Anda di halaman 1dari 21

P1 GETARAN TEREDAM

I. LATAR BELAKANG
Getaran adalah suatu gerak bolak-balik disekitar kesetimbangan. Kesetimbangan disini
maksudnya adalah keadaan dimana suatu benda berada pada posisi diam jika tidak ada gaya
yang berkerja pada benda tersebut. Getaran mempunyai amplitude (jarak simpangan
terjauh dengan titik tengah) yang sama.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah semakin maju dan berkembang
dengan pesat sehingga menimbulkan persaingan yang ketat. Secara otomatis ada tuntutan
agar selalu berkreatifitas dan terus mengikuti perkembangan tersebut, dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang memadahi, manusia dapat mengembangan potensi-
potensi disekelilingnya.
Karena dirasa penting bagi kita untuk mengetahui dan menguasainya, dilakukanlah
praktikum untuk memperdalam materi fisika tentang getaran pegas selanjutnya, untuk
melengkapi praktikum tersebut disusunlah laporan praktikum. Isi dari laporan ini tak lain
adalah getaran pegas, hasil-hasil pengamatan dan pembahasan hal-hal yang telah terjadi
dalam praktikum.

II. TUJUAN
1. Menentukan konstanta pegas pada suatu sistem pegas.
2. Membandingkan nilai konstanta redaman antara perhitungan dan pengukuran.
III. DASAR TEORI
1. Getaran
Suatu benda yang mengalami getaran selalu mempunyai posisi kesetimbangan yang
stabil. Jika benda tersebut dijauhkan dari posisi ini dan dilepaskan, akan timbul suatu gaya
atau torsi untuk menarik benda tersebut kembali ke posisi setimbangnya. Akan tetapi, pada
saat benda tersebut mencapai posisi setimbangnya, benda tersebut telah memiliki energi
kinetik sehingga melampaui posisi tersebut, berhenti di suatu tempat pada sisi yang lain,
untuk kemudian kembali lagi ke posisi kesetimbangannya. Dari ilustrasi sederhana ini, kita
dapat mendefinisikan getaran sebagai gerak bolak-balik di sekitar titik/posisi
kesetimbangan.
2. . Getaran Harmonik
Setiap gerak yang terjadi secara berulang dalam selang waktu yang sama disebut gerak
periodik. Karena gerak ini terjadi secara teratur maka disebut juga sebagai gerak harmonik.
Apabila suatu partikel melakukan gerak periodik pada lintasan yang sama maka geraknya
disebut gerak osilasi/getaran. Bentuk yang sederhana dari gerak periodik adalah benda
yang berosilasi pada ujung pegas. Karenanya kita menyebutnya gerak harmonis sederhana.
Dalam gerak harmonik terdapat beberapa besaran fisika yang dimiliki benda
diantaranya:
a. Simpangan (y): jarak benda dari titik keseimbangan
b. Amplitudo (A): simpangan maksimum atau jarak terjauh
c. Frekuensi (f): banyaknya getaran setiap waktu
d. Perioda (T):banyaknya waktu dalam satu getaran
Gerak bolak-balik dikarenakan adanya gaya pemulih dari suatu benda yang arahnya
menuju titik setimbang yang besarnya sebanding dengan simpangan. Gaya pemulih
arahnya selalu berlawanan dengan arah simpangan, maka dituliskan dalam persamaan
sebagai berikut :
F= -k∆x …………………………………….(1)
dimana :
K = konstanta pegas (N/m)
Δx = simpangan (m)
F = gaya pemulih (N)

Dari Hukum II Newton:


F = ma = d2x/dt2…………………………….(2)

Pada kondisi nyata, gaya pemulih semakin lama semakin melemah karena adanya gaya
gesek yang juga mendisipasikan energi. Gaya gesek akan mengakibatkan amplitudo setiap
osilasi secara pelan menurun terhadap waktu. Sehinggga osilasi akan berhenti sama sekali.
Getaran semacam ini disebut sebagai getaran selaras teredam.

2. Jenis Getaran Teredam


Getaran yang terdapat gaya penghambat atau gaya gesekan yang pada akhirnya getaran
itu akan berhenti. Gaya penghambat itu dikenal dengan gaya redam. Gaya redam
merupukan fungsi linier dari kecepatan, Fd = -c dx/dt. Jika suatu partikel bermassa m
bergerak di bawah pengaruh gaya pulih linier dan gaya hambat, maka persamaannya
menjadi:
mẍ + cẋ + kx = 0............................................. (2)
Persamaan umum sistem dinamik orde 2:
ẍ + 2ξω0 ẋ+ω02 x = 0……………………………………(3)
jika persamaan (2) dibandingkan dengan persamaan (3), maka didapatkan 2ξω0 = c/m,dan
Gambar 1.1 Gambar Amplitudo ke-n pada Getaran yang Teredam
Getaran teredam memiliki beberapa jenis, yaitu getaran kurang teredam
(underdamped),getaran redaman kritis (critically damped),dan getaran terlampau redam
(overdamped).

Gambar 1.2 Jenis Getaran Teredam


PROSEDUR PERCOBAAN
1. Alat dan Bahan
a. Statif
b. Pegas
c. Beban
d. Perekam Video
e. Penggaris
2. Langkah-langkah Percobaan
a. Siapkan alat dan bahan
b. Hitunglah posisi awal pada sistem pegas tersebut
c. Beri simpangan pada sistem pegas tersebut sejauh beban yang diberikan
d. Hitunglah panjang defleksi (∆L) pada sistem pegas tersebut
e. Lepaskan beban secara perlahan dan rekam dengan alat perekam video getaran
pada sistem pegas tersebut.
f. Hitung konstanta pegas dari data yang didapatkan.
g. Bandingkan konstanta redaman dari hasil pengukuran dan perhitungan.
h. Lakukan analisa dari hasil perhitungan diatas.

