KEPERAWATAN JIWA
PADA NN.K DENGAN
HALUSINASI PENDENGARAN DIRUANG NAKULA
RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO
SEMARANG
Di susun oleh:
DENI SAPUTRA
2.11.013
ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA
PADA NN.K DENGAN
HALUSINASI PENDENGARAN DIRUANG NAKULA
RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO
SEMARANG
Di susun oleh:
DENI SAPUTRA
2.11.013
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
Pada Tanggal
Telah Disetujui Oleh :
Penguji I Penguji II
Mengetahui
Kaprodi D.3 Keperawatan
STIKES Telogorejo Semarang
PRAKATA
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Semarang.
pengalaman dalam penyusunan laporan kasus ini, namun karena berkat bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak, laporan kasus ini dapat tersusun. Oleh karena itu
2. Ns. I’ien Noer’aeni, S.Kep selaku Ketua Prodi D.3 Keperawatan STIKES
Telogorejo Semarang
4. Ns. Sumarjoko Ari Santoso, S.Kep selaku Wali II Tingkat 3 Prodi D.3
pembimbing KTI
6. Ns. Yeni Fila Kusumawati, S.Kep selaku dosen pembimbing pengganti Ns.
8. Orang Tua tercinta yang selalu memberikan dukungan moral dan material
Semoga segala doa, perhatian, bantuan, dan dorongan dari Bapak, Ibu, dan
rekan-rekan mendapatkan berkat dari Tuhan Yang Maha Esa, penulis menyadari
bahwa laporan kasus ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan kasus
ini, dan harapan penulis, semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi setiap
pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
PRAKATA........................................................................................................ iv
DAFTAR ISI..................................................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan....................................................................... 5
C. Manfaat Penulisan..................................................................... 5
1. Definisi.................................................................................. 7
2. Jenis....................................................................................... 8
3. Faktor Penyebab.................................................................... 9
5. Batasan Karakteristik............................................................ 13
6. Rentang Respon.................................................................... 14
A. Pengkajian................................................................................. 21
B. Analisa Data.............................................................................. 26
C. Diagnosa Keperawatan.............................................................. 27
D. Intervensi Keperawatan............................................................. 27
E. ImplementasidanEvaluasi......................................................... 29
A. Pengkajian................................................................................. 34
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................. 38
C. Intervensi Keperawatan............................................................. 39
D. Implementasi............................................................................. 40
E. Evaluasi..................................................................................... 45
BAB V. PENUTUP....................................................................................... 49
A. Kesimpulan............................................................................... 49
B. Saran.......................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
verbal yang menjelma dalam kelompok gejala klinis, yang disertai oleh
Hlm:3-4 )
berbagai
Hlm: 95 )
660 ribu sampai satu juta orang. Hal ini merupakan angka yang sangat
persepsi yang khas, perasaan yang tidak wajar dan tumpul, waham
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
gambaran, dan pikiran yang sering terjadi tanpa stimulus. (Fitria. 2009.
Hlm: 51)
(Keliat.2007.hal149)
karya tulis ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan jiwa Pada Nn.K
Gondohutomo Semarang.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum:
Tujuan khusus:
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
rumah sakit.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara
2009, hlm. 11).Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah dimana tidak
terwujud penginderaan kelima indera yang keliru, tetapi yang paling sering
yang jelas dari luar diri klien terhadap panca indera pada saat klien dalam
ada dan merupakan persepsi sensori yang palsu yang tidak ada dalam
kenyataan.
2. Jenis
adalah:
Ada tiga jenis yaitu tidak berbentuk (sinar, klilapan, pola cahaya),
kombinasi moral.
e. Halusinasi perabaan
f. Halusinasi kinestetik
a. Faktor predisposisi
1) Biologis
2) Psikologis
3) Sosial budaya
terisolasi.
b. Faktor presipitasi
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran bilik otak, yang
untuk diinterprestasikan.
