2 OKTOBER 2017
Nurlaila Hanum
Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Samudra
Langsa Aceh
e-mail: nurlailahanum@unsam.ac.id
Abstrak
Penelitian ini dilakukan di Universitas Samudra di Kota Langsa dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh pendapatan terhadap perilaku konsumsi mahasiswa UNSAM di
Kota Langsa. Data yang digunakan adalah data perimer yang diperoleh dari
kuesioner yang diberikan kepada 98 orang responden. Data kemudian dianalisis
dengan menggunakan persamaan regresi linier sederhana, koefisien determinansi
2
(R ) dan uji t. Hasil persamaan regresi linier sederhana diperoleh C = 22304,630 +
0,945Y. Konstanta sebesar 22304,630 merupakan nilai dari konsumsi sebelum
dipengaruhi oleh pendapatan, artinya tingkat konsumsi tetap harus ada sebesar
22304,630. Kemudian koefesien regresi sebesar 0,945 merupakan nilai pendapatan dari
pendapatan yang memberikan pegaruh positif terhadap tingkat konsumsi mahasiswa
UNSAM dan bila ditingkatkan pendapatan Rp.100.000 maka akan meningkatkan
konsumsi sebesar Rp. 94.500. Kemudian dapat diketahui pula nilai koefisiensi
determinasi atau R square sebesar 0,989 atau 98%, dan dapat dinyatakan bahwa sebesar
98% variabel pendapatan memberikan pengaruh terhadap tingkat konsumsi mahasiswa
UNSAM di Kota Langsa dan sisanya sebesar 2% dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak masuk dalam estimasi penelitian ini. Variabel tersebut adalah pendapatan
tambahan. Uji t, diperoleh t hitung > t tabel atau diperoleh 91,166 > 1,66071 dengan
demikian Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat dinyatakan bahwa
pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat konsumsi mahasiswa
UNSAM di Kota Langsa.
Nurlaila Hanum: Analisis Pengaruh Pendapatan Terhadap Prilaku Konsumsi Mahasiswa Universitas Samudra di Kota Langsa 107
JURNAL SAMUDRA EKONOMIKA, VOL. 1, NO. 2 OKTOBER 2017
beberapa fakultas yaitu: Fakultas Ekonomi, paling penting untuk dikonsumsi. Total konsumsi
Fakultas Hukum, Fakultas Pertanian, FKIP dan mahasiswa dapat dipengaruhi dari anggaran yang
Fakultas Teknik. Mahasiswa adalah peserta didik mereka peroleh setiap bulan. Anggaran ini
yang telah terdaftar disebuah universitas dan diperoleh dari uang saku bulanan orang tua, gaji
memenuhi persyaratan lain yang ditetapkan oleh dari magang atau penghasilan dari berwirausaha,
Universitas yang bersangkutan. Mahasiswa sama maupun dari sumber-sumber lainnya. Seperti
halnya dengan masyarakat atau rumah tangga, halnya rumah tangga ataupun keluarga, dalam
juga melakukan aktivitas ekonomi sehari- hari penentuan tingkat kesejahteraan mahasiswa dapat
termasuk konsumsi. Namun, total konsumsi suatu ditinjau dari proporsi konsumsi makanan dan non
masyarakat atau individu termaksud pula makanan. Semakin tinggi proporsi konsumsi
mahasiswa berbeda-beda satu sama lain. non makanan maka mahasiswa tersebut akan
Mahasiswa sendiri masuk golongan anak muda semakin sejahtera. Ketika uang saku meningkat
pada masyarakat dan 3-5 tahun kedepan dan sebagian uang saku tersebut digunakan
mahasiswa akan menjadi bagian dari masyarakat. untuk mengkonsumsi non makanan, maka
Total konsumsi sangat dipengaruhi oleh perilaku tingkat kesejahteraan mahasiswa dapat dikatakan
konsumsi konsumen dalam jangka panjang. membaik. Dengan demikian penelitian ini
Perilaku konsumsi konsumen ini yang akan bermaksud untuk mengetahui bagaimana pola
dijadikan dasar dalam mencari pola konsumsi konsumsi makanan dan non makanan untuk
saat ini. Total konsumsi mahasiswa saat ini layak mahasiswa, sehingga dapat diketahui tingkat
untuk diteliti untuk menjadi tolak ukur pola kesejahteraan mahasiswa.
