Anda di halaman 1dari 12

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan kultur jaringan di Indonesia terasa sangat lambat, bahkan

hampir dikatakan jalan di tempat jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya,

tidaklah heran jika impor bibit anggrek dalam bentuk ‘flask’ sempat membanjiri

nursery-nursery anggrek di negara kita. Selain kesenjangan teknologi di lini

akademisi, lembaga penelitian, publik dan pecinta anggrek, salah satu penyebab

teknologi ini menjadi sangat lambat perkembangannya adalah karena adanya persepsi

bahwa diperlukan investasi yang ’sangat mahal’ untuk membangun sebuah lab kultur

jaringan, dan hanya cocok atau ‘feasible’ untuk perusahaan.

Hasil yang lebih baik dapat dijangkau atau diperoleh, bila ke dalam media

tersebut ditambahkan vitamin-vitamin, asam amino solid dan zat pengatur tubuh.

Walaupun sudah diusahakan untuk menghindarkan penggunaan komponen-

komponen yang tidak jelas (komponennya) seperti juice buah-buahan dan tauge, air

kelapa, yeast exstracts dan casein hydrolysate, tetapi kadang-kadang kita bisa

memperoleh hasil yang lebih tinggi dengan penambahan tersebut. Media kultur

jaringan merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan tingkat keberhasilan

perbanyakan tanaman secara invitro, dalam hal ini adalah kultur jaringan. Berbagai

formulasi atau komposisi media tanam telah banyak ditemukan untuk

mmengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan.


Media kultur sebagi media tumbuh tanam yang dikulturkan merupakan bagian

penting dalam proses perbanyakan tanaman secara invitro. Pentingnya media kultur

dalam tehnik perbanyakan vegetatif ini tidak lepas dari adnya komponen penyusun

media yang terdiri dari berbagi unsur pendukung pertumbuahan tanaman seperti hara

makro, hara mikro, vitamin, zat perangsang tumbuh dan sumber energi dalam bentuk

gula. Pembuatan larutan stok berdasarkan pengelompokan dalam: Stok makro, stok

mikro, stok Fe, stok vitamin dan stok hormone terutama bila larutan stok tidak

disimpan terlalu lama (segera digunakan habis). Stok hormone dapat disimpan antara

2-4 minggu, sedangkan stok hara dapat disimpan 4-8 minggu. Dengan adanya larutan

stok, pembuatan media selanjutnya hanya dengan teknik pengenceran dan

pencampuran saja.

1.2. Tujuan

Mahasiswa dapat mengetahui komponen penyusun dengan fungsinya masing-

masing dalam media kultur jaringan dan mahasiswa mengetahui serta dapat

mempraktekan cara membuat larutan stok yang akan dipergunakan dalam membuat

media kultur jaringan sesuai komposisi medium yang diinginkan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.

Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur

jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur

jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap partumbuhan dan perkembangan

eksplan serta bibit yang dihasilkannya (Tuhuteru et al, 2010).

Dalam pembuatan media, langkah pertama adalah membuat stok dari media

terpilih. Penggunaan larutan stok menghemat pekerjaan menimbang bahan yang

berulang–ulang setiap kali membuat media.“Untuk membuat medium kultur jaringan,

biasanya menimbang setiap komponen bahan kimia yang terdapat pada resep medium

dasar. Langkah ini kurang praktis karena memakan banyak waktu dan mengurangi

kecepatan. Selain itu timbangan yang digunakan untuk menimbang sejumlah kecil

bahan kimia kadang-kadang tidak tersedia. Kendala ini dapat dibatasi dengan

pembuatan larutan stok terlebih dahulu, kecuali untuk unsur mikronya. Jadi perlu

membuat larutan stok untuk unsur mikro, besi, vitamin, hormon, dan mio-inositol.

