Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Defibrilasi (Kejut Jantung)


Defibrilasi adalah suatu tindakan terapi dengan cara memberikan aliran listrik
yang kuat dengan metode asinkron ke jantung pasien melalui elektroda yang
ditempatkan pada permukaan dada pasien. Tujuannya adalah untuk koordinasi
aktivitas listrik jantung dan mekanisme pemompaan, ditunjukkan dengan
membaiknya cardiac output, perfusi jaringan dan oksigenasi (Yosia, 2013).
American Heart Association (AHA) merekomendasikan agar defibrilasi
diberikan secepat mungkin saat pasien mengalami gambaran VT non-pulse atau
VF, yaitu 3 menit atau kurang untuk setting rumah sakit dan dalam waktu 5
menit atau kurang dalam setting luar rumah sakit. Defibrilasi dapat dilakukan
diluar rumah sakit karena sekarang ini sudah ada defibrillator yang bisa
dioperasikan oleh orang awam yang disebut automatic external defibrillation
(AED).
B. Indikasi defibrilasi
Defibrilasi merupakan tindakan resusitasi prioritas utama (rekomendasi class I)
yang ditujukan pada:

- Ventrikel fibrilasi (VF)

- Ventrikel takikardi tanpa nadi (VT non-pulse)

Meskipun defibrilasi merupakan terapi definitive untuk VF dan VT non-pulse,


penggunaan defibrilasi tidak berdiri sendiri tetapi disertai dengan resusitasi.
kardiopulmonari (RKP). Peran aktif dari penolong atau tenaga kesehatan pada
saat mendapati pasien dengan cardiac arrest, dimana sebagian besar
menunjukkan VF dan VT, untuk bertahan terbukti meningkat (Kusuma, 2013)
Dikutip dari AHA dalam ACLS: principle and practice, dalam 4 studi disebutkan
bahwa terdapat hubungan antara interval dari kolaps dengan dimulainya
pemberian RKP

C. Prinsip Defibrilasi Kejutan


Memberikan energi dalam jumlah banyak dalam waktu yang sangat singkat
(beberapa detik) melalui pedal positif dan negative yang ditekankan pas dinding
dada atau melalui adhesive pads yang ditempelkan pada sensing dada pasien.
Arus listrik yang mengalir sangat singkat ini bukan merupakan loncatan awal
bagi jantung untuk berdetak, tetapi mekanismenya adalah aliran listrik yang
sangat singkat ini akan mendepolarisasi semua miokard, menyebabkan
berhentinya aktivitas listrik jantung atau biasa disebut asistole. Beberapa saat
setelah berhentinya aktivitas listrik ini, sel-sel pace maker akan berrepolarisasi
secara spontan dan memungkinkan jantung untuk pulih kembali. Siklus
depolarisasi secara spontan dan repolarisasi sel-sel pacemaker yang reguler ini
memungkinkan jantung untuk mengkoordinasi miokard untuk memulai aktivitas
kontraksi kembali.

D. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan defibrilasi


Lamanya VF Kesuksesan defibrilasi tergantung dari status metabolisme
miokards dan jumlah miokard yang rusak selama periode hipoksia karena arrest.
Semakin lama waktu yang digunakan untuk memulai defibrilasi maka semakin
banyak persediaan ATP yang digunakan miokard untuk bergetar sehingga
menyebabkan jantung memakai semua tenaga sampai habis dan keadan ini akan
membuat jantung menjadi kelelahan.
Keadaan dan kondisi miokard Hipoksia, asidosis, gangguan elektrik,
hipotermi dan penyakit dasar jantung yang berat menjadi penyulit bagi
pemulihan aktivitas kontraksi jantung. Besarnya jantung Makin besar jantung,
makin besar energi yang dibutuhkan untuk defibrilasi.
Ukuran pedal Ukuran diameter pedal dewasa yang dianjurkan adalah 8,5-12
cm dan untuk anak-anak berkisar 4,5-4,8 cm. ukuran pedal terlalu besar membuat
tidak semua permukaan pedal menempel pada dinding dada dan menyebabkan
banyak arus yang tidak sampai ke jantung. Untuk itu, penggunaan pedal pada
anak-anak bisa disesuaikan dengan ukuran tubuhnya.
Letak pedal Hal yang sangat penting tetapi sering kali diabaikan adalah
peletakan pedal pada dinding dada saat dilakukan defibrilasi. Pedal atau pad
harus diletakkan pada posisi yang tepat yang memungkinkan penyabaran arus
listrik kesemua arah jantung. - posisi sternal, pedal diletakkan dibagian kanan
atas sternum dibawah klavikula - pedal apeks diletakkan disebelah kiri papilla
mamae digaris midaksilaris. Pada wanita, posisi pedal apeks ada di spasi
interkosta 5-6 pada posisi mid-axilaris. Pada pasien yang terpasang pacemaker
permanent, harus dihindari peletakan padel diatas generator pacemaker, geser
pedal setidaknya 1 inchi dari tempat itu. Defibrilasi langsung ke generator
pacemaker dapat menyebabkan malfungsi pace maker secara temporary atau
permanent. Setelah dilakukan defibrilasi atau kardioversi, PPM harus dicek
ambang pacing dan sensinya serta dilihat apakah alat masih bekerja sesuai
dengan setting program. Hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan
defibrilasi adalah posisi pedal atau pads, keduanya tidak boleh saling menyentuh
atau harus benar-benar terpisah.
Energi Pada defibrilator monofasik energi yang diberikan 360 joule,
sedangkan pada defibrilator bifasik 200J. Untuk anak-anak, energi yang
diperlukan adalah 1-2 joule/kg BB, maksimal 3 j/kg BB
Jelli/Gel Saat menggunakan pedal, jangan lupa memberikan jelli khusus untuk
defibrilasi atau kardioversi pada pedal. Jelli berfungai sebagai media konduksi
untuk penghantar arus listrik. Tujuan dari pemberian gel adalah untuk
mengurangi resistensi transtorakal dan mencegah luka bakar pasien. Yang harus
diperhatikan juga adalah jangan sampai gel tersebut teroles dikulit diantara
sternum dan apeks, atau jelli dari salah satu atau ekdua pedal mengalir
menghubungkan keduanya pada saat ditekan ke dada pasien. Jika ini terjadi akan
mengakibatkan arus hanya mengalir dipermukaan dinding dada, aliran arus ke
jantung akan missing memancarkan bunga api yang menyebabkan sengatan
listrik pasien pada pasien dan alat-alat operator.
E. Komplikasi defibrilasi
1. Henti jantung-nafas dan kematian
2. Anoxia cerebral sampai dengan kematian otak
3. Gagal nafas
4. Asistole
5. Luka bakar
6. Hipotensi
7. Disfungsi pace-maker
F. Persiapan Peralatan
1. Defibrillator dengan monitor EKG dan pedalnya
2. Jelly
3. Obat-obat Emergency (Epinephrine, Lidocain, SA, Procainamid, dll)
4. Oksigen
5. Face mask
6. Papan resusitasi
7. Peralatan intubasi dan suction
8. Peralatan pacu jantung emergency
G. Persiapan Pasien
1. Pastikan pasien dan atau keluarga mengerti prosedur yang akan dilakukan
2. Letakkan pasien diatas papan resusitasi pada posisi supine
3. Jauhkan barang-barang yang tersebut dari bahan metal dan air disekitar
pasien
4. Lepaskan gigi palsu atau protesa lain yang dikenakan pasien untuk
mencegah obstruksi jalan nafas
5. Lakukan RKP secepatnya jika alat-alat defibrillator belum siap untuk
mempertahankan cardiac output yang akan mencegah kerusakan organ dan
jaringan yang irreversible.
6. Berikan oksigen dengan face masker untuk mempertahankan oksigenasi
tetap adekuat yang akan mengurangi komplikasi pada jantung dan otak
7. Pastikan mode defibrillator pada posisi asyncrone
8. Matikan pace maker (TPM) jika terpasang
H. Prosedur Defibrilasi

1. Oleskan jelly pada pedal secara merata


2. Pastikan posisi kabel defibrillator pada posisi yang bisa menjangkau sampai ke
pasien

3. Nyalakan perekaman EKG agar mencetak gambar EKG selama pelaksanaan


defibrilasi

4. Letakkan pedal pada posisi apeks dan sternum

5. Charge pedal sesuai energi yang diinginkan (360 joule)

6. Pastikan semua clear atau tidak ada yang kontak dengan pasien, bed dan
peralatan pada hitungan ketiga (untuk memastika jangan lupa lihat posisi semua
personal penolong)

7. Pastikan kembali gambaran EKG adalah VT atau VF non-pulse

8. Tekan tombol pada kedua pedal sambil menekannya di dinding dada pasien,
jangan langsung diangkat, tunggu sampai semua energi listrik dilepaskan.