Tugas Pendahuluan
1. Buatlah persamaan pegas kesetimbangan matematis saat kondisi transien!
PERCOBAAN P-2
BANDUL FISIS

1. TUJUAN
 Mengetahui nilai frekuensi natural pada sistem 1 DOF
 Mengetahui bentuk mode pada sistem 2 DOF
 Membandingkan nilai frekuensi natural 2 DOF secara teori dan eksperimen pada sistem bandul

2. DASAR TEORI
2.1 BANDUL
Sebuah pendulum sederhana dapat dideskripsikan sebagai sebuah massa yang digantungkan pada
tali yang massanya dapat diabaikan sehingga dapat bergerak bolak-balik. Pendulum sederhana dapat
didekati sebagai sebuah besi kecil berbentuk silinder dengan jari-jari yang kecil dan massa yang besar
jika dibandingkan dengan panjang dan massa dari tali yang digunakan untuk menggantung besi silinder
tersebut. Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak-balik benda melalui suatu titik kesetimbangan
tertentu dengan banyaknya getaran benda dalam setiap sekon selalu konstan. Gerak harmonik dapat
dinyatakan dengan grafik posisi partikel sebagai fungsi waktu berupa sinus atau kosinus seperti halnya
pada gambar dibawah ini.

Gambar 2. 1 Ilustrasi gerak harmonic sederhana


Ketika pendulum dipindahkan dari titik equilibriumnya, akan ada gaya pemulih yang membuat
pendulum kembali ke titik kesetimbangannya. Untuk membuat bandul (pendulum), beratnya tergantung
dari titik tetap yang disebut pivot. Dengan menarik pendulum kembali dan melepaskan, bandul akan
berayun bolak-balik karena tarikan gravitasi dan tegangan di sepanjang tali atau kawat yang
menggantungkan berat tadi . gerakan ini terus berlanjut sebagai akibat inersia.
Menurut hukun dasar inersia pada kasus bandul fisis , bandul akan terus berayun kecuali ada
sebauah gaya eksternal yang bertindak untuk menghentikannya. Ketika pendulum berayun , energi
keadaan yang berubah berdasarkan tempat di busur benda, tetapi semuanya tetap sama dalam jumlah
total potensial dan kinetik energi benda.
Berdasarkan hukum newton dapat dituliskan:

∑𝜏 = I x α (2.1)

1 𝑑2 𝜃
−(𝑚 𝑔 sin 𝜃) 𝑥 =I 2
2 𝑑𝑡
𝑑2 𝜃 𝑚 𝑔 sin 𝜃
𝑑𝑡 2
+ 𝐼
𝑥 𝑙/2 = 0

Gambar 3. 2 Bandul Fisis


1
Karena I adalah moemen inersia batang yang di putar diujungnya, dengan I = 3
𝑚 𝑙 2 sehingga
diperoleh :

𝑑2 𝜃 1 𝑚 𝑔 sin 𝜃
𝑑𝑡 2
+ 2𝑙 1 = 0 , untuk 𝜃 ≪ maka sin 𝜃 ≅ 0
𝑚 𝑙2
3

1
𝑑2 𝜃 𝑙𝑚𝑔
2
𝑑𝑡 2
+ 1 𝜃=0 (2.2)
𝑚 𝑙2
3

3𝑔
Berdasarkan persamaan di atas dapat di peroleh bahwa 𝜔2 = 2𝑙
dan periode bandul sederhana dapat
dinyatakan :
2𝑙
𝑇 = 2𝜋 √3𝑔 (2.3)

Dimana T = periode batang (S)


L = panjang batang (m)
g = percepatan garvitasi bumi ((𝑚/𝑠 2)

2.2 Double Pendulum

Gambar 3. 2 Double Pendulum

Persamaan umum pada pendulum

∑ 𝑓𝑟 = 𝑤 cos 𝜃 − 𝑇𝑐 = −𝑚 𝑙𝜃̇ 2 (2.4)

∑ 𝑓𝜃 = − 𝑤 sin 𝜃 = −𝑚 𝑙𝜃̈ (2.5)

Persamaan untuk massa 1 :


2
∑ 𝑓𝑟1 = 𝑤1 cos 𝜃1 + 𝑇𝑐2 cos (𝜃2 − 𝜃1 ) − 𝑇𝑐1 = −𝑚1 𝑙𝜃1̇ (2.6)

∑ 𝑓𝜃1 = 𝑇𝑐2 sin (𝜃2 − 𝜃1 ) − 𝑤1 sin 𝜃1 = −𝑚 𝑙𝜃̈


(2.7)
Persamaan untuk massa 2 :

∑ 𝑓𝑥2 = −𝑇𝑐2 sin 𝜃2 = 𝑚2 𝑥2̈ (2.8)

∑ 𝑓𝑦2 = 𝑤2 − 𝑇𝑐2 cos 𝜃2 = 𝑚2 𝑦2̈ (2.9)

Energi kinetik :

𝑥2 = 𝑙1 sin 𝜃1 + 𝑙2 sin 𝜃2 (2.10)

𝑦2 = 𝑙1 cos 𝜃1 + 𝑙2 cos 𝜃2 (2.11)

Differensialkan terhadap waktu :

𝑥̇ 2 = 𝑙1 cos 𝜃1 𝜃1̇ + 𝑙2 cos 𝜃2 𝜃2̇ (2.12)

𝑦̇ 2 = −𝑙1 sin 𝜃1 𝜃1̇ − 𝑙2 sin 𝜃2 𝜃2̇ (2.13)

𝑥2̈ = 𝑙1 cos 𝜃1 𝜃1̈ − 𝑙1 sin 𝜃1 𝜃1̇ 2 + 𝑙2 cos 𝜃2 𝜃2̈ − 𝑙2 sin 𝜃2 𝜃2̇ 2 (2.14)

