Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah tugas mandiri yang berjudul "Tumor Jinak Odontogen". Atas dukungan
moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
makalah ini.
Penulis,
Kelompok
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
4.1 Kesimpulan......................................................................................................... 17
PENDAHULUAN
Ada dua tipe neoplasia yaitu neoplasia jinak (benign neoplasm) dan neoplasia
ganas (malignant neoplasm). Perbedaan antara kedua neoplasia ini yaitu bahwa
neoplasia jinak merupakan pembentukan jaringan baru yang abnormal dengan
proses pembelahan sel yang lambat dan masih terkontrol, ekspansif, berkapsul,
tidak bermetastasis serta penyebarannya terlokalisir. Sebaliknya pada neoplasia
ganas, tumor yang tumbuhnya cepat, infiltrasi ke jaringan sekitarnya dan dapat
menyebar ke organ-organ lain/metastase. Pada neoplasia ganas, sel tidak akan
berhenti membelah selama masih mendapat suplai makanan.
Proses terjadinya neoplasma tidak dapat lepas dari siklus sel karena sistem
kontrol pembelahan sel terdapat pada siklus sel. Gangguan pada siklus sel dapat
mengganggu proses pembelahan sel sehingga dapat menyebabkan neoplasma.
Kerusakan sel pada bagian kecilnya, misalnya gen, dapat menyebabkan
neoplasma ganas. Tetapi jika belum mengalami kerusakan pada gen digolongkan
pada neoplasma jinak, sel hanya mengalami gangguan pada faktor-faktor
pertumbuhan (growth factors) sehingga fungsi gen masih berjalan baik dan masih
terdapat kontrol pembelahan sel.
Tumor/neoplasma jinak di rongga mulut dapat berasal dari sel odontogen atau
non odontogen. Tumor-tumor odontogen merupakan interaksi antara epitel
odontogen dan jaringan ektomesenkim odontogen. Tumor odontogenik juga
meniru tahapan pertumbuhan gigi. Dengan demikian proses pembentukan gigi
sangat berpengaruh dalam tumor ini. Sedangkan tumor non odontogen rongga
mulut dapat berasal dari epitel mulut, nevus/pigmen, jaringan ikat mulut, dan
kelenjar ludah (Gaonkar P et al, 2016).
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 1. Perbedaan tumor ganas dan tumor jinak (Wim de Jong 2005)
Tumor odontogen adalah suatu kelainan yang terjadi pada rongga mulut dan
asalnya berhubungan dengan jaringan yang berasal dari perkembangan gigi.
Jaringan abnormal dari masing-masing tumor sering dihubungkan dengan
jaringan yang sama pada odontogen normal dari pembentukan hingga erupsi gigi.
Tumor ini merupakan neoplasma pada rahang yang berdiferensiasi dari struktur
gigi. Lesi ini sering ditemukan pada mandibula dan maksila sedangkan pada
gingiva jarang. Etiologi dan patogenesisnya tidak jelas. Secara klinis, tumor
odontogenik merupakan tipe asimptomatik, namun dapat menyebabkan ekspansi
rahang, bergesernya gigi, dan resorbsi tulang (Eversole,2005).
2.2 Siklus Sel
Secara umum tahap G0, G1, S, dan G 2 disebut juga sebagai tahap
interfase. Sedangkan pembelahan sel atau sering disebut dengan tahap
mitosis, terdiri dari empat sub-tahapan, yaitu profase, metafase, anafase,
dan telofase. Pada kondisi tertentu, sel-sel yang tidak membelah, karena
tidak berdiferensiasi, meninggalkan tahap G1 dan pindah ke dalam tahap
G0. Sel-sel yang berada dalam tahap G0 sering disebut sedang
beristirahat atau diam.
a. Faktor internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan herediter dan faktor-
faktor pertumbuhan, misalnya gangguan hormonal dan metabolisme.
Jika etiologi dihilangkan maka perkembangan tumor ini akan berhenti, karena
seperti yang dijelaskan di awal neoplasia ini tidak mengalami mutasi gen yang
membawa keabnormalan terus-menerus.
