Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PETROLOGI

MAGMA , BATUAN BEKU & BATUAN GUNUNG API

Disusun Oleh:

AHMAD FAHRUDDIN

09320150192

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatu

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmatNya,sehingga penulis


dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Magma,Batuan Beku &Batuan
GunungApi”.Dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini penulis menyadari
bahwa makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai
pihak,oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

Semoga bantuan dan kerjasama yang telah diberikan mendapat balasan yang
setimpal dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan yang


disebabkan oleh kemampuan saya yang sangat kurang, untuk itu saya
mengharapkan kritik dan saran bagi yang membaca yang bersifat konstruktif
sehingga dapat menyempurnakan makalah ini.

Minallahil musta’an wailaihil tiklan

Makassar,16 Agustus 2018

Ahmad fahruddin

(09320150192)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….1

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

BAB I ...................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................. 4

1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................. 4

1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 5

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN ........................................................................... 5

BAB II ..................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6

2.1 DEFINISI PETROLOGI ............................................................................... 6

2.2 MAGMA ....................................................................................................... 7

2.2.1 PENGERTIAN MAGMA ...................................................................... 7

2.2.2 PROSES TERBENTUKNYA MAGMA ............................................... 7

2.2.3 TIGA HAL PENTING LINGKUNGAN UNTUK PELEBURAN ....... 8

2.2.4 TIPE MAGMA & KARAKTERISTIK MAGMA ............................... 10

2.3 BATUAN BEKU ........................................................................................ 13

2.3.1 DEFINISI BATUAN BEKU................................................................ 13

2.3.2 JENIS – JENIS BATUAN BEKU ....................................................... 14

2.3.3 KLASIFIKASI BATUAN BEKU ....................................................... 17

2.3.4 TEKSTUR BATUAN BEKU .............................................................. 19

2.3.5 STRUKTUR BATUAN BEKU ........................................................... 23


BAB III ................................................................................................................. 24

PENUTUP ............................................................................................................. 24

3.1 PENUTUP ................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang


mempelajari segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya yang membahas
tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses
yang terjadi baik didalam maupun diatas permukaan bumi, serta mempelajari
sejarah perkembangannya sejak bumi ini diciptakan sampai saat ini. Ilmu ini
mempelajari benda-benda terkecil seperti atom sampai berukuran besar seperti
benua, samudra, cekungan dan rangkaian pegunungan.

Untuk mempelajari semua tentang Bumi, dapat kita mulai dari pembentuk
bumi yang paling dasar yaitu mineral. Mineral dapat kita jumpai disekitar kita,
dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang telah diendapkan pada dasar
sungai.Beberapa mineral tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis karena
didapatkan dalam jumlah yang cukup besar, sehingga memungkinkan untuk
ditambang seperti emas dan perak. Kecuali beberapa jenis mineral yang memiliki
sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan
yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya memungkinkan, mereka akan dibatasi
oleh bidang-bidang rata, dan diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang
dikenal sebagai “kristal”.

Seperti halnya ilmu-ilmu lainya,geologi ini memiliki konsep dan


metodologi yang komprehensif sebagai sebuah disiplin ilmu.Oleh karena
itu,pengetahuan dan pengalaman dalam bidang keilmuan mahasiswa sangat
diperlukan untuk memperoleh relevansi diantara ilmu-ilmu lain.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan petrologi?

2. Bagaimana sifat,proses,karakteristik magma?

3. Bagaimana sifat,proses,dan karakteristik batuan beku?

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

Secara umum maksud dan tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk
menjelaskan apa itu Petrologi, disertai dengan pengertian magma & batuan
beku/batuan gunung api.

Selain itu untuk memberikan pengetahuan bagi kita khususnya sebagai


mahasiswa teknik geologi tentang berbagai jenis batuan di muka bumi ini,
berdasarkan petrogenesa batuan tersebut, serta struktur dan tekstur yang dimiliki
oleh batuan tersebut,sehingga kita dengan mudah dapat mengenali jenis batuan di
lapangan nantinya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI PETROLOGI

Petrologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang


mempelajari batuan-batuan pembentuk kulit bumi, mencakup aspek pemberian
nama (deskripsi) dan aspek genesa-interpretasi. Pengertian luas dari petrologi
adalah mempelajari batuan dengan menggunakan mata telanjang, optik/
mikroskopis, kimia dan radio isotop.

