PDM PTM
PDM PTM
MANAJEMEN KONSTRUKSI
CPM dan PDM
DI SUSUN OLEH :
KURNIA ADEN (4204151021)
DOSEN PENGASUH
HENDRA SAPUTRA, M.Sc
MEI, 2017
`
BAB I
CPM (critical path method )
1.1 KONSEP DASAR PENJADWALAN PROYEK DENGAN METODE CPM
1.1.1 Pengertian CPM (critical path method )
CPM (critical path method ) atau Metode Jalur Kritis merupakan model
kegiatan proyek yang digambarkan dalam bentuk jaringan. Kegiatan yang
digambarkan sebagai titik pada jaringan dan peristiwa yang menandakan awal
atau akhir dari kegiatan digambarkan sebagai busur atau garis antara titik. CPM
(critical path method ) atau Metode Jalur Kritis adalah suatu rangkaian item
pekerjaan dalam suatu proyek yang menjadi bagian kritis atas terselesainya
proyek secara bagian kritis atas terselesainya proyek secara keseluruhan.
`
Gambar anak panah (arrow)
2. Simpul (node)
- Menyatakan suatu kejadian kejadian atau peristiwa
- Kejadian diartika sebagai awal atau akhir dari satu atau beberapa
kegiatan
- Umumnya kejadian diberi kode dengan angka 1, 2, 3, dst, yang disebut
nomor kejadian.
`
1.2 LANGKAH PERHITUNGAN CPM
Konsep ini tentu saja dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi proyek yang ada.
Langkah standar dalam penentuan CPM adalah sebagai berikut:
`
D = Durasi kegiatan
V = Volume kegiatan
Pr = Produktivitas kerja rata-rata
N = Jumlah tenaga kerja dan peralatan
BAB II
PDM (Preseden diagram method)
`
1.5 MENGETAHUI CONSTRAINT ANTAR PEKERJAAN, LAG TIME DAN LEAD
TIME
Telah di singgung bahwa anak panah pada PDM hanya sebagai penghubung atau
hanya memberikan keterangan hubungan antar-kegiatan, dan bukan menyatakan waktu
kegiatan.Karena pada PDM tidak terbatas pada aturan dasar jaringan kerja CPM, maka
hubungan antar kegiatan berkembang menjadi beberapa kemungkinan berupa
konstrain.Konstrain menunjukkan hubungan antarkegiatan dengan satu garis dari node
terdahulu ke node berikutnya.Satu konstrain hanya dapat memiliki dua node atau hanya
dapat menghubungkan dua node.
Karena setiap node memiliki dua ujung, yaitu ujung awal atau mulai = (S) dan ujung
akhir atau selesai = ( F ) , maka ada 4 macam konstrain, yaitu awal ke awal (SS), awal ke
akhir (SF), akhir ke akhir (FF) dan akhir ke awal (FS). Pada garis konstrain dibubuhkan
penjelasan mengenai waktu mendahului (lead) atau terlambat tertunda (lag).
`
1.5.2 Konstrain Mulai ke Mulai - SS
Memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan
mulainya kegiatan terdahulu. Atau SS(i-j) = b yang berarti suatu kegiatan (j) mulai
setelah hari kegiatan terdahulu (i) mulai. Konstrain semacam ini terj adi bila sebelum
kegiatan terdahulu selesai 100 persen, maka kegiatan (j) boleh mulai.Atau kegiatan
(j) boleh mulai setelah bagian tertentu dari kegiatan (i) selesai.Besar angka b tidak
boleh melebihi angka kurun waktu kegiatan terdahulu, karena per definisi b adalah
sebagian dari kurun waktu kegiatan terdahulu.Jadi, di sini terjadi kegiatan tumpang
tindih.
`
1.5.4 Konstrain Mulai ke Selesai - SF
Menjelaskan hubungan antara selesainya kegiatan dengan mulainya
kegiatan terdahulu. Dituliskan dengan SF(i-j)= d, yang berarti suatu kegiatan (j)
selesai setelah d hari kegiatan (i) terdahulu mulai. Jadi, dalam hal ini sebagian dari
porsi kegiatan terdahulu harus selesai sebelum bagian akhir kegiatan yang
dimaksud boleh diselesaikan.
`
1.6 MENGETAHUI MENGHITUNG ESTIMASI KEGIATAN DENGAN METODE
PDM
Ilustrasi di bawah ini memberikan petunjuk bagaimana mempergunakan rumus-
rumus diatas, guna menyusun jaringan PDM dari suatu informasi tertentu yang telah
diketahui.Misalnya, sebagai berikut:
• Proyek terdiri dari enam kegiatan A,B,C,D,E, dan F dengan nomor urut 1,2,3,4,5, dan 6.
• Kurun waktu kegiatan tercantum pada Tabel 13-16.
• Telah diketahui pula konstrain antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan.
Diminta menyusun jaringan PDM, menentukan j alur kritis dan kurun waktu penyelesaian
proyek. Untuk menjawab soal di atas, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1 .Membuat denah node sesuai dengan jumlah kegiatan. Jadi, dalam hal ini akan terdapat
enam node, dengan kurun waktu yang bersangkutan.
`
2. Menghubungkan node-node tersebut dengan anak panah sesuai dengan
ketergantungan dan konstrain.
3. Menyelesaikan diagram PDM dengan melengkapi atribut dan simbol yang diperlukan.
4. Menghitung ES, EF, LS, dan LF untuk mengidentifikasi kegiatan kritis, j alur kritis,
float, dan waktu penyelesaian proyek.
`
1.7 PERHITUNGAN MAJU (FORWARD CALCULATION), PERHITUNGAN
MUNDUR (BACKWARD CALCULATION) & LINTASAN KRITIS
Sama halnya dengan metode jaringan kerja AOA, pada Presedence Diagramming
Method (PDM) dikenal juga perhitungan maju dan mundur untuk menghitung lamanya
atau waktu kerja proyek.
1. Perhitungan Maju
Aturan yang berlaku sebagai berikut:
a. Aktivitas pertama yang dibuat ES-nya adalah nol.
b. EF = ES + D
c. Nilai ES pada kegiatan berikutnya didapatkan dengan menambahkan lag pada
anak panah dengan nilai EF pada kegiatan sebelumnya sesuai dengan hubungan
logis diantara kegiatan tersebut.
Contoh perhitungan maju:
Aktivitas
ES D EF
LS TF LF
FS dengan lag nol
D H
16 8 24 24 6 20
2. Perhitungan Mundur
Aturan yang berlaku sebagai berikut:
Perhitungan mundur diselesaikan dengan menghitung durasi dari kanan ke kiri
diagram.
Aturan yang berlaku sebagai berikut:
a. Nilai terbesar yang mungkin terjadi untuk LS atau LF adalah nilai durasi proyek.
b. LS = LF – D.
c. Nilai LF pada kegiatan sebelum didapat dari nilai LS dikurangi lag pada anak
panah pada kegiatan sesudah.
D H
16 8 24 24 6 20
16 26 26 32
3. Lintasan Kritis
a. Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama; ES = LS
b. Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama; EF = LD
c. Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai paling akhir
dengan waktu mulai paling awal; LF – ES = D
d. Bila hanya sebagian dari kegiatan bersifat kritis, maka kegiatan tersebut secara
utuh dianggap kritis.
DAFTAR PUSTAKA