Anda di halaman 1dari 6

Risiko Kardiovaskular (-) Risiko Kardiovaskular (+)

IMT (kg/m2) 18,5 - <23

Glukosa darah

Puasa (mg/dL) <100 <100

2 jam PP (mg/dL) <140 <140

A1C (%) <7.0 <7.0

Tekanan Darah

Sistolik (mmHg) ≤130 ≤130

Diastolik (mmHg) ≤80 ≤80

Profil Lipid

Total kolesterol (mg/dL) <190 mg/dL <190 mg/dL

Trigliserid (mg/dL) <150 mg/dL <150 mg/dL

HDL kolesterol(mg/dL) >60 mg/dL >60 mg/dL

LDL kolesterol(mg/dL) <100 mg/dL <70 mg/dL

Target Pengendalian DM
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2, 2015
Potassiu
Glucose Sodium Chloride Kalsium Lactate (mOsmol
Solution m
(mg/dL) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) /L)
(mEq/L)
5%
dextrose 5000 253
in water
D5 ½ NS 5000 77 77 406
D5 NS 5000 154 154 561
0,9 %
154 154 308
NaCl
Ringer
130 109 4.0 3.0 28 273
Lactat
D5 DL 5000 130 109 4.0 3.0 28 525
5% NaCl 855 855 1171
Sumber :
Aitkenhead, Alan R, et al. Textbook of Anaethesia. Fifth Edition. United Kingdom : Churchill
Livingstone. 2007.
Pemilihan Cairan
Cairan intravena diklasifikasikan menjadi kristaloid dan koloid. Kristaloid merupakan
larutan dimana molekul organik kecil dan inorganik dilarutkan dalam air. Larutan ini ada
yang bersifat isotonik, hipotonik, maupun hipertonik. Cairan kristaloid memiliki keuntungan
antara lain : aman, nontoksik, bebas reaksi, dan murah. Adapun kerugian dari cairan
kristaloid yang hipotonik dan isotonik adalah kemampuannya terbatas untuk tetap berada
dalam ruang intravaskular.
Kristaloid
Cairan kristaloid yang paling banyak digunakan adalah normal saline dan ringer
laktat. Cairan kristaloid memiliki komposisi yang mirip cairan ekstraselular. Karena
perbedaan sifat antara kristaloid dan koloid, dimana kristaloid akan lebih banyak menyebar
ke ruang interstitial dibandingkan dengan koloid maka kristaloid sebaiknya dipilih untuk
resusitasi defisit cairan di ruang intersisial.
Penggunaan cairan normal salin dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan
timbulnya asidosis hiperkloremik, sedangkan penggunaan cairan ringer laktat dengan jumlah
besar dapat menyebabkan alkalosis metabolik yang disebabkan adanya peningkatan produksi
bikarbonat akibat metabolisme laktat.
Larutan dekstrose 5% sering digunakan jika pasien memiliki gula darah yang rendah atau
memiliki kadar natrium yang tinggi. Namun penggunaannya untuk resusitasi dihindarkan
karena komplikasi yang diakibatkan antara lain hiperomolalitas-hiperglikemik, diuresis
osmotik, dan asidosis serebral.

Koloid
Cairan koloid disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut “plasma
expander”. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang mempunyai berat molekul tinggi
dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama dalam
ruang intravaskuler.
Koloid dapat mengembalikan volume plasma secara lebih efektif dan efisien daripada
kristaloid, karena larutan koloid mengekspansikan volume vaskuler dengan lebih sedikit
cairan dari pada larutan kristaloid. Sedangkan larutan kristaloid akan keluar dari pembuluh
darah dan hanya 1/4 bagian tetap tinggal dalam plasma pada akhir infus. Koloid adalah cairan
yang mengandung partikel onkotik dan karenanya menghasilkan tekanan onkotik. Bila
diberikan intravena, sebagian besar akan menetap dalam ruang intravaskular.
Meskipun semua larutan koloid akan mengekspansikan ruang intravaskular, namun koloid
yang mempunyai tekanan onkotik lebih besar daripada plasma akan menarik pula cairan ke
dalam ruang intravaskular. Ini dikenal sebagai ekspander plasma, sebab mengekspansikan
volume plasma lebih dari pada volume yang diberikan.

Albumin
Albumin merupakan larutan koloid murni yang berasal dari plasma manusia. Albumin dibuat
dengan pasteurisasi pada suhu 600C dalam 10 jam untuk meminimalisir resiko transmisi
virus hepatitis B atau C atau pun virus imunodefisiensi. Waktu paruh albumin dalam plasma
adalah sekitar 16 jam, dengan sekitar 90% tetap bertahan dalam intravascular 2 jam setelah
pemberian.

