Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah suatu kondisi dimana kontinuitas jaringan
tulang dan/atau tulang rawan terputus secara sempurna atau sebagian yang pada
disebabkan oleh rudapaksa atau osteoporosis (Smeltzer & Bare, 2013; American
Academy Orthopaedic Surgeons [AAOS], 2013).

2.2 Klasifikasi
Berdasarkan hubungan dengan dunia luar fraktur dibagi menjadi (Smeltzer &
Bare, 2013; Lewis, 2011) :
a. Fraktur Tertutup (simple/close fracture)
Fraktur tertutup adalah fraktur yang tidak menyebabkan robeknya
kulit, tetapi terjadi pergeseran tulang didalamnya. Pasien dengan fraktur
tertutup harus diusahakan untuk kembali ke aktivitas biasa sesegera
mungkin. Pasien diajarkan bagaimana cara mengontrol pembengkakan dan
nyeri yaitu dengan meninggikan ekstremitas yang cedera, dan mulai
melakukan latihan kekuatan otot yang dibutuhkan untuk pemindahan atau
menggunakan alat bantu jalan.
b. Fraktur Terbuka (complicated/ open fracture)
Fraktur terbuka merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau
membran mukosa sampai ke patahan tulang. Klasifikasi fraktur terbuka
menurut Gustilo – Anderson (Smeltzer & Bare, 2013) adalah:
1) Grade I : dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya, kerusakan
jaringan lunak minimal, biasanya tipe fraktur simple transverse dan
fraktur obliq pendek.
2) Grade II : luka lebih dari 1 cm panjangnya, tanpa kerusakan jaringan
lunak yang ekstensif, fraktur komunitif sedang dan ada kontaminasi.
3) Grade III : yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan
jaringan lunak yang ekstensif, kerusakan meliputi otot, kulit dan
struktur neurovascular. Grade III ini dibagi lagi kedalam: III A : fraktur
grade III, tapi tidak membutuhkan kulit untuk penutup lukanya. III B:
fraktur grade III, hilangnya jaringan lunak, sehingga tampak jaringan
tulang, dan membutuhkan kulit untuk penutup (skin graft). III C: fraktur
grade III, dengan kerusakan arteri yang harus diperbaiki, dan beresiko
untuk dilakukannya amputasi.

2.3 Etiologi
Berdasarkan Muttaqin (2008), fraktur juga disebabkan oleh :
a. Trauma langsung
Trauma langsung dapat menyebabkan tekanan langsung pada
tulang sehingga menyebabkan terjadinya fraktur pada tulang yang terkena
tekanan. Jaringan lunak disekitar trauma, biasanya juga akan mengalami
kerusakan. Fraktur yang dapat terjadi akibat trauma langsung ini yaitu
fraktur komunitif.
b. Trauma tidak langsung
Trauma tidak langsung yaitu trauma yang terjadi di daerah lain
yang jauh dari tulang yang fraktur
Menurut Price dan Wilson (2012) ada 3 yaitu :
a. Cidera atau benturan
1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur
melintang dan kerusakan pada kulit di atasnya.
2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan
fraktur klavikula.
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang
kuat.
b. Fraktur Patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi
lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis.
c. Fraktur beban
Fraktur baban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang- orang yang baru
saja menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru di terima dalam
angkatan bersenjata atau orang- orang yang baru mulai latihan lari.
Menurut Helmi (2012), hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur
adalah:
a. Fraktur traumatik, disebabkan karena adanya trauma ringan atau berat
yang mengenai tulang baik secara langsung maupun tidak.
b. Fraktur stres, disebabkan karena tulang sering mengalami penekanan.
c. Fraktur patologis, disebabkan kondisi sebelumnya, seperti kondisi
patologis penyakit yang akan menimbulkan fraktur.

2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis menurut UT Southwestern Medical Center (2016)
adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas/perubahan bentuk, pemendekan
ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna. Adapun
penjelasan dari manifestasi klinis adalah sebagai berikut :
a. Nyeri yang dirasakan terus menerus dan akan bertambah beratnya selama
beberapa hari bahkan beberapa minggu. Nyeri yang dihasilkan bersifat
tajam dan menusuk yang timbul karena adanya infeksi tulang akibat
spasme otot atau penekanan pada syaraf sensoris (Helmi, 2012; AAOS,
2013).
b. Setelah terjadinya fraktur, bagian yang terkena tidak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah dari tulang yang normal.
Bergesernya fragmen pada fraktur akan menimbulkan perubahan bentuk
ekstremitas (deformitas) baik terlihat atau teraba yang dapat diketahui
dengan membandingkan bagian yang terkena dengan ekstremitas yang
normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi
normal otot tergantung pada integritas tulang yang menjadi tempat
melekatnya otot (Smeltzer & Bare, 2013).
c. Pada kasus fraktur panjang akan terjadi pemendekan tulang sekitar 2,5
sampai 5 cm yang diakibatkan adanya kontraksi otot yang melekat di atas
dan bawah titik terjadinya fraktur (Smeltzer & Bare, 2013).
d. Saat pemeriksaan palpasi pada bagian fraktur ekstremitas, teraba adanya
derik tulang yang disebut sebagai krepitus. Derik tulang tersebut muncul
akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lain (Smeltzer & Bare,
2013; Dent, 2008).
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi karena
trauma dan perdarahan saat terjadinya fraktur. Tanda ini biasanya terjadi
setelah beberapa jam atau hari setelah cidera (AAOS, 2013). Tidak semua
manifestasi klinis diatas dialami pada setiap kasus fraktur seperti fraktur
linear, fisur, dan impaksi.Diagnosis tergantung pada gejala, tanda fisik,
dan pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien akan mengeluh adanya
cidera pada area tersebut (Smeltzer & Bare, 2013).

2.5 Patofisiologi

Anda mungkin juga menyukai