Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KEPERAWATAN ANAK

“ CEREBRAL PALSY “

O L E H

ANDRIANI FLORIDA

GUSTY E. BISSILISIN

POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES KUPANG

JURUSAN KEPERAWATAN

2009
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada kurun
waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf
pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan
otak yang belum selesai pertumbuhannya.
Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah William John Little
(1843), yang menyebutnya dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibat
prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William Olser adalah yang pertama kali
memperkenalkan istilah cerebral palsy, sedangkan Sigmud Freud menyebutnya
dengan istilah infantile Cerebra)Paralysis.
Winthrop Phelps menekankan pentingnya pensekatan multidisiplin dalam
penanganan penderita cerebral palsy, seperti disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah
tulang, bedah saraf, psikologi, ahli wicara, fisioterapi, pekerja social, guru sekolah
luar biasa. Disamping itu juga harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat.
Dengan meningkatnya pelayanan obstetric dan perinatologi dan rendahnya
angka kelahiran di Negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat angka
kejadian cerebral palsy akan menurun. Namun dinegara-negara berkembang,
kemajuan teknologi kedokteranselain menurunkan angka kematian bayi risiko tingi,
juga meningkatkan jumlah anak-anak dengan gangguan perkembangan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi insidensi penyakit ini yaitu:
populasi yang diambil, cara diagnosis dan ketelitiannya. Misalnya insidensi cerebral
palsy di Eropa (1950) sebanyak 2,5 per 1000 kelahiran hidup, Gilory memperoleh 5
dan 1000 anak memperlihatkan deficit motorik yang sesuai dengan cerebral palsy,
50 % kasus termasuk ringan sedangkan 10% termasuk berat. Yang dimaksud ringan
ialah penderita yang dapat mengurus dirinya sendiri, sedangkan yang tergolong berat
ialah penderita yang memerlukan perawatan khusus, 25 % mempunyai intelegensi
rata-rata (normal), sedangkan 30 % kasus menunjukkn IQ di bawah 70, 35 % disertai
kejang, sedangkan 50 % menunjukan gangguan bicara. Laki-laki lebih banyak dari
pada wanita ( 1,4 : 1,0).
B. Tujuan.
1. Tujuan Umum.
Agar mahasiswa/i dapat menjelaskan pola piker ilmia dalam menerapkan
Asuhan Keperawatan pada anak CP.
2. Tujuan Khusus.
 Agar mahasiswa/ i mampu menjelaskan tentang pengertian CP.
 Agar mahasisiwa/i mampu menjelaskan tentang etiologi CP.
 Agar mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang pathofisiologi CP.
 Agar mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang manifestasi klinis CP.
 Agar mahasiswa/i mampu menyebutkan komplikasi CP.
 Agar mahasiswa/i mampu menyebutkan pemeriksaan diagnostik CP.
 Agar mahasiswa/i mampu menjelaskan asuhan keperawatan CP.
 Agar mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang pendidikan kesehatan CP.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian.
Serebral Palsi ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan
tidak progresif,terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi
perkembangan otak normal dengan gambaran klinik dapat berubah selama hidup
dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan
neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan serebelum
juga kelainan mental ( Ngastiyah .2005. hal 201 )
Cerebral palsi ialah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif
oleh karena suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik pada susunan
saraf pusat yang sedang tumbuh atau belum selesai pertumbuhan
Cerebral palsy  adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu

kurun   waktu   dalam   perkembangan   anak,   mengenai   sel­sel   motorik   di   dalam

susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat

pada jaringan yang belum selesai pertumbuhannya. 
B. Etiologi.
Penyebab serebral palsi dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu pranatal, perinatal, dan
pasca natal.
1. Pranatal.
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin,
misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit infeksi sitomegalik.
Kelainan yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental.
Anoksia dalam kandungan, terkena radiasi sinar X dan keracunan kehamilan
dapat menimbulkan serebral palsi.
2. Perinatal.
1. Anoksia/Hipoksia.
Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah cedera otak.
Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal demikian
terdapat pada keadaan presentasi bayi abnormal, disproporsi sefalopelvik,
partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan
bantuan alat tertentu dan lahir dengan seksio sesar.
2. Perdarahan otak.
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar
membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak,
mengganggu pusat pernapasan dan peredaran darah sehingga terjadi
anoksia. Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid dan menyebabkan
penyumbatan CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus. Perdarahan di
ruang subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul
kelumpuhan spastis.
3. Prematuritas.
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak
lebih banyak dibandingkan dengan bayi cukup bulan, karena pembuluh
darah, enzim, faktor pembekuan darah dan lain-lain masih belum
sempurna.
4. Ikterus.
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakkan jaringan otak
yang kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada
kelainan inkompatibilitas golongan darah.
5. Meningitis purulenta.
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat
pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa palsi serebal.
3. Pascanatal.
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat
menyebabkan serebral palsi misalnya pada trauma kapitis, meningitis,
ensefalitis dan luka parut pada otak pasca-operasi.
C. Patofisiologi.
 Adanya malformasi pada otak, penyumbatan pada vaskuler, atropy, hilangnya
neuron dan degenerasi laminar akan menimbulkan narrower gyri, saluran
sulci dan berat otak rendah.
 Anoxia merupakan penyebab yang berarti dengan kerusakan otak, atau
sekunder dari penyebab mekanisme yang lain. CP dapat dikaitkan dengan
prematur yaitu spastik diplegia yang disebabkan oleh hypoxic infarction atau
hemorrage dalam ventrikel.
 Type athetoid/dyskenetik disebabkan oleh kernicterus dan penyakit hemolitik
pada bayi baru lahir, adanya pigmen berdeposit dalam basal ganglia dan
beberapa saraf nuclei kranial. Juga dapat terjadi bila basal ganglia mengalami
injury yang ditandai dengan tidak terkontrol ; pergerakan yang tidak disadari
dan lambat.
 Type CP hemiparatic, karena trauma pada kortek atau CVA pada arteri
cerebral tengah. Cerebral hypoplasia ; hypoglicemia neonatal dihubungkan
dengan ataxia CP.
 Spastic CP yang paling sering dan melibatkan kerusakan pada motorkorteks
yang ditandai dengan ketegangan otot dan hiperesponsif. Refleks tendon yang
dalam akan meningkatkan dan menstimulasi yang dapat menyebabkan
pergerakan sentakan yang tiba-tiba pada sedikit atau semua ekstremitas.
 Ataxic CP adanya injury dari serebelum yang mana mengatur koordinasi
keseimbangan pada kinestik. Akan tampak pergerakan yang tidak
terkoordinasi pada ekstremitas atas bila anak memegang/menggapai benda.
Ada pergerakan berulang dan cepat namun minimal.
 Rigid/tremor/atonic CP ditandai dengan kekakuan pada kedua otot fleksor
dan ekstenor. Type ini mempunyai prognosis yang buruk karena ada
deformitas multipel yang terkait dengan kurangnya pergerakan aktif.
 Secara umum cortical dan antropy cerebral menyebabkan beratnya
kuadriparesis dengan retardasi mental dan mikrocephaly.
Cerebral Palsi
Pathway

Pre Natal Pasca Natal


Peri Natal

Infeksi dalam Kerusakan


kandungan Cedera Perdarahan Prematuritas Ikterus Meningitis jaringan otak
otak otak Purulent
Kelainan Gangguan
pada janin Spastik Masuknya berkembang
Diplogia bilirubin ke Purulen
Hipoxia Di ruang Subdural hipoxia gangglia basal
Subaraknoid
Perubahan
Gangguan tumbang
kerusakan otak
komunikasi verbal Penyumbatan Menekan korteks yang parmanen
SSS serebral
Gangguan
gambaran diri
Hydrosephalus Kelumpuhan
otak spastis

Gangguan
mobilitas fisik

Resiko tinggi injury

Kurang perawatan diri


D. Manifestasi Klinis.
 Terlambatnya perkembangan pergerakan kasar.
 Abnormal refleks dan penampilan gerakan.
 Abnormal postur dan tonus otot.
 Kejang.
 Abnormal pada refleks moro, plantar, palmar.
 Gangguan pada intelektual.
 Tanda-tanda yang perlu diwaspadai ; pada fisik ; kurang kontrol pada daerah
kepala setelah usia 3 bulan, kejang dan kaku pada lengan dan kaki, selalu
terdorong ke bawah/postur tidak rata, tidak dapat duduk tanpa support, hanya
menggunakan beberapa anggota badan.

