Padang rumput
Ciri-ciri:
Curah hujan antara 25 - 50 cm/tahun, di beberapa daerahpadang rumput curah hujannya dapat mencapai 100 cm/tahun.
Curah hujan yang relatif rendah turun secara tidak teratur.
Turunnya hujan yang tidak teratur tersebut menyebabkan porositas dan drainase kurang baik sehingga tumbuh-tumbuhan sukar
mengambil air.
- Flora: tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan daerah dengan porositas dan drainase kurang baik adalah rumput, meskipun ada pula
tumbuhan lain yang hidup selain rumput, tetapi karena mereka merupakan vegetasi yang dominan maka disebutpadang rumput.
- Fauna: bison dan kuda liar (mustang) di Amerika, gajah dan jerapah di Afrika, domba dan kanguru diAustralia. Karnivora: singa, srigala,
anjing liar, cheetah.
Taiga
Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah.
Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dan sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit
sekali, Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
Tundra
terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi.
Pertumbuhan tumbuhan di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, lumut kerak, tumbuhan biji
semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin.
Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang
menetap memiliki rambut atau bulu yang tebal, contohnya karibou, rusa kutub, beruang kutub, dan insekta terutama nyamuk dan lalat
hitam.
a) Daerah litoral
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat ber
dekatan dengan tepi danau. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas
permukaan air. Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan
remis, serangga, crustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik, angsa, dan mamalia yang sering mencari
makan di danau.
b) Daerah limnetik
Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh
berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan cyanobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama
musim panas dan musim semi.
Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-udangan kecil pemangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh
ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kurakura, dan burung pemakan ikan.
c) Daerah profundal
Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk
respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.
d) Daerah bentik
Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme mati.
Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organiknya, yaitu sebagai berikut.
a) Danau oligotrofik
Oligotrofik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak
produktif. Ciri-cirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme, dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
b) Danau eutrofik
Eutrofik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif.
Ciri-cirinya adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di daerah
Sungai
adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran
air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan
komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan
tumbuhan berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan.
Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai ikan air tawar. Di
hilir sering dijumpai ikan lele dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kurakura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis,
dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.
Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh pipih dorso-
ventral dan dapat melekat pada batu.
Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang bebas dari pusaran air.
1. Lautan
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion Cl- mencapai 55% terutama di daerah laut
tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah
tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plank-
ton serta ikan.
Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan ter-
bentulazya rantai makanan.
Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal.
Ekosistem pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut.
Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptari struktural
sehingga dapat melekat erat di substrat keras. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh
beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi makanan bagi kepiting dan burung pantai.
Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut,
remis dan kerang, siput herbivor dan karnivor, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikanikan kecil.
Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta
rumput l aut.
Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai berikut.
a) Formasi pes caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan
terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius(rumput
angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canavalia martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus
tectorius (pandan), dan Scaevola fruescens (babakoan).
b) Formasi baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia,
Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas.
Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen.
Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang
termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acatlws, Rhizophora, dan Cerbera.
Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah:Heriticra, Lumnitzera,
AcXicras, dan Cylocarpus. Lihat Gambar 10.21.
3. Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang
luas atau rawa garam. Lihat Gambar 10.22.
Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan
pasang surut airnya. Nutrien dari sungai memperkaya daerah estuari.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya
antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari
sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi
air, yaitu unggas air.
4. Terumbu karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas khusus yang terdiri dari karang batu clan organisme-organisme
lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat
berlangsung.
Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat.
Rangka dari kalsium karbonat ini bermacam-macam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang.
Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro-
organisme, dan ikan hidup di antara karang clan ganggang. Herbivor seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang
laut, dan ikan karnivor.
5. Jaringan tumbuhan :
jaringan penyusun tubuh tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa.
1. Jaringan Meristem
Jaringan meristem adalah jaringan yang sel penyusunnya bersifat embrional, artinya mampu secara terus-menerus membelah diri
untuk menambah jumlah sel tubuh. Sel meristem biasanya merupakan sel muda dan belum mengalami diferensiasi dan spesialisasi. Ciri-
ciri sel meristem biasanya berdinding tipis, banyak mengandung protoplasma, vakuola kecil, inti besar, dan plastida belum matang.
Bentuk sel meristem umumnya sama ke segala arah, misalnya seperti kubus.
Berdasarkan letaknya dalam tumbuhan, ada 3 macam meristem, yaitu meristem apikal, meristem lateral, dan meristem
interkalar. Meristem apikal terdapat di ujung batang dan ujung akar.
Meristem interkalar merupakan bagian dari meristem apikal yang terpisah dari ujung (apeks) selama pertumbuhan. Meristem
interkalar (antara) terdapat di antara jaringan dewasa, misalnya di pangkal ruas batang rumput. Meristem lateral terdapat pada kambium
pembuluh dan kambium gabus.
