Anda di halaman 1dari 2

Tema : Sadar Pajak Untuk Kesinambungan Pembangunan Indonesia

Bangun Negeri Dengan Sadar Pajak

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak penduduk. Dari Sabang sampai Merauke
memiliki bermacam-macam budaya dan adat. Pulau-pulau bergabung menjadi satu kesatuan negara
Indonesia, tentunya tidak bisa hidup tanpa infrastruktur yang memadahi untuk berhubungan antar satu
pulau dengan yang lain. Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945 di dalam alenia ke-4 yaitu tentang salah satu tujuan dibentuknya Pemerintah Negara Indonesia
adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Untuk mencapai kesejahteraan bagi segenap bangsa
Indonesia ini, dapat dilakukan dengan menjalankan pemerintahan yang baik dan melaksanakan
pembangunan di segala bidang. Kedua fungsi ini bisa berjalan jika didukung oleh sumber pembiayaan
yang memadai. Salah satu sumber pembiayaan tersebut adalah pajak. Pajak sebagai nadi negara tidak
bisa dipungkiri bahwa pajak sangat dibutuhkan oleh Negara Indonesia demi keberlangsungan
pembangunan. Dapat kita lihat dari APBN juga, bahwa pajak merupakan sumber penghasilan terbesar
bagi Negara Indonesia. Melihat utang negara kita yang makin bertambah setiap tahunnya dan
infrastruktur yang harus dibangun, kesadaran akan membayar pajak amat sangatlah diperlukan. Namun
faktanya, kesadaran akan membayar pajak di Indonesia masih sangat rendah. Membayar pajak dapat
diartikan sebagai sumber fungsi warga negara untuk kelancaran berbagai sektor pembangunan nasional
agar tidak selalu bergantung dengan utang luar negeri bahkan dalam negeri. Indonesia, sekarang ini,
telah berbenah untuk mengejar ketertinggalan kemajuan dengan negara lain. Pembenahan dilakukan
pemerintah di semua bidang tak terkecuali pembangunan infrastruktur. Dalam permasalahan ini, pajak
berperan utama. Apabila pembangunan dapat dilaksanakan, maka imbasnya yaitu roda perekonomian
dapat berjalan lancar.

Sebelum membahas pembangunan di Indonesia, saya akan menjabarkan definisi pajak. Menurut
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1, Pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari bunyi pasal tersebut
sudah jelas bahwa pajak digunakan untuk keperluan negara bagi kemakmuran rakyat. Salah satunya
dengan pembangunan. Pembangunan Indonesia masih tahap memprihatinkan walaupun tidak dapat
dipungkiri bahwa Indonesia tengah gencar membangun infrastruktur. Mengapa memprihatinkan?
Menurut saya, pembangunan Indonesia belum merata sampai ke pelosok nusantara. Banyak daerah-
daerah di Indonesia yang tertinggal masih butuh pembangunan dan akses jalan menuju kota besar.
Masih ada daerah-daerah di Indonesia yang merasa sengsara dan kelaparan diakibatkan kurang
perhatian pemerintah dan kurang asupan gizi yangmana akses menuju daerah tersebut masih susah.
Orang-orang yang tergerak untuk membantu tidak memiliki akses jalan yang baik untuk mencapai
daerah tersebut. Pajak dapat membantu pembangunan jalan tol, jembatan, dan jalan-jalan yang
menghubungkan daerah satu dengan daerah yang lain. Selain itu, dari pajaklah kita bisa mendapatkan
subsidi di bidang ekonomi, seperti gas elpiji yang biasa kita gunakan. Semuanya terbantu dengan adanya
pajak. Pembangunan dapat berjalan lancar dan tepat sasaran jikalau pemasukan pajak tidak terhambat.
Penerimaan pajak di Indonesia masih tergolong rendah. Kenapa? Karena kita dapat mengetahui dari
perbandingan potensi penerimaan pajak yang sebenarnya ada di dalam perekonomian dengan realisasi
pajak yang berhasil dipungut. Salah satu poin penting dari RAPBN 2018 yang disampaikan pemerintah
adalah target penerimaan negara dari sektor perpajakan. Penerimaan negara ditargetkan sebesar Rp
1878,4 triliun, dengan penerimaan bersumber dari perpajakan sebesar Rp 1609,4 triliun dan penerimaan
negara bukan pajak (PNBP) sebanyak Rp 267,9 triliun. Dari total penerimaan perpajakan, dari Pajak
Penghasilan (PPh) sebesat Rp 852,9 triliun, meliputi PPh non migas Rp 816,9 triliun dan PPh migas Rp
35,9 triliun. Kemudian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ditargetkan Rp 535,3 triliun, pajak bumi dan
bangunan (PBB) Rp 17,3 triliun dan pajak lainnya Rp 9,6 triliun. Sedangkan bea masuk ditargetkan Rp
35,7 triliun dan bea keluar sebesar Rp 3 triliun, serta cukai yang sebesar Rp 155,4 triliun. Target
penerimaan pajak tersebut tumbuh 9,3% dibanding outlook 2017 sebesar Rp 1472,7 triliun. Pemerintah
sendiri menargetkan tax ratio bisa mencapai 16% pada tahun 2019. Namun realisasi rasio pajak pada
2015 dan 2016 masing-masing hanya 10,7% dan 10,3%. Rendahnya pencapaian rasio pajak jelas memiliki
keterkaitan dengan sadar pajak masyarakat Indonesia. Banyak masyarakat yang belum memenuhi
kewajiban membayar pajak kepada negara padahal realisasinya pajak sangat berperan dalam
perekonomian masyarakat itu sendiri. Masyarakat Indonesia masih banyak yang belum sadar akan
pentingnya pajak. Banyak penyebab mengapa mereka tidak dan belum sadar akan kewajiban mereka.
Diantaranya adalah pajak menurut mereka tidak bisa dirasakan secara langsung efeknya. Mereka
berpikir terus membayar pajak namun jalanan masih berlubang, masih banyak kemiskinan, dan banyak
pengangguran. Mereka berpikir bahwa pajak tidak ada untungnya bagi segelintir orang. Padahal, semua
perbaikan masalah tersebut akan dituntaskan secara bertahap. Tidak bisa secara instan. Lalu, banyak
masyarakat masih belum memahami jikalau di dalam APBN tidak ada penerimaan pajak, pemerintahan
Indonesia tidak bisa berjalan. Pembangunan di semua sektor terhambat.

Dilihat dari sisi penerimaan pajak, selalu ada kenaikan namun tidak cukup memadai untuk menutup
defisit anggaran yang kian lebar. Ada keinginan kuat dari pemerintah untuk memperkuat pembangunan
infrastruktur dalam rangka mengatasi kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan ditengah
keterbatasan fiskal. Pemerintah terus melakukan upaya untuk mengedukasi masyarakat agar sadar dan
taat membayar pajak dengan sosialisasi secara lisan ke daerah-daerah yang sekiranya masih awam
dengan pajak. Pemasangan iklan-iklan di media sosial maupun di jalanan tentang arah pengaliran dana
pajak yang dipungut oleh pemerintah, memudahkan masyarakat untuk mengerti apa saja yang tengah
dikerjakan pemerintah dengan uang pajak. Oleh karena itu, semua upaya pemerintah tersebut akan
masyarakat tergugah kesadarannya untuk taat membayar pajak demi kelangsungan pembangunan di
Indonesia agar terus berkembang dan bersaing dengan negara lain.

Anda mungkin juga menyukai