Setiap larutan stok dapat dipergunakan sampai 100 liter media, bahkan larutan stok

mikro dapat dipergunakan sampai 100 liter media. Larutan stok dapat disimpan

ditempat yang bertemperatur rendah dan gelap. (Gunawan, 2011).

Dalam kultur jaringan, sitokinin berperan dalam mendorong pembelahan sel

atau jaringan yang digunakan sebagai eksplan dan merangsang perkembangan pucuk-

pucuk tunas. Dalam perbanyakan in vitro, sitokinin digunakan untuk mengatasi


dormansi apikal dan mempertinggi percabangan tunas lateral dari ketiak daun. BAP

merupakan salah satu sitokinin yang sering digunakan dalam penelitian kultur

jaringan (Kartaji dan Buchory, 2008).

Larutan stok merupakan larutan yang berisi satu atau lebih komponen media

yang konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi kompenen tersebut dalam

formulasi media yang akan dibuat. Larutan stok biasanya dibuat dengan konsentrasi

10, 100 atau 1000 kali lebih pekat. Jika larutan stok dibuat, pembuatan media dapat

dilakukan dengan cara mengambil sejumlah larutan stik sehingga konsentrasinya

menjadi sesuai dengan yang terdapat pada formulasi media yang dikehendak .

(Pramono, 2008)

Sebelum membuat medium, maka terlebih dahulu harus menentukan medium

apa yang akan dibuat. Untuk menanam eksplan dari tanaman keras sering

menggunakan medium WPM, sedangkan untuk tanaman semusim (sayuran dan

tanaman hias) sering menggunakan medium MS. Medium Knudson C hanya cocok

untuk menanam eksplan kelapa Kopyor dan Anggrek (Budisantoso, 2015).

Unsur-unsur yang dibutuhkan pada media kultur jaringan antara lain seperti

unsure mikro, unsur makro, gula, vitamin, zat pengatur tumbuh, dan agar-agar. Unsu

rmakronutrien terdiri dari N, P, K, S, Ca, dan Mg sedangkan unsur mikronutrieterdiri

atas Co, Mn, Fe, Cu, Zn, B dan Mo. Media yang digunakan adalah media MS

Murashige and Skoog (Hemawan et al, 2016).


Zat pengatur tumbuh adalah salah satu usaha dalam memacu pertumbuhan

tanaman sehingga akan diperoleh peningkatkan hasil tanaman. Telah diketahui bahwa

auksin, karbohidrat dan nitrogen yang dikandung dalam bahan tanaman merupakan

bahan baku yang memungkinkan terbentuknya akar (Djamhari, 2010).

Pembuatan larutan stok bertujuan untuk memudahkan pekerjaan dalam

membuat media. Larutan stok dibuat sesuai dengan komposisi media MS yang

diaduk dalam erlenmeyer dengan konsentrasi yang lebih pekat. Setelah membuat

larutan stok gram-gram, perlu dibuat stok zat pengatur tumbuh biasanya dalam 100

ml. Stok harus disimpan di dalam lemari es (Harahap et al, 2013).

Larutan stok dibuat karena unsur hara makro, mikro, maupun zat pengatur

tumbuhan yang diperlukan jumlahnya sangat sedikit, sehingga dapat mempermudah

dalam penimbangan bahan kimia. Selain itu sisa larutan stok dapat disimpan dan

dapat digunakan lagi apabila membuat medium yang lain (Azmin, 2015).

4.2. Pembahasan

Dalam pembuatan larutan stok, yang perlu diperhatikan adalah penyatuan

beberapa komponen media sekaligus dalam suatu larutan stok dan harus

mempertimbangkan kecocokan dan kestabilan dari sifat kimianya. Dalam larutan stok

yang berisi beberapa komponen media jangan sampai ada endapan. Hal ini erat

kaitannya dengan ketersediaan hara dalam media eksplan atau tanaman yang

dikulturkan. Setelah larutan stok dibuat, pengambilanya untuk media dapat dilakukan

dengan cara memipet atau menakarnya dengan gelas ukur.


