Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Wand dan Brown, "evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu
proses untuk menentukan nilai dari sesuatu" Selain itu, Rasyid dan Mansur
(2008: 3) mendefinisikan evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi untuk
mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok. Dengan evaluasi, guru akan
mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat,
hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa. Yang lebih penting lagi, hasil
evaluasi diharapkan dapat mendorong pendidik untuk mengajar lebih baik dan
mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik. Jadi, evaluasi memberikan
informasi bagi kelas dan pendidik untuk meningkatkan proses belajar mengajar.
Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran
(pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan
untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh peserta
didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Guru sebagai evaluator hendaknya mengetahui dan memahami hakikat
teknik-teknik evaluasi yang dapat digunakan dalam mengukur dan menilai hasil
belajar. Karena melalui mengukur, seorang guru akan memperoleh data kuantitatif
terhadap hasil belajar siswa. Hasil tersebut dapat diketahui melalui angka-angka
yang diperoleh dalam pengukuran masing-masing siswa dengan berpatokan pada
suatu ukuran. Selain itu, juga dapat dilakukan melalui sebuah penilaian, yaitu
siswa dinilai berdasarkan angka-angka yang diperolehnya; bersifat kualitatif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana prinsip-prinsip dasar evaluasi hasil belajar?


2. Bagaimana ciri-ciri evaluasi hasil belajar?
3. Bagaimana ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik sebagai
obyek evaluasi hasil belajar?
4. Bagaimana langkah-langkah pokok dalam evaluasi hasil belajar?
5. Ada berapa macam teknik evaluasi hasil belajar?

C. Tujuan
Dalam tujuan penulisan makalah ini diharapkan dapat mengetahui dan
memahami:
1. prinsip-prinsip dasar evaluasi hasil belajar;
2. ciri-ciri evaluasi hasil belajar;
3. ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik sebagai obyek
evaluasi hasil belajar;
4. langkah-langkah pokok dalam evaluasi hasil belajar; dan
5. teknik-teknik evaluasi hasil belajar.
BAB II

PEMBAHASAN

Menurut Edwind,W& Gerald W.B, evaluasi pendidikan merupakan Suatu


tindakan atau kegiatan menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia
pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.

Evaluasi hasil belajar peserta didik adalah suatu proses menentukan nilai
prestasi belajar peserta didik dengan menggunakan patokan-patokan tertentu guna
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya.

A. Prinsip-Prinsip Dasar Evaluasi Hasil Belajar

Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan


evaluasi, diantaranya:

 Keterpaduan
Evaluasi merupakan komponen integral dalam program
pengajaran disamping tujuan intruksional dan materi serta metode
pengajaran yang tidak dapat dipisahkan. Karena itu, perencanaan
evaluasi harus sudah ditetapkan pada waktu menyusun satuan
pengajaran sehingga dapat di sesuaikan secara harmonis dengan tujuan
intruksional dan materi pengajaran yang hendak disajikan.
 Keterlibatan siswa
Prinsip ini berkaitan erat dengan metode belajar CBSA ( Cara
Belajar Siswa aktif ) yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif,
untuk dapat mengetahui sejauh mana siswa berhasil dalam kegiatan
belajar-mengajar yang di jalaninya secara aktif.
 Koherensi
Dengan prinsip koherensi dimaksudkan evaluasi harus
berkaitan dengan materi pengajaran yang sudah di sajikan dan sesuai
dengan ranah kemampuan yang hendak di ukur.
 Pedagogih
Di tinjau dari segi pedagogih, evaluasi merupakan terapan sebagai
upaya perbaikan sikap dan tingkah laku. Evaluasi dan hasilnya hendaknya
dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam kegiatan belajarnya.
 Akuntabilitas
Merupakan laporan pertanggungjawaban keberhasilan program
pengajaran yang perlu disampaikan terhadap pihak-pihak yang
berkepentingan di dalam pendidikan. Seperti lembaga pendidikan.