konsumsi masyarakat pada akhirnya. Berdasarkan latar belakang penelitian
Mahasiswa tergolong bukan angkatan yang ada, maka rumusan masalah yang dapat
kerja karena mahasiswa termasuk pelajar yang ditarik adalah apakah pendapatan berpengaruh
tidak mencari kerja (pengangguran) ataupun positif terhadapperilaku konsumsi mahasiswa
sedang bekerja melainkan mereka bersekolah Universitas Samudra di Kota Langsa. Adapun
dan penerima pendapatan, sehingga mahasiswa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
tidak memiliki pendapatan permanen sendiri. pengaruh pendapatan terhadap perilaku konsumsi
Pendapatan mahasiswa disini berasal dari gaji mahasiswa Universitas Samudra di Kota Langsa.
magang, penghasilan berjualan online shop,
MLM, maupun sumber-sumber lainnya yang 2. KAJIAN LITERATUR
diterima setiap bulannya, dan uang saku dari orang Pendapatan
tua setiap bulannya. Yang dimaksud dengan gaji Samuelson (2002) dalam Muttaqin
adalah uang saku yang diterima setiap bulan, dari (2014:3) mengatakan pendapatan adalah suatu
gaji inilah yang selanjutnya mahasiswa penerimaan bagi seseorang atau kelompok dari
gunakan dalam memenuhi kebutuhan mereka. hasil sumbangan,baik tenaga dan pikiran yang
Pada mahasiswa Universitas Samudra dicurahkan sehingga akan memperoleh balas
di Kota Langsa selain konsumsi makanan jasa. Pendapatan menunjukan seluruh uang
biasanya hanya berpusat pada bidang atau hasil material lainnya yang dicapai dari
perkuliahan, seperti fotocopy, biaya internet, print penggunaan kekayaan atau jasa yang diterima oleh
tugas, kertas folio dan sebagainya. Jika seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu
dikelompokan maka konsumsi non makanan tertentu pada suatu kegiatan ekonomi.
mahasiswa bergerak dalam empat hal yaitu Disposable income adalah pendapatan yang
transportasi, komunikasi meliputi biaya pulsa, diterima oleh seseorang yang sudah siap untuk
kuota internet, dan lain sebagainya; entertaiment dibelanjakan atau konsumsi penerimanya.
meliputi pembelanjaan untuk membeli pakaian, Pendapatan ini merupakan hak mutlak bagi
handphone, laptop, aksesoris dan lain sebagainya. penerimanya. (Prasetyo,2011:29)
Khusus mahasiswa perantauan yang Pendapatan pribadi dapat diartikan
tinggal dikos dan jauh dari keluarga, pola sebagai semua jenis pendapatan, termasuk
konsumsi mereka lebih jelas berbeda lagi. Hal ini pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan
disebabkan mahasiswa yang tinggal dikos harus suatu kegiatan apa pun, yang diterima oleh
mengeluarkan biaya-biaya rutin seperti biaya penduduk sesuatu negara. Dari istilah pendapatan
untuk makan sehari-hari, biaya listrik, transportasi, pribadi ini dapat disimpulkan bahwa dalam
air, uang sewa kos dan perlengkapan sehari-hari pendapatan pribadi telah masuk juga pembayaran
lainnya. Diantara kategori-kategori diatas, pindahan (Sukirno,2003:49).
makanan termasuk salah satu kategori yang
Nurlaila Hanum: Analisis Pengaruh Pendapatan Terhadap Prilaku Konsumsi Mahasiswa Universitas Samudra di Kota Langsa 108
JURNAL SAMUDRA EKONOMIKA, VOL. 1, NO. 2 OKTOBER 2017
Nurlaila Hanum: Analisis Pengaruh Pendapatan Terhadap Prilaku Konsumsi Mahasiswa Universitas Samudra di Kota Langsa 109
JURNAL SAMUDRA EKONOMIKA, VOL. 1, NO. 2 OKTOBER 2017
Menurut Dumairy (2006) dalam Ruslan meningkat, maka konsumsi juga akan meningkat.