Berdasarkan asal terbentuknya, meristem dibedakan menjadi meristem primer dan meristem sekunder.
a. Meristem Primer
Meristem primer adalah meristem yang berkembang dari sel embrional. Meristem primer terdapat misalnya pada kuncup ujung
batang dan ujung akar. Meristem primer menyebabkan pertumbuhan primer pada tumbuhan. Pertumbuhan primer memungkinkan akar
dan batang bertambah panjang. Dengan demikian, tumbuhan bertambah tinggi.
b. Meristem Sekunder
Meristem sekunder adalah meristem yang berkembang dari jaringan dewasa yang telah mengalami diferensiasi dan spesialisasi
(sudah terhenti pertumbuhannya) tetapi kembali bersifat embrional. Contoh meristem sekunder adalah kambium gabus yang terdapat pada
batang dikotil dan Gymnospermae, yang dapat terbentuk dari sel-sel korteks di bawah epidermis.
Jaringan kambium yang terletak di antara berkas pengangkut (xilem dan floem) pada batang dikotil merupakan meristem
sekunder. Sel kambium aktif membelah, ke arah dalam membentuk xilem sekunder dan ke luar membentuk floem sekunder. Akibatnya,
batang tumbuhan dikotil bertambah besar. Sebaliknya batang tumbuhan monokotil tidak mempunyai meristem sekunder sehingga tidak
mengalami pertumbuhan sekunder. Itulah mengapa batang monokotil tidak dapat bertambah besar.
2. Jaringan Dewasa
Jaringan dewasa merupakan jaringan yang terbentuk dari diferensiasi dan spesialisasi sel-sel hasil pembelahan jaringan meristem.
Diferensiasi adalah perubahan bentuk sel yang disesuaikan dengan fungsinya, sedangkan spesialisasi adalah pengkhususan sel untuk
mendukung suatu fungsi tertentu. Jaringan dewasa pada umumnya sudah tidak mengalami pertumbuhan lagi atau sementara berhenti
pertumbuhannya. Jaringan dewasa ini ada yang disebut sebagai jaringan permanen. Jaringan permanen adalah jaringan yang telah
mengalami diferensiasi yang sifatnya tak dapat balik (irreversibel). Pada jaringan permanen sel-selnya tidak lagi mengalami pembelahan.
Jaringan dewasa meliputi jaringan epidermis, gabus parenkima, xilem, dan floem. Selain itu ada bagian tumbuhan tertentu yang memiliki
jaringan kolenkima dan sklerenkima.
a. Epidermis
Jaringan epidermis ini berada paling luar pada alat-alat tumbuhan primer seperti akar, batang daun, bunga, buah, dan biji.
Epidermis tersusun atas satu lapisan sel saja. Bentuknya bermacam-macam, misalnya isodiametris yang memanjang, berlekuk-lekuk, atau
menampakkan bentuk lain. Epidermis tersusun sangat rapat sehingga tidak terdapat ruangan-ruangan antarsel. Epidermis merupakan sel
hidup karena masih mengandung protoplas, walaupun dalam jumlah sedikit. Terdapat vakuola yang besar di tengah dan tidak mengandung
plastida.
b. Jaringan Gabus
Jaringan gabus atau periderma adalah jaringan pelindung yang dibentuk untuk menggantikan epidermis batang dan akar yang
telah menebal akibat pertumbuhan sekunder. Jaringan gabus tampak jelas pas tetumbuhan dikotil dan Gymnospermae.
Struktur jaringan gabus terdiri atas felogen (kambium gabus) yang akan membentuk felem (gabus) ke arah luar dan feloderma ke
arah dalam. Felogen dapat dihasilkan oleh epidermis, parenkima di bawah epidermis, kolenkima, perisikel, atau parenkima floem,
tergantung spesies tumbuhannya. Pada penampang memanjang, sel-sel felogen berbentuk segi empat atau segi banyak dan bersifat
meristematis. Sel-sel gabus (felem) dewasa berbentuk hampir prisma, mati, dan dinding selnya berlapis suberin, yaitu sejenis selulosa
yang berlemak. Sel-sel feloderma menyerupai sel parenkima, berbentuk kotak dan hidup. Jaringan gabus berfungsi sebagai pelindung
tumbuhan dari kehilangan air. Pada tumbuhan gabus (Quercus suber), lapisan gabus dapat bernilai ekonomi, misalnya untuk tutup botol.
c. Parenkima
Di sebelah dalam epidermis terdapat jaringan parenkima. Jaringan ini terdapat mulai dari sebelah dalam epidermis hingga ke
empulur. Parenkima tersusun atas sel-sel bersegi banyak. Antara sel yang satu dengan sel yang lain terdapat ruang antarsel.
Parenkima disebut juga jaringan dasar karena menjadi tempat bagi jaringan-jaringan yang lain. Parenkima terdapat pada akar,
batang, dan daun, mengitari jaringan lainnya. Misalnya pada xilem dan floem.
Selain sebagai jaringan dasar, jaringan parenkima berfungsi sebagai jaringan penghasil dan penyimpan cadangan makanan.
