Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Semester V 2017/2018
LAPORAN PRAKTIKUM
ABSORPSI
1. Menentukan penurunan tekanan dalam kolom isian kering dengan variasi laju alir
udara
2. Menentukan penurunan tekanan dalam kolom isian basah dengan variasi laju alir
udara
3. Menentukan konsentrasi CO2 dengan metode HMPL
4. Menentukan kadar CO2 didalam air metode titrasi
b) Absorbsi kimia
Absorbsi kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut didalam larutan
penyerap disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi
dengan adanya larutan MEA, NaOH, K2CO3, dan sebagainya. Aplikasi dari absorbsi
kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan gas CO2 pada pabrik amoniak.
Penggunaan absorbsi kimia pada fase kering sering digunakan untuk mengeluarkan zat
terlarut secara lebih sempurna dari campuran gasnya. Keuntungan absorbsi kimia
adalah meningkatnya koefisien perpindahan massa gas, sebagian dari perubahan ini
disebabkan makin besarnya luas efektif permukaan. Absorbsi kimia dapat juga
berlangsung di daerah yang hampir stagnan disamping penangkapan dinamik.
Penurunan tekanan akan menjadi besar jika bahan isian yang digunakan tidak
beraturan (random packing). Selain itu, penurunan tekanan juga dipengaruhi oleh laju
alir gas maupun cairan.
Pada laju alir tetap, penurunan tekanan gas sebanding dengan kenaikan laju alir
cairan. Hal ini disebabkan karena ruang antar bahan pengisi yang semula dilewati gas
menjadi lebih banyak dilewati cairan, sehingga akan menyebabkan terjadinya hold up
(cairan yang terikat dalam ruangan ) bertambah. Akibatnya peningkatan laju alir
cairan lebih lanjut akan menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan diatas kolom
keadaan ini biasa disebut Flooding (banjir). Titik tejadinya peristiwa disubut flooding
point. Operasi pada keadaan flooding tidak akan menghasilkan perpindahan massa
yang bagus. Perpindahan massa yang optimum, dilakukan pada keadaan loading point
(titik beku kurva).
Jika laju alir cairan dipertahankan tetap sedang laju gas bertambah maka
terdapat beberapa kemungkinan yang terjadi :
1. Terbentuk lapisan cairan yang menyerupai gelembung gas diatas permukaan
packing.
2. Cairan tidak akan mengalir keluar kolom karena adanya tekanan yang besar dari
aliran udara. Akibatnya cairan akan mengisi kolom dari bawah keatas sehingga
terjadi inversi dari gas terdispersi kecairan berubah menjadi cairan terdispersi
kealiran gas.
d NxY
Yo
H Kog.a. A.Y
Y1
*
Y
Y* = fraksi mol gas CO2 yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan.
Yo
H .a. A.Kog dY
*
Yi Y y
y
Ruas kanan persamaan diatas sulit untuk dipecahkan. Karena itu penentuan
kog lebih mudah dipecahkan dengan persamaan :
Pada percobaan ini dipakai. Rasching ring dengan luas bidang kontak 440 m2/m3.
Tekanan partikel gas CO2 = fraksi volume x (tekanan total/ 760) atmosfir.
a. Penentuan kadar CO2 yang diserap didalam air / NaOH dengan alat HEMPL.
Misal :
- Laju alir CO2 F3 liter/detik
- Laju alir udara F2 liter/detik
- Volume campuran udara dan CO2 didalam alat HEMPL V1ml
- Volume CO2 V = 2ml
Fraksi gas CO2 didalam aliran gas masuk (Yi)
Yi V2 /V1
F3
F2 F3
V
Yo 2
V1
Neraca massa :
(F2 + F3) Yi – [ F2 + ( F3 + Fa ) ] Yo = Fa
Fa
Yi Yo F2 F3 Yi Yo
xTotalGasMasuk (liter / det ik )
1 Yo 1 Yo
Atau
Catatan :
Pada percobaan ini diasumsikan bahwa laju alir volum air tidak dipengaruhi oleh
penurunan tekanan didalam kolom, dianggap penurunan tekanan yang terjadi sangat
kecil dibandingkan tekanan atmosfir.