(2014:10), menyatakan bahwa pola konsumsi Hanya saja peningkatan tersebut tidak sebesar
dapat dikenali berdasarkan alokasi peningkatan pendapatan disposabel.(Rahardja dan
penggunaannya. Untuk keperluan analisis, secara Manurung, 2004:37)
garis besar alokasi pengeluaran konsumsi C = C0+ b Yd
digolongkan dalam dua kelompok penggunaan, Dimana:
yaitu pengeluaran makanan dan pengeluaran non- C = konsumsi
makanan. Perbandingan besar pengeluaran C0 = konsumsi otonomus
perkapita penduduk kota terhadap penduduk b = marginal propensity to consume (MPC)
perdesaan cenderung konstan tahun demi tahun. Yd = pendapatan disposable 0 ≤b≤1
Pengeluaran rata-rata orang kota hampir selalu dua
kali lipat pengeluaran orang desa. Perbandingan Menurut Sukirno (2005:139)
pola pengeluarannya juga demikian. Alokasi menyatakan hubungan antara pendapatan dengan
pengeluaran untuk makanan dikalangan orang desa konsumsi adalah hubungan yang searah
lebih besar dibandingkan kalangan orang kota. (proposional) maksudnya pada pendapatan yang
lebih tinggi dapat menyebabkan pengeluaran
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi konsumsi lebih besar dan demikian juga
Menurut Rahardja dan Manurung sebaliknya yaitu bila tingkat pendapatan rendah
(2004:34). Adapun beberapa faktor- faktor yang maka pengeluaran konsumsi juga rendah.
mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi Hubungan tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
yaitu: Y↑→C↑
1. Faktor-faktor Ekonom Y ↓→C↓
2. Faktor-faktor Demografi(Kependudukan) Berkaitan dengan kedua variabel
3. Faktor-faktor Non-Ekonomi tersebut maka individu berusaha meningkatkan
Menurut Putong dan Adjaswati pendapatannya guna memenuhi semua
(2008:32), ada beberapa faktor-faktor yang kebutuhannya, maka dari itu usaha tersebut dapat
mempengaruhi konsumsi yaitu: dilakukan apabila pendapatan yang
a.Tingkat pendapatan dan kekayaan bersangkutan dapat ditingkatkan. Dalam hal ini
b. Tingkat suku bunga dan spekulasi kenaikan dalam konsumsi, sehingga individu yang
c. Sikap berhemat bersangkutan memiliki tabungan (Boediono,
d. Budaya, gaya hidup (pamer, gengsi dan ikut 2003:231).
arus) dan demonstration effect
e. Keadaan perekonomian 3. METODE PENELITIAN
Menurut Sudarman dan Algifari Penelitian ini dilakukan di Universitas
(2006:305) selain pendapatan, sesungguhnya Samudra di Kota Langsa adapun objek penelitian
pengeluaran konsumsi juga dipengaruhi oleh ini adalah variabel pengeluaran konsumsi
faktor-faktor lain, yaitu : mahasiswa tersebut.