𝑦2̈ = −𝑙1 sin 𝜃1 𝜃1̈ − 𝑙1 cos 𝜃1 𝜃1̇ 2 − 𝑙2 sin 𝜃2 𝜃2̈ − 𝑙2 cos 𝜃2 𝜃2̇ 2 (2.15)

Subtitusi pada :

 −𝑇𝑐2 sin 𝜃2 = 𝑚2 𝑥2̈


𝑚2 (𝑙1 cos 𝜃1 𝜃1̈ − 𝑙1 sin 𝜃1 𝜃1̇ 2 + 𝑙2 cos 𝜃2 𝜃2̈ − 𝑙2 sin 𝜃2 𝜃2 2̇ ) (2.16)
 𝑤2 − 𝑇𝑐2 cos 𝜃2 = 𝑚2 𝑦2̈
𝑚2 (−𝑙1 sin 𝜃1 𝜃1̈ − 𝑙1 cos 𝜃1 𝜃1̇ 2 − 𝑙2 sin 𝜃2 𝜃2̈ − 𝑙2 cos 𝜃2 𝜃2̇ 2 ) (2.17)

Kalikan persamaan 2.16 dengan cos 𝜃2

−𝑇𝑐2 sin 𝜃2 cos 𝜃2 =

𝑚2 (𝑙1 cos 𝜃1 cos 𝜃2 𝜃1̈ − 𝑙1 cos 𝜃2 sin 𝜃1 𝜃1̇ 2 + 𝑙2 cos2 𝜃2 𝜃2̈ − 𝑙2 sin 𝜃2 cos 𝜃2 𝜃2 2̇ )

Kalikan persamaan 2.17 dengan sin 𝜃2

𝑤2 sin 𝜃2 − 𝑇𝑐2 cos 𝜃2 sin 𝜃2 =

𝑚2 (−𝑙1 sin 𝜃1 sin 𝜃2 𝜃1̈ − 𝑙1 sin 𝜃2 cos 𝜃1 𝜃1̇ 2 − 𝑙2 𝑠𝑖𝑛2 𝜃2 𝜃2̈ − 𝑙2 sin 𝜃2 cos 𝜃2 𝜃2̇ 2

Sehingga :

−𝑇𝑐2 sin 𝜃2 cos 𝜃2 = 𝑇𝑐2 cos 𝜃2 sin 𝜃2

𝑚2 (𝑙1 cos 𝜃1 cos 𝜃2 𝜃1̈ − 𝑙1 cos 𝜃2 sin 𝜃1 𝜃1̇ 2 + 𝑙2 cos2 𝜃2 𝜃2̈ − 𝑙2 sin 𝜃2 cos 𝜃2 𝜃2 2̇ ) =

𝑚2 (−𝑙1 sin 𝜃1 sin 𝜃2 𝜃1̈ − 𝑙1 sin 𝜃2 cos 𝜃1 𝜃1̇ 2 − 𝑙2 𝑠𝑖𝑛2 𝜃2 𝜃2̈ − 𝑙2 sin 𝜃2 cos 𝜃2 𝜃2̇ 2

Matrik yang terbentuk :


2
𝑙1 (𝑚1 + 𝑚2 ) 𝑚2 𝑙2 cos(𝜃2− cos 𝜃1 ) 𝜃1̈ −(𝑤1 + 𝑤2 ) sin 𝜃1 + 𝑚2 𝑙2 𝜃2̇ sin(𝜃2− 𝜃1 )
[ ] [ ] =[ 2 ]
𝑚2 𝑙1 cos(𝜃2− 𝜃1 ) 𝑚2 𝑙2 𝜃2̈ −𝑤 sin 𝜃 − 𝑚 𝑙 𝜃 ̇ sin(𝜃 𝜃 )
2 2 1 1 1 2− 1

Kalikan baris pertama matriks dengan 𝑙1 dan baris kedua dengan 𝑙2 . Lalu sudut yang digunakan
merupakan sudut kecil, sehingga sin 𝜃1 ≈ 𝜃1 dan cos 𝜃1 ≈ 1, sehingga dihasilkan matriks yang terbentuk
adalah

(𝑚 + 𝑚2 )𝑙1 2 𝑚2 𝑙2 𝑙1 𝜃1̈ (𝑤1 + 𝑤2 )𝑙1 0 𝜃


[ 1 2][ ̈ ] + [ ][ 1 ] = 0
𝑚2 𝑙1 𝑙2 𝑚2 𝑙2 𝜃2 0 𝑤2 𝑙1 𝜃2

Misal:

𝜃1 = 𝐴1 sin (𝜔t) 𝜃1̈ = -𝐴1 ω2 sin (𝜔t)

𝜃2 = 𝐴2 sin (ωt) 𝜃2̈ = -𝐴2 ω2 sin (𝜔t)

Sehingga terbentuk matriks sebagai berikut

𝑙 2 (𝑚1 + 𝑚2 ) 𝑚2 𝑙2 𝑙1 (𝑤1 + 𝑤2 )𝑙1 0 𝐴1 sin(𝜔t)


(ω2 [ 1 2] + [ ]) [ ]= 0
𝑚2 𝑙1 𝑙2 𝑚2 𝑙2 0 𝑤2 𝑙1 𝐴2 sin(𝜔t)

𝑙 2 (𝑚1 + 𝑚2 ) 𝑚2 𝑙2 𝑙1 (𝑤1 + 𝑤2 )𝑙1 0


ω2 [ 1 2] + [ ]=0
𝑚2 𝑙1 𝑙2 𝑚2 𝑙2 0 𝑤2 𝑙1

maka:
2
ω2 𝑙1 (𝑚1 + 𝑚2 ) + (𝑚1 + 𝑚2 )𝑔𝑙1 𝑚2 𝑙2 𝑙1 ω2
[ ]=0
𝑚2 𝑙1 𝑙2 ω2 𝑚2 ω2 𝑙1 2 +𝑚2 𝑔 𝑙1
(2.18)