2) Lingkungan
3) Sumber koping
stressor.
a. Fase I: Comforting
kesepian, rasa bersalah dan takut dan mencoba untuk berfokus pada
pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas. Individu mengenali
psikosis
verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya, diam dan
asyik sendiri.
realita.
menarik diri atau katatonia.Klien tidak mampu berespon lebih dari satu
5. Batasan Karakteristik
4) Kegelisahan.
6. Rentang respon
( Stuart, 2006 )
a) Menghardik halusinasi
pasien
mengatasi halusinasi.
pasien
dalam seminggu.
dosis)
Tujuan:
pasien
pasien halusinasi.
pasien
d) Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan
lanjutan pasien
Diri
percaya, adalah:
pasien
orang lain.
pasien.
bertahap.
pasien.
b. Menjelaskan tentang:
isolasi sosial.
c. Caramerawat pasien dengan isolasi sosial, antara lain:
BAB III
tanggal 8 Januari 2014 selama empat hari sampai tanggal 11 Januari 2014.
A. Pengkajian
Nn. K umur 28 tahun, agama Islam, alamat Lemuru Raya, pendidikan
Sekolah Dasar, Pasien masuk RSJD Dr. Amino Gondohutomo pada tanggal 8
Januari 2013 pada pukul 08.00 WIB dengann diagnosa medis Skizofrenia
Faktor Presipitasi pasien tidak pernah kontrol dan minum obat secara
rutin. Faktor Predisposisi dari riwayat kesehatan jiwa ibu pasien mengatakan
pasien pernah mengalami gangguan kesehatan jiwa dan rawat inap di tahun
2010 di RSJD Dr. Amino Gondohutomo selama dua minggu dengan keluhan
yang sama yaitu bicara sendiri. Riwayat pengobatan pasien pernah berobat
dan pengobatan berhasil tetapi di enam bulan terakhir pasien tidak minum
obat dan tidak kontrol di karenakan kurang biaya. Riwayat trauma ibu pasien
dan efek yang ditimbulkan setelah kejadian tersebut adalah pasien menarik
Riwayat keluarga ibu pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang
pasien adalah anak ke tiga dari empat bersaudara. Ayah pasien sudah
meninggal pada tahun 2010 dan di dalam keluarga pasien tidak ditemukan
riwayat kesehatan jiwa, pasien tinggal bersama dengan ibu dan adik laki-
lakinya.
Pengkajian psikososial yang kedua yaitu konsep diri yang pertama citra
ingin menjadi seorang insinyur. Kelima Harga Diri : pasien megatakan malu
adalah anak-anak sehingga membuat pasien sedih dan malu sehigga muncul
pertama adalah orang terdekat, saat dirumah orang paling dekat dengan
pasien adalah ibunya, pasien saat dirumah tidak memiliki teman dekat selain
ibunya. Saat di rumah sakit pasien terlihat sangat dekat dengan ibunya dan
menangis saat ditinggal oleh ibunya pergi keluar. Kedua adalah peran serta
dirumah bermain bersama temanya tanpa ada rasa malu dan setelah pasien
sakit pasien terlihat mengurung dirinya di kamar tetapi hanya selama satu hari
perawat dan mahasiswa dengan baik tanpa ada yang mengejek pasien.
rambut terlihat tidak disisir dan acak-acakan dan terlihat gigi pasien kotor
nada pelan tidak jelas, bicara pelo dan kacau, terkadang pasien terlihat
mengatakan sedih dan takut karena suara tersebut selalu muncul (masalah
keperawatan resiko mencederai diri sendiri dan orang lain). Kelima afek :
terlihat pasien expresi wajah polos dan pandangan mata pasien kosong.
akan tidur dan sendiri pasien selalu mendengar bisikan-bisikan yang tak
tampak wujudnya dengan isi suara “ pasien di suruh untuk makan daging
kambing mentah” respon pasien saat suara tersebut muncul adalah ketakutan
pasti dengan frekuensi suara kurang lebih dua kali sehari (masalah
Kedelapan isi pikir: pasien selalu ketakutan seolah-olah akan ada yang
pasien tidak mengalami disorientasi baik waktu tempat dan orang. Kesebelas
contohnya pasien ingat dimana dahulu pasien sekolah dan pasien juga masih
diam dan bingung serta pasien selalu berkata ingin cepat pulang pasien pun
ibunya. Keempatbelas daya tilik diri: pasien tahu bahwa dirinya ada dirumah
sakit jiwa.
