Anda di halaman 1dari 40

$ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA Ny.

P DENGAN
DIABETES MELLITUS DI RT 04 RW II DESA KARANGRENA KECAMATAN MAOS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus saat ini bukan hanya menyerang orang dewasa saja, tetapi sudah
menyerang anak – anak dan remaja. Ironisnya lagi, diabetes mellitus pada anak sulit dideteksi
sejak dini bahkan sejak bayi sekalipun.
Menurut dokter spesialis anak dari RS Gading Pluit Jakarta Luszy Arijanti, tidak ada tanda –
tanda khusus dari bayi yang dapat membuktikan bahwa seorang anak nantinya akan menderita
diabetes mellitus. Biasanya anak akan ketahuan menderita diabetes mellitus pada usia 7 tahun
keatas.
Diabetes mellitus pada anak dapat pula menyebabkan kematian dan dapat mengganggu
proses tumbuh kembangnya. Anak yang terkena diabetes mellitus hendaknya menjalani terapi
insulin daripada mengkonsumsi obat – obatan. Anak yang menderita diabetes ini juga perlu
dijaga pola makannya dan olahraga secara teratur. Luszy mengakui anak – anak memang agak
sulit untuk diatur pola makannya apalagi sekarang ini kehadiran makanan cepat saji sangat
digemari oleh anak – anak. Di sinilah perlu peran orang tua, keluarga dan guru dalam membantu
anak untuk bisa memperhatikan pola makan yang baik.
Secara umum di dunia terdapat 15 kasus. 100.000 individu pertahun yang menderita diabetes
mellitus tipe I. Tiga dari 1000 anak akan menderita IDDM pada umur 20 tahun nantinya. Insiden
DM tipe I pada anak – anak di dunia tentunya berbeda. Terdapat 61 kasus per 100.000 anak di
Cina, hingga 41 kasus per 100.000 anak di Firlandia. Angka ini sangat bervariasi, terutama
tergantung pada lingkungan tempat tinggal. Ada kecenderungan semakin jauh di khatulistiwa,
angka kejadiannya akan semakin tinggi. Meski belum ditemukan angka kejadian IDDM di
Indonesia, namun angkanya cenderung lebih rendah disbanding di Negara – Negara Eropa.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tentang kasus diabetes mellitus di atas maka dirumuskan suatu rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan diabetes
mellitus.
2. Bagaimana menegakan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan diabetes
mellitus.
3. Bagaimana menentukan intervensi yang tepat sesuai dengan diagnosa pada pasien dengan
gangguan diabetes mellitus
4. Bagaimana mengimplementasikan intervensi keperawatan yang sudah disusun sesuai dengan
diagnosa pada pasien dengan gangguan diabetes mellitus.
5. Bagaimana melakukan evaluasi akhir asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
diabetes mellitus.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan Asuhan Keperawatan keluarga pada Ny. P dengan Diabetes Mellitus
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami Asuhan Keperawatan keluarga pada Ny. P dengan Diabetes Mellitus
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada Ny. P dengan Diabetes Mellitus
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan keluarga pada Ny. P dengan Diabetes Mellitus
d. Mampu menentukan intervensi pada Ny. P dengan Diabetes Mellitus
e. Mampu melakukan implementasi pada Ny. P dengan Diabetes Mellitus
f. Mampu melakukan evaluasi pada Ny. P dengan Diabetes Mellitus
g. Mampu melakukan dokumentasi pada kasus Ny. P dengan Diabetes Mellitus

BAB II
TINJAUAN TEORI

I. Konsep Dasar Keluarga


A. Pengertian
Menurut beberapa ahli pengertian keluarga yaitu
1. Duvall dan Logan (1986). Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
2. Balion dan Maglaya (1978). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing – masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya
3. Friedman (1998). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan
tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta
mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah:
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh perkawinan atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu
sama lain
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing – masing mempunyai peran sosial :
suami, istri, anak, kakak dan adik
4. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan
fisik, psikologis, dan sosial anggota

B. Struktur Keluarga
1. Dominsi struktur keluarga
a. Dominasi jalur hubungan darah
1) Patrilineal : keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah. Suku – suku di
Indonesia rata – rata menggunakan struktur keluarga patrilineal.
2) Matrilineal : keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku padang
salah satu suku yang menggunakan struktur keluarga matrilineal.
b. Dominasi pengambilan tempat tinggal
1) Patrilokal : keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari
pihak suami.
2) Matrilokal : keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah
dari pihak istri
c. Dominasi pengambilan keputusan
1) Patriakal : dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami
2) Matriakal : dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri
2. Ciri – ciri struktur keluarga
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing – masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya
masing – masing
3. Ciri – ciri keluarga Indonesia
a. Suami sebagai pengambil keputusan
b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
c. Berbentuk monogram
d. Bertanggung jawab
e. Pengambil keputusan
f. Meneruskan nilai – nilai budaya bangsa
g. Ikatan kekeluargaan sangat erat
h. Mempunyai semangat gotong royong
4. Elemen struktur keluarga
a. Struktur peran keluarga : menggambarkan peran masing – masing anggota keluarga baik di
dalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan masyarakat
b. Nilai atau norma keluarga : menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini
dalam keluarga.
c. Pola komunikasi keluarga : menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi diantara orang
tua, orang tua dan anak, diantara anggota keluarga ataupun dalam keluarga.
d. Struktur kekuatan keluarga : menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk
mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam perubahan perilaku ke arah positif.

C. Macam – macam struktur / tipe / bentuk keluarga


1. Tradisional
a. The nuclear family (keluarga inti) : keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak
b. The dyad family : keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah
c. Keluarga usila: keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri
d. The childress family : keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan
anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan yang terjadi
pada wanita
e. The extended family (keluarga luas/ besar) : keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup
bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakek –
nenek), keponakan, dll
f. The single parent family (keluarga duda/ janda) : keluarga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah dan ibu) dengan anak, hal ini biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan)
g. Communter family : kedua orang tuanya bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada
anggota keluarga pada saat akhir pecan (week – end)
h. Multigenerational family : keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
i. Kin – network family : beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang – barang dan pelayanan yang sama. Misalnya :
dapur, kamar mandi, televise, telepon,dll.
j. Blended family : keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult / living alone / single-adult family : keluarga yang terdiri dari orang dewasa
yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal
mati.
2. Non – Tradisional
a. The unmarried teenage mother : keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dari hubungan tanpa nikah
b. The strepparent family : keluarga dengan orang tua tiri
c. Commune family : beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman
yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/ membesarkan anak bersama’
d. The nonmorital heterosexual cohabiting family : keluarga yang hidup bersama berganti – ganti
pasangan tanpa melalui pernikahan
e. Gay and lesbian families : seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
f. Cohabitating couple : orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu
g. Group marriage family : beberapa orang dewasa yang menggunakan alat – alat rumah tangga
bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk
sexual dan membesarkan anaknya.
h. Group network family : keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/ nilai – nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang – barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster family : keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/ saudara dalam
waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j. Homeless family : keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental
k. Gang : sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang – orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan
criminal dalam kehidupannya.