a. Tingkat kekayaan
b. Kondisi sosial ekonomi Jenis dan Sumber Data
c. Tingkat harga Jenis penelitian ini menggunakan
d. Selera metodelogi penelitian kuantitatif dapat diartikan
e. Tingkat bunga sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
Hubungan Pendapatan dengan Konsumsi populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
Menurut Keynes hubungan menggunakan instrumen penelitian, analisis
pendapatan disposabel dan konsumsi. Keynes data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan
menjelaskan bahwa konsumsi saat ini ( current untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
consumption) sangat dipengaruhi oleh pendapatan Sedangkan metode penelitian kualitatif disebut
disposabel saat ini (current disposable income). juga sebagai metode artistik, karena proses
Menurut Keynes, ada batasan konsumsi minimal penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola),
yang tidak tergantung tingkat pendapatan. Artinya, dan disebut sebagai metode interpretive karena
tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi, data hasil penelitian lebih berkenaan dengan
walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. interprestasi terhadap data yang ditemukan di
Itulah yang disebut konsumsi otonomus lapangan. (Sugiyono, 2014:7)
(autonomous consumtion). Jika pendapatan disposabel
Nurlaila Hanum: Analisis Pengaruh Pendapatan Terhadap Prilaku Konsumsi Mahasiswa Universitas Samudra di Kota Langsa 110
JURNAL SAMUDRA EKONOMIKA, VOL. 1, NO. 2 OKTOBER 2017
Nurlaila Hanum: Analisis Pengaruh Pendapatan Terhadap Prilaku Konsumsi Mahasiswa Universitas Samudra di Kota Langsa 111
JURNAL SAMUDRA EKONOMIKA, VOL. 1, NO. 2 OKTOBER 2017
Nurlaila Hanum: Analisis Pengaruh Pendapatan Terhadap Prilaku Konsumsi Mahasiswa Universitas Samudra di Kota Langsa 112
JURNAL SAMUDRA EKONOMIKA, VOL. 1, NO. 2 OKTOBER 2017
uang saku yang diberikan orang tua responden. sebagai lauk-pauk sayur dan keperluan sehari-
Pendapatan tersebut dapat dilihat pada tabel hari lainnya. Mengenai tingkat konsumsi
berikut: mahasiswa ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel IV-6 : Pendapatan Uang Saku perbulanya dari Tabel IV-7 : Pengeluaran Konsumsi Makanan
orang tua No Konsumsi Makanan Frekuensi Persentase
No Uang Saku Frekuensi Persentase (Rp) (%)
(Rp) 1 100.000 – 350.000 83 84,69
(%) 2 ˃ 350.000 – 600.000 14 14,29
1 300.000 – 600.000 63 64,29 3 ˃ 600.000 – 850.000 0 0
2 ˃ 600.000 – 900.000 23 23,47 4 ˃ 850.000 – 1.100.000 1 1,02
3 ˃ 900.000 – 1.200.000 10 10,20 Jumlah 98 100
4 ˃ 1.200.000 – 1.500.000 2 2,04 Sumber : Data Primer, 2016 (diolah)
Jumlah 98 100
Berdasarkan tabel IV-7 dapat diketahui
tingkat pengeluaran konsumsi makanan terendah
Sumber : Data Primer, 2016 (diolah)
adalah lebih besar dari Rp. 850.000 – 1.100.000
y a i t u sebanyak 1 responden (1,02%) hal ini
Berdasarkan tabel IV-6 di atas dapat
disebabkan oleh tingkat pendapatan yang rendah
diketahui tingkat uang saku responden adalah
dan menggunakan pendapatan yang ada untuk
mulai dari Rp. 300.000 sampai dengan Rp.
pengeluaran yang rendah pula, selanjutnya
1.500.000. Tingkat pendapatan yang bervariasi
responden dengan tingkat konsumsi makanan
ini disebabkan faktor pekerjaan orang tua
l e b i h b e s a r d a r i Rp. 350.000 – 600.000
responden yang berbeda-beda, jumlah responden
sebanyak 14 responden atau sebesar (14,29%),
yang memiliki penghasilan Rp. 300.000 –
selanjutnya responden dengan tingkat
600.000 ini dialami oleh 63 responden atau
konsumsi makanan sebanyak Rp. 100.000 –
(64,29%) atau yang paling dominan pada
350.000 sebanyak 83 responden atau sebesar
penelitian ini. Responden dengan pendapatan lebih
(84,69%) atau yang paling dominan.
besar Rp. 600.000 – 900.000 sebanyak 23
Tabel IV-8: Pengeluaran Konsumsi Tembakau
responden atau sebesar (23,47%), selanjutnya
responden dengan pendapatan lebih besar Rp. No Konsumsi Tembakau Frekuensi Persentase
900.000 – 1.200.000 sebanyak 10 responden (Rp) (%)
atau sebesar (10,20%), selanjutnya responden
1 50.000 – 90.000 10 41,67
dengan pendapatan lebih besar Rp. 1 . 2 00.000
– 1 . 5 0 0 . 0 0 0 sebanyak 2 responden atau 2 ˃ 90.000 – 130.000 6 25
sebesar (2,04%). Dengan demikian responden 3 ˃ 130.000 – 170.000 3 12,5
dengan pendapatan Rp. 3 0 0 . 0 0 0 - 600.000 4 ˃ 170.000 – 210.000 5 20,83
adalah yang dominan menjadi penelitian ini atau Jumlah 24 100
pendapatan tersebut pendapatan yang rata- rata
uang saku yang diberikan oarang tua Sumber : Data Primer, 2016 (diolah)
perbulannya. Kemudian pendapatan tersebut
digunakan untuk konsumsi mereka selama satu Berdasarkan tabel IV-8 dapat diketahui
bulan, sementara yang memiliki pendapatan Rp. tingkat pengeluaran konsumsi tembakau terendah
1.200.000 sampai dengan Rp. 1.500.000 atau adalah Rp. 50.000 – 90.000 sebanyak 10
pendapatan rendah ini harus mencari responden atau sebesar (41,67%) hal ini
pendapatan tambahan lainnya seperti: disebabkan karena responden tidak terlalu
pekerjaan tambahan, les private, atau usaha online kecanduan dalam merokok atau hanya sekali-
shop. Sehingga pendapatan tersebut dapat sekali saja, selanjutnya responden dengan
memenuhi kebutuhan konsumsi. tingkat konsumsi tembakau sebanyak l e b i h
b e s a r d a r i Rp. 90.000 – 130.000 sebanyak 6
Konsumsi responden sebesar (25%), kemudian responden
Tingkat konsumsi mahasiswa dengan tingkat konsumsi tembakau lebih besar
Universitas Samudra di Kota Langsa dari Rp. 170.000 – 210.000 sebanyak 5 responden
umumnya adalah untuk pengeluaran makanan atau sebesar (20,83%) hal ini disebabkan karena
seperti pembelian beras, minyak, gula, teh, ikan pendapatan setiap bulannya tinggi sehingga
pengeluaran konsumsi tembakau nya juga
Nurlaila Hanum: Analisis Pengaruh Pendapatan Terhadap Prilaku Konsumsi Mahasiswa Universitas Samudra di Kota Langsa 113
JURNAL SAMUDRA EKONOMIKA, VOL. 1, NO. 2 OKTOBER 2017
tinggi dan responden tersebut juga kecanduan linier sederhana dengan hasil seperti pada tabel
mengkonsumsi rokok, selanjutnya responden IV-10.
dengan tingkat konsumsi tembakau l e b i h Berdasarkan table tersebut maka dapat
b e s a r d a r i Rp. 130.000 – 170.000 sebanyak dibuat persamaan regresi linier sederhana sebagai
3 responden atau sebesar (12,5%), berikut:
Selanjutnya tingkat konsumsi non C = 22304.630 + 0,945Y
makanan pada mahasiswa perantauan Universitas Konstanta sebesar 22304.630
Samudra di Kota Langsa pada umumnya merupakan nilai dari konsumsi sebelum
pengeluaran seperti: photo copy, print tugas, dipengaruhi oleh pendapatan, artinya tingkat
transportasi, pulsa, kosmetik, nongkrong dicafe, konsumsi tetap harus ada sebesar Rp. 22304.630
karokean, futsal dan lainnya. Tingkat konsumsi ini Kemudian koefisien regresi sebesar 0.945
dapat dilihat pada tabel IV-9 dapat diketahui merupakan nilai dari pendapatan yang
tingkat pengeluaran konsumsi non makanan memberikan pengaruh positif dan signifikan
responden terendah adalah Rp. 100.000 – terhadap tingkat
300.000 sebanyak 66 responden atau sebesar konsumsi mahasiswa dan bila ditingkatkan
(67,35%), hal ini disebabkan oleh tingkat pendapatan sebesar Rp. 100.000. maka akan
pendapatan yang rendah dan menggunakan meningkatkan konsumsi sebesar Rp. 94.500.
pendapatan yang ada untuk pengeluaran yang Kemudian dapat diketahui pula nilai
rendah pula, atau untuk membeli barang yang koefisien determinasi atau R square sebesar 0,989
penting saja. Selanjutnya responden dengan atau bila dikalikan 100 persen maka akan
tingkat pengeluran konsumsi non makanan lebih diperoleh 98% dan dapat dinyatakan bahwa
besar dari Rp. 300.000 – 500.000 sebanyak 25 sebesar 98% variabel pendapatan memberikan
responden atau sebesar (25,51%), selanjutnya pengaruh terhadap tingkat konsumsi mahasiswa
responden dengan tingkat pengeluaran non UNSAM di Kota Langsa dan sisanya sebesar
makanan lebih besar dari Rp. 500.000 – 700.000 2% dipengaruhi variabel lain yang tidak masuk
sebanyak 6 responden atau sebesar (6,12%), dalam estimasi penelitian ini. Variabel tersebut
selanjutnya tingkat pengeluaran konsumsi non adalah pendapatan tambahan.
makanan lebih besar dari Rp. 700.000 – 900.000 Selanjutnya dapat pula diketahui uji
sebanyak 1 responden a t a u sebesar (1,02%). statistik (uji t) yang dapat diketahui dari
Tabel IV-9 : Pengeluaran Konsumsi Non Makanan perbandingan t hitung dan t tabel. Pada penelitian
ini diperoleh t hitung > t tabel atau diperoleh
No Konsumsi Non Makanan Frekuensi Persentase 91,166 > 1,66071 dengan demikian Ho ditolak dan
(Rp) (%) menerima Ha sehingga dapat dinyatakan bahwa
1 100.000 – 300.000 66 67,35 pendapatan berpengaruh positif dan signifikan
2 ˃ 300.000 – 500.000 25 25,51 terhadap tingkat konsumsi mahasiswa UNSAM di
3 ˃ 500.000 – 700.000 6 6,12 Kota Langsa.
4 ˃ 700.000 – 900.000 1 1,02
Pembuktian Hipotesis
Jumlah 98 100 Membuktikan hipotesis dalam penelitian
Sumber: Data Primer, 2016 ini menggunakan hasil analisis data berupa hasil
persamaan regresi linier sederhana, koefisien
Pembahasan determinasi dan hasil uji t. Hipotesis dalam
Analisis Pengaruh Pendapatan terhadap penelitian ini yang menyatakan bahwa pendapatan
Perilaku Konsumsi Mahasiswa UNSAM di Kota berpengaruh positif terhadap perilaku konsumsi
Langsa mahasiswa UNSAM di Kota Langsa dan
Pengaruh pendapatan terhadap perilaku hipotesis tersebut dapat diterima dengan hasil
konsumsi mahasiswa UNSAM di Kota Langsa persamaan regresi yaitu hasil koefisien yang
dapat diketahui dari hasil wawancara dan berpengaruh positif sebesar 0,945 dan
kuesioner penelitian. Data tersebut berupa data kemudian hasil koefesien determinasi (R2) atau
pendapatan uang saku dari orang tua mahasiswa R square sebesar 0,989 atau 98% pendapatan
tersebut setiap bulannya, kemudian tingkat memberikan pengaruh positif terhadap tingkat
konsumsi adalah pemenuhan kebutuhan konsumsi serta hasil uji t atau uji statistik
konsumsi sehari-hari. Dari kedua data tersebut di diperoleh t hitung > t tabel atau diperoleh
analisis dengan menggunakan persamaan regresi 91,166 > 1,66071 dengan demikian Ho ditolak
dan menerima Ha sehingga dapat dinyatakan
Nurlaila Hanum: Analisis Pengaruh Pendapatan Terhadap Prilaku Konsumsi Mahasiswa Universitas Samudra di Kota Langsa 114
JURNAL SAMUDRA EKONOMIKA, VOL. 1, NO. 2 OKTOBER 2017
5. PENUTUP
Adapun yang dapat penulis simpulkan Muttaqin, Hakim. (2014). Analisis Pengaruh
dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: Pendapatan Kepala Keluarga Terhadap
a. Hasil persamaan regresi linier sederhana Konsumsi Rumah Tangga di Kecamatan
diperoleh C = 22304,630 + 0,945Y. Bandar Sakti. Jurnal, Universitas
Konstanta sebesar 22304,630 merupakan Almuslim, Lhokseumawe.