Contoh parenkima penghasil makanan adalah parenkima daun yang memiliki kloroplas dan dapat melakukan fotosintesis. Parenkima yang
memiliki kloroplas disebut sklerenkima. Hasil-hasil fotosintesis berupa gula diangkut ke parenkima batang atau akar. Di parenkima
batang atau akar, hasil-hasil fotosintesis tersebut disusun menjadi bahan organik lain yang lebih kompleks, misalnya tepung, protein, atau
lemak. Parenkima batang dan akar pada beberapa tumbuhan berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan, misalnya pada ubi jalar
(Ipomoea batatas). Ada pula sel parenkima yang menyimpan cadangan makanan pada katiledon (daun lembaga biji) seperti pada kacang
buncis (Phaseolus vulgaris).
d. Jaringan Penguat
untuk memperkokoh tubuhnya, tumbuhan memerlukan jaringan penguat atau penunjang yang disebut juga sebagai jaringan
mekanik. Ada dua macam jaringan penguat pegat yang menyusun tubuh tumbuhan, yaitu kolenima dan sklerenkima. Kolenkima
mengandung protoplasma dan dindingnya tidak mengalami signifikasi. Sklerenkima berbeda dari kolenkima, karena sklerenkima tidak
mempunyai protoplasma dan dindingnya mengalami penebalan dan zat lignin (lignifikasi).
1. Kolenkima
Sel kolenkima merupakan sel hidup dan mempunyai sifat mirip parenkima. Sel-selnya ada Yat mengandung kloroplas.
Kolenkima umumnya terletak di dekat perukaan dan di bawah epidermis pada batang, tangkai daun, tangkai bunga, dan ibu tulang daun.
Kolenkima jarang terdapat pada akar. Sel kolenkima biasanya memanjang sejajar dengan pusat organ tempat kolenkima itu terdapat.
Dinding sal kolenkima mengandung selulosa, pektin, dan hemiselulosa. Dinding sel kolenkima mengalami penebalan yang tidak
merata. Penebalan itu terjadi pada sudut-sudut sel, dan disebut kolenkima sudut.
Fungsi jaringan kolenkima adalah sebagai penyokong pada bagian tumbuhan muda yang sedang tumbuh dan pada tumbuhan
herba.
2. Sklerenkima
Jaringan sklerenkima terdiri atas sel-sel mati. Dinding sel sklerenkima sangat kuat, tebal, dan mengandung lignin (komponen
utama kayu). Dinding sel mempunyai penebalan primer dan kemudian penebalan sekunder oleh zat lignin. Menurut bentuknya,
sklerenkima dibagi menjadi dua, yaitu serabut sklerenkima yang berbentuk seperti benang panjang, dan sklereid(sel batu). Sklereid
terdapat pada berkas pengangkut, di antara sel-sel parenkima, korteks batang, tangkai daun, akar, buah, dan biji. Pada biji, sklereid sering
kali merupakan suatu lapisan yang turut menyusun kulit biji.
Fungsi sklerenkima adalah menguatkan bagian tumbuhan yang sudah dewasa. Sklerenkima juga melindungi bagian-bagian lunak
yang lebih dalam, seperti pada kulit biji jarak, biji kenari dan tempurung kelapa.
e. Jaringan Pengangkut
1. Xilem
Xilem berfungsi untuk menyalurkan air dan mineral dari akar ke daun. Elemen xilem terdiri dari unsur pembuluh, serabut xilem,
dan parenkima xilem. Unsur pembuluh ada dua, yaitu pembuluh kayu (trakea) dan trakeid. Trakea dan trakeid merupakan sel mati, tidak
memiliki sitoplasma dan hanya tersisa dinding selnya. Sel-sel tersebut bersambungan sehingga membentuk pembuluh kapiler yang
berfungsi sebagai pengangkut air dan mineral. Oleh karena pembuluh yang membentuk berkas, maka dikatakan sebagai berkas pembuluh.
Diameter xilem bervariasi tergantung pada spesies tumbuhan, tetapi biasanya 20-700 µm. Dinding xilem mengalami penebalan zat lignin.
Trakea merupakan bagian yang terpenting pada xilem tumbuhan bunga, trakea terdiri atas sel-sel berbentuk tabung yang
berdinding tebal karena adanya lapisan selulosa sekunder dan diperkuat lignin, sebagai bahan pengikat. Diameter trakea biasanya lebih
besar daripada diameter trakeid. Ujung selnya yang terbuka disebut perforasi atau lempeng perforasi. Trakea hanya terdapat pada
Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup) dan tidak terdapat pada Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka) kecuali anggota Gnetaceae
(golongan melinjo).
2. Floem
Floem berfungsi menyalurkan zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan. Pada umumnya elemen
floem disusun oleh unsur-unsur tapis, sel pengiris, serabut floem, sklereid, dan parenkima floem. Unsur utama adalah pembuluh tapis dan
parenkima floem. Parenkima floem berfungsi menyimpan cadangan makanan. Persebaran serabut floem sering kali sangat luas dan
berfungsi untuk memberi sokongan pada tubuh tumbuhan.