9. Nilai gambaran EKG dan kaji denyut nadi karotis

10. Jika tidak berhasil, langsung charge pedal dengan energi 360 joule dan ulangi
langkah 4-9
11. jika kejutan kedua tidak berhasil, lakukan tahapan ACLS berikutnya

12. Bersihkan jelly pada pedal dan pasien

I. Monitoring Pasien Setelah Defibrilasi

a. Evaluasi status neurology. Orientasikan klien terhadap orang, ruang, dan


waktu

b. Monitor status pulmonary (RR, saturasi O2)

c. Monitor status kardiovaskuler (TD, HR, Ritme) setiap 15 menit

d. Monitor EKG

e. Mulai berikan obat anti disritmia intravena sesuai dengan anjuran dokter f.
Kaji apakah ada kulit yang terbakar

g. Monitor elektrolit (Na. K, Cl)

J. Dokumentasi dan laporan setelah tindakan

1. Print out EKG sebelum, selama dan sesudah defibrilasi

2. Status neurology, respirasi dan kardioversi sebelum dan sesudah defibrilasi

3. Energi yang digunakan untuk defibrilasi

4. Semua hasil yang tidak diinginkan dan intervensi yang telah diberikan
DAFTAR PUSTAKA

1. Ashok K Kondur. Defibrilation and cardioversion .[internet] 2012 Desember


Available from : http://emedicine.medscape.com/article/80564-overview, Cited on 28
July 2013

2. Karo Karo S, Rahajoe Anna U, Sulistyo Sigit, Kosasih A. Bantuan hidup Jantung
Lanjut Edisi 2011. Jakarta : Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia,
2011 : 24 – 31.

3. Scheidt S . Basic Electrocardiography: Abnormalities of Electrocardiographic


Patterns.Ciba : Ciba Pharmaceutical Company, 1994 ; Vol. 6/36 Page 32 .

4. Goldman MJ . Principles of Clinical Electrocardiography, 12th ed. Los Altos, Cal :


Lange Medical Publications, 1998, 460

5. Rudolph W. Koster. A Randomized Trial Com0paring Monophasic and Biophasic


Waveform Shocks for external Cardioversion of Atrial Fibrillation .[internet] 2004
Available from : http://www.medscape.com/viewarticle/477538_4, Cited on 28 July
2013

6. Schneider T, Martens PR, Paschen H, Kuisma M, Wolcke B, Gliner BE, et al.


Multicenter, acak, percobaan dikontrol dari 150-J guncangan biphasic dibandingkan
dengan 200 - untuk 360-J guncangan monophasic dalam resusitasi out-of-rumah sakit
korban serangan jantung. Dioptimalkan Respon untuk Penyidik Penangkapan Jantung
(ORCA). Sirkulasi 2000; 102: 1780-7.

7. Mittal S, S Ayati, Stein KM, Schwartzman D, Cavlovich D, Tchou PJ, dkk.


Transthoracic kardioversi fibrilasi atrium: perbandingan kotak guncangan sinus
biphasic dibandingkan teredam gelombang Monophasic. Sirkulasi 2000; 101: 1282-7.
8. Walker RG, Melnick SB, Chapman FW, Walcott GP, PW Schmitt, Ideker RE.
Perbandingan enam defibrillator eksternal klinis digunakan pada babi. Resusitasi
2003; 57: 73-83.

9. Karo Karo S, Rahajoe Anna U, Sulistyo Sigit, Kosasih A. Bantuan hidup Jantung
Dasar Edisi 2011. Jakarta : Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia,
2011 : 10 - 23

10. Niemann JT, Walker RG, Rosborough JP. Ischemically Induced Ventricular
Fibrilasi (VF): Sebuah Perbandingan defibrilasi Energi Tetap dan Meningkat. Acad
Pgl Med 2003; 10: 454.

11. Sean C Beinart, MD, FACC, FHRS. Synchronized electical


cardioversion.[internet] 2013 Juni Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/1834044- overview#a15, Cited on 28 July
2013

https://pdfdokumen.com/download/dc-shock-defibrilator-referat-
makalah_59cd84141723dd066366df77_pdf

http://ikmnursing.blogspot.com/2014/04/sop-defibrillator-cardio-dc-shock.html

Anda mungkin juga menyukai