Kebutuhan persiapan pulang yang pertama makan: pasien makan tiga kali
dalam sehari satu porsi selalu habis dengan menu makanan bervariasi. Kedua
selalu dibersihkan. Ketiga mandi: pasien mandi dua kali sehari dan
dilakukanya secara mandiri tetatpi masih diingatkan oleh ibunya dan pakaian
pasien disiapkan oleh ibunya. Keempat berpakaian dan berhias: pasien dapat
berpakaian sendiri meskipun sedikit dibantu oleh ibunya dan pasien tidak
memakai pakaian yang di siapkan oleh rumah sakit serta pasien tidak berhias
karena tidak suka. Kelima istirahat dan tidur: pasien tidur siang 1-2 jam
sehari, klien tidur malam 6-7 jam sehari, mulai tidur jam sembilan dan
bangun jam lima pagi. Keenam penggunaan obat: pasien dapat minum obat
sendiri dengan obat disiapkan oleh perawat dan pasien belum tahu macam
didukung dengan perawatan lanjutan dengan kontrol dan minum obat secara
Mekanisme koping pasien cenderung diam bila tak ditanya, pasien selalu
pasien sempat merasakan bangku SMP tetapi hanya sebentar karena tidak
mampu.
Dari pengetahuan pasien tahu bahwa dirinya sedang sakit untuk itu pasien
Paranoid. Dan di dapatkan program terapi yaitu obat secara oral Stelazin 2x5
B. Analisa Data
Pada tahap analisa data dilakukan pada tanggal 8 januari 2014 hari Rabu
pada jam 10.00 WIB dengan didapatkan 2 masalah keperawatan yaitu yang
sendiri dan akan tidur di malam hari pasien selalu mendengar suara yang
tidak tampak wujudnya “untuk makan daging kambing mentah” dan pasien
juga melihat bayangan hitam besar yang mengganggu pasien, respon pasien
adalah ketakutan dengan intensitas muncul kurang lebih 2x dalam sehari. Dan
didapatkan data objektif pasien tampak gelisah, takut, tampak diam saat
Kedua yaitu isolasi diri: menarik diri dengan didukung data subyektif
pasien mengatakan sedih dan malu saat dirumah karena tetangganya selalu
membantu ibunya dan menyendiri saat dirumah diam bila ditanya. Data
obyektif yang muncul adalah pasien tampak diam bila ditanya, terihat
bingung, belum memiliki teman saat di rumah sakit, terlihat hanya dikamar
dengan ibunya.
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi
Pada tanggal 8 Januari 2014 penulis membuat rencana tindakan
dialami.
– cakap bersama orang lain dengan kriteria hasil fokus perhatian pasien akan
aktivitas yang terjadwal dengan kriteria hasil pasien tidak akan mengalami
aktivitas sehari – hari sesuai dengan aktivitas yang dilatih ( upayakan pasien
mempunyai aktivitas mulai dari pagi sampai bangun tidur malam ), dan
(SP)4adalah melatih pasien minum obat secara teratur dengan kriteria hasil
yang pasien harus dilatih minum obat sesuai program dan berkelanjutan.
akibat jika putus obat, jelaskan cara mendapatkan obat/berobat dan jelaskan
Diagnosa yang kedua isolasi sosial dengan tujuan umumyaitu pasien dapat
perawat, mau menyebu nama, mau menjawab salam dan pasien sudah
perkenalan nama lengkap dan nama panggilan perawat serta tanyakan nama
lengkap dan nama panggilan pasien, tanyakan perasaan dan keluhan pasien
saat ini, buat kontrak asuhan : apa yang akan perawat lakukan bersama
kepentingan terapi, tunjukkan sikap empati terhadap pasien setiap saat dan
mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang (pasien, perawat atau
halusinasi.