D. Peranan keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan,
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga , kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1. Peranan ayah : ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
3. Peranan anak : anak – anak melaksanakan peranan psiko – sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual

E. Fungsi keluarga
1. Fungsi biologis
a. Meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma – norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
c. Meneruskan nilai – nilai budaya keluarga
4. Fungsi ekonomi
a. Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan keluarga di masa yang akan datang
(pendidikan, jaminan hari tua)
5. Fungsi pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku
anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya
sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat – tingkat perkembangan

F. Tahap – tahap kehidupan/ perkembangan keluarga


Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara
umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit Friedman, 1999) :
1. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk
keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran anak pertama dan
berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan:
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan
keluarga
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia 5 tahun
:
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa
aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus
terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain
dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12
tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga
keluarga sangat sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan
untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun
kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah
melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah
bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak
terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga,
atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun
atau salah satu pasangan meninggal
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun,
berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya meninggal :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
G. Perawatan Kesehatan Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan
atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai
tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur. Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan :
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan
masyarakat
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau
memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu angota
keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya
4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap
berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan
masyarakat.
H. Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas keluarga di bidang
kesehatan yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan
sumber daya dan dana keluarga habis. Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah
kesehatan pada keluarga salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Kurangnya
pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, perawatan dan pencegahan TBC.

2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga


Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangkan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang
dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan
teratasi. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang
tepat, disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah
serta tidak merasakan menonjolnya masalah.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dikarenakan tidak
mengetahui cara perawatan pada penyakitnya. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di
institusi pelayanan kesehatan.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan
membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan bisa di
sebabkan karena terbatasnya sumber-sumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah
yang tidak memenuhi syarat.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan
membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat perawatan segera
agar masalah teratasi.

I. Peran Perawat Keluarga


1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif
dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi
dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun
di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama
perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat
mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan
keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit.
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau kunjungan rumah
yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar
keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus dibina
dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota
tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus
mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll).
8. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah
maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.

II. Diabetes Mellitus


A. Definisi
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk
bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi
insulin (Brunner and Suddarth.2001)
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolism yang ditandai dengan hiiperglikemia yang
berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan
oleh penurunan sekresi insulin atau aktivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi
kronis mikrovaskuler, dan neuropati.
B. Etiologi
1. Diabetes Mellitus tipe I (IDDM/ Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
a. Faktor genetic/ herediter
Peningkatakan kerentanan sel – sel beta dan perkembangan antibody autoimun terhadap
penghancuran sel – sel beta.
b. Faktor infeksi virus
Infeksi virus coxsakie pada individu yang peka secara genetic
c. Faktor imunologi
Respon autoimun abnormal yaitu antibody menyerang jaringan normal yang dianggap jaringan
asing
2. Diabetes Mellitus tipe II (NIDDM)
a. Obesitas. Obesitas menurukan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluruh tubuh, insulin
yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatan efek metabolic.
b. Usia. Cenderung meningkat diatas usia 65 tahun
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
3. Diabetes Mellitus Malnutrisi
Kekurangan protein kronik menyebabkan hipofungsi pancreas
4. Diabetes Mellitus tipe lain
a. Penyakit pancreas
b. Penyakit hormonal
c. Obat – obatan : aloxan, streptozokin, derivate thiazide

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Diabetes Mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin
1. Kadar glukosa puasa tidak normal
2. Hiperglikemia berat berakibat glukosaria yang akan menjadi dieresis osmotic yang
meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia)
3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan berkurang
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata gatal, mata kabur, impotensi,
peruritas vulva

D. Klasifikasi
1. Klasifikasi klinis
a. Diabetes Mellitus
1) Tipe I : IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses autoimun
2) Tipe II : NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah
turunya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
untuk menghambat produksi glukosa oleh hati :
a) Tipe II dengan obesitas
b) Tipe II tanpa obesitas
b. Gangguan toleransi glukosa
c. Diabetes kehamilan
2. Klasifikasi resiko statistic
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan glukosa

E. Patofisiologi
Diabetes tipe I. pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel – sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa
terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal
dari makanan dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia posprandial (sesudah makan)
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibtanya glukosa tersebut muncul dalam urin
(glukosaria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan dieresis
osmotic. Sebagai akibat dari dari kehilangan cairan berlebihan. Pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia)
Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolism protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa
yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukkan glukosa baru dari asam – asam amino dan
substansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan
dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan
lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton merupakan asam yang
mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda – tanda dan gejala seperti
nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan
dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolic tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar
gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat 2 masalah utama yang berhubungan insulin
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut.
Terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa di dalam sel. Resistensi insulin
pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian,
jika sel – sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin
yang merupakan cirri khas diabetes mellitus tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah
yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya.
Karena itu ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes
tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
nonketoik (HHNK)
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30
tahun dan obesitas. Akibat intolerasi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun –
tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya
dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas,
poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang laa sembuh, infeksi vagina/pandangan yang kabur (jika
kadar glukosanya sangat tinggi).
F. Pathway
Sumber : http://lpkeperawatan.blogspot.in/2013/11/diabetes-mellitus-a.html#VSfNIf1b-o9
G. Data Penunjang
1. Glukosa darah : gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200mg/dl, 2 jam
setelah pemberian glukosa
2. Aseton plasma (keton) positif secara mandiri
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat tapi biasanya < 330 mosm/l
5. Elektrolit : Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan semu
selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun
6. Gas darah arteri : menunjukkkan pH rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah : Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi merupakan
respon terhadap stress atau infeksi
8. Ureum atau kreatinin : mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah : mungkin menurun atau tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II)
10. Urine : gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas : kemungkin adanya ISK, infeksi pernapasan dan infeksi luka