Mode sistem 2 DOF pada bandul

𝑋 −𝑚2 𝑙2 𝑙1 ω1 2
(𝑋1 ) =
ω2 𝑙1
2
(𝑚1 +𝑚2 )+(𝑚1 +𝑚2 )𝑔𝑙1 1 2
2 ω=ω1

𝑋 −𝑚2 𝑙2 𝑙1 ω2 2
(𝑋1 ) =
ω2 𝑙1
2
(𝑚1 +𝑚2 )+(𝑚1 +𝑚2 )𝑔𝑙1
2 ω=ω2

(2.19) Gambar 3.3 Mode Normal pada Bandul

3. PERCOBAAN

3.1 Alat Dan Bahan


Peralatan yang akan digunakan dalam percobaan sebagai berikut :
a) Statif
b) Bandul
c) Busur
d) Perekam video
e) Timbangan digital

3.2 PROSEDUR PERCOBAAN


Prosedur yang digunakan untuk percobaan kali ini sebagai berikut:
 Pada Sistem 1 DOF:
Massa batang : 0.439 kg
1. Berikan simpangan pada batang sesuai dengan besar sudut pada tabel 1 kemudian lepaskan
bandul. Hitung waktu yang di butuhkan untuk berayun sampai bandul dalam kondisi berhenti.
Catat hasil pegukuran pada tabel 1.
2. Hitung nilai periode dan akurasi pada bandul secara teori dan praktikum. Kemudian plot hasil
tersebut, dimana sumbu x adalah besar simpangan dan sumbu y adalah nilai akurasi.
3. Simpulkan hal-hal penting dari hasil yang kamu peroleh

 Pada Sistem 2 DOF:


1. Timbang massa pada batang bandul dan ukur panjangnya
2. Tambahkan batang pada bandul yang sudah ditimbang dan diukur panjangnya, kemudian
berikan simpangan yang sama pada kedua bandul tersebut, Setelah itu rekam perubahan yang
ada pada batang 1 dan batang 2. Catat hasil pengamatan
3. Bandingkan besarnya nilai frekuensi natural pada saat praktikum dan secara teori. Lihat tabel 2.
4. Hitung nilai mode pada sistem 2 DOF berdasarkan persamaan 2.19.
5. Berikan simpangan pada batang dengan variasi sudut 𝜃1 𝑑𝑎𝑛 𝜃2 yang berbeda. Amati mode
yang terjadi pada sistem.
6. Simpulkan hal-hal penting dari hasil yang kamu peroleh.

Tabel 1. Periode ayunan batang 1 dof

NO SUDUT SIMPANGAN (°) WAKTU (S) PERIODE

1 7°

2 14 °

3 45°

4 60°

Tabel 2. Perbandingan Nilai Frekuensi Natural

NO SUDUT SIMPANGAN (°) WAKTU (S) PERIODE

1 7°

2 14 °

3 45°
4 60°

Batang 1 Batang 2

Nilai frekuensi natural secara


percobaan

Nilai frekuensi natural


berdasarkan teori

% Error secara praktikum dan


teori

Tugas Pendahuluan

1. Jelaskan yang anda ketahui tentang mode?


2. Apa yang membedakan bandul matematis dan bandul fisis? Jelaskan!
3. Apa yang dimaksud dengan getaran 2 dof?
4. Temukan persamaan frequensi natural dari sistem 2 dof!
5. Jelaskan peristiwa berhubungan dengan frequensi natural pada kehidupan sehari-hari!
PERCOBAAN P-3
TRANSMISSIBILITY
4. LATAR BELAKANG
Dalam proses industri, mesin-mesin yang digunakan mempunyai mekanisme kerja rumit serta
bernilai mahal sehingga ketika terjadi kerusakan pada mesin dan tidak segera diperbaiki, maka
akan terjadi kerusakan yang lebih parah. Banyak efek negatif ketika terjadi kerusakan
misalnya proses produksi yang terganggu. Oleh karena itu diperlukan teknik perawatan mesin
untuk mengetahui kondisi performa kinerja produksi. Salah satu metode yang dapat digunakan
adalah vibration monitoring. Vibration monitoring pada mesin umunya dilakukan dengan
mengukur getaran mesin saat mesin beroperasi. Tetapi ketika terdapat lebih dari satu mesin
beroperasi dalam satu penopang
maka dikhawatirkan terjadi transmisibilitas antar mesin yang menyebabkan hasil pengukuran
getaran mesin tidak valid atau tidak dapat menggambarkan kondisi getaran mesin yang
sebenarnya Sehingga dengan adanya hal tersebut, perlu dilakukan praktikum mengenai
transmissibility agar mahasiswa mempunyai dan mengerti mengenai ketrampilan khusus untuk
mendeteksi kerusakan pompa yang dipengaruhi transmissibility getaran pada pompa dalam satu
penopang

5. TUJUAN
 Mengetahui transmissibility pada sistem pompa
 Membandingkan nilai displacement pada pompa dengan menggunakan kedua motede yang
digunakan
 Mengetahui mode getaran pada pompa

6. DASAR TEORI
10.1 PENGERTIAN TRANSMISSIBILITY
Transmissibility factor adalah rasio antara besarnya gaya dinamis dari mesin yang disalurkan
ke penopang dengan gaya dinamis dari mesin. Besarnya gaya yang disalurkan ke penopang mesin
merupakan penjumlahan gaya yang melalui redaman (Wibowo, Eko Afdian.2004).