Aspek pemberian nama antara lain meliputi warna, tekstur, struktur,


komposisi, berat jenis, kekerasan, kesarangan (porositas), kelulusan (permebilitas)
dan klasifikasi atau penamaan batuan. Aspek genesa – interpretasi mencakup
tentang sumber asal (“source”) hingga proses atau cara terbentuknya batuan.
Batuan didefinisikan sebagai semua bahan yang menyusun kerak (kulit) bumi dan
merupakan suatu agregat (kumpulan) mineral-mineral yang telah menghablur
(mengkristal).

Dalam arti sempit, yang tidak termasuk batuan adalah tanah dan bahan lepas
lainnya yang merupakan hasil pelapukan kimia, fisika maupun biologis, serta
proses erosi dari batuan. Namun dalam arti luas tanah hasil pelapukan dan erosi
tersebut termasuk batuan.

Batuan sebagai agregat mineral pembentuk kulit bumi secara genesa dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis batuan, yaitu :

1. Batuan beku (“igneous rocks”), adalah kumpulan mineral silikat sebagai


hasil pembekuan daripada magma yang mendingin (Huang, 1962).
2. Batuan sedimen (“sedimentary rocks”), adalah batuan hasil litifikasi bahan
rombakan batuan yang berasal dari proses denudasi atau hasil reaksi kimia
maupun hasil kegiatan organisme (Pettijohn, 1964).
3. Batuan metamorf atau batuan malihan (“metamorphic rocks”), adalah
batuan yang berasal dari suatu batuan yang sudah ada yang mengalami
perubahan tekstur dan komposisi mineral pada fasa padat sebagai perubahan
kondisi fisika(tekanan dan temperatur) (Winkler, 1967).

2.2 MAGMA

2.2.1 PENGERTIAN MAGMA

Suatu material lumpur yang berpijar pada suhu sangat tinggi, bisa sampai
dengan 1000 derajat celcius.

2.2.2 PROSES TERBENTUKNYA MAGMA

Magma terutama cairan sangat panas (yang disebut lelehan) terbentuk dari
peleburan batuan di litosfer bumi atau astenosfer. Magma terdiri dari unsur-unsur
yang terdiri atas mineral dalam batuan.

Tapi kebanyakan magma juga memiliki kandungan lain. Sebagai contoh,


biasanya mengandung potongan-potongan mineral yang baik belum meleleh, atau
telah dipadatkan (atau mengkristal) dari keadaan cair bersama magma yang
mendingin.

Magma disebut lava jika meletus ke permukaan.Ada juga banyak gas


berbeda yang terlarut dalam magma. Uap air, karbon dioksida, dan hidrogen sulfida
yang umumnya. Bahkan bisa juga dalam bentuk gas asam klorida atau sulfat.
Kadang-kadang gelembung gas akan terbentuk di lelehan.

Bagaimana batu dilelehkan?

Suhu magma biasanya dalam suatu di kisaran 700-1300 derajat Celcius


(sekitar 1200-2400 derajat Fahrenheit).Komposisi batuan apakah pembuat mineral
itu untuk menentukan titik leleh?

Berbagai mineral meleleh pada temperatur yang berbeda, jadi ketika batu
mulai mencair titik leleh mineral terendah mencair terlebih dahulu. Itu penting,
karena menghasilkan magma dengan susunan kimiawi secara keseluruhan berbeda
dari batu asli. Ini adalah salah satu alasan mengapa komposisi magma bervariasi
begitu banyak.

Namun dalam kenyataannya, suhu meningkat dengan kedalaman rata-rata


25 derajat Celcius setiap kilometer (yang disebut gradien panas bumi). Jadi untuk
sampai ke 1000 derajat Anda hanya harus turun sekitar 40 kilometer!

Tentu saja, ada faktor lain yang bekerja selain suhu. Misalnya, jika terdapat
air, batuan akan mencair pada suhu yang lebih rendah (kedalaman dangkal)
daripada seharusnya mereka. Di sisi lain, batu-batu yang lebih dalam di bumi, yang
lebih panas itu harus menjadi mencair itu karena tekanan yang lebih besar membuat
mereka dalam keadaan padat lagi.