H. Komplikasi
1. Komplikasi akut
a. Hipoglikemia
b. Sindrom Hiperglikemia Hiperosmolar non ketotik
c. Ketoasidosis Diabetic
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 – 15 tahun setelah awitan :
a. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan ginjal
(nefropati). Control kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda awitan baik
komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular
b. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner, vascular
perifer, dan vascular serebral
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik motorik dan autonomi serta menunjang
masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki
d. Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru dan infeksi saluran kemih
e. Ulkus/gangrene/kaki diabetic

I. Penatalaksanaan
1. Medis
Ada lima komponen dalam penatalaksaan Diabetes Mellitus yaitu :
a. Diet
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet Diabetes Mellitus yaitu :
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diit ketat
3) Jenis : boleh dimakan atau tidak
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita Diabetes Mellitus, adalah :
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 jam sesudah makan, berarti
pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah
reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya
2) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
4) Meningkatkan kadar kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik
c. Penyuluhan
d. Obat
1) Obat OAD (Oral Anti Diabetes)/ obat hipoglikemik oral (OHO)
2) Insulin
e. Cangkok pancreas

III. Konsep Dasar Keperawatan


A. Pengkajian
1. Data umum
Data umum keluarga meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan pendidikan
kepala keluarga, komposisi dan tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi dan
aktivitas rekreasi.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini : Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan
anak tertua dari keluarga ini.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Menjelaskan mengenai tugas yang
belum terpenuhi serta kendala mengapa tugas perkembangan tersbut belum terpenuhi.
c. Riwayat keluarga inti : Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga inti.
d. Riwayat keluarga sebelumnya : Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga
dari pihak suami dan istri.
3. Pengkajian lingkungan
Pengkajian lingkungan meliputi karakteristik rumah, tetangga dan komunitas RW, mobilitas
geografis keluarga, perkumpulan dan interaksi dengan masyarakat dan sistem pendukung
keluarga.
4. Struktur keluarga
Struktur keluarga meliputi pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur
peran dan nilai atau norma keluarga.

5. Fungsi keluarga
a. Fungsi efektif: Bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b. Fungsi sosialisasi : Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauhmana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan, menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.
d. Fungsi reproduksi : Hal yang perlu dikaji adalah berapa jumlah anak, metode apa yang
digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anak.
e. Fungsi ekonomi : Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan,
serta sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada untuk peningkatan status
kesehatan keluarga.
6. Stress dan kopping keluarga
Stress dan kopping keluarga meliputi stressor jangka pendek dan panjang, kemampuan
keluarga berespon terhadap stressor, strategi koping yang digunakan dan strategi adaptasi
disfungsional.
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
B. Diagnosa dan Intervensi
1. Resiko cedera
Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … kali kunjungan,
diharapkan keluarga dapat mengetahui tentang resiko cedera pada Diabetes Mellitus
Tujuan khusus :
a. Mengetahui tentang resiko cedera
b. Mengetahui cara menghindari resiko cedera pada penderita diabetes mellitus
Intervensi :
a. Kaji aktivitas keluarga yang menyebabkan resiko cedera
b. Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan pada keluarga mengenai resiko cedera
c. Diskusikaan bersama keluarga mengenai aktivitas untuk mencegah resiko cedera
2. Resiko terjadinya komplikasi
Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … kali kunjungan,
diharapkan resiko komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control
Tujuan khusus :
a. Mengerti tentang komplikasi diabetes mellitus
b. Mengerti tanda dan gejala terjadinya komplikasi diabetes mellitus
Intervensi :
a. Kaji komplikasi diabetes mellitus yang ada
b. Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan tentang komplikasi diabetes mellitus dan
perawatan pada diabetes mellitus
c. Evaluasi cara – cara perawatan yang baik
d. Libatkan keluarga terdekat untuk memberikan support
3. Ketidakefektifan pemeliharan keluarga
Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … kali kunjungan,
diharapkan risiko komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control
Tujuan khusus :
a. Memahami diit diabetes mellitus
b. Mengetahui makanan yang boleh dikonsumsi
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan keluarga tentang diit dan senam kaki diabetes mellitus.
b. Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan kepada keluarga mengenai diit dan senam
kaki diabetes mellitus.
c. Diskusikan bersama keluarga mengenai diit dan senam kaki diabetes mellitus.
d. Motivasi keluarga untuk menjalankan diit dan senam kaki diabetes mellitus.

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan Keluarga


Dari pengkajian ditemukan data umum nama Kepala Keluarga adalah Ny. P yang
berumur 67 tahun, pendidikan terakhir tidak tamat Sekolah Dasar (SD) dan bekerja sebagai
petani, sedangkan nama anaknya adalah Sdr. S yang berumur 27 tahun dan belum bekerja.
Ny. P tinggal serumah dengan anaknya yaitu di RT 04 RW II Desa Karang Rena. Ny. P
merupakan anak pertama dari empat bersaudara sedangkan almarhum Tn. Y anak pertama
dari sepuluh bersaudara. Almarhum Tn. Y dan Ny. P menikah dan mempunyai 15 anak yaitu
6 anak perempuan, 9 anak laki – laki. Namun 4 anak laki – lakinya telah meninggal dunia.
Anak dari Ny. P yang masing – masing sudah berkeluarga dan mempunyai rumah sendiri dan
hanya tinggal Sdr. S yang masih tinggal dirumah serta belum memiliki keluarga sendiri.
Tipe keluarga Ny. P adalah keluarga dengan lansia dan Single parent, karena dalam
keluarga terdapat seseorang yang sudah lansia dan Ny. P yang sudah ditinggalkan suaminya
karena meninggal dunia empat tahun yang lalu. Keluarga Ny. P bersuku jawa dan
mengggunakan bahasa jawa serta bahasa indonesia untuk berkomunikasi sehari – hari. Semua
anggota keluarga Ny. P adalah islam. Ny. P bekerja sebagai petani dan pendapatan perbulan
yang didapatkan keluarga Ny. P adalah < 1 juta. Setiap hari keluarga Ny.P untuk memenuhi
kebutuhan akan rekreasi dan hiburan biasanya menonton TV.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


Keluarga Ny.P terdiri dari Ny. P yang berusia 67 tahun dan Sdr. S yang berusia 27 tahun.
Maka keluarga Ny. P berada pada tahap perkembangan keluarga dengan usia lanjut ( Lansia
). Secara umum tidak ada masalah dalam tahap pekembangan keluarga saat ini. Ny. P
mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus sejak tahun 2003 dan memiliki riwayat
penyakit hipertensi, Ny. P pernah berobat jalan di RS, di praktikan dokter spesialis serta
berobat diklinik klinik terdekat hasil pemeriksaan rutin gula darah didapatkan hasil GDP
117gr/dl pada bulan desember tahun 2014 dan tampak kaki kanan Ny P bengkak dan kaku
jika digerakkan. Apabila anggota keluarga ada yang sakit segera berobat ke klinik atau
perugas kesehatan. Orang tua Ny. P mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus dan
hipertensi. Selain itu juga tidak mempunyai penyakit menular misal TBC, Hepatitis, Jantung,
Asma, dll.