halusinasi dengan cara menghardik sebanyak dua kali dalam sehari atau
orang lain.
kegiatan pasien.
tidur.
dengan aktifitas terjadwal dan melanjutkan dengan cara minum obat secara
latihan yang diajarkan beberapa jam yang lalu dan melatih cara
secara teratur.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas pelaksanaan asuhan keperawatan pada
Nn.K yang dihubungkan dengan teori atau konsep teori yang telah ada. Dalam
awal dan dasar utama dari proses keperawatan, tahap pengkajian ini terdiri
atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah pasien. Data
(Direja, 2011, hlm. 36). Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat
pasien. (Stuart dan Laria, 2001, hlm. 241). Pada tahap ini penulis mengkaji
mengambil data dari rekam medis, dan juga melakukan pengkajian terhadap
keluarga pasien.
faktor presipitasi pasien tidak pernah kontrol dan minum obat secara rutin.
merupakan masalah utama untuk obat psikotropik, pasien yang tidak patuh
minum obat menunjukan gangguan yang lebih berat saat dirawat kembali,
menjadi lebih sering masuk kembali ke rumah sakit atau terjadi kekambuhan.
gangguan jiwa dan rawat inap di tahun 2010 di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo selama dua minggu dengan keluhan yang sama yaitu bicara
seksual waktu usia 24 tahun dan efek yang ditimbulkan setelah kejadian
hubungan seksual yang tidak tepat, perkosaan dan inses (perilaku seksual
antar saudara kandung). Menurut Isaacs (2004, hlm.211) akibat langsung dari
jangka panjang dapat meliputi gejala PTSD, sulit menjalin hubungan dekat,
gangguan depresi, dan bahkan bunuh diri. Riwayat keluarga ibu pasien
riwayat gangguan jiwa.Menurut Direja (2011, hlm. 110) faktor genetik atau
Data yang didapatkan dalam pengakajian Nn.K antara lain adalah data
subyektif pasien mengatakan bila sedang sendiri dan akan tidur di malam hari
pasien selalu mendengar suara yang tidak tampak wujudnya “untuk makan
daging kambing mentah” dan pasien juga melihat bayangan hitam besar yang
muncul kurang lebih 2x dalam sehari, saat mendengar suara tersebut yang
mengatakan sedih dan malu saat dirumah karena tetangganya selalu mengejek
dirinya khususnya adalah anak-anak sehingga pasien jarang keluar rumah dan
dan menyendiri saat dirumah diam bila ditanya. Dan didapatkan data objektif
pasien tampak gelisah, takut, tampak diam saat ditanya, pandangan mata
kosong, terihat bingung, belum memiliki teman saat di rumah sakit, terlihat
Menurut teori Direja (2011, hlm. 110) data pasien Nn.K masuk kedalam
fase kedua yaitu fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
sendiri jadi dominan. Menurut Erlinafsiah (2010, hlm. 93) karakteristik pada
fase kedua ini adalah dimana pasien merasa dilecehkan oleh pengalaman
menakutkan, mulai menarik diri dari orang lain non psikotik. Dan perilaku
pada pasien Nn.K adalah pasien asyik dengan halusinasinya, tidak bisa
Data tersebut sesuai dengan teori Erlinafsiah (2010, hlm. 93) pada perilaku
pasien fase kedua adalah dimana pasien terjadi peningkatan denyut jantung,
menunjukan pasien menarik diri adalah pasien selalu berdiam diri, murung,
tidak mau terlibat dalam kegiatan, pasien juga mengatakan malu karena
sering diejek temanya saat dirumah, mau berkomunikasi bila ditanya, kontak
mata cukup namun kadang merunduk dan menghindar. Menurut Keliat (2007,
hlm. 131) isolasi sosial adalah keadaan individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain dan
sekitarnya, pasien merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain, dan karena berinteraksi
dengan diri sendiri, maka akan muncul gejala halusinasi sesuai dengan
B. Diagnosa Keperawatan
pasien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dan satu syarat diagnostic minor untuk melankolia involusi, psikosa mania
depresi dan syndrome otak organik. Halusinasi pendengaran pada Nn.K
mengakibatkan suara itu muncul akibat perasaan dan obsesi pasien seperti apa
yang dipikirkanya.