Jaringan Limfe
Jaringan ini (limfe) adalah cairan yang terbentuk dari air, glukosa, lemak, dan garam. Komponen selulernya berupa Limfosit dan
Granulosit.
Jaringan Darah
Tersusun atas plasma darah/ cairan darah dan sel-sel darah.
Sel-sel darah terdiri dari :
1. Eritrosit/ Sel darah merah, berfungsi mengangkut sari makanan keseluruh tubuh.
2. Leukosit/ Sel darah putih, berfungsi membunuh kuman dengan cara fogosit.
3. Trombosit/ Keping darah, berfungsi untuk proses pembekuan darah
3. Jaringan Otot
Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang berfungsi untuk melakukan pergerakan. Jaringan dapat berkontraksi karena terdapat
protein kontraktil yang berbentuk panjang, dan mengandung serabut halus disebut miofibril.
#Macam Jaringan Otot
A, Otot Polos
Memiliki ciri inti satu ditengah, warna putih polos, reaksi terhadap rangsangan lambat, tidak menurut perintah kita, tidak mudah
lelah. Terdapat pada dinding saluran pencernaan, pernafasan, pembuluh darah dan limfe.
B. Otot Lurik/ Otot Rangka
Memiliki ciri inti banyak ditepi, kerjanya menurut perintah kita, reaksi terhadap rangsangan cepat, mudah lelah, warnanya gelap
terang (lurik), dan terdapat pada rangka.
C. Otot Jantung
Memiliki ciri inti satu ditengah, warna lurik, kerjanya tidak menurut perintah kita, reaksinya lambat, tidak mudah lelah, dan
terdapt pada jantung.
4. Jaringan Saraf
Jaringan saraf terdiri dari sel-sel saraf/ neuron. Setiap sel neuron terdiri dari :
Dendrit memiliki fungsi membawa menuju badan sel.
Akson memiliki fungsi membawa rangsang meninggalkan badan sel.
Inti dan Badan sel.
Selubung mielin.
Sel schwan - sel penyokong dari akson.
Nodus ranvier memiliki fungsi mempercepat jalannya rangsang.
7. Sistem pencernaan :
A. Mulut
Di dalam rongga mulut terdapat beberapa alat lain seperti gigi, lidah, dan kelenjar ludah.
Gigi, berfungsi sebagai alat pencernaan mekanik seperti untuk memotong, mengoyak, dan memecah makanan menjadi begian yang lebih
kecil sehingga mempermudah kerja enzim. Berdasarkan fungsi dan bentuknya gigi dibedakan menjadi tiga jenis yaitu seri, taring, dan
geraham.
Lidah berfungsi untuk menahan makanan saat dikunyah dan juga mendorong makanan dari rongga mulut untuk masuk ke kerongkongan.
Kelenjar ludah, sesuai namanya kelenjar ludah berfungsi untuk mengeluarkan air ludah. Di dalam air liur, terdapat enzim bernama amilase
(ptialin). Enzim ptialin berfungsi untuk mengubah amilum (zat tepung) menjadi maltosa (gula).
B. Kerongkongan (esofagus)
Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia selanjtnya adalah kerongkongan. Kerongkongan adalah saluran pencernaan yang
menghubungkan rongga mulut dengan lambung. Di dalam kerongkongan terjadi gerakan peristaltik. Gerakan peristaltik adalah gerakan
kerongkongan mendorong makanan agar masuk ke dalam lambung.
C. Lambung (ventrikulus)
Lambung manusia terletak dibawah sekat rongga badan (diafragma) sebelah kiri. Lambung terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Kardiak, adalah penghubung kerongkongan dengan lambung.
2. Fundus, merupakan bagian tengah lambung yang bentuknya agak besar.
3. Pilorus, adalah penghubung lambung dengan usus halus.
Lambung tersusun dari tiga lapisan otot, yaitu lapisan otot membujur di bagian paling luar, lapisan melingkar di bagian tengah,
dan lapisan menyorong di bagian dalam. Di bagian dinding lambung terdapat sel-sel yang dapat mengeluarkan getah lambung. Getah
lambung terdiri dari asam lambung (HCl), enzim pepsin, enzim renin, serta air dan cairan lendir (mukus).
D. Usus Halus
Usus halus pada manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus halus tengah (jejenum), dan usus halus bagian
akhir (ileum). Pada usus halus, terjadi proses penyerapan sari-sari makanan yang selanjutnya diedarkan keseluruh tubuh melalui pembuluh
darah. Proses pencernaan kimiawi pada usus halus dilakukan oleh zat-zat kimia yang dihasilkan dari getah usus, getah pankreas, dan
kelenjar empedu.