Jika :
Konsentrasi NaOH C1 M
VOL. Sampel V2 ml
Cd (t n) Cd (t m)]xvolumeSistem g.mol / det ik
(n m) x60
Dalam suasana basa kuat indicator phenolphalein akan berwarna merah jambu. Jika
seluruh NaOH sudah habis bereaksi dengan HCl serta semua karbonat telah berubah
menjadi bikarbonat larutan akan berubah menjadi tidak berwarna. Misalkan volume
HCl yang digunakan untuk titrasi sampai tahap ini V2 m. bila dalam larutan
ditambahkan indicator metil orange maka warna larutan akan berubah menjadi kuning.
Jika titrasi dilanjutkan maka pada titik akhir titrasi larutan menjadi tidak berwarna.
Misalkan volume yang digunakan untuk titrasi tahap kedua ini V2 ml, maka
volume yang digunakan untuk menetralisir bikarbonat = (V3 – V2) ml. pada tabung
kedua dimasukkan larutan sample sebanyak (V3 – V2) ml lebih sedikit dan dikocok
dengan baik. Endapan yang terbentuk adalah hasil reaksi antara karbonat dalam sampel
dengan larutan barium. Endapan yang tebentuk adalah barium karbonat yang dari
karbonat dalam sample. Jika larutan diberi beberapa tetes indicator phenolphalein maka
larutan akan berwarna merah jambu.
Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi
pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben sering
juga disebut sebagai cairan pencuci. Persyaratan absorben :
o Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin
(kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
o Selektif
o Memiliki tekanan uap yang rendah
o Tidak korosif.
o Mempunyai viskositas yang rendah
o Stabil secara termis.
o Murah
Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk gas-
gas yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan
cairan), natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam
sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).
Kolom Absorpsi
Adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung
tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang terkontaminasi oleh
komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari
komponen tersebut. Diantara jenis-jenis absorben ini antara lain, arang aktif, bentonit,
dan zeolit.
Arang aktif
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%
karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan
pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak
terjadikebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang
mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang selain
digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap).
Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi
lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi dengan aktif faktor bahan-
bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian,
arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang demikian
disebut sebagai arang aktif. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa
kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-
pori dan luas permukaan.
Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap berat arang
aktif. Arang aktif dibagi atas 2 tipe, yaitu arang aktif sebagai pemucat dan
sebagai penyerap uap. Arang aktif sebgai pemucat, biasanya berbentuk powder
yang sangat halus, diameter pori mencapai 1000 A0, digunakan dalam fase
cair,berfungsi untuk memindahkan zat-zat penganggu yang menyebabkan warna
dan bau yang tidak diharapkan, membebaskan pelarut dari zat-zat penganggu
dan kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan industri baru. Diperoleh dari
serbukserbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang
mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah.
Arang aktif sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granular atau pellet
yang sangat keras diameter pori berkisar antara 10-200 A0 , tipe pori lebih
halus, digunakan dalam rase gas, berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut,
katalis,pemisahan dan pemurnian gas. Diperoleh dari tempurung kelapa, tulang,
batu bata atau bahan baku yang mempunyaibahan baku yang mempunyai struktur keras.
Zeolit
Mineral zeolit bukan merupakan mineral tunggal, melainkan sekelompok
mineral yang terdiri dari beberapa jenis unsur. Secara umum mineral zeolit adalah
senyawa alumino silikat hidrat dengan logam alkali tanah. serta mempunyai rumus
kimia sebagai berikut :
M2x/nSi1-xAlxO2.yH2O
Dengan M = e.g Na, K, Li, Ag, NH, H, Ca, Ba
Ikatan ion Al-Si-O adalah pembentuk struktur kristal, sedangkan logam alkali
adalah kation yang mudah tertukar. Jumlah molekul air menunjukkan jumlah pori-pori
atau volume ruang hampa yang akan terbentuk bila unit sel kristal zeolit tersebut
dipanaskan. Penggunaan zeolit cukup banyak, misalnya untuk industri kertas, karet,
plastik, agregat ringan, semen puzolan, pupuk, pencegah polusi, pembuatan gas asam,
tapal gigi, mineral penunjuk eksplorasi, pembuatan batubara, pemurnian gas alam,
industri oksigen, industri petrokimia.