C. Pengkajian Lingkungan
Tipe rumah permanen dengan komposisi 1 ruang tamu, 5 kamar tidur, 2 kamar mandi,
memiliki 19 jendela dan lantainya keramik.
Lingkungan bersih dan tempat tinggal Ny. P berdekatan dengan rumah tetangga dan
tetangga yang disekitar rumah ramah – ramah. Penduduk setempat mempunyai kesepakatan
apabila ada tamu yang menginap harus lapor pada Rt, Rw atau pengurus desa setempat dan
apabila ada warga baru juga harus melapor. Komunikasi dengan tetangga sekitar rumah tidak
ada masalah. Keluarga Ny. P adalah orang asli karangrena dan tinggal diwilayah tersebut
sejak menikah sampai sekarang dan tidak pernah berpindah tempat. Setiap harinya keluarga
Ny. P selalu menyisihkan waktu untuk berkumpul. Keluarga Ny. P berinteraksi dengan baik
dengan masyarakat sekitar.
Anggota keluarga Ny. P saling menyayangi satu sama lain. Keluarga Ny. P memiliki
fasilitas kesehatan meliputi sarana MCK, tempat tidur yang nyaman, sumber air yang bersih
dan motor sebagai sarana pengantar ketempat pelayanan kesehatan, dukungan psikologi dan
spiritual keluarga terjalin dengan baik.

D. Struktur Keluarga
Untuk berkomunikasi antar keluarga dan masyarakat, keluarga Ny. P menggunakan
bahasa jawa. Ny. P selalu memberi nasehat kepada anak – anaknya tentang bagaimana cara
berperilaku yang baik, sopan santun, tata krama, cara menjaga hubungan yang baik dengan
orang lain.
Ny. P sebagai kepala keluarga, pengambil keputusan dan penasehat bagi keluarganya.
Ny. P
Peran informal : Sebagai kepala keluarga, Ibu Rumah Tangga dan penasehat.
Peran formal : Sebagai petani.
Sdr. S
Peran informal : Sebagai anak.
Peran formal : menjalankan perintah orang tua
Nilai dan norma keluarga adalah apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit,
maka anggota keluarga lainnya segera memberi pertolongan pertama. Jika tidak kunjung
sembuh dibawa ketempat pelayanan kesehatan seperti praktek medis, puskesmas atau RS.
Keluarga Ny. P menerapkan aturan sesuai ajaran islam dan menerapkan hidup bersih.

E. Fungsi Keluarga
Anggota keluarga yang tinggal dalam rumah itu saling mendukung, saling menyayangi,
mencintai dan memiliki. Setiap permasalahan dibicarakan bersama – sama dan terkadang
melibatkan anak – anaknya. Anak Ny. P diajarkan untuk dapat menjadi anak yang berbakti
kepada orang tuanya. Interaksi antar anggota keluarga terjalin dengan baik. Semua anggota
keluarga memiliki kesadaran arti pentingnya disiplin dalam melakukan fungsi dan tugasnya
masing – masing. Semua perilaku anggota keluarga sesuai dengan norma dan budaya yang
ada.
Fungsi perawatan keluarga
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga mengetahui tentang masalah kesehatan, khususnya pada penyakit diabetes mellitus
tetapi mengenai tanda gejala, penyebab dan cara merawat anggota keluarga yang sakit belum
begitu mengerti.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
1) Keluarga hanya mengerti sedikit tentang kesehatan pada anggota keluarganya.
2) Keluarga berusaha agar penyakitnya tidak kambuh dan agar tidak lebih parah.
3) Keluarga selalu menanggapi setiap masalah kesehatan secara positif.
4) Keluarga kurang medapat informasi terhadap segala tindakan untuk mengatasi masalah
kesehatan dalam keluarga.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
1) Pengetahuan keluarga tentang komplikasi penyakit terbatas.
2) Pengetahuan keluarga tentang makanan yang baik di konsumsi pada penderita diabetes
mellitus terbatas.
3) Jika ada keluarga yang sakit, keluarga menyerahkan sepenuhnya kepada tenaga kesehatan
dan tetap berusaha untuk merawatnya secara optimal.
4) Keluarga memberikan perhatian dan support yang penuh agar dapat membantu proses
penyembuhan.
d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat
1) Keluarga menyadari bahwa dengan menciptakan lingkungan yang bersih dapat mencegah
penyebaran berbagai macam jenis penyakit.
2) Keluarga, khususnya kepala keluarga mampu mengarahkan kepada setiap anggota
keluarga untuk senantiasa menjaga kesehatan karena dengan menjaga kesehatan kita akan
mampu mencegah segala macam penyakit.
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan dimasyarakat
Keluarga mengetahui dengan jelas tentang segala fasilitas – fasilitas kesehatan yang ada
disekitarnya. Selain itu mereka juga mengetahui keuntungan – keuntungan yang didapat dari
fasilitas yang ada karena mereka sangat mempercayai tenaga kesehatan yang bertugas
dibuktikan bahwa bila ada anggota keluarga yang sakit pasti langsung dibawa ketenaga
kesehatan.
Ny. P dan mempunyai 15 orang anak, yaitu 6 perempuan dan laki laki . Ny. P sudah
menopause dan tidak KB.
Keluarga Ny. P mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan dari
pendapatan yang diterima perbulannya dari gaji pensiunan suaminya yang telah meninggal.
Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitar rumahnya.

F. Tugas Perawatan Keluarga


Keluarga mengetahui masalah keluarga. Keluarga hanya mengerti sedikit tentang
kesehatan pada anggota keluarganya. Tapi keluarga tetap berusaha agar penyakitnya tidak
semakin parah. Pengetahuan keluarga Ny. P tentang penyakit terbatas. Jika ada keluarga yang
sakit, keluarga menyerahkan sepenuhnya kepada tenaga kesehatan dan tetap berusaha untuk
merawatnya secara optimal. Keluarga Ny. P menyadari bahwa dengan menciptakan
lingkungan yang bersih dapat mencegah penyebaran berbagai macam penyakit. Keluarga Ny.
P mengetahui dengan jelas tentang segala fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya.
G. Stress dan Koping Keluarga
1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
a. Stressor jangka pendek : Keluarga khawatir dengan Ny. P yang masih sakit diabetes
mellitus .
b. Stressor jangka panjang : Memikirkan keadaan dimasa tuanya.