E. Usus Besar
Usus besar merupakan bagian terakhir dari sistem pencernaan pada manusia. Memiliki panjang kurang lebih satu meter dan terdiri atas
dua bagian, yaitu usus tebal (colon) dan poros usus (rektum). Sisa-sisa makanan yang sudah diserap sari-sarinya oleh usus halus akan
terdorong masuk ke dalam usus besar. Di dalam usus besar, air dan garam mineral yang masih terdapat dalam sisa-sisa makanan ini akan
diserap kembali oleh dinding colon. Setelah itu, sisa-sisa makanan akan ditampung di dalam rektum untuk dibusukkan oleh bakteri
pembusuk yang disebut dengan Escherichia coli. Zat-zat sisa makanan yang sudah menjadi feses (tinja) ini akan dikeluarkan dari tubuh
melalui anus.
8. Sistem Eksresi :
# Proses pembentukan urine pada manusia melalui 3 tahapan, yaitu Filtrasi (penyaringan),Reabsorpsi (penyerapan kembali),
dan Augmentasi (pnengeluaran zat).
1. Filtrasi (Penyaringan)
Zat berupa air, garam, asam amino, glukosa, dan urea mengalami penyaringan kemudian masuk ke kapsula bowman. Zat
bermolekul besar seperti protein tetap berada di pembuluh darah. Hasil penyaringan itu disebut Filtrat Glomerulus (urine primer).
2. Reabsorpsi (Penyerapan kembali)
Dari kapsul bowman urine primer menuju tubulus kontortus proksimal. Dalam perjalanannya terjadi reabsorpsi zat-zat yang
maish berguna bagi tubuh, seperti glukosa, garam, air, dan asam amino. Proses reabsorpsi menghasilkan Filtrat Tubulus (Urine skunder).
3. Augmentasi (Penambahan zat – zat sisa)
Urine skunder dari tubulus kontortus proksimal menuju Tubulus Kontortus Distal. Di sini melalui pembuluh kapiler darah
melepaskan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh kedalam urine sekunder. Selanjutnya, terbentuklah urine sesungguhnya.
b. Fungsi kulit
Selain sebagai Organ Eksresi Manusia kulit juga mempunyai banyak fungsi diantaranya sebagai berikut:
1. Alat pengeluaran keringat
2. Pengatur suhu tubuh
3. Tempat pembentukan vitamin D dari provitamin D dengan bantuan sinar matahari.
4. Tempat penyimpanan kelebihan lemak.
# PARU-PARU
Fungsi paru-paru
Fungsi utama paru-paru adalah sebagai tempat pertukaran antara gas CO2 dan O2. CO2 dikeluarkan melalui paru-paru. Inilah
peran penting dari paru-paru sebagai organ eksresi yaitu mengeluarkan CO2 (karbon dioksida).
9.GANGGUAN/KELAINANPADASISTEMPEREDARAN DARAH
a) Varises: merupakan suatu pelebaran pada pembuluh balik (vena) yang sering terjadi pada bagian bawah tubuh, seperti pembuluh balik
pada kaki (betis) yang menyebabkan sirkulasi darah menjadi tidak lancar. Akibat pelebaran ini, maka vena tampak berkelok-kelok dan
berwarna biru.
b) Hipertensi : tekanan darah tinggi
c) Hipotensi : tekanan darah rendah
d) Gangguan Jantung : dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain karena adanya gangguan pada peredaran darah koroner (peredaran
darah pada otot jantung), akibatnya aliran darah ke jantung berkurang.
e) Gagal jantung :kondisi menurunnya kekuatan kontraksi jantung sehingga terjadi gangguan pada volume peredaran darah ke seluruh
tubuh. Gejalanya berupa cepat lelah, sesak nafas, bengkak pada kaki (oedema) dan pembengkakan pada paru-paru dan jantung akibat
tertimbunnya darah pada organ-organ tubuh tersebut.
f) Anemia: merupakan suatu keadaan dari penderita yang kekurangan eritrosit terutama unsur hemoglobin di dalam tubuh.
g) Leukemia adalah pertumbuhan leukosit yang abnormal pada jaringan yang memproduksi sel darah putih.
h) Polisetemia merupakan suatu keadaan kelebihan produksi eritrosit dalam tubuh seseorang. Darah penderita menjadi kental,
sehingga memperlambat aliran darah di dalam pembuluh atau dapat juga membentuk gumpalan di dalam darah. Gumpalan darah dapat
menyebabkan ganggren/kematian jaringan jika terjadi pada jantung, sehingga dapat menyebabkan kematian bagi penderita.
Gejala yang ditimbulkannya dapat berupa sakit kepala dan pusing-pusing.
i) Hemofilia merupakan penyakit keturunan dengan gejala pendarahan yang sukar dihentikan.