Dalam keadaan normal maka ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh
molekul air bebas yang membentuk bulatan di sekitas kation. Bila kristal tersebut
dipanaskan selama beberapa jam, biasanya pada temperatur 250-900 oC, maka kristal
zeolit yang bersnagkutan berfungsi menyerap gas atau cairan. Daya serap (absorbansi)
zeolit tergantung dari jumlah ruang hampa dan luas permukaan. Biasanya mineral zeolit
mempunyai luas permukaan beberapa ratus meter persegi untuk setiap gram berat.
Beberapa jenis mineral zeolit mampu menyerap gas sebanyak 30% dari beratnya dalam
keadaan kering. Pengeringan zeolit biasanya dilakukan dalam ruang hampa dengan
menggunakan gas atau udara kering nitrogen atau methana dengan maksud mengurangi
tekanan uap ari terhadap zeolit itu sendiri.
Bentonit
Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit dalam
dunia perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral. Penamaan jenis lempung
tergantung dari penemu atau peneliti, misal ahli geologi, mineralogi, mineral industri
dan lain-lain. Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan alu-
munium silikat hydrous, yaitu activated clay dan fuller's Earth. Activated clay adalah
lempung yang kurang memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat
ditingkatkan melalui pengolahan tertentu. Sementara itu, fuller's earth digunakan di
dalam fulling atau pembersih bahan wool dari lemak. Sifat bentonit sebagai adsorben
adalah :
mempunyai surface area yang besar (fisika)
bersifat asam yang padat (kimia)
bersifat penukar-ion (kimia)
bersifat katalis (kimia)
Aplikasi Absorbsi
Absorbsi dalam dunia industri digunakan untuk meningkatkan nilai guna dari
suatu zat dengan cara merubah fasenya.
Prinsip Absorbsi
Udara yang mengandung komponen terlarut (misalnya CO2) dialirkan ke dalam
kolom pada bagian bawah. Dari atas dialirkan alir. Pada saat udara dan air bertemu
dalam kolom isian, akan terjadi perpindahan massa. Dengan menganggap udara tidak
larut dalam air (sangat sedikit larut),maka hanya gas CO2 saja yang berpindah ke dalam
fase air (terserap). Semakin ke bawah, aliran air semakin kaya CO2. Semakin ke atas
,aliran udara semakin miskin CO2.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada operasi absorpsi adalah sebagai berikut :
1) Laju alir air.
Semakin besar,penyerapan semakin baik.
2) Komposisi dalam aliran air.
Jika terdapat senyawa yang mampu beraksi dengan CO2 (misalnya NaOH) maka
penyerapan lebih baik.
3) Suhu operasi.
Semakin rendah suhu operasi,penyerapan semakin baik.
4) Tekanan operasi.
5) Semakin tinggi tekanan operasi, penyerapan semakin baik sampai pada batas
tertentu
V. PROSEDUR KERJA
= 0,04817 L/s
Dengan menggunakan cara yang sama didapatkan data sebagai berikut :
F CO2 Waktu V1 V2
yi y0 Fa(L/min) Fa(L/s)
(L/menit) (menit) (mL) (mL)
15 40 0.1 0.0025 2.89 0.048167
30 40 1.3 0.0325 1.57 0.026167
3 45 40 1.8 0.069767442 0.045 1.02 0.017
60 40 2.2 0.055 0.58 0.009667
75 40 2.4 0.06 0.36 0.006
15 50 1.2 0.024 2.853091 0.047552
30 50 1.4 0.028 2.677091 0.044618
4 45 50 1.6 0.090909091 0.032 2.501091 0.041685
