PSIKOLOGI KEPEMIMPINAN
Disusun oleh:
Seno Lukito H 149114104
Theodora BR Purba 149114164
Anissa Wilis Safitri 159114021
Cellinda Ayu M 159114104
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
Teori Kontingensi
Teori kontingensi memberikan gagasan bahwa pemimpin yang efektif
didapatkan dengan memilih pemimpin yang tepat dalam situasi yang mendukung
atau merubah situasi agar sesuai dengan karakter pemimpin. Dengan kata lain
efektivitas seorang pemimpin bergantung pada gaya kepemimpinan dan situasi yang
disukai oleh pemimpin. Beberapa pemimpin lebih baik di situasi tertentu namun
kurang dapat menjadi pemimpin yang efektif di situasi lainnya. Untuk memahami
teori kontingensi ada beberapa aspek yang perlu kita ketahui.
Fiedler meyakini bahwa salah satu faktor utama bagi kepemimpinan yang
berhasil adalah gaya kepemimpinan dasar seseorang individu. Jadi, ia mulai dengan
berusaha mencari tahu apa gaya dasar tersebut. Fiedler lalu menyusun suatu
kuesioner rekan kerja yang paling tidak disukai (least preferred coworker-LPC-
questionnaire) dengan tujuan mengukur apakah seorang pemimpin berorientasi tugas
(task-oriented) atau hubungan (relationship-oriented). Kuesioner LPC merupakan
kumpulan 16 kata sifat yang saling berlawanan (seperti menyenangkan-tidak
menyenangkan, efisien- tidak efisien, terbuka-tertutup, suportif-bermusuhan).
Dalam penilainanya, bila nilai (score) yang didapat dari kuesioner tersebut
berada diatas atau sama dengan 73. Skor LPC yang tinggi menunjukkan bahwa
pemimpin melihat rekan kerja yang paling tidak disenangi dalam suasana
menyenangkan. Dikatakan bahwa pemimpin dengan skor LPC yang tinggi ini
berorientasi ke hubungan (relationship oriented).
Sedangkan apabila score yang dihasilkan oleh kuesioner berada dibawah atau
sama dengan 64. Skor LPC yang rendah menunjukkan derajat kesiapan pemimpin
3
untuk menolak mereka yang dianggap tidak dapat bekerja sama. Pemimpin
demikian, lebih berorientasi ke terlaksananya tugas (task oriented).
Fiedler menyimpulkan bahwa:
1. Pemimpin dengan skor LPC rendah (pemimpin yang berorientasi ke tugas)
cenderung untuk berhasil paling baik dalam situasi kelompok baik yang
menguntungkan, maupun yang sangat tidak menguntungkan pemimpin.
2. Pemimpin dengan skor LPC tinggi ( pemimpin yang berorientasi ke
hubungan) cenderung untuk berhasil dengan baik dalam situasi kelompok
yang sederajat dengan keuntungannya.
5
2. Selling – menjual, yaitu pemimpin memberikan intruksi terstruktur, tetapi
juga bersifat supportif.
3. Participating – berpartisipasi, yaitu pemimpin dan para pengikutnya
bersama-sama memutuskan bagaimana cara terbaik menyelesaikan suatu
pekerjaan.
4. Delegating – delegasi, yaitu pemimpin tidak banyak memberikan arahan yang
jelas dan spesifik ataupun dukungan pribadi kepada para pengikutnya. Gaya
kepemimpinan yang tepat akan tergantung pada orang atau kelompok yang
dipimpin.
Yukl Gary. 2017. Kepemimpinan dalam Organisasi, edisi ketujuh. Jakarta Barat.
Penerbit: Permata Puri Media.