E. Komplikasi.
 Kontraktur.
 Sering mengalami infeksi pernapasan
karena kurangnya aktivitas.
 Retardasi mental.
 Konstipasi.
 Gangguan pendengaran.

F. Pemeriksaan Diagnostik.
1. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah
diagnosis serebral palsi ditegakkan.
2. Pungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada serebral palsi, CSS normal.
3. Pemeriksaan EEG dilakukan pada pasien kejang atau pada golongan
hemiparesis baik yang disertai kejang yang tidak.
4. Foto rontgen kepala.
5. Penilaian psikologis perlu dikerjakan untuk tingkat pendidikan yang
dibutuhkan.
6. Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari
retardasi mental.
G. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan kausal tidak ada, hanya simtomatik. Pada keadaan ini perlu kerja
sama yang baik dan merupakan suatu ‘tim’ antara dokter anak, neurolog,
psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikolog, fisioterapi,
occupational therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa dan orang tua
pasien.
 Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut membantu
program latihan di rumah. Untuk mencegah kontraktru perlu diperhatikan posisi
pasien pada waktu istirahat atau tidur. Bagi pasien yang berat dianjurkan untuk
sementara tinggal di pusat latihan. Fisioterapi ini dilakukan sepanjang pasien
hidup.
 Tindakan bedah
Bila terdapat hipertoumus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan
pembedahan otot, tendon atau hilang untuk reposisi kelainan tersebut.
Pembedahan stereotaktik dianjurkan pada pasien dengan pergerakan kereotetosis
yang berlebihan.
 Obat-obatan
Pasien serebral palsi (CP) yang dengan gejala motorik ringan adalah baik ; makin
banyak gejala penyertanya dan makin berat gejala motoriknya makin buruk
prognosisnya. Bila di negara maju ada tersedia Institute Cerebral Palsy untuk
merawat atau untuk menampung pasien ini.
 Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah bergantung dari kerusakan otak yang terjadi. Pada umumnya dijumpai
adanya gangguan pergerakan sampai retardasi mental dan seberapa besarnya
gangguan yang terjadi juga bergantung dari berat ringannya asfiksia yang terjadi
pada otak. Dewasa ini gangguan dari pertumbuhan/perkembangan janin di
rumah-rumah bersalin yang telah maju dapat dideteksi sejak dini bila kehamilan
dianggap beresiko. Juga ramalan mengenai perkembangan bayi dapat diduga bila
mengetahui keadaan pada saat perinatal (lihat penyebab). Selain itu setelah
diketahui dari patologi anatomi palsi serebral bahwa gejala dini dapat terlihat
pada bulan-bulan pertama setelah lahir, sebenarnya beratnya gejala sisa mungkin
dapat dikurangi jika dilakukan tindakan lebih dini. Disinilah peranan perawat
dapat ikut mencegah kelainan tersebut.
Tindakan yang dapat dilakukan :
1. Mengobservasi dengan cermat bayi-bayi lahir yang beresiko (baca status bayi
secara cermat mengenai riwayat kehamilan/kelahirannya). Jika dijumpai
adanya kejang atau sikap bayi yang tidak biasa pada neonatus segera
memberitahukan dokter agar dapat dilakukan penanganan semestinya.
2. Jika telah diketahui bayi lahir dengan resiko terjadi gangguan pada
otak walaupun selama di ruang perawatan tidak terjadi kelainan agar
dipesankan kepada orang tua/ibunya jika melihat sikap bayi yang tidak
normal supaya segera dibawa konsultasi ke dokter.
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian.
 Riwayat Pasien.
Terdapat beberapa kejadian pada CP seperti ; adanya serangan mendadak atau
kejang, gangguan penglihatan, mental terlambat, lemahnya pergelangan kaki
atau lengan, dirawat di rumah sakit dan juga menggunakan obat yang lama.
 Penemuan Klinis.
Kurangnya gerakan refleks ; gangguan makan, tonus otot, kejang, lemah
pergerakan lengan kiri dan kaki, gangguan penglihatan, pendengaran,
kemampuan bicara, BB, TTV, tingkat kesadaran.
 Faktor perkembangan.
Tingkat perkembangan anak, mekanisme koping, tempat tinggal anak dan
keluarga juga mungkin pengaruh hospitalisasi.
 Pengetahuan keluarga dan pasien.
Kondisi penyebab perawatan tingkat kesadaran, kerelaan dan kemampuan
belajar.