Ny. P memberikan respon stressor yang ada dengan berdiskusi dengan anak – anaknya,
berpasrah kepada tuhan YME. Setiap ada masalah keluarga selalu mendiskusikan dengan
anggota keluarga lainnya untuk mencari solusi terbaik. Setiap kali keluarga menghadapi
masalah selalu diselasaikan dengan berunding serta tidak pernah mengkambing hitamkan
salah satu anggota keluarga setiap kali ada masalahyang melanda keluarga mereka.
Pemeriksaan Fisik
No. Pemeriksaan Fisik Ny. P Sdr. S
1. Kepala Simetris, bentuk kepala Simetris, bentuk kepala
mesocepal, rambut mesocepal, rambut
beruban cepak dan hitam
2. Leher Leher tidak ada Leher tidak ada
peningkatan tekanan peningkatan tekanan
vena jugularis dan arteri vena jugularis dan arteri
carotis, tidak teraba carotis, tidak teraba
adanya pembesaran adanya pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid
3. Mata Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak
anemis, tidak ada anemis, tidak ada
katarak, penglihatan katarak, penglihatan
sedikit tidak jelas masih jelas
4. Telinga Simetris, kurang jelas Simetris, masih jelas
dalam indera dalam indera
pendengaran, serumen pendengaran, serumen
di dalam telinga dalam di dalam telinga dalam
batas normal batas normal
5. Hidung Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada
polip, indera penciuman polip, indera penciuman
masih berfungsi dengan masih berfungsi dengan
baik, bernafas tidak baik, bernafas tidak
menggunakan cuping menggunakan cuping
hidung hidung
6. Dada Paru – paru Paru – paru
Inspeksi : dada kanan Inspeksi : dada kanan
dan kiri simetris saat dan kiri simetris saat
bernafas bernafas
Palpasi : vocal vermitus Palpasi : vocal vermitus
bagian kanan dan kiri bagian kanan dan kiri
simetris simetris
Auskultasi : suara Auskultasi : suara
vesikuler tidak ada suara vesikuler tidak ada suara
tambahan seperti tambahan seperti
wheezing dan ronkhi wheezing dan ronkhi
Jantung Jantung
Inspeksi : tidak tampak Inspeksi : tidak tampak
adanya ictus cordis adanya ictus cordis
Palpasi : tidak teraba Palpasi : tidak teraba
ictus cordis ictus cordis
Auskultasi : BJ I dan BJ Auskultasi : BJ I dan BJ
II II
7. Abdomen Inspeksi : tidak ada Inspeksi : tidak ada
pembesaran perut pembesaran perut
berlebihan, simetris berlebihan, simetris
Palpasi : tidak ada nyeri Palpasi : tidak ada nyeri
tekan di bagian tekan di bagian
abdomen abdomen
Auskultasi : peristaltic Auskultasi : peristaltic
usus 18 kali permenit usus 16 kali permenit
8. Tanda – tanda vital Tekanan darah : 150/90 Tekanan darah : 140/90
mmHg, suhu : 365C, mmHg, suhu : 369C,
nadi : 80 kali permenit, nadi : 80 kali permenit,
respirasi : 20 kali respirasi : 20 kali
permenit permenit
9. Genitalia Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
10. Mulut Tidak terdapat Tidak terdapat
stomatitis, mukosa stomatitis, mukosa
lembab, indera lembab, indera
pengecapan masih pengecapan masih
berfungsi dengan baik berfungsi dengan baik
I. Harapan Keluarga
Keluarga Ny. P berpendapat bahwa masalah – masalah yang ada harus segera dapat diatasi.
Keluarga Ny. P berharap masalah – masalah yang ada dapat diatasi dan akan berjalan dengan
lancar, terutama penyakit diabetes mellitus yang diderita Ny. P dapat di control dengan pola
makan dan olahraga.

J. Analisa Data
Nama Klien : Ny. P
Masalah : Diabetes Mellits
No Kelompok Data Etiologi Problem
Ds1.: Ketidakmampu Resiko
- Keluarga Ny. P mengatakan tidak an keluarga terjadinya
paham tentang komplikasi penyakit mengenal komplikasi
diabetes mellitus. masalah pada diabetes
Do : komplikasi mellitus
- Kaki Ny. P tampak bengkak di diabetes
sebelah kanan mellitus
- Keluarga Ny. P selalu bertanya
tentang kakinya yang bengkak.
- GDP bulan desember 117 gr/dl
2. Ds : Ketidakmampu Ketidakefekti
- Keluarga Ny. P mengatakan tidak an keluarga fan
tahu tentang cara membuat obat merawat pemeliharaan
tradisional Diabetes Mellitus anggota keluarga
- Keluarga Ny. P mengatakan tidak keluarga dengan pada
tahu tentang makanan apa saja yang Diabetes keluarga
yang harus dihindari. Mellitus
- Keluarga Ny. P mengatakan belum
hafal gerakkan senam kaki diabetes
mellitus
Do : Keluarga Ny. P terlihat bingung

K. Diagnosa Keperawatan Keluarga


1. Resiko terjadinya komplikasi diabetes mellitus pada Ny. P berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah pada komplikasi diabetes mellitus.
2. Ketidakefektifan pemeliharaan keluarga pada keluarga Ny. P khususnya Ny. P sendiri b.d
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus.