Dapat Anda lihat bahwa fotolisis menyediakan elektron (e–). Selain itu juga, proses ini menghasilkan oksigen (O2 ) dan pasangan proton
bebas (H+) di dalam tilakoid. Pada reaksi inilah sumber oksigen di bumi dihasilkan.
a) Reaksi nonsiklik
Elektron yang tereksitasi dari fotosistem II bergerak melalui rangkaian akseptor elektron, seperti plastoquinon, sitokrom f, dan
plastosianin. Pada proses tersebut dilepaskan energi yang ditangkap oleh ADP menjadi ATP.
Selanjutnya elektron mencapai fotosistem I.
Seperti fotosistem II, fotosistem I merupakan molekul kompleks yang dapat melepaskan elektron yang dipicu oleh cahaya matahari.
Elektron yang terlepas dari fotosistem I segera digantikan oleh elektron dari fotosistem II.
Elektron berenergi tinggi yang dilepaskan fotosistem I akan bergerak melalui rangkaian akseptor elektron baru.
Pada akhirnya, elektron tersebut digunakan untuk mereduksi NADP (Nicotinamide Adenine Dinucleotide
Phosphate) menjadi NADPH.
Reaksi siklik
Pembentukan ATP melalui reaksi siklik disebut juga fotofosforilasi siklik. Reaksi ini dilakukan jika ATP yang dibuat kurang dan banyak
terjadi pada bakteri fotoautototrof.
2) Reaksi Gelap
Reaksi gelap merupakan langkah selanjutnya setelah reaksi terang. Reaksi ini terjadi di stroma kloroplas. Reaksi terang telah
menyediakan energi kimia pada stroma kloroplas dalam bentuk ATP dan NADPH. Energi ini akan digunakan untuk menghasilkan
glukosa, yaitu hasil akhir reaksi fotosintesis.
a) Fase fiksasi
Berdasarkan gambar tersebut, langkah pertama siklus Calvin-Benson adalah fiksasi CO2 dari udara oleh ribulosa bifosfat
(RuBP) dengan bantuan enzim rubisko. Fiksasi ini membentuk senyawa beratom C6. Hasil yang tidak stabil tersebut dipecah menjadi 2
senyawa C3 (3-fosfogliserat). Oleh karena itu, setiap 3 molekul CO2 yang masuk akan menghasilkan enam molekul 3-fosfogliserat.
b) Fase reduksi
Pada fase reduksi, NADPH mereduksi 3-fosfogliserat menjadi 3-fosfogliseraldehid (G3P) dengan bantuan ATP. Untuk membuat
1 molekul G3P, siklus tersebut memerlukan atom karbon dari tiga molekul CO2 . Sebenarnya siklus ini mengambil satu karbon setiap satu
siklusnya. Namun pada awal reaksi, digunakan 3 molekul CO2 sehingga satu siklus reaksi ini menghasilkan 1 molekul G3P utuh.
c) Pelepasan satu molekul G3P
Lima molekul G3P dari langkah kedua tetap berada dalam siklus. Satu molekul G3P yang dilepaskan dari siklus merupakan hasil
bersih fotosintesis. Sel tumbuhan menggunakan dua molekul G3P untuk membentuk satu molekul glukosa.
d) Fase regenerasi RuBP
Rangkaian reaksi kimia menggunakan energi ATP untuk menyusun kembali atom pada lima molekul G3P (total 15 atom C). Hal tersebut
untuk membentuk tiga molekul RuBP yang akan digunakan kembali dalam siklus Calvin-Benson.
2.Katabolisme
Persilangan Monohibrid
2. Teori Biogenesis
Teori Biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup. Tokoh pendukung teori ini antara lain
Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, dan Louis Pasteur. Francesco Redi merupakan orang pertama yang melakukan penelitian untuk
membantah teori Abiogenesis.
a. Percobaan Francesco Redi
Francesco Redi melakukan penelitian menggunakan 8 tabung yang dibagi menjadi 2 bagian. Empat tabung masing-masing diisi
dengan daging ular, ikan, roti dicampur susu, dan daging. Keempat tabung dibiarkan terbuka. Empat tabung yang lain diperlakukan sama
dengan 4 tabung pertama, tetapi tabung ditutup rapat. Setelah beberapa hari pada tabung yang terbuka terdapat larva yang akan menjadi
lalat.
Berdasarkan hasil percobaannya, Redi menyimpulkan bahwa ulat bukan berasal dari daging, tetapi berasal dari telur lalat yang
terdapat dalam daging dan menetas menjadi larva. Penelitian ini ditentang oleh penganut teori Abiogenesis karena pada tabung yang
tertutup rapat, udara dan zat hidup tidak dapat masuk sehingga tidak memungkinkan untuk adanya suatu kehidupan. Bantahan itu
mendapat tanggapan dari Redi. Redi melakukan percobaan yang sama, namun tutup diganti dengan kain kasa sehingga udara dapat masuk
dan ternyata dalam daging tidak terdapat larva.
b. Percobaan Lazzaro Spallanzani
Lazzaro Spallanzani pada tahun 1765 melakukan percobaan untuk menyanggah kesimpulan yang dikemukakan oleh Nedham.