B. Ciri-Ciri Evaluasi Hasil Belajar

Mengacu dari teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli, ciri-ciri


evaluasi hasil belajar dibedakan atas lima, yaitu sebagai berikut.
1. Evaluasi dilaksanakan dalam rangka mengukur keberhasilan belajar
peserta didik, pengukuran tidak dapat dilakukan secara langsung,
tetapi hanya didasarkan pada indikator-indikator atau gejala-gejala
yang nampak. Oleh karena itu, masalah ketepatan alat ukur yang
digunakan (valid) menjadi masalah tersendiri.
2. Pengukuran dalam rangka menilai keberhasilan belajar peserta didik
pada umumnya menggunakan ukuran-ukuran kuantitatif atau angka-
angka.
3. Kegiatan evaluasi hasil belajar pada umumnya digunakan unit-unit
atau satuan-satuan yang tetap.
4. Prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik dari waktu ke waktu
setelah bersifat relatif, tidak akan menunjukkan kesamaan dan
tergantung pada faktor-faktor, seperti peserta didik, penilai, dan situasi
yang terjadi pada saat penilai berlangsung.
5. Kegiatan hasil belajar sulit dihindari terjadinya kekeliruan
pengukuran (error), yang disebabkan oleh
 Alatukurnya (tidak valid dan realiabel
 Penilai (faktor subyektif, kecenderungan nilai murah atau mahal,
kesan pribadi terhadap peserta tes, pengaruh hasil yang lalu,
kesalahan menghitung, suasana hati penilai
 Kondisi fisik dan psikis peserta tes
 Kesalahan akibat suasana ujian (suasana gaduh, pengawasan yang
tidak baik dan sebagainya).

C. Ranah Kognitif, Ranah Afektif, Ranah Psikomotorik Sebagai Objek


Evaluasi Hasil Belajar

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental


(otak) atau segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah
termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan
kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal,
memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan
mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau
jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan
jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud
adalah:

 Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat
kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama,
istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa
mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya.
 Pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan
diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui
tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.
Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu
apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi
uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan
menggunakan kata-katanya sendiri.
 Penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau
menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-
metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan
sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret.
Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat
lebih tinggi ketimbang pemahaman.
 Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-
bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan
di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan
faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat
lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
 Sintesis (syntesis)
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan
dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu
proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur
secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang
yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang
sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada
jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari
jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis
karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana
telah diajarkan oleh islam.
 Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam
ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi
disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide,
misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan
maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik
sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

b. Ranah afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan


nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap
seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah
memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar
afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama
Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama
disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai
pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa
hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya.

Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya,


yaitu :

 minat,
 konsep diri,
 nilai
 sikap
 dan moral

c. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah
ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari,
melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari
hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar
afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-
kecenderungan berperilaku). Hasi belajar kognitif dan hasil belajar
afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik
telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan
makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif
dengan materi kedisiplinan menurut agama Islam sebagaimana
telah dikemukakan pada pembiraan terdahulu

D. Langkah-Langkah Pokok Dalam Evaluasi Hasil Belajar


Secara umum langkah-langkah pokok evaluasi pendidikan meliputi
tiga kegiatan utama yaitu:
 Persiapan
 Pelaksanan
 Pengolahan hasil
Ketiga langkah tersebut dapat dijabarkan dalam langkah-langkah yang
lebih operasional meliputi:

1. Perencanaan dan perumusan


Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang
hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan
untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin.

Dalam langkah perencanaan hal-hal yang dilakukan mencakup:

 perumusan tujuan evaluasi

 penetapan aspek-aspek yang akan diukur

 menetapkan metode dan bentuk tes

 merencanakan waktu evaluasi

 melakukan uji coba tes untuk mengukur validitas dan reabilitasnya


sebelum digunakan.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi


tentang keadaan obyek dengan menggunakan alat yang telah diuji
cobakan. Untuk mengumpulkan data dapat menggunakan metode
tes tulis, tes lisan, dan tes tindakan yang akan dibicarakan
tersendiri.

Langkah-langkah pengumpulan data:


 Menentukan data apa saja yang kita butuhkan untuk
melakukan tugas evaluasi yang kita hadapi dengan baik,
penentuan data yang harus dikumpulkan untuk keperluan
tugas evaluasi ini berhubungan erat dengan rumusan
tentang tugas kita dalam suatu usaha pendidikan
 Menentukan cara-cara yang harus kita tempuh untuk
memperoleh setiap jenis data yang kita butuhkan. Adapun
dalam pemilihan cara yang akan kita tempuh untuk
memperoleh suatu data biasanya ditentukan oleh teori atau
pandangan yang kita atur secara standar atau tidak.
 Pemilihan alat yang akan kita pergunakan dalam
pengumpulan data. Biasanya pengetahuan mengenai alat-
alat yang telah tersedia akan merupakan suatu pegangan
yang sangat berguna dalam pengumpulan data

3. Persifikasi data

Penelitian data atau verifikasi data maksudnya ialah untuk


memisahkan data yang “baik” yang akan dapat memperjelas
gambaran yang akan kita peroleh mengenai individu atau
sekelompok individu yang sedang kita evaluasi, dari data yang
kurang baik yang hanya akan merusak atau mengaburkan
gambaran yang akan diperoleh

4. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan untuk menjadikan data lebih


bermakna, sehingga dengan data itu orang dapat memperoleh
beberapa gambaran yang lebih lengkap tentang keadaan peserta
didik.