Diagnosa keperawatan ini sesuai teori Direja (2011, hlm. 125) yaitu
diri, aktivitas menurun, rendah diri, ekspresi wajah kurang berseri, kurang
dan Isolasi sosial. Diagnosa tersebut sesuai dengan teori Direja (2011,
hlm.122)
Untuk diagnosa keperawatan resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
membahayakan secara fisik, baik pada diri sendiri, orang lain yang diertai
pengkajian, baik masalah yang bersifat aktual (gangguan jiwa) atau beresiko.
C. Intervensi
yang dilakukan untuk pasien dan tiga strategi pelaksanaan untuk keluarga
terdiri dari Bina hubungan saling percaya, diskusikan dengan pasien cara
melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan berbincang dengan orang lain.
(SP)3P melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan kegiatan (yang biasa
minum obat (prinsip 5 benar minum obat). Penulis juga kolaborasi dengan
tim medis untuk pemberian obat anti psikotik (Stelazin 2x5 mg dan
D. Implementasi
2014 jam 13.00 dengan umum pasien akan mampu mengendalikan diri dan
tim medis untuk pemberian obat anti psikotik (Stelazin 2x5 mg dan
Thrihexiphenidil 2x2 mg). Menurut Doenges (2007, hlm. 256) obat ini
hlm.255) obat ini akan mengalami beberapa efek samping neurologis yang
mata kabur. Pada pasien Nn. K hanya terdapat sedasi. Untuk menangani
halusinasi pasien pada tahap II atau fase condemming serta agar pasien
yaitu Strategi Pelaksanaan 1 atau SP(1) dengan tujuan pasien dapat membina
berjabat tangan, menunjukan rasa empati dan menerima pasien apa adanya,
mengontrol halusinasi dengan menghardik yaitu dengan cara tutup telinga dan
mata dalam hati ucapakan pergi-pergi kamu suara palsu, saya tidak mau
Hambatan pada pasien yang ditemui pada hari pertama yaitu pasien
halusinasinya walaupun dengan kata yang kacau. Menurut Riyadi (2009, hlm.
89) rasional bina hubungan saling percaya adalah untuk mengurangi ancaman
implementasi pada hari pertama, dilakukan di tempat yang tidak ramai atau di
dalam kamar pasien sehingga tidak menganggu interaksi pasien dan perawat.
terkesan malu dan belum optimal. Pada pertemuan kedua ini perawat tidak
pada hari kedua ini sehingga pelaksanaan (SP)1 P dapat terlaksana dengan
agar pasien dan perawat terjalin hubungan saling percaya yang optimal.
halusinasi ini muncul, hal ini bertujuan untuk mencegah halusinasi muncul
pada pasien Nn.K.Hambatan yang muncul pada interaksi ketiga adalah pasien
kemampuan interaksi dengan orang lain yang baik akan membantu pasien
tempat tidur pasien. Tujuanya adalah untuk mencegah halusinasi pasien Nn.K
dibantu oleh ibunya, belum bisa melakukanya secara mandiri. Hambatan lain
halusinasinya dan pasien memiliki aktifitas saat di rumah sakit dan di rumah.