BAB 3
PEMBAHASAN
Asal mula tumor odontogen ini belum diketahui secara pasti, namun pada
umumnya para ilmuwan memperkirakan tumor ini berasal dari organ enamel dan
telah dipostulatkan bahwa tumor ini berasal dari epitel eksternal, stratum
intermedium dari organ enamel atau dari sisa-sisa seluler lapisan basal atau
stratum basal dari epitel gingival. Tumor ini paling sering ditemukan pada rahang
bawah regio molar/premolar, dan dua pertiga ditemukan pada mandibula, sisanya
pada maksila. Tumor ini timbul dari epitel enamel yang berkurang dari gigi yang
tidak erupsi atau impaksi dalam 50% kasus (Coulthard,2008).
Secara histologis, gambaran dari tumor odontogen terdiri atas sedikit stroma yang
menyokong sekelompok sel-sel epitel polihedral dengan sitoplasma eosinofilik.
Jembatan interseluler serta pengkalsifikasian yang kecil dan bulat yaitu Cincin
Liesegang diantara sel-sel epitel dan jaringan penghubung juga dapat ditemukan
(Shanmuga,2009)
Perkembangan tumor Pindborg ini melalui berbagai tahapan yang dimulai dengan
degenerasi epitel dan perubahan filament keratin menjadi amiloid. Pada awalnya,
amiloid pada pewarnaan PAS (Periodic Acid Schiff) adalah negatif dan
pewarnaannya positif pada sitokeratin. Bagaimanapun, seiring bertambahnya waktu
dan deposit amiloid bergabung menjadi banyak globul, amiloid kehilangan
keimunoreaktifan dari sitokeratin dan menjadi PAS (Periodic Acid Schiff) positif
(Nevile BW,2009)
Tumor odontogen adalah tumor yang terbentuk dari jaringan gigi. Klasifikasi
berdasarkan World Health Organization (WHO) berdasarkan tipe jaringan dari
setiap tumor:
1. Epithelium Odontogen:
2. Ectomesenkim odontogen:
3. Mixed (campuran dua epitel dari odontogen epithelium dan ectomesenkim
odontogen)
Menurut sitepu (2004) tumor jinak pada rongga mulut yang berasal dari
jaringan odontogenik terbagi atas tiga bagian:
1. Ektodermal
Ameloblastoma
Odontogenik Adenomatoid Tumor
2. Mesodermal
Odontogenik Fibroma
Odontogenik Miksoma
3. Campuran
Odontoma
Teratoma
3.4.1 Ameloblastoma
Ameloblastoma merupakan tumor jinak odontogenik yang berasal
dari sisa epitel pada masa pembentukan gigi. Ameloblastoma dapat
tumbuh dari berbagai macam epitel odontogenik yang tersisa diantara
jaringan lunak alveolar dan tulang. Tumor ini tumbuhnya lambat, agresif
secara lokal dan dapat menyebabkan deformitas wajah yang besar (Sugiyo
dkk, 2012).
Etiologi : ameloblastoma sampai saat ini belum diketahui dengan
jelas, tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa ameloblastoma dapat terjadi
setelah pencabutan gigi, pengangkatan kista dan atau iritasi lokal dalam
rongga mulut. Patogenesis dari tumor ini, melihat hubungan dengan
jaringan pembentuk gigi atau sel-sel yang berkemampuan untuk
membentuk gigi tetapi suatu rangsangan yang memulai terjadinya
proliferasi sel-sel tumor atau pembentuk ameloblastoma belum diketahui.
Shafer dkk mengemukakan kemungkinan ameloblastoma berasal dari
sumber-sumber sisa sel organ enamel (hertwig’s sheat, epitel rest of
mallassez), gangguan pertumbuhan organ enamel, epitel dinding kista
odontogenik terutama kista dentigerous dan sel epitel basal permukaan
rongga mulut(Wiardi, 2015).