Gambar 3. 2 Diagram Vektor dari Gaya Massa (F), Pegas (k) dan Redaman (c)

Dari diagram pada gambar 3.1 hubungan antara vektor dari gaya massa (F0), pegas (k) dan redaman
(c) dapat di rumuskan sebagai berikut:

𝟐 𝟐 𝟐
𝒎𝝎 𝒄𝝎
𝑭𝟎 = 𝒌𝒚𝟎 √ 𝟏 − ( ) + ( ) (3.1)
𝒌 𝒌
Karena vektor dari gaya yang melalui pegas dan redaman saling tegak lurus, dengan mengetahui
gaya yang melalui pegas ( 𝑘, 𝑦0 ) dan gaya melalui redaman : 𝑐, 𝜔, 𝑦0 maka 𝐹𝑇 dirumuskan dengan :
𝐹𝑇 = √(𝐾 𝑌0 )2 + (𝑐 𝜔0 )2
Atau
𝑐𝜔
𝐹𝑇 = 𝐾 𝑌0 √1 + ( )2 (3.2)
𝑘
sehingga persamaan transmissibility adalah:
𝑐𝜔 2
𝐾 𝑌0 √1+( )
𝐹𝑇 𝑘
𝑇𝑅 = 𝐹0
= 𝑚 𝜔 2) 2 𝑐𝜔
(3.3)
𝐾 𝑌0 √1−(( ) ) +( )2
𝑘 𝑘
atau disederhanakan kembali menjadi :
𝐹𝑇 𝑘 2 +(𝜔𝑐)2
𝑇𝑅 = = √ (3.4)
𝐹0 (𝑘−𝑚𝜔2 )2 +(𝜔𝑐)2
Tetapi konsep tersebut digunakan pada pondasi sebagai penyalur getaran. Sehingga untuk
mengetahui transmisi getaran harus diketahui konstanta pegas (k) dan konstanta redaman
(c). Sebagai contoh, terdapat satu sumber getaran dalam satu pondasi di illustrasikan pada gambar
berikut.

Gambar 10.4 Transmissibility dengan Sumber Getaran pada Titik


A dan Penerima Getaran pada Titik B (AmirHossein, 2013)

Dari gambar 3.4 titik A adalah sumber getaran dan titik B adalah titik penerima getaran.
Diasumsikan pada titik A merupakan fungsi dari sinusoidal, maka respon dari fungsi
𝑋
sinusoidal adalah pada titik B. Dimana rasio gaya yang diterima pada titik B adalah 0 Jika
𝐹0
frekuensi eksitasi pada titik A yang mana frekuensi sudut (𝜔 ) terjadi perubahan, maka rasio dari
𝑋0
𝐹
juga akan berubah, diilustrasikan pada gambar 2.5
0

Gambar 10.5 Respons Transmissibility dengan Perbedaan Fasa (AmirHossein, 2013)

Ilustrasi pada gambar 3.5 merupakan konsep dasar transmissibility dimana pada titik B
merupakan titik pengukuran trnansmissibility, rasio yang digunakan adalah gaya yang diterima
dibanding dengan gaya sumber. Tetapi nilai transmisibility akan sulit dicari ketika pada titik
penerima (titik B) juga menghasilkan getaran dengan frekuensi yang sama dengan titik A.
Sehingga getaran dari titik A dianggap sebagai pengganggu karena akan mempengaruhi
amplitudo. Berdasar teori sinyal processing dalam buku sinyal dan sistem (oppenheim, alan v.
jilid 1. p-295), transformasi fourier
memetakan konvolusi dari dua sinyal kedalam hasil kali dari transformasi fourier.
Transformasi fourier dari tanggapan impuls merupakan tanggapan frekuensi dan menangkap
perubahan amplitudo kompleks dari transformasi fourier dengan masukan pada masing-masing
frekuensi ω. Sebagai contoh terdapat dua sinyal yang memiliki amplitudo yang berbeda dan
frekuensi sudut ω kedua sinyal sama, maka ketika kedua sinyal dikonvolusikan yang
mengalami perubahan adalah amplitudo sinyal. Misalkan dari gambar 3.6 jika kedua titik adalah
sumber getar maka salah satu dari titik adalah titik tinjauan dan titik lainnya dalah
pengganggu, sinyal pada titik A memiliki amplitudo sebesar F0 dengan frekuensi sudut ω1
dan sinyal pada titik B memiliki amplitudo sebesar X 0 dan frekuensi ω1 dimana titik B adalah
titik tinjauan maka perubahan sinyal B akibat eksitasi sinyal A adalah superposisi konstruktif
sehingga mengakibatkan kenaikan amplitudo sebesar S pada frekuensi ω1 diilustrasikan pada
gambar berikut

Gambar 10.6 Perubahan Amplitudo Sinyal Sebelum


Tereksitasi Getaran (a) Sinyal Sesudah Tereksitasi
Getaran (b)

Persamaan dibawah ini adalah konvolusi dari sinyal A dan B, untuk mengetahui perubahan
amplitudo sinyal dapat dilihat dengan mengubah sinyal dalam domain waktu kedalam domain
frekuensi.

𝑦(𝑡) = ∑∞𝑛=1 𝑓(𝑡) . 𝑥(𝑡) (3.5)


𝑦(𝑡) = 𝑓(𝑡) ∗ 𝑥 (𝑡) → 𝐹{𝑓(𝑡) . 𝑥 (𝑡)} (3.6)

10.2 DISPLACEMENT
Vibration displacement merupakan total jarak tempuh bagian yang mengalami vibrasi diukur
dari titik ekstrim ke titik ekstrim yang lain (peak to peak). Vibration displacement mempunyai satuan
SI micron (1/1.000.000 m) dan satuan imperial digunakan satuan mil (1/1.000 inch).