nilai dari konsumsi sebelum dipengaruhi Nanga, Muana. (2001). Makro Ekonomi. Jakarta:
pendapatan, artinya tigkat konsumsi tetap PT. Raja Grafindo Persada.
harus ada sebesar 22304,630. Kemudian Prasetyo, P.Eko. (2001). Fundamental Makro
koefisien regresi sebesar 0,945 merupakan Ekonomi. Yogyakarta: Beta offset.
nilai dari pendapatan yang memberikan Putong, Adjaswati. (2008). Pengantar Ekonomi
pengaruh positif dan signifikan terhadap Makro. Jakarta: Mitra wacana media.
tingkat konsumsi mahasiswa dan bila Rahardja, Manurung. (2004). Teori Ekonomi
ditingkatkan Rp. 100.000 maka akan Makro, Edisi kedua. Jakarta: Lembaga
meningkatkan konsumsi sebesar Rp. 94.500. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
b. Kemudian dapat diketahui nilai koefisien Indonesia.
determinasi sebesar 0,989 atau bila dikalikan . (2005). Teori Ekonomi Makro,
100 persen maka akan diperoleh 98% variabel Edisi ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit
pendapatan memberikan pengaruh terhadap Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
tingkat konsumsi mahasiswa UNSAM di Reksoprayitno, Soediyono. (2000). Ekonomi
Kota Langsa dan sisanya sebesar 2% Makro. Yogyakarta: BPFE.
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak Samuelson, Nordhus. (2004). Ilmu
masuk dalam penelitian ini. Variabel Makroekonomi, Edisi 17. Jakarta: PT.
tersebut adalah pendapatan tambahan. Media global edukasi.
c. Uji t, diperoleh t hitung > t tabel atau Sarwono, Jonathan. (2011). Mixed Methods.
diperoleh 91,166 > 1,66071 dengan demikian Cara Menggabung Riset Kuantitatif
Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat Dan Riset Kualitatif Secara Benar.
dinyatakan bahwa pendapatan berpengaruh Jakarta: Flex Media Komputindo.
positif dan signifikan terhadap tingkat Sudarman Ari, Algifari. (2006). Ekonomi Mikro-
konsumsi mahasiswa UNSAM di Kota Makro. Yogyakarta: BPFE.
Langsa. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
6. REFERENSI Bandung: Alfabeta.
Sukirno, Sadono. (2003). Pengantar Teori
Boediono. (2003). Ekonomi Makro. Yogyakarta: Makro Ekonomi.Jakarta: PT. Raja
BPFE-UGM. Grafindo Persada.
Mankiw. (2013). Pengantar Ekonomi Makro. . (2000). Makroekonomi Modren
Jakarta: Salemba Empat. Perkembangan Pemikiran Dari Klasik
Murni, Asfia. (2006). Ekonomika Makro. Hingga Keynesia Baru. Jakarta: PT. Raja
Bandung: PT. Refika aditama. Grafindo Persada.
Nurlaila Hanum: Analisis Pengaruh Pendapatan Terhadap Prilaku Konsumsi Mahasiswa Universitas Samudra di Kota Langsa 115
JURNAL SAMUDRA EKONOMIKA, VOL. 1, NO. 2 OKTOBER 2017
Nurlaila Hanum: Analisis Pengaruh Pendapatan Terhadap Prilaku Konsumsi Mahasiswa Universitas Samudra di Kota Langsa 116