2. Diagnosa Keperawatan.
1. Kurang mampu merawat diri b. d
kekuatan otot dan ketahanan neuromuskular.
2. Gangguan komunikasi verbal b.
d gangguan pendengaran dan retardasi mental.
3. Gangguan mobilisasi fisik b. d
kelemahan otot.
4. Resiko tinggi injury b.d
ketidakmampuan fisik dan kerusakan neuromuskular.
5. Kurang pengetahuan b. d kurang
mendapatkan informasi.
3. Perencanaan.
Diagnosa 1.
Goal : Klien akan melakukan aktivitas sehari-hari selama dalam perawatan.
Obyektif : Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
Intervensi dan rasional :
 Kaji kemampuan untuk melakukan kebutuhan sehari-hari.
R/ Merencanakan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
 Dorong anak untuk membantu perawat sesuai umur dan kemampuan.
R/ Fasilitasi perkembangan normal.
 Hindari melakukan sesuatu apabila pasien dapat melakukannya sendiri.
R/ Pasien mampu mempertahankan harga diri dan meningkatkan
pemulihan.
 Pasien mampu mempertahankan harga diri dan peningkatan pemulihan.
R/ Meningkatkan percaya/makna diri
 Kaji kemampuan pasien untuk komunikasi tentang kebutuhannya.
R/ Pasien mempunyai perkembangan dalam proses penyembuhan
 Kaji kebiasaan defekasi sebelumnya dan anjurkan minum air yang banyak.
R/ Mengkaji perkembangan latihan dan membantu dalam mencegah
konstipasi.
Diagnosa 2.
Goal : Klien akan menggunakan proses komunikasi sesuai batas kemampuan
selama dalam perawatan.
Obyektif : Anak mampu berkomunikasi dengan baik.
Intervensi dan rasional :
 Bicara secara langsung dengan pasien, bicara perlahan dan tenang.
R/ Menurunkan kebingungan selama proses komunikasi.
 Bicara pada anak dengan lembut dan pelan
R/ Memberi kesempatan pada anak untuk mengerti pembicaraan.
 Anjurkan orang tua terdekat mempertahankan usaha untuk komunikasi
dengan pasien
R/ Mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang efektif.