7. PERCOBAAN
11.1 Alat Dan Bahan
Peralatan yang akan digunakan dalam percobaan sebagai berikut.
 Satu buah pompa air
 Laptop dengan Software Labview dan Matlab
 DAQ National Instrument
 2 Accelerometer
 Kertas milimeter blok
 Alat tulis

11.2 PROSEDUR PERCOBAAN


4.2.1 Trasmissibility

Prosedur yang digunakan untuk percobaan kali ini sebagai berikut:


1. Sambungkan accelerometer ke DAQ
2. Tempelkan accelerometer pada mesin pompa dan beam yang akan diukur. Dengan1 tipe posisi,
yaitu vertical.(Lihat gambar 3.16.)
3. Ambil data dari DAQ.
4. Ulangi urutan no 1 s/d 3 dengan mengganti beam .Beam yang di gunakan yaitu1,2 dan 3, .
5. Hitung nilai trasnmissibility dan buatlah grafik peluruhannya kemudian analisa.
Q (y)

P (z)

3 2 1
Beam
40 cm
Gambar 11.16 Skema Pengambilan Data
Keterangan :

: Titik ukur

: Pompa

7.2.1 Displacement
Prosedur yang digunakan untuk percobaan kali ini sebagai berikut:
1. Metode manual
a. Siapkan kertas milimeter blok dan alat tulis. Pastikan milimeter blok menempel pada
lantai dan permukaan nya rata
b. Tentukan titik (0,0) pada kertas milimeter blok
c. Letakkan pompa pada titik (0,0)
d. Nyalakan pompa selama 5 detik
e. Beri tanda pada milimeter blok posisi pompa pada detik ke 5
f. Matikan pompa
g. Ukur jarak antara titik (0,0) dengan titik akhir
h. Ulangi langkah c sampai g sebanyak 2 kali
i. Tentukan mode pada pompa tersebut
2. Metode menggunakan alat ukur
a. Siapkan laptop yang sudah terinstall LabView
b. Sambungkan accelerometer ke DAQ pada posisi radial-vertikal
c. Ambil data dari DAQ sebanyak 3 kali
d. Oleh data yang telah diperoleh dengan software Matlab
e. Hitung rata rata hasil ketiga pengolahan data
f. Bandingkan hasil kedua metode!
P-4

VIBRASI dan JENIS KERUSAKAN POMPA AIR

8. LATAR BELAKANG

Dewasa ini perkembangan ilmu getaran sangatlah luas dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari
bidang kedokteran, pendidikan, bahkan industri. Dalam sebuah insudtri misalnya, telah memerlukan
adanya ilmu getaran agar dapat diketahui tingkat kerusakan suatu instrument di industri tersebut.
Apabila getaran yang dihasilkan melebihi batas yang diperbolehkan, maka dapat mengganggu
lingkungan sekitar dan membahayakan proses yang sedang berlangsung. Dengan adanya ilmu getaran
yang mempelajari mengenai kerusakan suatu peralatan, maka hal tersebut dapat diminimalisir atau
bahkan diatasi.
Langkah yang dilakukan untuk mengatasi masalah kebisingan pada suatu peralatan, memerlukan
adanya sebuah analisa yang dapat mendeteksi getaran tersebut. Tingkat kerusakan suatu oerakatan dapat
dilihat pada getaran yang terjadi pada alat tersebut..
Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum mengenai getaran dan jenis kerusakan, khususnya
pada pompa air agar mahasiswa mempunyai dan mengerti mengenai ketrampilan khusus untuk
menganalisa jenis kerusakan yang terjadi pada pompa air.

9. TUJUAN
 Mengetahui jenis kerusakan pompa dengan menganalisa frekuensi pompa air.

10. DASAR TEORI

14.1 Pengukuran Vibrasi


Secara umum sistem pengukuran dapat digambarkan dalam blok diagram sebagai berikut:

Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukuran

Pada pengukuran vibrasi sinyal input berupa getaran mekanik diubah oleh tranduser menjadi
sinyal tegangan kemudian ditransmisikan ke elemen pengkondisi sinyal, diproses oleh elemen pemroses
sinyal, dan akhirnya ditampilkan dalam bentuk data angka maupun grafik (spektrum, waveform, dan
trend).
Sesuai dengan tiga besaran pada vibrasi maka tranduser yang digunakan dalam pengukuran
vibrasi adalah accelerometer, yaitu tranduser yang paling sering dipakai karena fleksibilitasnya dan
range frekuensinya tinggi, biasanya berupa piezolelectric yang terdiri dari kristal dan massa penekan
kristal. Ketika terjadi vibrasi maka terjadi penekanan dan kristal akan membangkitkan muatan listrik
yang kemudian diamplifikasi sehingga sinyal vibrasi terbaca.
Gambar 3.2 Accelerometer

14.2 Pengambilan Data Menggunakan Accelerometer


Tranduser getaran dipasang pada bagian-bagian mesin yang cukup kaku untuk menghindari efek
resonansi lokal bagian tersebut. Pengambilan data-data dengan alat tranduser tersebut harus terlebih
dahulu mengetahui bagianmana dari mesin tersebut yang paling tepat untuk pengukuran vibrasi. Tempat
yang paling tepat tersebut adalah pada tempat yang dekat dengan sumber vibrasi, misalnya pada
kerusakan bearing maka penempatan tranduser diletakkan pada bearing caps (rumah bearing).
Pengambilan data vibrasi dilakukan dengan dua posisi yaitu dengan posisi axial dan posisi radial.
Pengambilan data secara axial adalah menempatkan alat tranduser pada arah axial atau searah dengan
poros. Cara radial sendiri terbagi menjadi 2 cara, yaitu:
 Horizontal: pengukuran secara horizontal dengan cara meletakkan alat tranduser secara
horizontal misalnya pada bagian atas pompa. Dari pengukuran ini dapat diketahui amplitudo
yang paling tinggi.
 Vertikal: pengambilan data secara vertikal adalah dengan menempatkan alat tranduser pada
posisi vertikal atau berbanding 90˚ dengan arah horizontal pada pompa.
Pengambilan data pada tiga sumbu berfungsi untuk melihat kondisi vibrasi pada masing-masing
sumbu, karena di setiap sumbu mempunyai vibrasi yang berbeda. Pada setiap kondisi mesin dapat
ditentukan karakteristik kerusakan dengan melihat sinyal vibrasi dari masing-masing sumbu
pengukuran.