Skala Untuk Menentukan Prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Resiko terjadinya komplikasi diabetes mellitus pada Ny. P berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah pada komplikasi diabetes mellitus.
No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah : Keluarga belum
- Keadaan mengetahui
sejahtera tentang
1 x1=
komplikasi
penyakit diabetes
mellitus
2 Kemungkinan Sumber daya
masalah dapat di kesehatan ada,
ubah : 2 2 x2=2 materi tentang
- Mudah penyakit diabetes
mellitus ada
3 Potensial masalah Masalah sudah
untuk di cegah : 1 x1= lama terajadi
- Cukup
4 Menonjolnya Keluarga ingin
masalah : tahu tentang
- Ada masalah x1= komplikasi
tetapi tidak perlu 1 penyakit diabetes
di tangani mellitus
Jumlah 3

2. Ketidakefektifan pemeliharaan keluarga pada keluarga Ny. P khususnya Ny. P sendiri b.d
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan diabetes mellitus.
No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah : Keluarga belum
- Ancaman mengetahui cara
kesehatan merawat
anggota
1 x1=
keluarga dengan
diabetes
mellitus

2 Kemungkinan Sumber daya


masalah dapat di kesehatan ada,
ubah : meteri tentang
1 2 x2=1
- Sebagian cara merawat
diabetes
mellitus ada
3 Potensial masalah Masalah sudah
untuk di cegah : 1 x1= lama terajadi
- Cukup
4 Menonjolnya 1 x1= Keluarga
masalah : menginginkan
- Ada masalah di ajari cara
tetapi tidak perlu di merawat /
tangani penanganan
pada masalah
ini
Jumlah

L. Diagnosa prioritas berdasarkan skala prioritas


1. Resiko terjadinya komplikasi diabetes mellitus pada Ny. P berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah pada komplikasi diabetes mellitus.
2. Ketidakefektifan pemeliharaan keluarga pada keluarga Ny. P khususnya Ny. P sendiri b.d
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus.

M. Intervensi
Nama anggota keluaraga yang sakit : Ny . P
Diagnosa keperawatan keluarga I
Resiko terjadinya komplikasi diabetes mellitus pada Ny. P berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah pada komplikasi diabetes mellitus Tujuan :
Tujuan Umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali kunjungan,
diharapkan resiko komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control.
Tujuan Khusus :
1. Mengerti tentang komplikasi Diabetes Mellitus
2. Mengerti tanda dan gejala terjadinya komplikasi pada Diabetes Mellitus
Intervensi :
1. Kaji komplikasi diabetes mellitus yang ada
2. Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan tentang komplikasi diabetes mellitus dan
perawatan pada diabetes mellitus
3. Evaluasi cara – cara perawatan yang baik
4. Libatkan keluarga terdekat untuk memberikan support

Diagnosa keperawatan keluarga 2


Ketidakefektifan pemeliharaan keluarga pada keluarga Ny. P khususnya Ny. P sendiri b.d
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan diabetes mellitus.

Tujuan :
Tujuan Umum :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali kunjungan, diaharapkan keluarga
dapat melakukan perawatan diabetes mellitus untuk mencegah kembalinnya gula darah naik
kembali.
Tujuan Khusus :
1. Mengerti tentang makanan yang harus dihindari.
2. Dapat merawat anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus

Intervensi Keperawatan
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat dan makanan yang tidak boleh dimakan
pada penyakit diabetes mellitus.
2. Berikan penyuluhan kesehatan tentang cara merawat dan makanan yang tidak boleh
dimakan pada diabetes mellitus.
3. Evaluasi cara – cara perawatan yang baik.
4. Libatkan keluarga terdekat untuk memberikan support.
5. Demonstrasi cara membuat obat tradisional diabetes mellitus .

N. Implementasi
Senin, 13 April 2015
Diagnosa Keperawatan Keluarga 1 :
09:00 WIB
1. Melakukan pengkajian pada keluarga Ny. P tentang penyakit diabetes mellitus.
Respon :
DS : Keluarga Ny. P mengatakan belum mengerti tentang penyakit diabetes mellitus.
DO : Ny. P tampak bingung.
30 WIB
2. Memberikan penkes kepada keluarga Ny. P tentang penyakit diabetes meliputi pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, pencegahan dan penanganan diabetes mellitus.
Respon :
DS : keluarga mengatakan sudah mengerti tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan dan penanganan diabetes mellitus.
DO : keluarga tampak memperhatikan saat diberikan penkes, kontak mata ada, keluarga
kooperatif, dan mau bertanya.
10:00 WIB
3. Mendiskusikan bersama keluarga tentang penyakit diabetes mellitus.
Respon :
DS : keluarga mengatakan sekarang sudah mengerti tentang diabetes mellitus.
DO : keluarga kooperatif dan mau bertanya.
4. Mempraktekan senam kaki diabetes mellitus
Respon :
DS : Keluarga mengatakan sekarang sudah lebih hafal gerakan senam kaki diabetes mellitus
DO : keluarga kooperatif dan mau mempraktekannya

Selasa, 14 April 2015


Diagnosa Keperawatan Keluarga 2 :
.15 WIB
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat dan makanan yang harus dihindari
pada penyakit diabetes mellitus
Respon :
DS : keluarga mengatakan tidak mengerti tentang makanan yang harus dihindari pada
penyakit diabetes mellitus.
DO : keluarga tampak bingung saat ditanya.
.45 WIB
2. Memberi penkes tentang makanan yang harus dihindari pada penyakit diabetes mellitus.
Respon :
DS : keluarga mengatakan sekarang sudah mengerti tentang makanan yang harus dihindari
pada penyakit diabetes mellitus.
DO : keluarga memperhatikan saat diberikan penkes, kontak mata ada, keluarga kooperatif
dan mau bertanya.
.00 WIB
3. Mendemostrasikan kepada keluarga tentang cara membuat obat tradisional diabetes
mellitus.
Respon :
DS : keluarga mengatakan sekarang sudah mengerti tentang obat tradisional diabetes
mellitus.
DO : keluarga kooperatif dan memperhatikan saat diberikan demonstrasi.

O. Evaluasi
Senin, 13 April 2015
Diagnosa Keperawatan 1 :
S : Keluarga Ny. P mengatakan sudah mengerti tentang penyakit diabetes mellitus.
O: Keluarga Ny. P sudah tidak bingung saat ditanya dan mampu menjelaskan tentang penyakit
diabetes mellitus
A : Masalah kurang pengetahuan teratasi.
P : Hentikan intervensi

Selasa, 14 April 2015


Diagnosa Keperawatan 2 :
S : Keluarga Ny. P mengatakan sudah mengerti tentang makanan yang harus dihindari pada
penyakit diabetes mellitus.
O : Keluarga Ny. P bisa menjelaskan tentang makanan yang harus dihindari pada penyakit diabetes
mellitus.
A : Masalah ketidakmampuan merawat diabetes mellitus teratasi
P : Hentikan intervensi.

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Dalam bab ini penulis menguraikan kesenjangan antara data yang ditemukan dalam
kasus dibandingkan dengan teori atau konsep dasar untuk mendapatkan data dari pasien.
Penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah Tanya jawab atau menanyakan yang berhubungan dengan masalah
yang dihadapi pasien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Selama
melakukan wawancara penulis sedikit menemui kesulitan, karena tidak semua apa yang
dikatakan pasien adalah benar, penulis harus mencocokan data pasien dengan data status
klien dan mahasiswa praktek serta keluarga pasien untuk mendapatkan data yang akurat.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk menentukan
masalah kesehatan pasien.Penulis menggunakan pemeriksaan head to toe.Dalam melakukan
pemeriksaan fisik penulis tidak mengalami kesulitan, karena klien bersikap kooperatif.
c. Observasi
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data
tentang masalah kesehatan dan keperawatan.Dalam melaksanakan observasi penulis tidak
menemukan hambatan yang berarti karena klien bersikap kooperatif.
d. Studi keperawatan
Studi keperawatan adalah menggunakan atau membawa literature yang berhubungan
dengan masalah klien. Penulis memanfaatkan perpustakaan akper serulingmas yang lengkap.
Dan penulis tidak mengalami kesulitan tantang buku-buku yang berkaitan dengan
keperawatan keluarga dengan diabetes mellitus.
e. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa
catatan, transkrip, buku dan sebagainya. Sebagai data penunjang pada proses ini penulis tidak
terlalu menemukan kesulitan, apabila penulis menemui kesulitan penulis mengkonsultasikan
dengan dosen – dosen pembimbing.
2. Perbandingan data pada kasus dengan data pada literature
Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan data fokus sebagai berikut: Ny. P
mengatakan belum mengetahui tentang komplikasi pada penyakit diabetes mellitus dengan
data yang dapat dilihat secara langsung kaki Ny. P bengkak dan sedikit kaku serta Ny. P
tampak bingung kenapa kakinya bisa bengkak seperti ini.. Menunjukan bahwa Ny. P
mengalami diabetes mellitus
3. Data Fokus
Pernyataan pasien secara verbal bahwa Ny. P mengatakan belum mengetahui tentang
komplikasi pada penyakit diabetes mellitus dengan data yang dapat dilihat secara langsung
kaki Ny. P bengkak dan sedikit kaku serta Ny. P tampak bingung kenapa kakinya bisa
bengkak seperti ini.
4. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian, penulis menemui berbagai faktor yang mendukung dan
faktor yang menghambat. Faktor yang mendukung diantaranya klien bersikap kooperatif, dan
bersikap terbuka bersedia mengungkapkan apa yang dirasakan dan dialaminya. Sedangkan
faktor penghambatnya adalah bahasa yang digunakan menggunakan bahasa jawa yang agak
sulit dimengerti oleh penulis.

B. Perumusan Diagnosa Keperawatan


1. Diagnosa yang muncul sesuai tinjauan teori keperawatan keluarga dengan diabetes mellitus
ada 3 yaitu :
a. Resiko cedera berhubungan dengan resiko jatuh pada penderita diabetes mellitus.
Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … kali kunjungan,
diharapkan keluarga dapat mengetahui tentang resiko cedera pada Diabetes Mellitus.
Sedangkan Tujuan khusus : Mengetahui tentang resiko cedera dan mengetahui cara
menghindari resiko cedera pada penderita diabetes mellitus. Intervensi keperawatan: Kaji
aktivitas keluarga yang menyebabkan resiko cedera, Berikan informasi atau penyuluhan
kesehatan pada keluarga mengenai resiko cedera, dan Diskusikaan bersama keluarga
mengenai aktivitas untuk mencegah resiko cedera
b. Resiko terjadinya komplikasi berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengontrol
penyakit diabetes mellitus.
Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali kunjungan,
diharapkan resiko komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control. Tujuan khusus :
mengetahui tentang komplikasi penyakit diabetes mellitus dan mengetahui tanda dan gejala
terjadinya komplikasi diabetes mellitus. Intervensi keperawatan : Kaji komplikasi diabetes
mellitus yang ada, Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan tentang komplikasi diabetes
mellitus dan perawatan pada diabetes mellitus, Evaluasi cara – cara perawatan yang baik dan
Libatkan keluarga terdekat untuk memberikan support.
c. Ketidakefektifan pemeliharan keluarga berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga dalam
merawat penyakit diabetes mellitus
Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali kunjungan,
diharapkan risiko komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control. Tujuan khusus :
Memahami diit diabetes mellitus dan Mengetahui makanan yang boleh dikonsumsi.
Intervensi keperawatan : Kaji pengetahuan keluarga tentang diit dan senam kaki diabetes
mellitus, Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan kepada keluarga mengenai diit dan
senam kaki diabetes mellitus, Diskusikan bersama keluarga mengenai diit dan senam kaki
diabetes mellitus dan motivasi keluarga untuk menjalankan diit dan senam kaki diabetes
mellitus
2. Diagnosa keperawatan yang tidak ditemukan pada kasus nyata tetapi ada di konsep teori
a. Resiko cedera berhubungan dengan resiko jatuh pada penderita diabetes mellitus
Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … kali kunjungan,
diharapkan keluarga dapat mengetahui tentang resiko cedera pada Diabetes Mellitus.
Sedangkan Tujuan khusus : Mengetahui tentang resiko cedera dan mengetahui cara
menghindari resiko cedera pada penderita diabetes mellitus. Intervensi keperawatan: Kaji
aktivitas keluarga yang menyebabkan resiko cedera, Berikan informasi atau penyuluhan
kesehatan pada keluarga mengenai resiko cedera, dan Diskusikaan bersama keluarga
mengenai aktivitas untuk mencegah resiko cedera

C. Perencanaan
Untuk menentukan rencana keperawatan yang akan disusun penulis berpedoman pada
teori yang ada.
1. Resiko terjadinya komplikasi
Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali kunjungan,
diharapkan resiko komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control. Tujuan khusus :
mengetahui tentang komplikasi penyakit diabetes mellitus dan mengetahui tanda dan gejala
terjadinya komplikasi diabetes mellitus. Intervensi keperawatan : Kaji komplikasi diabetes
mellitus yang ada, Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan tentang komplikasi diabetes
mellitus dan perawatan pada diabetes mellitus, Evaluasi cara – cara perawatan yang baik dan
Libatkan keluarga terdekat untuk memberikan support.