Dekstran

Dekstran merupakan semisintetik koloid yang secara komersial dibuat dari sukrose oleh
mesenteroides leukonostok strain B 512 dengan menggunakan enzim dekstran sukrose. Ini
menghasilkan dekstran BM tinggi yang kemudian dilengketkan oleh hidrolisis asam dan
dipisahkan dengan fraksionasi etanol berulang untuk menghasilkan produk akhir dengan
kisaran BM yang relatif sempit. Dekstran untuk pemakaian klinis tersedia dalam dekstran 70
(BM 70.000) dan dekstran 40 (BM 40.000) dicampur dengan garam faal, dekstrosa atau
Ringer laktat.
Dekstran 70 6 % digunakan pada syok hipovolemik dan untuk profilaksis tromboembolisme
dan mempunyai waktu paruh intravaskular sekitar 6 jam. Pemakaian dekstran untuk
mengganti volume darah atau plasma hendaknya dibatasi sampai 1 liter (1,5 gr/kgBB) karena
risiko terjadi perdarahan abnormal. Batas dosis dekstran yaitu 20 ml/kgBB/hari.
Sekitar 70% dosis dekstran 40 yang diberikan akan dieksresikan ke dalam urine dalam 24
jam. Molekul- molekul yang lebih besar dieksresikan lewat usus atau dimakan oleh sel-sel
sistem retikoloendotelial. Volume dekstran melebihi 1 L dapat mengganggu hemostasis.
Disfungsi trombosit dan penurunan fibrinogen dan faktor VIII merupakan alasan timbulnya
perdarahan yang meningkat. Reaksi alergi terhadap dekstran telah dilaporkan, tetapi
kekerapan reaksi anafilaktoid mungkin kurang dari 0,02 %. Dekstran 40 hendaknya jangan
dipakai pada syok hipovolemik karena dapat menyumbat tubulus ginjal dan mengakibatkan
gagal ginjal akut.
Gelatin
Gelatin dibuat dengan jalan hidrolisis kolagen sapi. Preparat yang umum dipasaran adalah
gelatin yang mengalami suksinasi seperti Gelofusin dengan pelarut NaCL isotonik. Gelatin
dengan ikatan urea-poligelin ( Haemaccel ) dengan pelarut NaCL isotonik dengan Kalium 5,1
mmol/l dan Ca 6,25 mmol/ L.
Pemberian gelatin agaknya lebih sering menimbulkan reaksi alergik daripada koloid yang
lain. Berkisar dari kemerahan kulit dan pireksia sampai anafilaksis yang mengancam nyawa.
Reaksi-reaksi tersebut berkaitan dengan pelepasan histamine yang mungkin sebagai akibat
efek langsung gelatin pada sel mast.
Gelatin tidak menarik air dari ruang ekstravaskular sehingga bukan termasuk ekspander
plasma seperti dekstran. Larutan gelatin terutama diekskresikan lewat ginjal dalam urin,
sementara itu gelatin dapat menghasilkan diuresis yang bagus. Sebagian kecil

dieliminasikan lewat usus. Karena gelatin tidak berpengaruh pada sistem koagulasi, maka
tidak ada pembatasan dosis. Namun, bila terlalu banyak infus, pertimbangkan adanya efek
dilusi. Gelatin dapat diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal bahkan pada
pasien yang menjalani hemodialisis. Indikasi gelatin : Penggantian volume primer pada
hipovolemia, stabilisasi sirkulasi perioperatif. Sedangkan kontraindikasi adalah infark
miokard yang masih baru terjadi, gagal jantung kongestif dan syok normovolemik.
Hydroxylethyl Starch (HES)
Senyawa kanji hidroksietil ( HES ) merupakan suatu kelompok koloid sintetik polidisperse
yang mempunyai glikogen secara struktural. Kurang dapat diterima kanji hidroksi (HES )
untuk pengantian volume paling mungkin akibat laporan-laporan adanya koagulasi abnormal
yang menyertai subtitusi plasma ini. Laporan laporan tentang HES yang memperlihatkan
koagulasi darah yang terganggu dan kecenderungan perdarahan yang meningkat sebagian
besar berdasarkan pemakaian preparat HES berat molekul tinggi ( HMW-HES ). Waktu paruh
dari 90% partikel HES adalah 17 hari.
Seperti semua koloid lainnya, kanji hidroksietil juga berkaitan dengan reaksi anafilaktoid
yang ringan dengan kekerapan kira-kira 0,006 %. Indikasi pemberian HES adalah :Terapi dan
profilaksis defisiensi volume (hipovolemia) dan syok (terapi penggantian volume) berkaitan
dengan pembedahan (syok hemoragik), cedera (syok traumatik), infeksi (syok septik),
kombustio (syok kombustio). Sedangkan kontra indikasi adalah : Gagal jantung kongestif
berat, Gagal ginjal (kreatinin serum >2 mg/dL dan >177 mikromol/L).Gangguan koagulasi
berat (kecuali kedaruratan yang mengancam nyawa). Dosis penggunaan HES adalah 20
ml/kgBB/hari.

Anda mungkin juga menyukai