penjelasan sehingga tujuan ini kurang optimal, namun saat obat disuruh
hlm. 137) dengan pemahaman dan peran serta pasien dalam perencanaan
karena penulis fokus terhadap pasien padahal keluarga sangat penting dalam
dukungan penyembuhan pasien, serta seharusnya keluarga membantu
keluarga dalam proses keperawatan, hal ini sesuai dengan teori menurut
Isaacs (2004, hlm.307) keluarga adalah sistem sosial yang terdiri dari 2 orang
atau lebih, yang hidup bersama memiliki ikatan emosional yang kuat,
Keliat (2009, hlm. 201) keluarga merupakan faktor yang sangat penting
diagnosa yang kedua yaitu Isolasi sosial. Karena menurut penulis diagnosa
isolasi sosial penting untuk diatasi agar pasien tidak berinteraksi dengan
dirinya sendiri sesuai dengan apa yang pasien pikirkan atau diobsesikan
Direja (2011, hlm. 122) isolasi sosial adalah suatu gangguan interpersonal
sosial.Dan untuk diagnosa yang ketiga risiko menciderai diri, orang lain dan
menemukan data yang mendukung pada diagnosa ini serta penulis berharap
implementasi pada diagnosa pertama berhasil dan tidak terjadi masalah lain
E. Evaluasi
Menurut Direja (2011, hlm. 39) evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk
secara terus menerus pada respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang
perilaku pasien pada saat tindakan dilakukan. A: analisis ulang atas data
subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah tetap atau muncul
memperoleh data dari hasil evaluasi yang pertama (SP)1P belum teratasi
dengan teori Direja (2011, hlm. 113) dikatakan pasien mampu membina
sehingga (SP)1P belum tercapai dengan baik dan di interaksi kedua penulis
kecil.
melakukanya secara mandiri namun pada kasus belum sesuai dengan apa
yang diharapkan.
dengan minum obat secara teratur, pasien sudah minum obat secara teratur
walaupun pasien belum mampu menjelaskan kembali manfaat dan jenis obat
yang diminumnya. Menurut teori Azizah (2011, hlm. 132) kriteria evaluasi
pada tahap ini adalah diharapkan pasien dan keluarga mampu menyebutkan
manfaat, dosis, dan efek samping obat, pasien minum obat secara teratur,
pasien dapat memahami bila berhenti minum obat namun pada kasus
ditemukan data, pasien belum mampu menjelaskan kembali jenis, manfaat
manfaat obat tidak hanya satu atau dua kali penjelasan melainkan penjelasan
yang bertahap sehingga kriteria evaluasi yang harus dicapai penulis belum
evaluasi dengan baik dimana pasien mampu melakukan bina hubungan saling
kecuali jenis dan manfaat obat yang diminum pasien Nn.K. Dan selama
mengontrolnya.
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil yang didapatkan penulis dari penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini mengenai asuhan keperawatan jiwa di ruang Nakula RSJD Dr. Amino
A. Kesimpulan
1. Hasil pengkajian tanggal 8 Januari sampai 11 Januari 2014 dapat
diawali dengan putus obat di enam bulan terakhir, pasien mulai bicara
Diri
pelaksanaan (SP) 1 , (SP) 2, (SP) 3 dan (SP) 4 yaitu bina hubungan saling
orang lain, melakukan aktifitas terjadwal, dan minum obat secara teratur.
B. Saran
1. Bagi penulis
interaksi kepada pasien dan menjaga lingkungan agar tetap nyaman serta
4. Bagi Keluarga
Hendaknya keluarga ikut serta dalam merawat pasien dengan cara sering
5. Bagi Masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Budi anna keliat, akemat. Dkk. 2009. Keperawatan Kesehatan jiwa Komunitas.
Jakarta: EGC
Dalami, ermawati. 2010. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: TIM
Davies, Teifion. 2009. ABC Kesehatan Mental. Jakarta:EGC
Herman Surya direja, Ade. 2011. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta:Nuha
Medika
Isaacs, Ann. 2004. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta: EGC
Sumiati. Dinarti. Dkk. 2009. Kesehatan jiwa remaja dan konselling. Jakarta: TIM
IV. PSIKOSOSIAL
A. Genogram
X X X X
X
2
8
Keterangan:
: perempuan
: laki-laki
: menikah
: serumah
: pasien
X : meninggal
Keterangan :
Pasien adalah anak ketiga dari 4 bersaudara ayah pasien sudah meninggal pada
tahun 2010 di dalam keluarga pasien tidak ditemukan riwayat keturunan gangguan
jiwa. Pasien tinggal serumah bersama ibu dan adik laki-lakinya.
B. Konsep Diri
1. Citra Tubuh : ps. mengatakan menyukai seluruh anggota
tubuhnya.