2. Ketidakefektifan pemeliharan keluarga


Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali kunjungan,
diharapkan risiko komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control. Tujuan khusus :
Memahami diit diabetes mellitus dan Mengetahui makanan yang boleh dikonsumsi.
Intervensi keperawatan : Kaji pengetahuan keluarga tentang diit dan senam kaki diabetes
mellitus, Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan kepada keluarga mengenai diit dan
senam kaki diabetes mellitus, Diskusikan bersama keluarga mengenai diit dan senam kaki
diabetes mellitus dan motivasi keluarga untuk menjalankan diit dan senam kaki diabetes
mellitus.
v
D. Tindakan Keperawatan
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan penulis selalu berkomunikasi dengan
perawat sebagai rekan kerja penulis.Penulis maksudkan agar tidak terjadi kesalahan tindakan,
karena bagaimanapun juga kerjasama merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan pada klien. Selain dengan perawat penulis juga bekerjasama dengan
teman sejawat. Tetapi hal ini tidak menjadi penghambat bagi penulis untuk memberikan
tindakan terbaik bagi klien, yang penting adalah prinsip tindakan yang harus dilakukan tetap
dilakukan dengan benar.
Jika dicermati terdapat faktor penghambat dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
terhadap klien selama di rumah, diantaranya adalah hanya ada satu anggota keluarga yaitu
anaknya yang merawat klien. Sedangkan faktor yang mendukung dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan pada pasien diantaranya adalah anjuran yang diberikan, SDM yang
cukup tinggi dari penulis dan mahasiswa praktik selaku asisten penulis menjamin tindakan
keperawatan yang diberikan sesuai dengan harapan, dan system manajemen yang baik.

E. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali pertemuan penulis menemukan
kemajuan-kemajuan yang dialami klien. Artinya tindakan yang diberikan berefek positif
terhadap pasien sesuai dengan tujuan umum dan tujuan khusus yang diharapkan. Untuk
diagnosa resiko terjadinya komplikasi dapat di control dengan data obyektif Ny. P memahami
dan bisa menjelaskan resiko terjadinya komplikasi pada diabetes mellitus dan Ny. P sudah
bisa melakukan senam kaki diabetes mellitus yang dapat memperlancar aliran darah di
kakinya yang bengkak.
Sedangkan untuk diagnosa Ketidakefektifan pemeliharan keluarga teratasi dengan data
obyektif Ny. P sudah bisa mengurangi makanan – makanan yang dapat menaikan gula darah.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada pengkajian didapatkan data subyektif klien mengatakan dirinya sudah menderita
penyakit DM sudah 12 tahun, dan Ny. P tidak mengetahui tentang DM, komplikasi serta
penangananya. Diagnosa yang muncul pada kasus diatas yaitu kelaurga Ny. P. Resiko
terjadinya komplikasi dengan tujuan umum yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama satu kali kunjungan, diharapkan resiko komplikasi diabetes dapat di cegah atau di
control. Tujuan khusus : mengetahui tentang komplikasi penyakit diabetes mellitus dan
mengetahui tanda dan gejala terjadinya komplikasi diabetes mellitus. Intervensi keperawatan
: Kaji komplikasi diabetes mellitus yang ada, Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan
tentang komplikasi diabetes mellitus dan perawatan pada diabetes mellitus, Evaluasi cara –
cara perawatan yang baik dan Libatkan keluarga terdekat untuk memberikan support.
Sedangkan diagnosa kedua muncul Ketidakefektifan pemeliharan keluarga dengan tujuan
umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali kunjungan, diharapkan
risiko komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control. Tujuan khusus : Memahami diit
diabetes mellitus dan Mengetahui makanan yang boleh dikonsumsi. Intervensi keperawatan :
Kaji pengetahuan keluarga tentang diit dan senam kaki diabetes mellitus, Berikan informasi
atau penyuluhan kesehatan kepada keluarga mengenai diit dan senam kaki diabetes mellitus,
Diskusikan bersama keluarga mengenai diit dan senam kaki diabetes mellitus dan motivasi
keluarga untuk menjalankan diit dan senam kaki diabetes mellitus.
Implementasi yang dilakukan pasien yaitu mengkai pengetahuan keluarga tentang
penyakit DM, mengkaji pengobatan yang sudah dilakukan oleh Ny. P untuk mengurangi DM,
mengkaji pola makan Ny. P, melakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit DM,
mengajarkan pada Ny. P cara pengobatan dengan daun salam dan mengajarkan senam kaki
diabetes mellitus.
Evaluasi akhir didapatkan Ny. P mengatakan sudah paham tentang diabetes mellitus dan
sekarang menjadi tau cara pengobatan diabetes mellitus dengan menggunakan daun salam
dan senam kaki diabetes mellitus

B. Saran
1. Saran untuk masyarakat
a. umumnya masyarakat mampu menjaga kesehatan diri keluarga dan lingkungan sehingga
meminimalkan terjadinya masalah kesehatan yang dapat mengganggu kehidupan
b. masyarakat hendaknya lebih aktif dalam kegiatan sosial yang ada di desa tersebut.
c. Setiap keluarga supaya lebih mampu meningkatkan derajat kesehatan dalam keluarganya
dengan cara memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada di lingkungannya seperti
puskesmas dan tempat pelayanan kesehatan lainnya
d. Keluarga bisa melakukan perawatan kesehatan minimal setiap bulan sehingga kemungkinan
masalah kesehatan bisa dicegah.
2. Saran untuk mahasiswa keperawatan
a. Sesama mahasiswa harus menjaga hubungan teman sejawat
b. Sebagai mahasiswa harus selalu menambah pengetahuan atau informasi yang didapat di
Praktek Keperawatan Komunitas dan Keperawatan Keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Andra dan Yessie. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2 (Keperawatan Dewasa). Yogyakarta : Nuha
Medika
Arjatmo, tjokonegoro.2002. Penatalaksanaan Diabetes mellitus terpadu. Cetakan 2. Jakarta : Balai
penerbit FKUI
Brunner and suddarth.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Carpenito Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Editor edisi Bahasa Indonesia. Monica
Estar. Edisi 8. Jakarta : EGC
Corwin Elizabeth. 2009. Buku Saku Pathofisiologi Edisi 3 alih bahasa Nike Budi Subekti. EGC. Jakarta
Friedman M. M. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek Edisi 3. Jakarta : EGC
http://lpkeperawatan.blogspot.in/2013/11/diabetes-mellitus-a.html#VSfNIf1b-o9 dikutip tanggal 13 april
2015 pukul 15:45WIB
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3 jilid 1. Media Aesculapsi FKUI. Jakarta
Notoatmodjo, S. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam, 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Edisi I. Jakarta : Salemba
Media

Anda mungkin juga menyukai