14.3 Analisa Vibrasi dengan FFT


Analisa fourier terbagi atas dua yakni deret fourier untuk sinyal periodik dan trasformasi fourier
untuk sinyal aperiodik. Setiap sinyal periodik dapat dinyatakan oleh jumlahan atas komponen-
komponen sinyal sinusoidal dengan frekuensi berbeda (distinct). Jika ada sebuah fungsi f(t) yang
kontinyu periodik dengan periode T, bernilai tunggal terbatas dalam suatu interval terbatas, memiliki
diskontinyuitas yang terbatas jumlahnya dalam interval tersebut dan dapat diintegralkan secara mutlak,
maka f(t) dapat dinyatakan dengan deret fourier. Dengan menggunakan software komputer, komputasi
FFT menjadi lebih mudah dan cepat. Contoh sederhana FFT pada matlab sebuah fungsi f(t) dari time
domain menjadi frequency domain diperlihatkan pada Gambar 2.5.
Gambar 14.1 Hasil FFT dari Data Vibrasi (Simulasi Matlab)

FFT merupakan elemen pemrosesan sinyal pada pengukuran vibrasi. Pada pengukuran vibrasi
ada empat tahapan untuk merubah sinyal vibrasi menjadi spektrumnya. Algoritma FFT untuk analisa
vibrasi tersebut adalah sebagai berikut:
 Pengambilan data vibrasi dari tranduser yang dihubungkan dengan sistem akuisisi.
 Sistem akuisisi menghasilkan spektrum yang menunjukkan perbandingan waktu dengan
percepatan.
 Hasil spektrum diolah menggunakan software lain dengan menggunakan Fast Fourrier
Transform.
 Hasil pengolahan menggunakan FFT akan berupa grafik perbandingan frekuensi dengan
amplitudo yang menunjukkan jenis kerusakan dan tingkat kerusakan mesin.
Ada beberapa parameter pemrosesan sinyal pada FFT yang perlu diketahui untuk menjamin
kesuksesan analisa vibrasi. Dengan mengetahui parameter-parameter tersebut pengambilan data bisa
lebih cepat dan akurat. Parameter-parameter FFT tersebut adalah sebagai berikut:
 Fmax: Frekuensi maksimum atau frequency range menunjukkan bandwith frekuensi yangakan
ditampilkan pada spektrum.
 Number & Tipe of Averages: Karena vibrasi tidak bisa lepas dari gangguan/random noise, maka
diperlukan beberapa kali pengambilan data dan kemudian merata-ratakannya. Number of
averages menyatakan berapa kali data diambil.
 Number of Lines: Parameter ini mendefinisikan jumlah resolusi garis untuk perhitungan FFT.
Resolusi frekuensi menentukan seberapa dekat dua puncak frekuensi dibedakan sebagai puncak
yang terpisah. Ketika frekuensi maksimum semakin tinggi, jumlah resolusi garis juga harus
bertambah supaya menjaga resolusi tetap sama.

14.4 Diagnosa Kerusakan Mesin Melalui Spectrum Analysis


Setiap bagian dari pompa atau mesin berputar mempunyai tingkat vibrasi yang berbeda
tergantung pada letaknya dan gaya yang diterima. Tingkat vibrasi inilah yang bisa dijadikan sebagai
pendeteksi keadaan dari suatu kondisi mesin apakah ada kerusakan atau tidak. Kerusakan umum yang
biasa terjadi pada pompa dan mesin-mesin berputar adalah ketidak-seimbangan atau unbalance,
misalingment, kerusakan bearing, dan mechanical loosenes. Kerusakan-kerusakan tersebut dapat
dideteksi dari spektrum vibrasi. Kerusakan-kerusakan yang sering terjadi pada mesin berputar yaitu:
3.5.1 Unbalance
Unbalance adalah kondisi di mana pusat massa tidak sesumbu dengan sumbu rotasi sehingga
rotor mengalami gaya vibrasi terhadap bearing yang menghasilkan gaya sentrifugal. Ada beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya unbalance yakni kesalahan saat proses pemesinan dan assembly,
eksentrisitas komponen, adanya kotoran saat pengecoran, korosi dan keausan, distorsi geometri karena
beban termal dan beban mekanik, serta penumpukan material. Karakteristik dari unbalance ini dapat
diketehui dengan adanya amplitudo yang tinggi pada 1xRPM, seperti yang ditunjukkan Gambar 2.10.
Tetapi, adanya amplitudo pada 1xRPM tidak selalu unbalance, tanda lainnya adalah rasio amplitudo
antara pengukuran arah horizontal dan vertikal kecil (H/V<3). Ketika pada kondisi dominan unbalance,
maka getaran radial (Horizontal dan Vertikal) akan secara normal jauh lebih tinggi dibandingkan axial.
Pada pompa normal, getaran horizontal lebih tinggi dari vertikal. Amplitudo di 1x RPM secara normal
≥80% dari amplitudo keseluruhan ketika masalah dipastikan unbalance.