Fungsi pengolahan data yang telah disajikan hingga sekarang


ini, jelaslah fungsi pengolahan data dalam proses evaluasi yang
perlu disadari benar-benar pada taraf pembicaraan sekarang ini
ialah bahwa untuk memperoleh gambaran yang selengkap-
lengkapnya tentang diri orang yang sedang dievaluasikan, langkah
pengolahan data ini merupakan keharusan.

5. Penafsiran data
Langkaah ini merupakan verbalisasi atau pemberian makna dari
data yang telah diolah, sehingga tidak akan terjadi penafsiran yang
overstatement maupun penafsiran understatement.

E . Teknik-Teknik Evaluasi Hasil Belajar Disekolah

Istilah teknik dapat juga diartikan sebagai “alat”. Jadi dalam istilah
teknik evaluasi hasil belajar terkandung arti alat–alat (yang digunakan
dalam rangka melakukan) evaluasi hasil belajar.
Teknik evaluasi adalah cara yang dilakukan dalam mengevaluasi hasil
belajar. Sedangkan yang dimaksud evaluasi hasil belajar adalah cara yang
digunakan oleh guru dalam mengevaluasi proses hasil belajar mengajar.

a. Macam-macam Teknik Evaluasi Hasil Belajar


Menurut Arikunto (2002: 31) terdapat dua alat evaluasi, yakni teknik
tes dan nontes. Dengan teknik tes, maka evaluasi hasil belajar itu
dilakukan dengan jalan menguji peserta didik. Sebaliknya, dengan teknik
nontes maka evaluasi hasil belajar dilakukan tanpa menguji peserta didik.

1. Pengertian Tes
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk
suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau
sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku
atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang
dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan
(Nurkancana dan Sunartana, 1990: 34).
Maka dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu cara, prosedur,
atau alat yang sistematis dan objektif untuk mengevaluasi tingkah laku
(kognitif, afektif, dan psikomotor) siswa atau sekelompok siswa
berdasarkan nilai standar yang telah ditetapkan.
Dalam kaitan dengan rumusan tersebut, sebagai alat evaluasi hasil belajar,
tes minimal mempunyai dua fungsi, yaitu:
 untuk mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat
materi atau tingkat pencapaian terhadap seperangkat tujuan
tertentu
 untuk menentukan kedudukan atau perangkat siswa dalam
kelompok, tentang penguasaan materi atau pencapaian tujuan
pembelajaran tertentu.

Fungsi pertama lebih dititikberatkan untuk mengukur keberhasilan


program pembelajaran, sedang fungsi kedua lebih dititikberatkan untuk
mengukur keberhasilan belajar masing-masing individu peserta tes.

2. Bentuk Tes
Tes hasil belajar dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai
berikut.
a. Tes Lisan ( Oral Test )
Tes lisan adalah suatu bentuk tes yang menuntut jawaban dari
peserta didik dalam bentuk bahasa lisan. Peserta didik akan
mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan
pertanyaan ataupun perintah yang diberikan. Tes lisan dapat digunakan
untuk mengetahui taraf peserta didik untuk masalah yang berkaitan
dengan kognitif, yaitu pengetahuan dan pemahaman. Tes lisan dapat
berupa individual dan kelompok. Tes individual, yaitu suatu tes yang
diberikan kepada seorang siswa, sedangkan tes kelompok, yaitu suatu
tes yang diberikan kepada sekolompok siswa

b. Tes Tertulis (Written Test)


Tes tertulis adalah suatu tes yang menuntut siswa memberikan
jawaban secara tertulis. Tes tertulis dapat dibedakan menjadi tes esai
atau uraian dan tes objektif.
a) Tes Uraian
Tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa
menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan,
mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk
lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan
menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian,
dalam tes ini siswa dituntut untuk mengekspresikan gagasannya
melalui bahasa tulisan. Tes uraian layaknya tes yang lain, memiliki
keunggulan dan kelemahan sendiri.
Adapaun keunggulan pemakaian tes uraian, yaitu:
 Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif
tingkat tinggi
 Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, dengan baik dan
benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa;
 Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni
berpikir logis, analitis, dan sistematis
 Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem
solving); dan
 Mudah membuat soalnya sehingga guru dapat secara langsung
melihat proses berpikir siswa.

Adapun kelemahan tes uraian, yaitu:


 sampel tes sangat terbatas, karena tidak dapat menguji semua
bahan yang telah diberikan, seperti pada tes objektif yang dapat
menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan
 sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat
pertanyaan, maupun dalam memerikasanya; dan
 tes ini biasanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang terbatas,
pemeriksanya memerlukan waktu yang lama sehingga tidak praktis
bagi kelas yang jumlah siswanya relatif banyak.
b) Tes Objektif
Tes objektif adalah tes tertulis yang menuntut siswa
memilih jawaban yang telah disediakan atau memberikan jawaban
singkat. Tes ini digunakan untuk mengukur penguasaan siswa
pada tingkatan batas tertentu. Ruang lingkupnya cenderung luas.
Tes ini terdiri atas beberapa bentuk soal, antara lain meliputi a)
jawaban singkat, b) benar-salah, c) menjodohkan, dan d) pilihan
ganda.
 Bentuk Soal Jawaban Singkat
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang
menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau
simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar atau salah. Tes
bentuk soal jawaban singkat cocok untuk mengukur pengetahuan yang
berhubungan dengan istilah terminologi, fakta, prinsip, metode,
prosedur, dan penafsiran data yang sederhana.

 Bentuk Soal Benar-Salah (True-False)


Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya
berupa pernyataan. Sebagian pernyataan merupakan pernyataan yang
benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah. Pada
umumnya, bentuk soal benar-salah dapat diapakai untuk mengukur
pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan prinsip. Jawaban yang
diharapkan dapat diarahkan untuk memberi tanda silang (X),
memberikan tanda rumput (√), atau menulis salah satu huruf (B atau
S) untuk jawaban yang dianggap tepat. Adapun contohnya sebagai
berikut.
Jawaban
No. Pernyataan
B* S*
1. Wiwi anak yang rajin. (B)
2. Dua ditambah lima itu delapan (S)
Keterangan:
B* : Benar (Beneh/Patut dalam bahasa Bali).
S* : Salah (Pelih/Iwang dalam bahasa Bali).

 Bentuk Soal Menjodohkan


Bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan pilihan ganda.
Perbedaannya adalah pilihan ganda terdiri atas stem dan option,
kemudian testee tinggal memilih salah satu option yang diberikan.
Sedangkan bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan
jawaban yang keduanya disusun pada dua kolom yang berbeda. Kolom
sebelah kiri menunjukkan kumpulan soal dan kolom sebelah kanan
menunjukkan kumpulan jawaban.
Jumlah alternatif jawaban harus dibuat lebih banyak
dari jumlah soal untuk mengurangi kemungkinan siswa menjawab betul
dengan menebak.

 Bentuk Soal Pilihan Ganda


Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu
jawaban yang benar dan paling tepat. Dilihat dari strukturnya, bentuk soal
pilihan ganda terdiri atas:

3. Tes Tindakan atau Perbuatan (Performance Test)


Tes perbuatan adalah bentuk tes yang menuntut jawaban siswa
dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Peserta didik bertindak
sesuai dengan apa yang diperintahkan dan ditanyakan
a. Teknik Nontes
Hasil belajar selain dievaluasi melalui teknik tes, dapat juga
dievaluasi melalui teknik nontes. Kenyataan di lapangan adalah guru
cenderung lebih banyak menggunakan teknik tes dalam melakukan
evaluasi hasil belajar siswa, dibandingkan dengan teknik nontes.
Evaluasi dengan menggunakan teknik tes hanya mengacu pada
aspek-aspek kognitif (pengetahuan) berdasarkan hasil-hasil yang
diperoleh siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Jika
dibandingkan dengan teknik tes, teknik nontes jauh lebih
komprehensif, dalam artian dapat digunakan untuk mengevaluasi
berbagai aspek dari individu atau kelompok siswa sehingga tidak
hanya berorientasi pada aspek kognitif saja, tetapi juga pada aspek
yang lain seperti afektif dan psikomotor. Adapun jenis teknik nontes
yang dimaksud, yaitu wawancara, kuesioner, skala, observasi, studi
kasus, dan sosiometri.