Lazzaro Spallanzani melakukan percobaan dengan memanaskan 2 tabung kaldu sehingga semua organisme yang ada di dalam kaldu
terbunuh. Setelah didinginkan kaldu tersebut dibagi menjadi 2, satu tabung dibiarkan terbuka dan satu tabung yang lain ditutup. Ternyata
pada tabung yang terbuka terdapat organisme, sedangkan pada tabung yang tertutup tidak terdapat organisme.
c. Percobaan Louis Pasteur
Louis Pasteur melakukan percobaan menggunakan labu leher angsa. Pertama-tama kaldu direbus hingga mendidih, kemudian
didiamkan. Setelah beberapa hari, air kaldu tetap jernih dan tidak mengandung mikroorganisme. Adanya leher angsa memungkinkan
udara dapat masuk ke dalam tabung, tetapi mikroorganisme udara akan terhambat masuk karena adanya uap air pada pipa leher. Namun,
apabila tabung dimiringkan hingga air kaldu sampai ke permukaan pipa, air kaldu tersebut akan terkontaminasi oleh mikroorganisme
udara. Akibatnya setelah beberapa waktu, air kaldu akan keruh karena terdapat mikroorganisme.
Berdasarkan hasil percobaan para ilmuwan tersebut maka muncullah teori baru yaitu teori Biogenesis yang menyatakan bahwa:
a. setiap makhluk hidup berasal dari telur = omne vivum ex ovo,
b. setiap telur berasal dari makhluk hidup = omne ovum ex vivo,
c. setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya = omne vivum ex vivo.
Perhatikan ikhtisar percobaan yang dilakukan oleh Nedham, L. Spallanzani, dan L. Pasteur dalam Tabel berikut.
3. Teori Cosmozoic
Teori Cosmozoic atau teori Kosmozoan menyatakan bahwa asal mula makhluk hidup bumi berasal dari ”spora kehidupan” yang
berasal dari luar angkasa. Keadaan planet di luar angkasa diliputi kondisi kekeringan, suhu yang sangat dingin serta adanya radiasi yang
mematikan sehingga tidak memungkinkan kehidupan dapat bertahan. Pada akhirnya spora kehidupan itu sampai ke bumi. Teori ini tidak
dapat diterima oleh banyak ilmuwan.
4. Teori Penciptaan (Special Creation)
Teori ini berpandangan bahwa makhluk hidup diciptakan oleh Tuhan seperti apa adanya. Paham ini hanya membicarakan
perkembangan materi sampai terbentuknya organisme tanpa menyinggung asal usul materi kehidupan. Penciptaan setiap jenis makhluk
hidup terjadi secara terpisah. Teori ini tidak berdasarkan suatu eksperimen.
5. Teori Evolusi Biokimia
Teori ini mencoba menggali informasi asal usul makhluk hidup dari sisi biokimia. Menurut Oparin dalam bukunya yang berjudul
The Origin of Life (1936) menyatakan bahwa asal mula kehidupan terjadi bersamaan dengan evolusi terbentuknya bumi beserta
atmosfernya. Alexander Oparin adalah ahli evolusi molekular berkebangsaan Rusia.
Lebih lanjut, Oparin menjelaskan bahwa pada mulanya atmosfer bumi purba terdiri atas metana (CH4), amonia (NH3), uap air (H2O), dan
gas hidrogen (H2). Oleh karena adanya pemanasan dan energi alam, berupa sinar kosmis dan halilintar, gas-gas tersebut mengalami
perubahan menjadi molekul organik sederhana, sejenis substansi asam amino.
Selama berjuta-juta tahun, senyawa organik itu terakumulasi di cekungan perairan membentuk primordial soup, seperti semacam
campuran materi-materi di lautan panas. Tahap selanjutnya, primordial soup ini membentuk monomer. Monomer bergabung membentuk
polimer. Polimer membentuk agregasi berupa protobion. Protobion adalah bentuk awal sel hidup yang belum mampu bereproduksi, tetapi
mampu memelihara lingkungan kimia dalam tubuhnya.
Di samping itu, protobion juga telah memperlihatkan sifat yang berhubungan dengan makhluk hidup, seperti dapat melakukan
metabolisme, kemampuan menerima rangsang, dan bereplikasi sendiri. Terbentuknya polimer dari monomer-monomer telah dibuktikan
oleh Sydney W. Fox. Dalam percobaannya, Fox memanaskan 18–20 macam asam amino pada titik leburnya dan didapatkan protein.
Pendapat Alexander Oparin mendapat dukungan dari ahli kimia Amerika Serikat, bernama Harold Urey. Urey menyatakan bahwa
atmosfer bumi purba terdiri atas gas-gas metana (CH4), amonia (NH3), uap air (H2O), dan gas hidrogen (H2). Dengan adanya energi alam
(berupa halilintar dan sinar kosmis), campuran gas-gas tersebut membentuk asam amino.