Gambar 14.2 Spektrum Vibrasi Unbalance[1]

Resonansi kadang–kadang dapat memperbesar efek dari unbalance. Unbalance juga dapat
memberi kontribusi terbesar pada loosness (aus). Ketika unbalance lebih dominan daripada masalah
yang lain, beda fase antara horizontal dan vertikal sekitar 90˚ (±30˚) pada bearing yang sama.
Unbalance pada motor biasanya tetap dan fase yang berulang di arah radial.
3.5.2 Misalingment
Ketidaklurusan (misalignment) terjadi ketika frekuensi shaft yang berputar satu kali putaran atau
dapat juga terjadi dua dan tiga kali putaran. Normalnya disebabkan adanya getaran yang tinggi pada
axial dan radial, tetapi tidak selalu tinggi pada axial saja, khususnya saat kondisi parallel offset lebih
mendominasi dibandingkan angular misalignment. Menghasilkan getaran lebih besar dari keadaan
normal di 2xRPM di mana dapat terjadi bukan hanya di arah axial tapi juga di radial.
Jika misalignment menjadi semakin buruk hal ini dapat disebabkan besarnya nilai harmonik di
mana akan menghasilkan spektrum nampak seperti masalah looseness.Untuk misalignment parah,
pengukuran radial (horizontal dan vertikal) perbedaan fase terdapat pada 0˚ atau 180˚ (±30˚) antara sisi
dalam dan sisi luar bearing. Kebanyakan dari waktu, perbedaan fase horizontal mendekati 180˚
pergeseran fase dibandingkan dengan perbedaan fase vertikal.
Gambar 14.3 SpektrumVibrasi Misalignment[1]

Misalignment yang terjadi pada mesin berputar yaitu:


 Angular Misaligment

Gambar 14.4 Angular Misalignment[2]

Getaran axial tinggi, terutama pada 1x, 2x, dan 3x RPM, satu dari puncak ini (peak) kadang-
kadang lebih dominan daripada yang lain. Umumnya amplitudo antara 2x atau 3x RPM mencapai kir-
kira 30–50% dari 1xRPM di arah axial. Indikasi terbaik adalah perbedaan fase 180˚ bersebrangan
kopling di arah axial. Dari kerusakan ini kemungkinan juga mengindikasikan adanya masalah kopling.
Angular misalignment kemungkinan terdapat pada 1x RPM harmonik, seperti juga mechanical
looseness (kelonggaran mekanik) gerakan harmonik ganda ini tidak selalu mengeluarkan suara gaduh
pada spektra.
 Parallel Misalignment

Gambar 14.5 Parallel Misalignment[2]

Shaft pada paralel misalignment terlihat offset. Misalignment ini mempunyai kesamaan gejala
pada getaran angular, tetapi menunjukan tingginya getaran radial di mana mencapai fase 180˚
bersebrangan dengan kopling, amplitudo di 2xRPM lebih besar daripada di 1x. Amplitudo tidak selalu
berada pada 1x, 2x, atau 3x yang lebih dominan, tetapi ketinggian relative di 1x di mana selalu
diindikasi pada tipe kopling dan konstruksi. Ketika kedua arah angular dan arah radial menjadi semakin
tinggi, keduanya dapat menciptakan tingginya peak amplitudo jauh lebih tinggi dari harmoninya (4x-
8x) atau ketika rangkaian frekuensi harmonik tinggi serupa dengan mechanical looseness.
Tipe kopling dan material akan membawa pengaruh yang besar pada spektrum ketika gejala
misalignment ada, hal ini tidak ada pengaruh pada peningkatan suara gaduh.
 Bearing Misalignment
Untuk kerusakan ini getaran axial terjadi pada 1x dan 2x RPM, fase axial terjadi di empat bagian
dengan sudut 90˚ satu sama lain juga akan terjadi pergeseran sudut 90 dari point ke point selanjutnya.
Untuk meluruskan kopling atau membalance rotor tidak akan memecahkan masalah, cara yang paling
efektif adalah bearing harus diganti dan pasang bearing yang tepat (diameter inner bearing harus
simetris). Titik 1, 2, 3, dan 4 merupakan pengukuran axial, titik tersebut harus 90˚ terpisah satu sama
lain.

Gambar 14.6 Bearing Misalignment[2]

3.5.3 Kerusakan Bearing


Kerusakan bearing (defective antifriction bearing) mempunyai ciri yaitu mempunyai puncak
(peak) tinggi beberapa kali RPM, 1x, 2x, 3x, 4x, ..., 10x. Vibrasi akan timbul jika bearing sudah parah.
Pada spektrum akan tampak impact (tubrukan) beberapa frekuensi dengan amplitudo tinggi seperti
ditunjukkan Gambar 2.11.

Gambar 14.7 Spektrum Kerusakan Bearing

3.5.4 Loosenes
Tidak rapat (mechanical looseness) terjadi pada frekuensi dua kali putaran, penyebabnya terjadi
karena perubahan keseimbangan dan alignment. Biasanya terjadi pada arah axial dan kejadiannya
sering bersamaan dengan unbalance dan misalignment Karakteristik loosness dapat diketahui pada
spektrum dengan adanya beberapa amplitudo tinggi khususnya pada 1x RPM, 1,5x RPM, dan harmonik
seperti yang terlihat pada Gambar 2.16. Looseness biasanya disebabkan oleh structural looseness dari
tumpuan mesin, pondasi, baut yang kendor, dan deteriorated grouting.
Gambar 14.8 Spektrum Vibrasi Looseness [1]

11. PERCOBAAN

15.1 Alat Dan Bahan


Peralatan yang akan digunakan dalam percobaan sebagai berikut.
 1 buah pompa air
 Laptop dengan Software LabView dan MatLab
 DAQ National Instrument
 2 buah Accelerometer

15.2 PROSEDUR PERCOBAAN


Prosedur yang digunakan untuk percobaan kali ini sebagai berikut:
6. Sambungkan accelerometer ke DAQ
7. Tempelkan accelerometer pada mesin pompa yang akan diukur. Dengan 2 tipe posisi, yaitu :
 Axial
 Radial (posisi Horizontal atau Vertikal)
8. Ambil data dari DAQ.
9. Buat grafik perbandingan hasil monitoring vibrasi dari tiap pompa dengan menggunakan FFT
pada program MATLAB.
10. Tentukan jenis kerusakan pada pompa

Anda mungkin juga menyukai