60 50 1.9 0.038 2.237091 0.037285
75 50 2 0.04 2.149091 0.035818
o ∆Ptotal = ∆P1+∆P2
= (33 + 28) mmH2O
=61 mmH2O = 6,1 cmH2O
𝐻2𝑂
= 6,1 cmH2O x
hg
1 𝑔/𝑐𝑚3 𝐻2𝑂 10 𝑚𝑚𝐻𝑔
= 6,1 cmH2O x 13.6 g/cm3 Hg × 1 𝑐𝑚𝐻𝑔
= 4,4853 mmHg
o Pi = Patm + AP
= 760 mmHg + 4,4853 mmHg
= 764,4853 mmHg
𝑃 𝑜𝑢𝑡−𝑃𝑖𝑛
o P ave =
2
(760+764,4853)𝑚𝑚𝐻𝑔
=
2
= 762,24265 mmHg
F CO2 Waktu V1 V2
yi y0 Fa(L/s) N (mol/s)
(L/menit) (menit) (mL) (mL)
15 40 0.1 0.0025 0.048167 1.14718.10-5
30 40 1.3 0.0325 0.026167 1.0523.10-5
3 45 40 1.8 0.069767442 0.045 0.017 6.96937.10-6
60 40 2.2 0.055 0.009667 4.18943.10-6
75 40 2.4 0.06 0.006 2.85803.10-6
15 50 1.2 0.024 0.047552 4.21449.10-5
30 50 1.4 0.028 0.044618 3.93709.10-5
4 45 50 1.6 0.090909091 0.032 0.041685 3.33647.10-5
60 50 1.9 0.038 0.037285 3.02797.10-5
75 50 2 0.04 0.035818 2.69908.10-5
d = 2𝑟 = 2 𝑥 0,45 𝑚 = 0,89 𝑚
H = 1,16 𝑚
𝜋 3,14
A= 𝑑2 = (0,89 𝑚)2 = 0,63 𝑚2
4 4
maka :
𝑃𝑖
𝑁 𝑙𝑛 𝑃𝑜
𝐾𝑜𝑔 = 𝑥
𝑎 𝑥 𝐴𝐻 (𝑃𝑖 − 𝑃𝑜)
764,4853
1.14718.10−5 𝑚𝑜𝑙/𝑠 ln( )
760
𝐾𝑜𝑔 = 𝑚2
𝑥
440 3 ×0.63𝑚2 ×1,16 𝑚 (764,4853 −760)𝑚𝑚𝐻𝑔
𝑚
F CO2 (L/menit) Waktu (menit) V1 (mL) V2 (mL) yi y0 Fa (L/min) Fa (L/s) N (mol/s) Kog
Diketahui :
𝑉2 ×𝐶2
Cd = 𝑉1
1 ,3 𝑚𝐿 ×0.01 𝑚𝑜𝑙/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
= 25 𝑚𝐿
= 0,00052 mol/L
2 𝑚𝐿 ×0.01 𝑚𝑜𝑙/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
= 25 𝑚𝐿
= 0,0008 mol/L
0.00003
N (mol/second)
0.00002
0.00001 HEMPL
0 Titrasi
0 1000 2000 3000 4000 5000
-0.00001
-0.00002
waktu (second)
0.00005
N (mol/second)
0.00004
0.00003
0.00002 HEMPL
0.00001 Titrasi
0
0 1000 2000 3000 4000 5000
Waktu (second)
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana
suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu sehingga satu
atau lebih komponen gas tersebut larut dalam cairannya.Pada praktikum ini gas yang
dikontakan dalam cairan adalah gas CO2. Gas CO2 dikontakkan dengan air dan
larutan NaOH.
Adapun tujuan praktikum kali ini yaitu menentukan penurunan tekanan dalam
kolom isian kering dengan variasi laju alir udara, menentukan penurunan tekanan
dalam kolom isian basah dengan variasi laju alir udara, menentukan konsentrasi CO2
dengan metode HMPL, menentukan kadar CO2 didalam air metode titrasi. Pada
percobaan ini, dilakukan kontak antara air dengan udara dalam kolom isian. Adanya
kolom isian akan menyebabkan tahanan antara aliran air dengan aliran udara dan
mengakibatkan bidang sentuh antara air dan udara semakin besar. Peristiwa absorpsi
pada percobaan ini berupa aliran counter-current dimana aliran udara masuk dibawah
kolom dan aliran air masuk diatas kolom dengan laju masung-masing yang dapat
diatur. Sehingga dapat dilihat bagaimana pengaruh laju alir udara masuk terhadap
tekanan pada kolom yang terbasahi.
Pada praktikum ini dimana laju alir air 3 L/min dan udara dibuat dalam kondisi
40 L/min sedangkan untuk laju alir gas CO2 dibuat berubah, dengan variasi 3 L/min
dan 4 L/mnt pada metode HMPL dan metode titrasi
Pada karakteristik kolom kering ini terjadi kenaikan beda tekanan dengan
bertambahnya laju alir udara dimana semakin besar laju alir udara semakin besar pula
tekanan.