 Menggunakan artikel/gambar
R/ Memperkuat pembicaraan dan lebih memberi pengertian pada anak.
Diagnosa 3.
Goal : Klien akan melakukan mobilisasi sesuai kemampuan selama dalam
perawatan.
Obyektif : Anak melakukan gerakan dalam batas normal.
Intervensi dan rasional :
 Bantu anak duduk, merangkak dan gerakan sesuai umur.
R/ Untuk mencegah kekakuan otot dan menolong anak dalam proses
belajar.
 Kaji penggunaan pergantian dari penggerakan kaki saat belajar berjalan.
R/ Untuk mengetahui perkembangan anak.
 Lakukan posisi tengkurap ½ x hari
R/ Membantu mempertahankan ekstensi panggul fungsional.
 Lakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas.
R/ Mencerminkan atropi otot, meningkatkan sirkulasi dan cegah
kontraktur.
 Tinggikan tangan dan kepala
R/ Meningkatkan aliran balik vena dan menolong terjadinya oedema.
 Posisikan lutut, panggul dalam posisi ekstensi.
R/ Mempertahankan posisi yang fungsional
 Evaluasi alat membantu untuk mengatur posisi.
R/ Kontraktur fleksi dapat terjadi akibat dari otot fleksor lebih kuat
dibanding dengan otot ekstensor.
Diagnosa 4.
Goal : Klien tidak akan mengalami injury selama dalam perawatan.
Obyektif : Anak bebas dari injury.
Intervensi dan rasional :
 Sediakan lingkungan fisik yang aman misalnya ; meja, kursi.
R/ Sebagai pelindung dalam melakukan/selama proses latihan.
 Pasang palang tempat tidur.
R/ Mencegah agar tidak terjatuh.
 Pilih mainan sesuai umur dan batasan fisik.
R/ Cegah injury.
 Anjurkan istirahat yang cukup.
R/ Lemah dapat meningkatkan resiko injury.
 Beri obat anti epilepsi sesuai resep.
R/ Cegah epilepsi.
 Sediakan helm bagi anak yang mudah mendapatkan kecelakaan.
R/ Cegah injury kepala.
Diagnosa 5.
Goal : Orang tua dan keluarga akan menunjukkan pemahaman terhadap
kebutuhan perawatan anak dengan berperan aktif dalam perawatan.
Obyektif : Orang tua akan berperan aktif dalam perawatan anak.
Intervensi dan rasional :
 Diskusikan rencana untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
R/ Meningkatkan rencana sesuai kebutuhan individu.
 Beri instruksi dan jadwal tertulis mengenai aktivitas dan pengobatan.
R/ Memberi pengetahuan visual dan sumbernya setelah melakukan
aktivitas.
 Sarankan pasien membatasi stimulasi lingkungan.
R/ Stimulasi dapat memperbesar stimulasi berpikir.
4. Implementasi.
Sesuai dengan intervensi.
5. Evaluasi.
1. Mempertahankan tingkat kesadaran fungsi fungsi motorik dan sensorik.
2. Kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Pemahaman tentang komunikasi.
4. Pemahaman perubahan gaya hidup dan memenuhi kebutuhan diri.
5. Bebas injuri.
6. Berpartisipasi dalam proses belajar.

H. Pendidikan Kesehatan.
 Berikan informasi pada orang
tua/keluarga tentan perkembangan anak, prognosis, rencana perawatan dan
berikan jawaban yang jujur bila mereka menanyakan dan ajarkan bagaimana
keterlibatan mereka dalam pengambilan keputusan perawatan anak bila
mungkin.
 Ajarkan pada keluarga untuk
mengekspresikan perasaan secara verbal tentang perhatian, perasaan bersalah,
menolak, marah, dan takut.
 Kaji pengetahuan keluarga terhadap
ketidakmampuan anak dan kebutuhan fisik, beraktivitas dan bicara.
 Demonstrasikan teknik pemberian
makan pada anak untuk mencegah aspirasi.
 Berikan pujian positif pada keluarga
atas keterlibatannya dalam perawatan anak.
 Jelaskan kemungkinan ada gejala
aspirasi, distress pernapasan, retensi kandung kemih, konstipasi, dan segera
laporkan ke perawat.
 Ajarkan bagaimana untuk mencegah
kerusakan kulit bila ada pemasangan alat bantu atau penyokong.
 Jelaskan penting menstimulasi anak
dengan terapi bermain yang sesuai kondisi dan sosialisasi dengan orang lain.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Serebral Palsi ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak
progresif,terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi
perkembangan otak normal dengan gambaran klinik dapat berubah selama hidup
dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan
neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan serebelum
juga kelainan mental. Penyebab serebral palsi dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu
prantal, perinatal, dan pasca natal.
Diagnosis berdasarkan kombinasi berbagai gejala dan anamnesis yang cermat.
B. Saran
Setelah mempelajari tentang serebral palsi diharapkan agar kita semua dapat
lebih jelih untuk memahami tanda dan gejala pada anak yang mederita serebral
palsi.
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah, (1997),”Perawatan Anak Sakit”, Penerbit Buku Kedokteran : EGC


Jakarta.

R. Yuliani, Suriadi, ( 2001 ), “ Asuhan Keperawatan Pada Anak “ Edisi I : EGC.


Jakarta.

Staf Pengajar,(1985),”Ilmu Kesehatan Anak “ Jilid II, Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai