Anda di halaman 1dari 6

Bioteknologi merah mewakili bioteknologi dalam bidang kesehatan.

Dengan

mottonya “heal the world”, bioteknologi merah menghasilkan banyak produk yang berperan

serta dalam meningkatkan taraf kesehatan umat manusia. Cakupannya meliputi seluruh

spektrum pengobatan manusia, mulai dari tahap preventif, diagnosis, dan pengobatan. Contoh

penerapannya adalah pemanfaatan organisme untuk menghasilkan obat antibiotik dan vaksin,

penggunaan sel induk untuk pengobatan regeneratif, serta terapi gen untuk mengobati

penyakit genetik dengan cara menyisipkan atau menggantikan gen abnomal dengan gen yang

normal. Bioteknologi merah memiliki beberapa produk yang saat ini masih menjadi

kontroversi seperti cloning (kloning) yaitu penggandaan suatu makhluk hidup dan rekayasa

genetika. Dengan kloning, sangat memungkinkan dibuat suatu organisme baru yang sangat

persis dengan aslinya, baik itu manusia maupun hewan. Contoh nyata hasil kloning adalah

eve (manusia kloning pertama) dan domba Dolly. Sedangkan rekayasa genetika

memungkinkan untuk memodifikasi kecacatan atau kekurangan pada makhluk hidup.

Contoh penerapan: pemanfaatan organisme untuk menghasilkan obat dan vaksin

(penggunaan sel induk untuk pengobatan regeneratif, serta terapi gen untuk mengobati

penyakit genetik).
Bioteknologi merah adalah cabang ilmu bioteknologi yang mempelajari aplikasi bioeknologi
di bidang medis. Cakupannya meliputi seluruh spektrum pengobatan manusia, mulai dari
tahap preventif, diagnosis, dan pengobatan. Contoh penerapannya dalam bioteknologi
konvensional adalah pemanfaatan organisme untuk menghasilkan obat dan vaksin tana
adanya rekayasa genetika dan penggunaan sel induk untuk pengobatan regeneratif.
Contoh produk yang dihasilkan dan metode pembuatannya
a. Penicillin
Penisilin merupakan antibiotik pertama yang ditemukan secara tidak sengaja oleh
Alexander Fleming pada tahun 1928. Penisilin bersifat non toksik dan merupakan
salah satu dari agen anti mikroba yang paling aktif.

Proses fermentasi penisilin didahului oleh tahapan seleksi strain Penicillium


chrysogenum pada media agar di laboratorium dan perbanyakan pada tangki seeding.
Penicillium chrysogenum yang dihasilkan secara teoritis dapat mencapai konversi
yield maksimum sebesar 13 – 29 %. Media fermentasi diumpankan ke dalam
fermentol pada suasana asam (pH 5,5). Proses fermentasi ini diawali dengan sterilisasi
media fermentasi melalui pemanasan dengan steam bertekanan sebesar 15 lb (120 0C)
selama ½ jam. Sterilisasi ini dilanjutkan dengan proses pendinginan fermentol dengan
air pendingin yang masuk ke dalam fermentol melalui coil pendingin. Fermentol yang
digunakan merupakan fessel vertikal bertekanan yang terbuat dari carbon steel dan
dilengkapi dengan coil pemanas, coil pendingin, pengaduk tipe turbin dan sparger
yang berfungsi untuk memasukkan udara steril.

Saat temperatur mencapai 750F (240C), media ini diinokulasi pada kondisi aseptik
dengan mengumpankan spora-spora kapang Penicillium chrysogenum. Selama proses
fermentasi berlangsung dilakukan pengadukan, sementara udara steril dihembuskan
melalui sparger kedalam fermentol. Proses fermentasi ini akan berlangsung secara
batch terumpani selama 100 – 150 jam dengan tekanan operasi 5 – 15 psig.
Temperatur operasi dijaga konstan selama fermentasi penisilin berlangsung dengan
cara mensirkulasikan air pendingin melalui coil. Busa-busa yang terbentuk dapat
diminimalkan dengan penambahan agen anti-foam. Kapang aerobik dibiarkan tumbuh
selama 5 – 6 hari saat gas CO2 mulai terbentuk. Ketika penisilin ini dihasilkan
jumlahnya telah maksimum, maka cairan hasil fermentasi tersebut didinginkan hingga
280F (20C), dan diumpankan kedalam rotari vacum filter untuk memisahkan miselia
dan penisilin. Miselia akan dibuang, sehingga diperoleh filtrat berupa cairan jernih
yang mengandung penisilin. Untuk mendapatkan penisilin yang siap dikomsumsi,
maka tahapan dilanjutkan dengan proses ekstraksi dan kristalisasi.
produksi vaksin
Cara produksi vaksin bukanlah seperti cara membuat obat racikan, namun proses
pembuatannya sangat rumit sehingga untuk 1 jenis vaksin baru, dibutuhkan pembuatan
hingga pengujian selama 10 – 20 tahun. Produksi vaksin memiliki beberapa tahap. Proses
pembuatan vaksin memiliki langkah-langkah berikut:

Menghasilkan antigen dari Kuman


Produksi awal melibatkan pembentukan antigen dari mikroba. Untuk ini virus atau mikroba
tumbuh baik pada sel-sel dasar seperti telur ayam (misalnya vaksin influenza). Antigen juga
bisa merupakan racun atau toxoid dari organisme (misalnya difteri atau tetanus) atau
mungkin berupa bagian potongan tubuh kuman. Selain itu antigen juga bisa jad berupa
protein atau bagian dari organisme yang dibiakkan dengan media jamur, bakteri lain atau sel
budidaya. Bakteri atau virus dibuat lemah dengan menggunakan bahan kimia atau panas
untuk membuat vaksin (misalnya vaksin polio).

Isolasi antigen
Isolasi bertujuan untuk menghilangkan komponen yang tidak diinginkan dari hasil kultur.
Pemurnian / pencucian bertujuan untuk mempertahankan komponen yang diinginkan secara
selektif sesuai dengan spesifikasi tertinggi, sekaligus secara selektif membuang komponen
yang tidak diperlukan. Umumnya purifikasi ini dilakukan setelah proses fermentasi.
Beberapa metode yang digunakan pada purifikasiadalah sentrifugasi, kromatografi dan
filtrasi. Filtrasi dilakukan dengan memberikan tekanan tertentu agar larutan yang ingin
dimurnikan masuk melalui membran penyaringan, “dicuci” hingga jutaan kali (seperti pada
beberapa vaksin yang bersinggungan dengan enzim tripsin babi), sehingga pada akhirnya
yang tersisa hanyalah komponen yang diinginkan.

Penambahan Bahan Dasar Vaksin


Setelah antigen dibentuk, vaksin diformulasikan dengan menambahkan ajuvan, stabilisator
dan pengawet :

1. Adjuvan : berfungsi untuk memperkuat respons imun


2. Stabilizer : berfungsi untuk menstabilkan vaksin, misalnya dalam suhu ekstrim
3. Aditif/ Preservatif / Pengawet : berfungsi sebagai antimikroba, khususnya pada vaksin
kemasan multidosis.

Persyaratan-persyaratan produksi vaksin


Setiap tahap dari produksi vaksin wajib mengikuti kaidah GMP (Good Manufacturing
Practice) dan diawasi ketat oleh lembaga yang berwenang. WHO (Badan Kesehatan Dunia)
telah mengeluarkan peraturan ini sehingga vaksin yang diproduksi oleh perusahaan manapun
di setiap belahan negar akan memiliki kualitas yang sama. Produk perlu dilindungi dari
udara, air dan kontaminasi manusia. Lingkungan perlu dilindungi dari tumpahan antigen.

Proses kendali mutu vaksin dilakukan dengan sangat ketat, konsisten dan berkala. Secara
acak dipilih vaksin yang akan diperiksa kualitasnya. Indikator yang diperiksa adalah
sterilitas, stabilitas kimiawi, keamanan/ toksisitas, virulensi, bahkan hingga pengaruhnya
kepada lingkungan sekitar.

Salah satu hal penting lainnya adalah pelaksanaan uji lot / batch release. Pada setiap
rangkaian produk vaksin dalam suatu waktu tertentu, dilakukan penandaan berupa kode
tertentu misalnya lot/ batch number untuk memastikan konsistensi kemurniaan, potensi dan
keamanan vaksin yang diproduksi pada waktu berlainan tetaplah sama dan tidak terjadi
penyimpangan.

Pembuatan Vaksin Flu

Anda mungkin juga menyukai