta masalah
kebijakan Pemda lainnya.
Pembangunan pada periode berikutnya (Pelita VI, 1994 - 1998) merupakan
pinjakan landasan baru bagi pemerintah untuk memulai periode PJP II, akan
tetapi krisis moneter yang berlanjut menjadi krisis ekonomi yang
berkepanjangan, yang disertai dengan pergantian pemerintahan beberapa
kali, telah mempengaruhi perkembangan air minum di Indonesia, banyak
PDAM yang mengalami kesulitan, baik karena beban utang dari program
investasi pada tahun-tahun sebelumnya, maupun akibat dari dampak krisis
ekonomi yang terjadi.
Pada tahun terbit Permen OTDA No. 8/2000 tentang Pedoman Sistim
Akuntasi PDAM yang berlaku sampai sekarang. Program WSSLIC I
dilanjutkan pada tahun ini dengan nama WSLIC II (Water and Sanitation for
Low Income Community),
Pada tahun 2002 Terbit Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 Tahun 2002
tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, yang akan
menjadikan pedoman dalam monitoring kualitas air minum yang diproduksi
oleh PDAM. Dalam rangka meningkatkan kinerja PDAM dan pembangunan

makalah IAD&L -14-


sistem penyediaan air minum, dilakukan upaya perumusan kebijakan
melalui Komite Kebijakan Percepatan Pembangunan Infrastruktur (KKPPI),
untuk merumuskan kebijakan dan strategi percepatan penyehatan PDAM
melalui peningkatan kerjasama kemitraan dengan pihak swasta/investor.
Dimulai tahun 2004 inilah merupakan tonggak terbitnya peraturan dan
perundangan yang memayungi air minum yaitu dimulai dengan terbitnya
UU no 7 Tahun 2004 tentang SDA (Sumber Daya Air). Setelah 60 tahun
Indonesia merdeka pada tahun ini Indonesia baru memiliki peraturan
tertinggi disektor air minum dengan terbitnya PP (Peraturan Pemerintah) No
16 Tahun 2005 tentang Pengembangan SPAM (Sistim Penyediaan Air
Minum). Dengan dimulainya kembali pembinaan Air Minum dari yang
semula berbasis “wilayah” menjadi berbasis “sektor” lahir kembali
Direktorat Jenderal Cipta Karya dan Direktorat Pengembangan Air Minum
keluarlah kebijakan “Penyehatan PDAM” yang dimulai dengan
dilakukannya Bantek Penyehatan PDAM.
Tahun 2009 adanya gagasan 10 juta SR (Sambungan Rumah) dimana
Direktorat Jenderal Cipta Karya,Dep PU telah menghitung dana yang
dibutuhkan sekitar Rp 78,4 trilyun, yang terdiri dari kebutuhan
pembangunan unit air baku 85.000 l/detik sebesar Rp 7,4 trilyun,
peningkatan unit produksi 65.000 l/detik sebesar Rp. 17 trilyun, dan
peningkatan unit distribusi dan sambungan rumah sebesar Rp. 54 trilyun
Pembangunan IKK yang telah dimulai kembali tahun 2007 juga dilanjutkan
dengan membangun 150an IKK.

makalah IAD&L -15-


BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Usaha pemenuhan kebutuhan manusia menjadi motifator untuk
mengembangkan Ilmu Pengetahuan. Pengaruh Ilmu Pengetahuan terhadap
perkembangan pipa sebagai alat utama mengalirkan air dari suatu tempat
ke tempat lain sangatlah besar. Karena Ilmu Pengetahuan pula maka pipa
dapat berkembang dari Kayu dan bambu sampai pipa galvanis bahkan pipa
stainless steel. Perkembangan ini membutuhkan waktu yang cukup
panjang yakni berabad-abad lamanya. Dengan adanya perkembangan pipa
sehingga saat ini manusia sudah sangat terbantu dan sebagian besar
penduduk dibumi mengambil air bersih langsung di dalam rumahnya.

makalah IAD&L -16-


DAFTAR PUSTAKA

Sasongko, Djoko, 1985. Teknik Sumber Daya Air. Erlangga. Jakarta.

Triatmodjo, Bambang, 1993. Hidraulika II. Beta Offset. Yogyakarta.

Aqfa, Ikhwanul, 2011, Analisa Sistem Jaringan Pendistribusian Pipa Air Bersih,
Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara.

http://www.chayoy.com/2015/04/makalah-sistem-perencanaan-plambing.html

http://www.scribd.com/doc/55886507/Makalah-Plumbing#scribd

makalah IAD&L -17-

Anda mungkin juga menyukai