2. Identitas : pasien mengatakan seorang perempuan berumur
28 tahun,
pasien puas mejadi perempuan.
3. Peran diri : pasien mengatakan berperan sebagai seorang anak
kegiatan
sehari membantu ibunya.
4. Ideal Diri : pasien mengatakan bercita cita sebagai insinyur.
5. Harga Diri : pasien mengatakan malu karena selama dirumah
pasien selalu di ejek oleh tetangganya sehingga membuat pasien
sedih dan malu.
Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah
C. Hubungan Sosial
1. Orang terdekat
Dirumah : saat dirumah orang paling dekat denganya adalah
ibunya. Tidak memiliki teman selain ibunya setelah kejadian
tersebut.
Di RS : saat di rumah sakit terlihat pasien dekat dengan
ibunya. Menangis bila di tinggal oleh ibunya.
2. Peran serta dalam kelompok
Dirumah : sebelum mengalami gangguan jiwa pasien saat
dirumah bermain bersama teman dan setelah pasien mengalami
gangguan jiwa pasien dirumah tidak ikut kegiatan kelompok atau
hanya dirumah.
Di RS : pasien saat di RS terlihat mengurung dirinya
dikamar tetapi hanya selama 1 hari karena pasien belum mengenal
lingkungan yang baru. Ps saat di RS hanya berbincang-bincang
dengan ibunya.
V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Pasien bernampilan kurang rapi, rambut terlihat acak-acakan dan
terlihat gigi pasien kotor sehabis makan.
2. Pembicaraan
Pasien pembicaraan dengan nada pelan, kacau terkadang pasien
bingung waktu di ajak berbicara (bicara pelo)
3. Aktifitas motorik
pasien dapat melakukan aktifitas dan tidak tremor.
4. Alam perasaan
Pasien mengatakan sedih dan takut saat mendengar suara tersebut.
5. Afek
Terlihat ekspresi wajah polos
6. Interaksi selama wawancara
Saat diwawancarai ps tidak mempunyai inisiatif membuka
pembicaraan. Terkadang tidak nyambung
7. Persepsi
Pasien mengatakan jika akan tidur dan sendiri pasien mendengar suara
yang tidak tampak wujudnya yang isinya pasien disuruh makan daging
kambing mentah repon pasien adalah gelisah takut dan membaca doa,
frekuensinya adalah 2x/hari.
Masalah keperawatan: Halusinasi pendengaran
8. Proses pikir
Pembicaraan pasien di mengerti dan dapat diarahkan
9. Isi pikir
pasien ketakutan seolah olah akan ada yang memotong kepalanya
karena sering mendengar suara yang tak tampak wujudnya.
MK: waham curiga
10. Tingkat kesadaran
Selama pengkajian pasien tidak mengalami disorientasi baik waktu
tempat dan orang.
11. Memory
Pasien dapat mengingat kejadian masa lalu dan sekarang contohnya
pasien ingat dimana dahulu pasien sekolah dan pasien juga masih ingat
trauma kejadian.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien dapat mengalami perhitungan sederhana. Misalnya mengeja
angka satu sampai sepuluh
13. Kemampuan penilaian
Pasien merupakan orang yang pendiam dan bingung pasien sering
berkata ingin cepat pulan. Pasien dalam melakukan ADL di ingatkan
oleh ibunya.
14. Daya tilik diri
Pasien tau bahwa dirinya ada di rumah sakit jiwa
IX. PENGETAHUAN
Pasien tahu bahwa dia sedang menderita gangguan jiwa untuk itu pasien
berobat dan rawat inap.
X. ASPEK MEDIS
Diagnosa medis : Skizofrenia paranoid
Program terapi : - 0ral : Stelazin 2x5 mg
: - Trihexiphenidil 2x2 mg
Diit : diit bebas
Laboratorium : tidak ada
Perubahan persepsi
sensori:halusinasi pendengaran Core problem
XV. INTERVENSI
XVI. IMPLEMENTASI
Hari/ tanggal No Dx Implementasi Evaluasi TTD
Jam