Sebelum membuat media, terlebih dahulu dilakukan pembuatan larutan stok.

Larutan stok dibuat dengan tujuan untuk memudahkan pengambilan bahan-bahan

kimia khususnya yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, tak perlu sering menimbang

karena hal ini kurang praktis. Larutan stok disimpan di dalam lemari pendingin agar

tidak mudah rusak dan mencegah terdegradasinya bahan-bahan kimia oleh mikroba

penyebab kontaminasi. Pembuatan larutan stok harus dilakukan dengan cermat, sebab

larutan stok yang terlalu pekat akan mengalami pengendapan di lemari es, dan larutan

stok yang terkontaminasi tidak boleh digunakan lagi

Media merupakan suatu bahan yang penting untuk pertumbuhan kultur. Media

untuk pertumbuhan kultur dapat berupa media padat dan media cair. Media padat

biasanya digunakan untuk mengkulturkan kalus kemudian diinduksi menjadi tanaman

lengkap, sedangkan media cair biasanya digunakan untuk kultur sel. Komponen yang

penting dalam suatu media adalah senyawa anorganik, sumber karbon, vitamin, zat

pengatur tumbuh, dan suplemen organik

Berdasarkan hasil di atas, dapat kita lihat bahwa dalam pembuatan larutan

stok untuk kultur jaringan diperlukan teknik khusus salah satunya dalam teknik

pencampuran senyawa-senyawa dan massa dari senyawa-senyawa tersebut.

Kebutuhan larutan stok diartikan sebagai kebutuhan akan jumlah bahan media dan

larutan stok yang harus dipenuhi pada waktu yang diperlukan pada beberapa

macam/tahap kegiatan kultur jaringan. Dalam pembuatan media untuk kultur

jaringan, langkah pertama yang dilakukan adalah membagi senyawa penyususn


media ke dalam masing-masing kelompok larutan stok sesuai dengan sifat dan tingkat

kelarutannya. Dengan adanya embuatan larutan stok akan mempermudah proses

pembuatan media karena proses pencampuran dan penimbangan hanya dilakukan

sekali untuk penggunaan berkali-kali untuk botol-botol kultur secara missal. Tujuan

pembuatan larutan stok adalah untuk menghemat dan memudahkan pekerjaan

menimbang bahan kimia setiap kali pembuatan media. Stok vitamin tidak dapat

disimpan lama, umumnya dibuat untuk digunakan dalam 1 - 2 minggu. Stok hormon

dapat disimpan antara 2 – 4 minggu. Sedangkan stok hara dapat disimpan 4 – 8

minggu. Dengan adanya larutan stok, pembuatan media selanjutnya dilakukan hanya

dengan teknik pengenceran dan pencampuran saja.


DAFTAR PUSTAKA

Azmin, N. 2015. Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur
Jaringan Tumbuhan. Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 4(1):38-44.
Budisantoso, I. 2015. Pembuatan Medium Kultur Jaringan. Universitas Jendral
Soedirman. Purwokerto.
Djamhari, S. 2010. Memecah Dormansi Rimpang Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb) Menggunakan Larutan Atonik dan Stimulasi Perakaran
dengan Aplikasi Auksin. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia,
Vol.12(1):66-70.
Gunawan, L.W. 2011. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Pusat Antar Universitas
(PAU), Bioteknologi, IPB. Bogor.
Harahap, E. R., Siregar, L. A. M., dan Bayu, E. S. 2013. Pertumbuhan Akar Pada
Perkecambahan Beberapa Varietas Tomat Dengan Pemberian Polyethylene
Glikol (PEG) Secara In Vitro. Jurnal Online Agroekoteknologi,
Vol.1(3):418-428.
Hermawan, T dan Na’iem 2016. Pengaruh Jenis Media dan Konsentrasi Zat Pengatur
Tumbuh Terhadap Perakaran pada Kultur Jaringan Cendana (Santalum album
Linn.). Jurnal Agrosain,. Vol. 19(2):103-109.
Karjadi, A.K. dan Buchory A. 2008. Pengaruh Auksin dan Sitokinin terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Meristem Kentang Kultivar
Granola. J. Hort. Vol.18(4):380-384.
Pramono. 2008. Pesona Sansevieria. Agromedia Pustaka. Jakarta
Tuhuteru, S., Hehanussa, M. L. dan Raharjo, S. H. T. 2010. Pertumbuhan dan
Perkembangan Anggrek Dendrobium anosmum pada Media Kultur In-Vitro
dengan Beberapa Konsentrasi Air Kelapa. Jurnal Agrologia, vol 1(1):1-12.
Yuwono, T. 2008. Bioteknologi Pertanian. UGM Press. Yogyakarta.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah di lakukan dapat ditarik sebuah