Pada karakteristik kolom basah ini juga terjadi kenaikan beda tekanan yang
disertai dengan bertambahnya laju alir udara. Akan tetapi, kenaikan beda tekanan pada
kolom basah ini lebih besar dibandingkan dengan beda tekanan yang terjadi pada
karakteristik kolom basah. Pada kolom basah ini terjadi Hal ini disebabkan adanya
pengaruh tekanan yang berasal dari air yang dialirkan kedalam kolom Absorpsi.
Pengaruh gas CO2 dalam absorpsi air metode analisis gas berada dalam
keadaan konstan, jika laju alir gas dilakukan berlanjut lama kelamaan gas yang
dihasilkan akan habis. Olehnya itu agar gas yang diperoleh tidak habis dapat dilakukan
dengan manambahkan pelarut pada kolom.
Pengaruh gas CO2 dalam absopsi air untuk analisis larutan pada percobaan
diperoleh hasil yang kurang baik. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya kesalahan
dalam melakukan titrasi.
Analisa yang dilakukan ada 2 metode yaitu secara HMPL dan metode titrasi.
Adapun variabel yang digunakan pada percobaan ini adalah perbedaan waktu proses
absorbsi, yaitu mulai t = 0 menit sampai t = 60 menit. Pengambilan sampel dilakukan
setiap 15 menit sekali, dimana sampel yang diambil adalah air yang belum mengalami
proses absorbsi (tanpa CO2) dan air yang sudah mengalami proses absorbsi (ada CO2).
Ketika dilakukan analisa untuk larutan sampel dan berdasarkan percobaan dan
pengamatan, kadar CO2 yang terabsorpsi dalam sampel mengalami penurunan atau
dengan kata lain laju absorpsi CO2 akan berkurang seiring dengan lamanya waktu yang
diperlukan untuk mengontakkan air dengan gas CO2 (dengan alat HMPL). Ini dapat
juga dilihat pada grafik hubungan laju absorpsi CO2 (N) vs waktu (t). sedangkan untuk
metode titrasi, nilai yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yakni didapatkan bahwa
laju absorbsi CO2 mengarah kestabil, ini dibuktikan dari grafik
Berdasarkan grafik hubungan waktu(t) vs N (laju absorbsi) dengan variasi laju air
gas CO2 yaitu 3L/min dan 4L/min pada metode HMPL dimana dari hasil grafiknya
menunjukkan bahwa grafik tersebut diketahui hubungan antara waktu dalam menit
dengan N atau laju penyerapan CO2 terlihat garis yang menurun baik itu laju alir CO2
pada 3L/menit dan 4L/menit,. Dari data tersebut dapat diperoleh hasil bahwa semakin
lama waktu kontak maka semakin sedikit jumlah CO2 yang diserap. Namun secara teori
yaitu semakin lama waktu yang di butuhkan semakin besar pula laju absorbsinya.
Berdasarkan grafik hubungan waktu(t) vs N (laju absorbsi) dengan variasi laju air
gas CO2 yaitu 3L/min dan 4L/min pada metode titrasi. Grafik tersebut diketahui
hubungan antara waktu dalam menit dengan N atau laju penyerapan CO2 terlihat garis
yang tidak konstan (turu-naik). Kesalahan dalam menitrasi merupakan kesalahn yang
utama , selain itu waktu pengambilan sampel yang tidak tepat (lebih dari waktu yang
ditentukan) meskipun hanya beberapa berbeda sedikit. Jika data diatas menjadi patokan
maka didapatkan laju alir yang paling bagus digunakan untuk absorsi adalah 3 L/menit
karena semakin banyak CO2 yang terserap. Namun secara teori yaitu semakin lama
waktu yang di butuhkan semakin besar pula laju absorbsinya.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada operasi absorpsi adalah sebagai berikut :
1) Laju alir air.
Semakin besar,penyerapan semakin baik.
2) Komposisi dalam aliran air.
Jika terdapat senyawa yang mampu beraksi dengan CO2 (misalnya NaOH)
maka penyerapan lebih baik.
3) Suhu operasi.
Semakin rendah suhu operasi,penyerapan semakin baik.
4) Tekanan operasi.
5) Semakin tinggi tekanan operasi, penyerapan semakin baik sampai pada
batas tertentu