1. Wawancara
Wawancara suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang
hendak digali.
2. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa
kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, kuesioner dibagi
menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. Kuesioner
langsung adalah kuesioner yang dijawab langsung oleh orang yang
diminta jawabannya. Sedangkan kuesioner tidak langsung dijawab
oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui si
penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban
adalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak,
tetangga atau anggota keluarganya.
3. Skala
Skala adalah alat untuk mengukur nilai sikap, minat, perhatian,
dan sebagainya, yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai
oleh responden dan hasilnya dalam bentung rentangan nilai sesuai
dengan kriteria yang ditentukan.
4. Observasi
Observasi atau pengamatan digunakan untuk mengukur
tingkah laku siswa atau sekelompok siswa. Melalui pengamatan dapat
diketahui bagaimana sikap dan perilaku siswa, kegiatan yang
dilakukannya, tingkat partisipasi dalam suatu kegiatan, proses
kegiatan yang dilakukannya, kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh
dari kegiatannya.
Ada tiga jenis observasi, yaitu (a) observasi langsung, (b) observasi
dengan alat (tidak langsung), dan (c) observasi partisipasi. Observasi
langsung adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau
proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung
diamati oleh pengamat. Observasi tidak langsung adalah pengamatan
yang dilakukan dengan menggunakan alat pengamatan. Observasi
partisipasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan melibatkan diri
dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang
diamati.
5. Studi Kasus
Studi kasus digunakan untuk memperoleh data mengenai
pribadi siswa secara mendalam dalam kurun waktu tertentu. data yang
dikumpulkan merupakan kasus yang dialami oleh siswa. Pada
umumnya kasus-kasus yang menjadi permasalahan, yaitu kegagalan
belajar, tidak dapat menyesuaikan diri, gangguan emosional, frustasi,
dan sering membolos serta kelainan-kelainan perilaku siswa. Data
hasil penilaian melalui alat-alat penilaian tersebut sangat bermanfaat,
baik bagi guru maupun bagi siswa, dalam upaya memperbaiki proses
dan hasil belajar-mengajar di sekolah.
6. Sosiometri
Sosiometri digunakan untuk memperoleh data mengenai hubungan
sosial siswa di kelasnya atau dalam kelompoknya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dalam pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai


beikut.
Prinsip-prinsip evaluasi hasil belajar terdiri atas sembilan, yaitu sahih,
objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan,
sistematis, beracuan kriteria, dan akuntabel.
Ciri-ciri evaluasi hasil belajar yaitu evaluasi dilaksanakan untuk mengukur
hasil belajar, pengukuran secara kuantitatif, kegiatan evaluasi
menggunakan unit dan satuan yang lengkap, prestasi belajar yang dicapai
bersifat relatif, dan hasil belajar sering terjadi kekeliruan pengukuran
(error).
Ranah kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berfikir, termasuk di
dalamnya kemampuan menghafal, rnemahami, mengaplikasi,
menganalisis, mensintesis dan kemampuan mengevaluasi. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan
moral. Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang
pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan
kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan
aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain
sebagainya.
Langkah-langkah pokok dalam evaluasi hasil belajar terdiri atas enam
langkah, yaitu menyusun rencana evaluasi hasil belajar, menghimpun data,
melakukan verifikasi data, mengolah dan menganalisis data, memberikan
interpretasi dan menarik kesimpulan, dan tindak lanjut hasil evaluasi.
Secara umum, teknik evaluasi hasil belajar dapat kelompokkan menjadi
dua, yaitu teknik tes dan nontes. Teknik tes meliputi (1) tes lisan, (2) tes
tulisan, dan (3) tes tindakan. Teknik nontes, berbentuk wawancara,
kuesioner, skala, observasi, studi kasus, dan sosiometri.
Ditinjau dari segi tujuannya, tes dapat diklasifikasikan menjadi tes
kecepatan, tes kemampuan, tes hasil belajar, tes kemajuan belajar, tes
diagnostik, tes selektif, tes penempatan, tes formatif, dan tes sumatif.

B. SARAN

Teknik-teknik evaluasi hasil belajar hendaknya diketahui dan dipahami


oleh guru. Karena melalui sebuah evaluasi, guru mampu mengetahui semua
aspek yang berkaitan dengan keberhasilan siswa dalam belajar. Dengan
terbatasnya sumber pustaka, sudah tentu makalah sederhana ini belum mampu
menjabarkan teknik-teknik evaluasi hasil belajar seperti yang diharapkan.
Oleh karena itu, kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan.

\
DAFTAR PUSTAKA

Rusyan,T.1993.Evaluasi Dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung:Bina Budaya

sudjono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.RajaGrafindo


Persada.

Arikunto Suharsimi, Dasar-Dasar evaluasi Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara 1995.

Anda mungkin juga menyukai