Rata-rata, pencairan terjadi pada kedalaman di bawah sekitar 50 kilometer,


tetapi di atas beberapa ratus kilometer. Itu dekat dasar litosfer atau di atas
astenosfer.

2.2.3 TIGA HAL PENTING LINGKUNGAN UNTUK PELEBURAN

1. Pegunungan Pertengan Laut

Peleburan terjadi di bawah pegunungan pertengahan laut, di mana lempeng


tektonik yang meluncur menjauh dari satu sama lain. Di suatu tempat, batuan
mantel panas meningkat dalam arus yang bergerak lambat. Peleburan terjadi pada
kedalaman yang relatif dangkal (kurang dari 50 kilometer) karena dua alasan.
Pertama, semakin rendah batuan litosfer meleleh karena mereka dipanaskan oleh
batuan yang lebih panas di bawah ini. Kedua, batuan mantel naik meleleh karena
tekanan pada mereka menurun karena mereka bergerak ke atas.

2. Lapisan Hot Spot

Peleburan terjadi di tempat di mana batuan mantel panas memanaskan dasar


litosfer. Tempat-tempat ini disebut bulu mantel atau hot spot. Litosfer tidak retak,
seperti halnya di pegunungan di tengah laut, tapi bergerak di atas hot spot stasioner.
Salah satu contoh yang terkenal adalah di mana lempeng Pasifik meluncur diatas
hot spot dan menghasilkan gunung berapi membentuk Kepulauan Hawaii.

3. Zona Lempeng Subduksi

Batuan juga meleleh di zona subduksi lempeng, di mana dasar laut litosfer
ditarik ke bawah ke dalam mantel. Peleburan biasanya dimulai pada kedalaman
kurang dari 100 kilometer. Suhu leleh menjadi lebih rendah dalam lingkungan ini
karena semua air yang terperangkap dalam batuan dasar laut dan dalam sedimen
tanah liat yang dibawa turun bersama lempeng.

Magma umumnya terbentuk di tiga lingkungan. Mereka (kiri ke kanan):


pegunungan di tengah laut, lapisan hot spot dan zona subduksi lempeng. Sumber:
Wikimedia gambar oleh Woudloper

Apa yang Terjadi pada Magma?

Karena magma merupakan cairan panas, ia memiliki daya apung alami,


yang menyebabkan untuk bermigrasi ke atas (semacam seperti balon udara panas
yang naik). Hal ini juga dapat bergerak sebagai respon terhadap perbedaan tekanan,
seperti cairan lain. Setelah batu mencair, magma mulai bergerak.

Ketika magma berpindah menjauh dari zona peleburan, perlahan-lahan


mendingin. Seperti halnya, lebih dan lebih padat butiran mineral mengkristal
sampai akhirnya semua lelehan hilang. Terkadang magma akan mendapatkan
cukup dekat ke permukaan untuk memberi letusan gunung berapi. Tapi sebagian
besar waktu itu mendingin dan mengkristal di bawah tanah, membentuk batuan
beku intrusif.

2.2.4 TIPE MAGMA & KARAKTERISTIK MAGMA

Magma dapat dibedakan berdasarkan kandungan SiO2. Dikenal ada tiga


tipe magma, yaitu :

1. Magma Basaltik (Basaltic magma) – SiO2 45-55 %berat; kandungan Fe


dan Mg tinggi; kandungan K dan Na rendah.

2. Magma Andesitik (Andesitic magma) – SiO2 55-65 %berat, kandungan Fe,


Mg, Ca, Na dan K menengah (intermediate).

3. Magma Riolitik (Rhyolitic magma) – SiO2 65-75 %berat, kandungan Fe,


Mg dan Ca rendah; kandungan K dan Na tinggi.
Temperatur magma tidak diukur secara langsung, melainkan dilakukan di
laboratorium dan dari pengamatan lapangan.

Magma mengandung gas-gas terlarut. Gas-gas yang terlarut di dalam cairan


magma itu akan lepas dan membentuk fase tersendiri ketika magma naik ke
permukaan bumi. Analoginya sama seperti gas yang terlarut di dalam minuman
ringan berkaborasi di dalam botol dengan tekanan tinggi. Ketika, tutup botol

Rangkuman Sifat-sifat Magma

Tipe Batuan Komposisi Temperatur Viskositas Kandungan


Magma Beku Kimia Gas
yang
dihasilkan

Basltik Basalt 45-55 SiO2 %, 1000 – Rendah Rendah


kandungan Fe, 1200oC
Mg, dan Ca
tinggi,
kandungan K,
dan Na rendah.