Gambaran klinik : dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan,
oleh karena itu tumor ini jarang terdiagnosa secara dini, umumnya
diketahui setelah 4 sampai dengan 6 tahun. Pembengkakan dengan
berbagai ukuran yang bervariasi sehingga dapat menyebabkan deformitas
wajah, warna sama dengan jaringan sekitarnya, konsistensi bervariasi ada
yang keras dan kadang ada bagian yang lunak, berbatas tegas, terjadi
ekspansi tulang ke arah bukal dan lingual, tumor ini meluas ke segala arah
mendesak dan merusak tulang sekitarnya, terdapat tanda egg shell
cracking atau pingpong ball phenomena bila massa tumor telahmendesak
korteks tulang dan tulangnya menipis, tidak ada rasa nyeri dan tidak
ditemukan parestesi, mukosa sekitas tumor tidak mengalami ulserasi.
Hanya pada beberapa penderita benjolan disertai rasa nyeri, berkurangnya
sensibilitas daerah distribusi n.mentalis dan kadangkadang terdapat
ulserasi oleh karena penekanan gigi apabila tumor sudah mencapai ukuran
besar. Dapat dilakukan fungsi aspirasi biasanya berisi cairan berwarna
merah kecoklatan . Gigi geligi pada daerah tumor berubah letak dan
goyang. Bila terjadi infeksi sekunder maka ulserasi, fistula bahkan
jaringan granulasi pun dapat dijumpai, demikian juga rasa nyeri,
parestesi,dan tanda-tanda inflamasi(Wiardi, 2015) .
Odontogenik Miksoma
Mixoma odontogenik berdasarkan klarifikasi WHO disebut
sebagai odontogenik mesenchyma. Odontogenik Mixoma dapat
ditemukan dimanapun baik di mandibula maupun maksila, terjadi pada
umur 10-50 tahun (rata-rata 30 tahun), hampir pada seluruh kasus
dikarenakan adanya gigi yang tidak erupsi atau gigi yang telah dicabut.
Mixoma odontogenik adalah tumor jinak yang berasal dari jaringan
mesenkim pada benih gigi, papila dental, folikel dan ligamen
periodontal. Tanda-tanda klinis dari tumor ini yaitu lesi ini
pertumbuhannya lambat, adanya pembengkakan tanpa rasa sakit dan
biasanya asimptomatik(Mulyaka, 2010).
Tumor ini merupakan gabungan dari dua macam jaringan yaitu epitel dan
mesenkim, yang keduanya merupakan neoplasma. Ini merupakan tumor yang
tidak umum ditemukan.
Hal ini masih diperdebatkan karena kadang ditemukan lesi ini dirawat
dengan eksisi sederhana dan kuretase tidak rekuren lagi, kadang juga
terjadi rekurensi setelah tindakan eksisi konservatif seperti yang
dilaporkan oleh Armed institut of Patology sekitar 43,5 %. Pada beberapa
kasus tingkat rekurensinya sekitar 0 – 18 % setelah perawatan konservatif
dan follow up yang adekuat. Pembedahan eksisi yang agresif
kemungkinan dapat dilakukan untuk lesi yang rekuren.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tumor odontogenik merupakan suatu kelainan yang terjadi pada rongga mulut
dan asalnya berhubungan dengan jaringan yang berasal dari perkembangan gigi.
Jaringan abnormal dari masing – masing tumor sering dihubungkan dengan
jaringan yang sama pada odontogen normal dari pembentukan hingga erupsi gigi.
Klasifikasi tumor odontogenik berdasarkan gejala klinis dan histogenesisnya,
terdiri dari kelompok tumor jinak, tumor borderline, dan kelompok tumor ganas.
4.2 Saran
Apoptosis dan Respon Biologik Sel Sebagai Faktor Prognosa Radioterapi Kanker.
2006. Nurhayati, Siti. Pusat Teknologi Keselamatan Dan Metrologi Radiasi. Batam.
Lee S.K., Yeon S.K. 2013. Current Concepts and Occurrence of Epithelial
Odontogenic Tumors: I. Ameloblastoma and Adenomatoid Odontogenic Tumor.
Pengaruh Ekstrak Phaleria Macrocarpa Terhadap Indek Mitosis Sel dan Pertumbuhan
Diameter Karsinoma Epidermoid. Vm Ekasaputra – 2015. Universitas Diponegoro
Regulasi Siklus Sel: Kunci Sukses Somatic Cell Nuclear Transfer. Murti, Harry.
Institut Pertanian Bogor. 2007