kesimpulan bahwa Media kultur sebagi media tumbuh tanam yang dikulturkan

merupakan bagian penting dalam proses perbanyakan tanaman secara invitro.

Pentingnya media kultur dalam tehnik perbanyakan vegetatif ini tidak lepas dari

adnya komponen penyusun media yang terdiri dari berbagi unsur pendukung

pertumbuahan tanaman seperti hara makro, hara mikro, vitamin, zat perangsang

tumbuh dan sumber energi dalam bentuk gula. Pembuatan larutan stok berdasarkan

pengelompokan dalam: Stok makro, stok mikro, stok Fe, stok vitamin dan stok

hormone terutama bila larutan stok tidak disimpan terlalu lama (segera digunakan

habis). Stok hormone dapat disimpan antara 2-4 minggu, sedangkan stok hara dapat

disimpan 4-8 minggu. Dengan adanya larutan stok, pembuatan media selanjutnya

hanya dengan teknik pengenceran dan pencampuran saja.

5.2. Saran

Saran saya yaitu agar asisten pembimbing jangan pernah jenuh dan bosan

dalam membimbing praktikan dan praktikan lebih fokus lagi dalam melakukan

pengamatan pada tanaman yang diuji, agar hasil yang didapatkan lebih akurat.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 25 September 2018 pada pukul

08:00 WITA - selesai. Bertempat di Laboratorium Agroteknologi Unit In Vitro

Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu timbangan analitik, erlenmeyer

200 cc, 500 cc 1000 cc, gelas ukur 100 cc, pengaduk, pengaduk magnetik, magnetik

stirer, pipet, injektor, ht plate, autoclave, aluminium foil, pH meter, kertas label, alat

tulis menulis dan kamera.

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu iron unsur besi Na2EDTA

dan FeSO4.7H2O.

3.3. Prosedur Kerja

Pelaksanaan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Larutan stok iron (besi) 200 ml (20 kali konsentrasi)

2. Menimbang 1492 mg Na2EDTA dan 1112 mg FeSO4.7H2O.

3. Melarutkan masing-masing bahan tersebut di atas pada erlenmeyer 200 ml yang

terpisah, yang masing-masing berisi 75 ml.

4. Jika bahan-bahan tersebut sukar larut, menambahkan beberapa tetes HCl, lalu

dipanaskan.
5. Setelah larut, mencampur kedua macam larutan bahan tersebut ke dalam satu

erlenmeyer.

6. Membiarkan dingin pada suhu kamar.

7. Menambahkan aquadest sampai volume menjadi 200 ml.

8. Lalu di tutup rapat

9. Beri label: IRON, MS 20 x 10 ml/L

Artinya: untuk membuat 1 liter medium MS, diperlukan 5 ml stok.


LAPORAN PRAKTIKUM
BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
“Preparasi Media Kultur Jaringan”

Disusun Oleh :

NAMA : DEDI SANTOSO


NIM : D1B116193
KELAS : AGT-A
KELOMPOK : IV (EMPAT)

LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI

UNIT IN VITRO

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2018

Anda mungkin juga menyukai