Andesitik Andesit 55-65 SiO2 %, 800 – Menengah Menengah


kandungan Fe, 1000oC
Mg, Ca, Na, dan
K menengah.

Rhyolitik Rhyolit 65-75 SiO2 %, 650 – Tinggi Tinggi


kandungan Fe, 800 oC
Mg, dan Ca
rendah,
kandungan K,
dan Na tinggi.
dibuka, tekanan turun dan gas terlepas membentuk fase tersendiri yang kita lihat
dalam bentuk gelembung-gelembung gas. Juga sering kita lihat ketika pemberian
meali bagi para pemenang balap kenderaan. Kepada mereka diberikan minuman di
dalam botol dan kemudian mereka mengkocok-kocok botol tersebut sebelum
membuka tutupnya. Kemudian, ketika tutup botol yang telah dikocok itu dibuka,
maka tersemburlah isi botol tersebut keluar. Demikian pula halnya dengan magma
ketika keluar dari dalam bumi. Kandungan gas di dalam magma ini akan
mempengaruhi sifat erupsi dari magma bila keluar ke permukaan bumi.

Viskositas adalah kekentalan atau kecenderungan untuk tidak mengalir.


Cairan dengan viskositas tinggi akan lebih rendah kecenderungannya untuk
mengalir daripada cairan dengan viskositas rendah. Demikian pula halnya dengan
magma.

Viskositas magma ditentukan oleh kandungan SiO2 dan temperatur magma.


Makin tinggi kandungan SiO2 maka makin rendah viskositasnya atau makin kental.
Sebaliknya, makin tinggi temperaturnya, makin rendah viskositasnya. Jadi, magma
basaltik lebih mudah mengalir daripada magma andesitik atau riolitik. Demikian
pula, magma andesitik lebih mudah mengalir drripada magma riolitik.

Perubahan Komposisi Magma

Proses pembekuan magma menjadi batuan dimulai dari pembentukan


kristal-kristal mineral. Sesuai dengan komposisi kimianya, pembentukan kristal-
kristal mineral itu terjadi pada temperatur yang berbeda-beda. Perlu dipahami
bahwa dengan terbentuknya kristal, berarti ada unsur-unsur kimia dari larutan
magma yang diambil dan diikat ke dalam kristal, sehingga kandungan unsur itu di
dalam cairan atau larutan magma berkurang.

Bila kristal-kristal yang terbentuk di dalam magma memiliki densitas lebih


besar daripada magma, maka kristal-kristal akan mengendap dan cairan akan
terpisah dari kristal.. Sebaliknya bila kristal-kristal yang terbentuk lebih rendah
densitasnya dripada magma, maka kristal-kristal akan mengapung. Bila cairan
magma keluar karena tekanan, maka kristal-kristal akan tertinggal.
Keadaan tersebut akan merubah komposisi kimia cairan magma sisa.
Apabila banyak komposisi kimia yang berkurang dari magma awal karena
pembentukan kristal-kristal mineral, maka akan terbentuk magma baru dengan
komposisi yang berbeda dari magma awalnya. Perubahan komposisi kimia magma
seperti itu disebut sebagai diferensiasi magma oleh fraksinasi kristal (magmatic
differentiation by crystal fractionation). Proses inilah yang dapat menyebabkan
magma basaltik di dalam suatu gunungapi dapat berubah dari basaltik menjadi
andesitik dan bahkan riolitik. Perubahan komposisi magma inilah yang dapat
merubah tipe erupsi suatu gunungapi.

2.3 BATUAN BEKU

2.3.1 DEFINISI BATUAN BEKU

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis
batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau
tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma
ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik
dimantel ataupun kerak bumi.

Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses


berikut: kenaikantemperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih
dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di
bawah permukaan kerak bumi.

Magma dapat mendingin dan membeku di bawah atau di atas permukaan


bumi. Bila membeku di bawah permukaan bumi, terbentuklah batuan yang
dinamakan batuan beku dalam atau disebut juga batuan beku intrusive (sering juga
dikatakan sebagai batuan beku plutonik). Sedangkan, bila magma dapat mencapai
permukaan bumi kemudian membeku, terbentuklah batuan beku luar atau batuan
beku ekstrusif.
Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947),
Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar
terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500–2.5000C dan bersifat
mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam
magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2,
chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas
magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim
dijumpai dalam batuan beku.

Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke


permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal
dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat
(magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s
Reaction Series.

Gambar : Batuan beku, jalur yang berwarna lebih muda menunjukkan arah aliran.

2.3.2 JENIS – JENIS BATUAN BEKU

A. BATUAN BEKU DALAM

Magma yang membeku di bawah permukaan bumi, pendinginannya sangat


lambat (dapat mencapai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal
yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusive. Tubuh
batuan beku dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada
kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Magma dapat menyusup pada batuan di
sekitarnya atau menerobos melalui rekahan-rekahan pada batuan di
sekelilingnya.Bentuk-bentuk batuan beku yang memotong struktur batuan di
sekitarnya disebut diskordan, termasuk di dalamnya adalah batholit, stok, dyke, dan
jenjang volkanik.

BATHOLIT, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar


dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang
diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah
tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini mencerminkan
bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa batholit mencapai lebih dari
1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya.

Dari penelitian geofisika dan penelitian singkapan di lapangan didapatkan


bahwa tebal batholit antara 20-30 km. Batholite tidak terbentuk oleh magma yang
menyusup dalam rekahan, karena tidak ada rekahan yang sebesar dimensi batolit.
Karena besarnya, batholit dapat mendorong batuan yang diatasnya.

Meskipun batuan yang diterobos dapat tertekan ke atas oleh magma yang
bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada proses lain yang bekerja. Magma
yang naik melepaskan fragmen-fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini
dinamakan stopping. Blok-blok hasil stopping lebih padat dibandingkna magma
yang naik, sehingga mengendap. Saat mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi
dan sebagian terlarut dalam magma. Tidak semua magma terlarut dan mengendap
di dasar dapur magma. Setiap frgamen batuan yang berada dalam tubuh magma
yang sudah membeku dinamakan Xenolith.

STOCK,seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih


kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan
penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.
DYKE, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang
dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai
lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang
diterobosnya.

JENJANG VOLKANIK, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang


mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi di
sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan
menonjol dari topografi disekitarnya.

Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut


konkordan diantaranya adalah Sill, Lakolit dan Lopolit.

SILL, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap
perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar.

LAKOLIT, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian


atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk
kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-proses
geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapt tersingka
di permukaan.

LOPOLIT, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan
bawahnya cekung ke atas.

Batuan beku dalam selain mempunyai berbagai bentuk tubuh intrusi, juga
terdapat jenis batuan berbeda, berdasarkan pada komposisi mineral pembentuknya.
Batuan-batuan beku luar secara tekstur digolongkan ke dalam kelompok batuan
beku fanerik.

B. BATUAN BEKU LUAR

Magma yang mencapai permukaan bumi, keluar melalui rekahan atau


lubang kepundan gunung api sebagai erupsi, mendingin dengan cepat dan membeku
menjadi batuan ekstrusif. Keluarnyamagma di permukaan bumi melalui rekahan
disebut sebagai fissure eruption.
Pada umumnya magma basaltis yang viskositasnya rendah dapat mengalir
di sekitar rekahannya, menjadi hamparan lava basalt yang disebut plateau basalt.
Erupsi yang keluar melalui lubang kepundan gunung api dinamakan erupsi sentral.

Magma dapat mengalir melaui lereng, sebagai aliran lava atau ikut
tersembur ke atas bersama gas-gas sebagai piroklastik.

Lava terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis tergantung pada komposisi
magmanya dan tempat terbentuknya. Apabilamagma membeku di bawah
permukaan air terbentuklah lava bantal ( pillow lava), dinamakan demikian karena
pembentukannya di bawah tekanan air. Dalam klasifikasi batuan beku batuan beku
luar terklasifikasi ke dalam kelompok batuan beku afanitik.

2.3.3 KLASIFIKASI BATUAN BEKU

Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan


SiO2, dan indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama batuan yang
berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang sama, menurut dasar
klasifikasinya.

a) Klasifikasi berdasarkan cara terjadinya, menurut Rosenbusch (1877-1976)


batuan beku dibagi menjadi:
 Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.
 Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
 Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh
W.T. Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan
effusive disebut batuan vulkanik.
b) Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2 (C.L. Hugnes, 1962), yaitu:
 Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya
adalah riolit.
 Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%.
Contohnya adalah dasit.
 Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%.
Contohnya adalah andesit.
 Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%.
Contohnya adalah basal.
c) Klasifikasi berdasarkan indeks warna ( S.J. Shand, 1943), yaitu:
 Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.
 Mesococtik rock, apabila mengandung 30% - 60% mineral mafik.
 Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60% mineral
mafik.
d) Menurut S.J.Ellis (1948) juga membagi batuan beku berdasarkan indeks
warnanya sebagai berikut.
 Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
 Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
 Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
 Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.

Pengelompokan atau klasifikasi batuan beku secara sederhana didasarkan


atas tekstur dan komposisi mineralnya. Keragaman tekstur batuan beku diakibatkan
oleh sejarah pendinginanmagma, sedangkan komposisi mineral bergantung pada
kandungan unsure kimia magma induk dan lingkungan krsitalisasinya.
2.3.4 TEKSTUR BATUAN BEKU

Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar


mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan
massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan.Tekstur pada batuan beku
umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu :

1) KRISTALINITAS

Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada


waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya
digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan
yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan
pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung
lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung
cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya
berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.

Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:

 Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh


kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu
mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
 Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
 Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa
gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike
dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.
2) GRANULARITAS

Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan


beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

1. Fanerik/fanerokristalin,
Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu
sama lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis
fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
 Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
 Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
 Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
 Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih
dari 30 mm.
2. Afanitik,

Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan


dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan
dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau
keduanya. Dalam analisa mikroskopis dapat dibedakan :

 Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa


diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar
0,1 – 0,01 mm.
 Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku
terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop.
Ukuran butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
 Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
3) BENTUK KRISTAL

Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan
sifat batuan secara keseluruhan.

Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:

 Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang
kristal.
 Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat
lagi.
 Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:

 Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama


panjang.
 Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu
dimensi yang lain.
 Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua
dimensi yang lain.
 Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
4) HUBUNGAN ANTAR KRISTAL

Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai


hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu
batuan.

Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

 Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang


membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan
kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
a) Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-
mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
b) Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-
mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
c) Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-
mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.

 Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai


pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut
fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa
berupa mineral atau gelas.

Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan
beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar
mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari
pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral
penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite,
dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah).

Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan


magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral
penyusunnya lebih kecil. Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan
pondasi rumah).

Gambar : Batuan beku berdasarkan teksturnya (batuan beku plutonik dan vulkanik).
2.3.5 STRUKTUR BATUAN BEKU

Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan


lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar
hanya dapat dilihat dilapangan saja, misalnya:

 Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik
bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.
 Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang
tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat
dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample), yaitu:
 Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak
menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya
fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
 Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh
keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut
menunjukkan arah yang teratur.
 Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-
lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
 Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh
mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
 Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan
batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
BAB III

PENUTUP

3.1 PENUTUP

Demikian yang dapat Penulis paparkan mengenai materi yang menjadi


pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan


kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini
dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman
pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_beku - [Diakses tanggal 20 Maret 2015]

http://salamahsiti384.blogspot.com/p/makalah-geologi-dan-lingkungan-
batuan.html - [Diakses tanggal 20 Maret 2015 Pukul 18.30 WIB]

http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Igneous_rock_Santoroni_Greece
.jpg&filetimestamp=20060612231804 - [Diakses tanggal 20 Maret 2015 Pukul
19.00 WIB]

http://volcano.und.edu- [Diakses tanggal 20 Maret 2015 Pukul 19.30]

https://geoakelompok1.files.wordpress.com/2011/10/petrologi-batuan-
piroklastik.ppt - [Diakses tanggal 21 Maret 2015 Pukul 12.00 WIB]

https://densowestliferz.files.wordpress.com/2011/05/final-laporan-denso.doc -
[Diakses tanggal 22 Maret 2015 Pukul 15.00 WIB]

http://www.sridianti.com/pengertian-magma.html - [Diakses tanggal 22 Maret


2015 Pukul 20.00]

https://www.academia.edu/8825662/BATUAN_PIROKLASTIKia.edu/8825662/ -
[Diakses tanggal 24 Maret 2015 19.00 WIB]

Anda mungkin juga menyukai