Pada tahun 1953, seorang mahasiswa Harold Urey, yaitu Stanley Miller (USA) mencoba melakukan eksperimen untuk
membuktikan kebenaran teori yang dikemukakan Urey. Percobaannya itu juga dikenal dengan eksperimen Miller-Urey.
Miller menggunakan campuran gas yang diasumsikan terdapat di atmosfir bumi purba, yaitu amonia, metana, hidrogen, dan uap
air dalam percobaannya. Oleh karena dalam kondisi alamiah gas-gas itu tidak mungkin bereaksi, Miller memberi stimulus energi listrik
tegangan tinggi, sebagai pengganti energi alam (halilintar dan sinar kosmis).
Miller mendidihkan campuran gas tersebut pada suhu 100oC selama seminggu. Pada akhir percobaan, Miller menganalisis senyawa-
senyawa kimia yang terbentuk di dasar gelas percobaan dan menemukan 3 jenis dari 20 jenis asam amino.
Alat percobaan Miller-Urey Terdiri atas bagian yang berupa sebuah tabung tertutup yang dihubungkan dengan 2 ruangan.
Ruangan atas berisi beberapa gas yang menggambarkan keadaan atmosfer bumi purba. Selanjutnya pada tempat ini diberi percikan listrik
yang menggambarkan halilintar.
Kondensor berfungsi untuk mendinginkan gas, menyebabkan terbentuknya tetesan-tetesan air dan berakhir pada ruangan
pemanas kedua yang menggambarkan lautan. Beberapa molekul kompleks yang terbentuk di ruangan atmosfer, dilarutkan dalam tetesan-
tetesan air ini dan dibawa ke ruangan lautan tempat sampel yang terbentuk diambil untuk dianalisis.
Keberhasilan percobaan Miller ini memunculkan hipotesis lanjutan tentang asal usul kehidupan. Para evolusionis menyatakan
bahwa asam-asam amino kemudian bergabung dalam urutan yang tepat secara kebetulan untuk membentuk protein. Sebagian protein-
protein yang terbentuk secara kebetulan ini menempatkan diri mereka pada struktur seperti membran sel yang diikuti pembentukan sel
primitif. Sel-sel ini kemudian bergabung membentuk organisme hidup. Mereka menyebutnya sebagai evolusi biologi.
6. Evolusi Biologi
Oparin dan Haldane serta teori Urey menyebutkan bahwa zat organik (asam amino) yang merupakan bahan dasar penyusun
makhluk hidup, pada mulanya terakumulasi di lautan. Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa dalam sel-sel tubuh makhluk hidup
mengandung garam (NaCl). Hal ini mendasari kesimpulan bahwa makhluk hidup berasal dari laut.
Evolusi biologi dimulai pada saat pembentukan sel. Asam amino yang terbentuk dari evolusi kimia akan bergabung membentuk
makromolekul. Hal ini dibuktikan pada penelitian Sidney W. Fox. Larutan yang mengandung monomer-monomer organik diteteskan ke
pasir, batu, atau tanah yang panas sehingga mengalami polimerisasi.
Hasil polimerisasi ini dinamakan proteinoid. Apabila proteinoid dicampur dengan air dingin terbentuklah kumpulan proteinoid yang
menyusun tetesan kecil yang disebut mikrosfer. Mikrosfer memiliki beberapa sifat hidup yang mempunyai membran selektif permeabel
namun belum dapat dikatakan hidup.
Oparin menggunakan istilah koaservat untuk mikrosfer. Koaservat merupakan tetesan koloid yang terbentuk saat larutan protein,
asam nukleat, dan polisakarida dikocok. Substansi dalam koaservat dapat membentuk enzim yang berperan dalam pengambilan bahan dari
lingkungan sebagai bahan pembentuk tubuh. Adanya deretan molekul-molekul lipid dan protein yang membatasi koaservat dengan
lingkungan luar sekitarnya, telah dianggap sebagai selaput sel primitif.
Selaput sel primitif ini menyebabkan stabilitas koaservat akan tetap terjaga. Selaput sel primitif ini diperkirakan berperan dalam
pengaturan pertukaran substansi antara koaservat dan lingkungan sekitarnya. Koaservat dengan selaput lipid protein mungkin merupakan
tipe sel primitif yang disebut protosel. Protosel kemudian akan membentuk sel awal yang merupakan permulaan dari organisme uniselular.
Oleh karena keadaan atmosfer saat itu tidak mengandung O2, organisme awal tersebut diperkirakan bersifat prokariotik, anaerob, dan
heterotrof.
Perkembangan protosel menjadi organisme uniselular maupun multiselular tidak terlepas dari sistem genetik pada protosel itu
sendiri. Sehubungan dengan hal itu, seorang ahli biokimia dari Havard yaitu Walter Gilbert pada tahun 1986 mengajukan hipotesis dunia
RNA. Menurut hipotesis itu, miliaran tahun yang lalu sebuah molekul RNA yang dapat mereplikasi terbentuk secara kebetulan.
Kerja jantung :
Pembelahan Sel: